Anda di halaman 1dari 16

RANGKUMAN PERENCANAAN MANAJEMEN DIPUSKESMAS

NAMA : Hilyati Husna


NIM : 160204005
KELAS : PSIK 4.2
DOSEN : Ns. ERWIN SILITONGA., M.Kep

1. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan puskesmas


Pengertian manajemen telah banyak disampaikan oleh para ahli, namun dalam
materi ini hanya akan disampaikan beberapa pendapat ahli sebagai berikut:
1) Koontz dan O’Donnel (1972) dalam bukunya “Principle of Management: An Analysis of
Managerial Function” mengemukan sebagai berikut: “manajemen berhubungan dengan
pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain”.
2) George R. Terry (2005) dalam bukunya “Principles of Management” menyampaikan
pendapatnya: “manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas; perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik
ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”
3) James A.F. Stoner (2006) dalam bukunya “Management” mengemukakan “manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan”
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating, Controling) untuk mencapai
sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan yang diharapkan dapat
dicapai melalui proses penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta
bermutu, berdasarkan hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi yang
akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti Puskesmas dapat memanfaatkan sumber
daya yang tersedia untuk dapat melaksanaan upaya kesehatan sesuai standar dengan baik dan
benar, sehingga dapat mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan.
a. Konsep Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II /2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Unit Pelaksana Teknis.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan.
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dilimpahkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya, antara lain kegiatan dalam
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan Kabupaten/Kota dan upaya yang secara
spesifik dibutuhkan masyarakat setempat (local sepcific).
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di
satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja
dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan
atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi Puskesmas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit (kuraitf) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
2) Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan
dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan
rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
a. Paradigma sehat, yang artinya Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah, yang artinya Puskesmas menggerakkan dan bertanggung
jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat, yang artinya Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
c. Pemerataan, yang artinya Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
d. Teknologi tepat guna, yang artinya Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
e. Keterpaduan dan kesinambungan, yang artinya Puskesmas mengintegrasikan dan
mengoordinasikan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistim
Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya


kesehatan perseorangan tingkat pertama yang dilaksanakan secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
a) Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
1) pelayanan promosi kesehatan
2) pelayanan kesehatan lingkungan
3) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
4) pelayanan gizi
5) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal Kabupaten/Kota bidang kesehatan.
b) Upaya kesehatan masyarakat pengembangan, yaitu merupakan upaya kesehatan masyarakat
yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi
dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing.

b. Tujuan dari Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu adalah:


1. Menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci kedalam rencana
tahunan;
2. Menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara efisien dan efektif;
3. Mengelola sumber daya secara efisien dan efektif;
4. Menyusun perencanaan dan penganggaran sesuai alur manajemen puskesmas
dalam mengatasi permasalahan di kampung dengan memastikan semua anggota
masyarakat dapat terlayani secara rutin
5. Terbentuknya semangat dan komitmen untuk bekerja secara tim, tidak terkotakkotak, sehingga
pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat dilaksanakan dengan
lebih efektif untuk mencapai cakupan dan kualitas pelayanan yang setinggitingginya.

c. Syarat Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu adalah:


1. Masukan (input)
1) Laporan hasil kegiatan bulan sebelumnya.
2) DinasKabupaenKoa
3) Rencana awal pelaksanaan program/kegiatan bulan berjalan.
4) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/kota, informasi tentang hasil rapat di
5) kecamatan, informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru.
6) Hasil pelaksanaan audit internal dalam rangka pelaksanaan akreditasi, sesuai
7) dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Tim audit internal.
2. Proses
1) Melakukan analisis capaian kinerja bulanan Puskesmas dan hasil pelaksanaan audit
2) internal.
3) Memetakan masalah dan penyebab masalah yang dikaitkan dengan kepatuhan
4) terhadap standar operasional prosedur (SOP) yang telah disusun.
5) Menyusun rencana tindak lanjut berupa rencana kerja pemecahan masalah
6) berdasarkan daerah binaan yang disesuaikan dengan RPK. Jika tindak lanjut yang
7) diputuskan tidak terakomodasi dalam RPK maka kegiatannya diinventarisasi dan
8) dikomunikasikan pada Lokakarya tribulanan.
9) Pada periode tengah tahun dapat dilakukan evaluasi tengah tahun (midterm evaluation)
kinerja Puskesmas untuk enam bulan pertama terhadap target yang ditetapkan, dan bila
memungkinkan RPK semester selanjutnya dapat disesuaikan dengan hasil evaluasi
tersebut.
10) Pembahasan RUK untuk tahun selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
terbaru.

3. Luaran(output)
1) Rencana tindak lanjut berupa RPK bulan berikutnya.
2) Komitmen untuk melaksanakan RPK yang telah disusun.
3) Bahan yang akan disampaikan pada Lokakarya Mini Tribulanan.
4) Rekomendasi pertemuan tinjauan manajemen.

4. Ketentuan penyelenggaraan
1) Pengarah
Kepala Puskesmas. Pada saat pembahasan hasil audit internal pada pertemuan
tinjauan manajemen, pimpinan forum diserahkan kepada ketua Tim audit internal.
2) Peserta
a. Seluruh pegawai Puskesmas, termasuk pegawai yang bertugas di Puskesmas Pembantu
dan Pos Kesehatan Desa.
b. Sesuai dengan kewenangan Puskesmas dalam mengoordinasikan dan melaksanakan
pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama diwilayah kerjanya, kegiatan
Lokakarya Mini bulanan harus melibatkan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas. Melalui forum ini Puskesmas dapat menyampaikan hal-hal
yang perlu didukung oleh jejaring dalam menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas, berdasarkan hasil analisa data Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Atau sebaliknya, bila terdapat masalah kondisi kesehatan pada
keluarga yang menjadi peserta JKN di jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang perlu
diintervensi oleh Puskesmas.
c. Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatannya
dapat saling memberikan data keluarga peserta JKN yang membutuhkan intervensi
karena kepesertaan penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas dapat tercatat pada
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
5. Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini bulanan rutin disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas. Waktu ideal ialah pekan pertama atau waktu lain yang dianggap
tepat. Prinsip yang harus dipegang ialah bahwa Lokakarya Mini bulanan rutin dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh pegawai Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat mencapai tujuan.
6. Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini bulanan rutin bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai kebutuhan, ketersediaan waktu, dan kondisi Puskesmas setempat.
Jadwal Lokakarya Mini bulanan rutin dibuat sesuai contoh pada Formulir 8 terlampir.

d. Komponen Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu adalah:


Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilaksanakannya Rapat Kerja Kesehatan
Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta. Puskesmas adalah unit pelaksana fungsional yang berfungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah tertentu. Peranan dan kedudukan Puskesmas sebagai sarana kesehatan terdepan kecuali
bertanggungjawab penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat juga bertanggungjawab
dalam penyelenggaraan pelayanan kedokteran. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan melaksanakan semua kegiatan yang tercakup dalam 18 upaya kesehatan
pokok melalui pengembangan peran serta masyarakat. Untuk mencapai tujuan organisasi
Puskesmas menjalankan fungsi manajemen, yang meliputi :

 P1 : perencanaan, melalui kegiatan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


 P2 : penggerakan dan pelaksanaan, melalui mini loka karya Puskesmas
 P3 : pengawasan, penilaian dan pengendalian, melalui kegiatan stratifikasi Puskesmas
(Departemen Kesehatan, 2006).
Selama ini masih banyak Puskesmas yang belum melaksanakan perencanaan yang merupakan
fungsi utama dan dasar manajemen (Departemen Kesehatan, 2006) Departemen Kesehatan
melalui Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat pada tahun 2006 telah
menerbitkan buku Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) sebagai pengganti buku
pedoman Mikro Planning Puskesmas. Adanya buku pedoman PTP tersebut mengantisipasi
diberlakukannya DIP terpadu dan otonomi daerah yang memerlukan peningkatan kemampuan
perencanaan dari bawah.

Perencanaan pada tingkat Puskesmas adalah suatu proses kegiatan yang sistematis untuk
menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun
berikutnya. Pada tingkat Puskesmas, pendanaan diterima langsung oleh Puskesmas dalam bentuk
block grant, yaitu paket dana yang hanya berisi rambu-rambu program tanpa rinciannya dan
diserahkan pada Puskesmas untuk direncanakan operasionalnya. Konsekuensi dari kebijakan
tersebut maka Puskesmas dituntut mampu melakukan perencanaan kesehatan yang baik, secara
terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, dan berkesinambungan.

Puskesmas merupakan pusat kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan


secara langsung kepada masyarakat. Dalam menghadapi otonomi daerah dan era globalisasi
peran Puskesmas perlu di tingkatkan dalam hal pelayanan dan manajemen sehingga dapat
menggambarkan secara akurat lingkungan baru yang dihadapi sekarang dan masa yang akan
datang. Puskesmas sebagai ujung tombak pemerintah di bidang pelayanan kesehatan dalam
perkembangannya menghadapi kendala serius dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan.
Apabila Puskesmas tidak mampu mengantisipasi, dikuatirkan Puskesmas akan ditinggalkan dan
hanya dimanfaatkan apabila dalam kondisi kesulitan ekonomi atau hanya dimanfaatkan oleh
segmen masyarakat kurang mampu (Trisnantoro, 1996,c).

Perencanaan merupakan langkah pertama yang diambil dalam usaha mencapai tujuan artinya
perencanaan merupakan usaha kongkritisasi langkah-langkah yang harus ditempuh dimana dasar
– dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi (LAN, 1993). Secara umum disebutkan
apabila pelaksanaan upaya kesehatan tidak didukung oleh perencanaan yang baik, maka akan
sulit diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut (Azwar, 1996).

Perencanaan pada dasarnya adalah salah satu fungsi manajemen dalam rangka memecahkan
masalah, dalam perencanaan terkandung proses sistematis yang mempunyai urutan logis
(Logical Sequence) artinya satu langkah dalam proses perencanaan adalah konsekuensi logis dari
langkah sebelumnya (Departemen Kesehatan, 2006).

Perencanaan dimaksudkan untuk mengkonsep keadaan yang lebih cocok dengan apa yang
diinginkan serta menemukan langkah–langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Prakondisi perencanaan ialah :

1. Rencana untuk merencanakan


2. Informasi mutlak yang diperlukan untuk menyusun dan realisasi rencana-rencana
3. Mengetahui pemikiran-pemikiran yang ada pada manajemen puncak dan bagaimana
sistem yang hendak diciptakan akan bekerja secara profesional.
Perencanaan dilakukan pada dasarnya adalah untuk meminimalkan atau menghadapi
ketidakpastian dimasa yang akan datang. Perencanaan perlu dilakukan karena adanya kebutuhan
manusia yang tidak tebatas, sedangkan ketersediaan sumber-sumber daya sangat terbatas
(Mulyadi dan Setiawan, 1999), sehingga terjadi suatu kelangkaan dalam konteks ekonomi
sehingga ada 2 cara dalam melihat masalah yang ada, yaitu :

1. Melihat pemandangan atau masalah seluas atau sejauh mungkin


2. Melakukan pemilihan objek atau daerah yang menjadi prioritas kita, sehingga cara
pandang dipersempit agar kita bisa memperoleh suatu detailet close up examination.
Kekuatan – kekuatan utama yang menentukan sistem perencanaan ialah : 1. Ukuran organisasi,
2. Kompleksitas lingkungan, 3. Kompleksitas dari proses produksi, 4. Sifat dari masalah, 5.
Tujuan dari sistem perencanaan. Goal adalah keinginan akhir dan merupakan impian yang akan
dicapai oleh program. Objective adalah merupakan kondisi dan situasi masyarakat atau
lingkungan yang ingin dicapai melalui kegiatan program.

Ruang Lingkup Perencanaan Kesehatan

Manajemen kesehatan merupakan salah satu bagian dari 3 bagian pembangunan kesehatan, yaitu
pelaksanaan, pembinaan/manajemen dan pengembangan upaya kesehatan pokok yaitu :
1. Perencanaan
2. Penggerakan Pelaksanaan
3. Pengendalian Pengawasan dan Penilaian Upaya Kesehatan
Perencanan kesehatan dititik beratkan pada upaya peningkatan hasil kerja sistem kesehatan.
Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen, yang mendahului fungsi
pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan dan pengendalian.

Perencanaan dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan organisasi. Dengan


mengasumsikan kondisi tertentu dimasa mendatang dan menganaisis konsekuensi dari setiap
tindakan ketidakpastian dapat dikurangi dan keberhasilan yang akan datang mempunyai
probabilitas yang lebih besar (Reinke, 1994).

Kegunaan dari suatu perencanaan organisasi adalah :

1. Membantu manajer untuk melihat masa depan


2. Koordinasi yang semakin baik, koordinasi dapat terjadi antar bagian dalam organisasi dan
antara kepuasaan saat ini dengan masa mendatang
3. Penekanan pada tujuan organisasi
Dengan perencanaan tujuan organisasi dapat difokuskan sebab tujuan organisasi merupakan titik
awal perencanaan, manajer akan selalu diingatkan pada tujuan tersebut (Wijono, 1997). Bagian
penting dari perencanaan adalah menganalisis cara pencapaian sasaran yang dibuat dan diurutkan
berdasarkan prioritas. Kedua faktor inilah yang merupakan bagian inti proses praktis
perencanaan. Dalam menganalisis sasaran harus dibedakan dengan misi dan visi, target dan
standar (Reinke, 1994).

Defenisi perencanaan adalah proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut,
merumuskan tujuan umum dan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan
yang dimulai menguraikan segala kemampuan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun
perincian secepatnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu sistem
pengawasan yang terus menerus sehingga dicapai hubungan optimal antara rencana yang
dihasilkan dengan sistem yang dianut (Levey dan Lomba Cit dalam Azwar, 1996).

Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu Permasalahan tradisonal di sistem layanan


kesehatan Indonesia adalah rendahnya efesiensi dan efektifitas dalam hal alokasi, pemanfaatan,
pendayagunaan dan manajemen sumber daya, baik bidang keuangan maupun teknis,
sebagaimana ditunjukkan oleh :

1. Kurangnya atau tidak memadainya administrasi perencanaan dan penganggaran


kesehatan terpadu pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota dan antara proses di pusat dan
daerah.
2. Prioritas kesehatan yang tidak memadai dan konsisiten.
3. Kurangnya kemampuan manajemen pada semua tingkatan dalam hal proses perencanaan
dan penganggaran.
4. Mobilisasi dana yang tidak memadai dan sumber-sumber daya masyarakat pemakai yang
mengakibatkan pengembalian biaya yang tidak memadai di semua sektor.
5. Kurangnya perundang-undangan dari garis-garis besar petunjuk untuk mendukung
perencanaan penganggaran kesehatan terpadu
6. Tidak adanya orientasi untuk mengumpulkan pendapat atau realokasi sumber daya
operasional dan perawatan fasilitas kesehatan
Langkah-langkah perancaraan dan penganggaran kesehatan terpadu untuk tingkat kecamatan,
adalah :

1. Tingkat desa, LKMD di ketuai oleh Kepala desa, mengidentifikasi dan mengembangkan
proses dan usulan untuk diserahkan kepada tingkat kecamatan, proses perencanaan pada tingkat
pedesaan dilakukan pada bulan Maret/April.
2. Tingkat Kecamatan, pada rapat-rapat yang di ketuai oleh Camat, semua usulan
program/proyek yang diserahkan desa-desa dibahas dan dipadukan. Perencanaan, pendanaan
termasuk pendanaan dari masyarakat, APBD I dan II, Inpres, APBN, kemudian digabungkan.
Proposal juga dilakukan untuk kecamatan dan dengan pengecualian pada program-program yang
di danai oleh masyarakat, semua proposal didiskusikan pada rapat-rapat koordinasi (Rakerbang
Tingkat II) di Kecamatan pada bulan Mei/ Juni. Tujuan dari rapat ini adalah untuk memperjelas
kebutuhan daerah di sektor kesehatan dan mengidentifikasi awal program-program atau proyek-
proyek yang akan dibiayai oleh APBD I dan II, APBN, Inpres, Bantuan asing/BLN dan lain –
lain. Proposal-proposal ini kemudian diserahkan pada tingkat Kabupaten/Kota.
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses Perencanaan Keberhasilan perencanaan
terutama tergantung dari pengetahuan, sikap dan motivasi (Mills, dkk, 1991). Faktor terpenting
dalam perencanaan adalah adanya keterpaduan antara unsur-unsur manajemen yang berupa
sumber daya manusia dan non manusia atau faktor internal. Manusia merupakan faktor
terpenting dalam manajemen yang dapat menetukan keberhasilan ataupun kegagalan dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Faktor internal dalam suatu organisasi tidak bisa
dipisahkan dari faktor lingkungannya atau faktor eksternal harus diperhatikan dan
diperhitungkan dengan cermat, sebab faktor lingkungan bisa mendukung tetapi bisa juga
menghambat (Soedjadi, 1995).

Lingkungan mengalami perubahan terus-menerus sesuai dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi seperti adanya kebijaksanaan baru dan berubahnya pola permintaan
jasa pelayanan pemerintah akan kesehatan, sedangkan dana dari pemerintah akan tetap terbatas
dan pemberian pelayanan yang bermutu akan tetap menjadi tujuan. Sehingga fakta utama dalam
proses perencanaan adalah bagaimana sikap dan kemampuan seorang pimpinan bisa mengelola
perubahan lingkungan dengan baik dalam rangka mempersiapkan pelayanan kesehatan yang
mengacu pada kebutuhan masyarakat. Faktor pendidikan yang diperoleh, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada, peraturan perundangundangan/kebijaksanaan yang berlaku,
lokasi fisik tempat ia berada, akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dan prilaku ini dapat
melekat pada individu ataupun organisasinya, sedangkan sikap dan tingkah laku hanya melekat
pada diri manusia sebagai individu (Thoha, 1993). Dengan demikian kebutuhan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi SDM kesehatan tentang keterampilan managerial, kepemimpinan dan
kewirausahaan perlu dilakukan (Sopacua dan Budijanto, 2007).

Faktor lain tidak kalah penting yang mempengaruhi sikap seseorang adalah motivasi, Robbins
(1996) mendefinisikan sebagai kemauan untuk berjuang/berusaha ke tingkat yang lebih tinggi
menuju tercapainya tujuan organisasi dengan syarat tidak mengabaikan kemampuannya untuk
memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Jadi ada tiga kunci
pengertian motivasi yaitu usaha, tujuan organisasi dan kebutuhan pribadi (Muchlas, 1997).

Motivasi adalah hasrat atau lebih kuat lagi sebagai dorongan yang secara wajar senantiasa timbul
dari dalam diri dan hati sanubari manusia. Disamping itu motivasi juga timbul karena adanya
usaha yang secara sadar dari manusia dan dilakukan untuk menimbulkan daya/kekuatan
dorongan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu bagi tercapainya tujuan organisasi tempat ia
bekerja. Secara umum motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Reksohadiprodjo
dalam Handoko, 1993). Menurut Wexley dan Yulk (1988) motivasi adalah suatu usaha sadar
untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.

Stoner (1984) mengemukakan bahwa prestasi individu sangat dipengaruhi oleh motivasi,
kemampuan dan persepsi individu, yang menyebabkan orang berbuat sesuatu. Faktor motivator
merupakan kelanjutan dari faktor hygiene. Komponen yang masuk dalam faktor motivasi adalah
prestasi, penghargaan, tantangan dalam pekerjaan, tanggung jawab, kemajuan dan peningkatan.
Komponen motivator merupakan penggerak yang efektif agar petugas berprestasi lebih baik.
Dari uraian tersebut maka batasan motivasi adalah proses pemberian motivasi bekerja kepada
pegawai sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengetahuan, sikap dan motivasi berkaitan erat dengan tingkat loyalitas dan identifikasi terhadap
tujuan organisasi. Tujuan organisasi akan memperoleh dukungan apabila tujuan tersebut
konsisten dengan tujuan pribadi. Konsistensi antara tujuan organisasi dan tujuan pribadi akan
berdampak pada suasana yang saling mendukung, membantu dan saling menghargai (Azwar,
1996).
2. Jenis perencanaan yang disusun kepala puskesmas
3. Proses penyusnan rencana penyelesaian masalah manajemen

4. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas sesuai dengan


standart akreditasi
Langkah pertama dalam mekanisme perencanaan tingkat puskesmas adalah dengan

menyusun Rencana Usulan Kegiatan Wajib dan Usulan Kegiatan Pengembangan.

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Pusskesmas harus memperhatikan berbagai

kebijakan yang berlaku baik secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil

kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Puskesmas perlu

mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui Konsil Kesehatan Kecamatan/

Badan Penyantun Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi pula dengan

usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional puskesmas.

RUK yang disusun merupakan RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK tersebut

harus disusun pada bulan Januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian

kegiatan tahun sebelumnya (H-1), dan diharapkan proses penyusunan RUK telah selesai

di laksanakan di Puskesmas pada akhir bulan Januari tahun berjalan (H).


Rencana Usulan Kegiatan yang telah disusun dibahas di dinas kesehatan kabupaten/kota,

diajukan ke pemerintah kabupaten/kota melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.

Selanjutkan RUK yang telah terangkum dalam usulan dinas kesehatan kabupaten/kota

akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan pembiayaan dan dukungan

politik.

Setelah mendapat persetujuan dari DPRD, selanjutnya diserahkan ke Puskesmas melalui

dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan alokasi biaya yang telah disetujui tersebut,

Puskesmas menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan. Sumber pembiayaan Puskesmas

selain dari anggarah daerah (DAU) adalah dari pusat dan pinjaman /bnatuan luar negeri

yang dialokasikan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota. RPK disusun dengan

melakukan penyesuaian dan tetap mempertimbangkan masukan dari masyarakat.

Penyesuaian ini dilakukan, oleh karena RPK yang disusun adalah persetujuan atas RUK

tahun yang lalu (H-1), adanya perubahan sasaran kegiatan, tambahan anggaran, (selain

DAU) dan lain-lainnya. Penyusunan RPK dilakukan pada bulan Januari tahun berjalan,

dalam forum Lokakarya Mini yang pertama.Untuk memudahkan pemahaman terhadap

mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas, dapat dilihat pada alur berikut:


DAFTAR PUSTAKA

Kompak. 2015. Buku panduan perencanaan tingkat puskesmas terpadu. Jakarta : Abt associates
Fayol, Henry, 1985. Industri dan Manajemen Umum Terj. Winardi, Sir Issac and Son, London.
George R. Terry, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen (edisi bahasa Indonesia), PT. Bumi Aksara,
Bandung.
Gulick Luther, 1965. Educational Administration, McGraw Hill co, New York

Anda mungkin juga menyukai