3. Luaran(output)
1) Rencana tindak lanjut berupa RPK bulan berikutnya.
2) Komitmen untuk melaksanakan RPK yang telah disusun.
3) Bahan yang akan disampaikan pada Lokakarya Mini Tribulanan.
4) Rekomendasi pertemuan tinjauan manajemen.
4. Ketentuan penyelenggaraan
1) Pengarah
Kepala Puskesmas. Pada saat pembahasan hasil audit internal pada pertemuan
tinjauan manajemen, pimpinan forum diserahkan kepada ketua Tim audit internal.
2) Peserta
a. Seluruh pegawai Puskesmas, termasuk pegawai yang bertugas di Puskesmas Pembantu
dan Pos Kesehatan Desa.
b. Sesuai dengan kewenangan Puskesmas dalam mengoordinasikan dan melaksanakan
pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama diwilayah kerjanya, kegiatan
Lokakarya Mini bulanan harus melibatkan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas. Melalui forum ini Puskesmas dapat menyampaikan hal-hal
yang perlu didukung oleh jejaring dalam menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas, berdasarkan hasil analisa data Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Atau sebaliknya, bila terdapat masalah kondisi kesehatan pada
keluarga yang menjadi peserta JKN di jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang perlu
diintervensi oleh Puskesmas.
c. Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatannya
dapat saling memberikan data keluarga peserta JKN yang membutuhkan intervensi
karena kepesertaan penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas dapat tercatat pada
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
5. Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini bulanan rutin disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas. Waktu ideal ialah pekan pertama atau waktu lain yang dianggap
tepat. Prinsip yang harus dipegang ialah bahwa Lokakarya Mini bulanan rutin dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh pegawai Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat mencapai tujuan.
6. Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini bulanan rutin bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai kebutuhan, ketersediaan waktu, dan kondisi Puskesmas setempat.
Jadwal Lokakarya Mini bulanan rutin dibuat sesuai contoh pada Formulir 8 terlampir.
Perencanaan pada tingkat Puskesmas adalah suatu proses kegiatan yang sistematis untuk
menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun
berikutnya. Pada tingkat Puskesmas, pendanaan diterima langsung oleh Puskesmas dalam bentuk
block grant, yaitu paket dana yang hanya berisi rambu-rambu program tanpa rinciannya dan
diserahkan pada Puskesmas untuk direncanakan operasionalnya. Konsekuensi dari kebijakan
tersebut maka Puskesmas dituntut mampu melakukan perencanaan kesehatan yang baik, secara
terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, dan berkesinambungan.
Perencanaan merupakan langkah pertama yang diambil dalam usaha mencapai tujuan artinya
perencanaan merupakan usaha kongkritisasi langkah-langkah yang harus ditempuh dimana dasar
– dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi (LAN, 1993). Secara umum disebutkan
apabila pelaksanaan upaya kesehatan tidak didukung oleh perencanaan yang baik, maka akan
sulit diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut (Azwar, 1996).
Perencanaan pada dasarnya adalah salah satu fungsi manajemen dalam rangka memecahkan
masalah, dalam perencanaan terkandung proses sistematis yang mempunyai urutan logis
(Logical Sequence) artinya satu langkah dalam proses perencanaan adalah konsekuensi logis dari
langkah sebelumnya (Departemen Kesehatan, 2006).
Perencanaan dimaksudkan untuk mengkonsep keadaan yang lebih cocok dengan apa yang
diinginkan serta menemukan langkah–langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Prakondisi perencanaan ialah :
Manajemen kesehatan merupakan salah satu bagian dari 3 bagian pembangunan kesehatan, yaitu
pelaksanaan, pembinaan/manajemen dan pengembangan upaya kesehatan pokok yaitu :
1. Perencanaan
2. Penggerakan Pelaksanaan
3. Pengendalian Pengawasan dan Penilaian Upaya Kesehatan
Perencanan kesehatan dititik beratkan pada upaya peningkatan hasil kerja sistem kesehatan.
Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen, yang mendahului fungsi
pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan dan pengendalian.
Defenisi perencanaan adalah proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut,
merumuskan tujuan umum dan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan
yang dimulai menguraikan segala kemampuan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun
perincian secepatnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu sistem
pengawasan yang terus menerus sehingga dicapai hubungan optimal antara rencana yang
dihasilkan dengan sistem yang dianut (Levey dan Lomba Cit dalam Azwar, 1996).
1. Tingkat desa, LKMD di ketuai oleh Kepala desa, mengidentifikasi dan mengembangkan
proses dan usulan untuk diserahkan kepada tingkat kecamatan, proses perencanaan pada tingkat
pedesaan dilakukan pada bulan Maret/April.
2. Tingkat Kecamatan, pada rapat-rapat yang di ketuai oleh Camat, semua usulan
program/proyek yang diserahkan desa-desa dibahas dan dipadukan. Perencanaan, pendanaan
termasuk pendanaan dari masyarakat, APBD I dan II, Inpres, APBN, kemudian digabungkan.
Proposal juga dilakukan untuk kecamatan dan dengan pengecualian pada program-program yang
di danai oleh masyarakat, semua proposal didiskusikan pada rapat-rapat koordinasi (Rakerbang
Tingkat II) di Kecamatan pada bulan Mei/ Juni. Tujuan dari rapat ini adalah untuk memperjelas
kebutuhan daerah di sektor kesehatan dan mengidentifikasi awal program-program atau proyek-
proyek yang akan dibiayai oleh APBD I dan II, APBN, Inpres, Bantuan asing/BLN dan lain –
lain. Proposal-proposal ini kemudian diserahkan pada tingkat Kabupaten/Kota.
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Perencanaan Keberhasilan perencanaan
terutama tergantung dari pengetahuan, sikap dan motivasi (Mills, dkk, 1991). Faktor terpenting
dalam perencanaan adalah adanya keterpaduan antara unsur-unsur manajemen yang berupa
sumber daya manusia dan non manusia atau faktor internal. Manusia merupakan faktor
terpenting dalam manajemen yang dapat menetukan keberhasilan ataupun kegagalan dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Faktor internal dalam suatu organisasi tidak bisa
dipisahkan dari faktor lingkungannya atau faktor eksternal harus diperhatikan dan
diperhitungkan dengan cermat, sebab faktor lingkungan bisa mendukung tetapi bisa juga
menghambat (Soedjadi, 1995).
Faktor lain tidak kalah penting yang mempengaruhi sikap seseorang adalah motivasi, Robbins
(1996) mendefinisikan sebagai kemauan untuk berjuang/berusaha ke tingkat yang lebih tinggi
menuju tercapainya tujuan organisasi dengan syarat tidak mengabaikan kemampuannya untuk
memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Jadi ada tiga kunci
pengertian motivasi yaitu usaha, tujuan organisasi dan kebutuhan pribadi (Muchlas, 1997).
Motivasi adalah hasrat atau lebih kuat lagi sebagai dorongan yang secara wajar senantiasa timbul
dari dalam diri dan hati sanubari manusia. Disamping itu motivasi juga timbul karena adanya
usaha yang secara sadar dari manusia dan dilakukan untuk menimbulkan daya/kekuatan
dorongan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu bagi tercapainya tujuan organisasi tempat ia
bekerja. Secara umum motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Reksohadiprodjo
dalam Handoko, 1993). Menurut Wexley dan Yulk (1988) motivasi adalah suatu usaha sadar
untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.
Stoner (1984) mengemukakan bahwa prestasi individu sangat dipengaruhi oleh motivasi,
kemampuan dan persepsi individu, yang menyebabkan orang berbuat sesuatu. Faktor motivator
merupakan kelanjutan dari faktor hygiene. Komponen yang masuk dalam faktor motivasi adalah
prestasi, penghargaan, tantangan dalam pekerjaan, tanggung jawab, kemajuan dan peningkatan.
Komponen motivator merupakan penggerak yang efektif agar petugas berprestasi lebih baik.
Dari uraian tersebut maka batasan motivasi adalah proses pemberian motivasi bekerja kepada
pegawai sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengetahuan, sikap dan motivasi berkaitan erat dengan tingkat loyalitas dan identifikasi terhadap
tujuan organisasi. Tujuan organisasi akan memperoleh dukungan apabila tujuan tersebut
konsisten dengan tujuan pribadi. Konsistensi antara tujuan organisasi dan tujuan pribadi akan
berdampak pada suasana yang saling mendukung, membantu dan saling menghargai (Azwar,
1996).
2. Jenis perencanaan yang disusun kepala puskesmas
3. Proses penyusnan rencana penyelesaian masalah manajemen
kebijakan yang berlaku baik secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil
Badan Penyantun Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi pula dengan
usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional puskesmas.
RUK yang disusun merupakan RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK tersebut
harus disusun pada bulan Januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian
kegiatan tahun sebelumnya (H-1), dan diharapkan proses penyusunan RUK telah selesai
Selanjutkan RUK yang telah terangkum dalam usulan dinas kesehatan kabupaten/kota
politik.
dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan alokasi biaya yang telah disetujui tersebut,
selain dari anggarah daerah (DAU) adalah dari pusat dan pinjaman /bnatuan luar negeri
Penyesuaian ini dilakukan, oleh karena RPK yang disusun adalah persetujuan atas RUK
tahun yang lalu (H-1), adanya perubahan sasaran kegiatan, tambahan anggaran, (selain
DAU) dan lain-lainnya. Penyusunan RPK dilakukan pada bulan Januari tahun berjalan,
Kompak. 2015. Buku panduan perencanaan tingkat puskesmas terpadu. Jakarta : Abt associates
Fayol, Henry, 1985. Industri dan Manajemen Umum Terj. Winardi, Sir Issac and Son, London.
George R. Terry, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen (edisi bahasa Indonesia), PT. Bumi Aksara,
Bandung.
Gulick Luther, 1965. Educational Administration, McGraw Hill co, New York