Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN

DAN PULAU-PULAU KECIL

OLEH

NAMA: ABDAN MAULANA R YOISANGAJI

NIM :2018-79-046

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMPU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PATTIMURA
Fluida Dinamika
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena berbagai sebab dari
keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air juga akibat arah arus yang tidak
mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran sungai yangs edang banjir, air terjun dari suatu
ketinggian tertentu, dan sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan
gambaran mengenai bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti. Namun demikian, bila kita kaji
secara mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebutakan selalu berlaku hukum ke-
2 Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk memahami perilaku air yang mengalir
diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air) dan kerapatan air dari
setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan mudah untuk dipahami
gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.

Bertolak dari kecepatan sebagai fungsi dari tempat dan waktu dapat dibedakan menjadi:

a. Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak mantap)

b. Aliran rotational dan aliran irotational

Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik tertentu setiap saat
adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya akan selalu konstan. Hal ini barati
pada aliran steady (mantap) kelajuan pada satu titik tertentu adalah tetap setiap saat,
meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan itu berubah/berbeda.

Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki kedalaman yang cukup,
atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil. Sebagai contoh aliran steady ini
adalah aliran laminier, yakni bahwa arus air memiliki arus yang sederhana ( streamline/arus
tenang), kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi vektor kecepatannya berubah secara
kontinyu dari nol pada dinding dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan
banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan rendah. Selanjutnya aliran air dikatakan tidak
mantap (non steady) apabila kecepatan v pada setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak
konstan. Hal ini berarti bahwa pada aliran ini kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.

Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri satu sama lain
dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan berlangsung dengan
lancar. Contoh aliran tidak steady ini adalah aliran turbulen, yakni bahwa partikel dalam fluida
mengalami perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke waktu berlangsung secara
tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen biasanya terjadi pada kecepatan air yang
tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga
terdapat kecenderungan berolak selama pengalirannya.

Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula aliran yang memiliki profil kecepatan
datar, tetapi aliran ini hanya dikenal pada fluida yang tidak memiliki kekentalan (koefisien
kekentalannya nol) dan mengalir secara lambat. Sedangkan air adalah tergolong pada fluida
yang memiliki kekentalan, sehingga air tidak dapat digolongkan sebagai aliran datar.
Selanjutnya aliran irrotational adalah aliran air yang tidak diikuti perputaran partikel penyusun
air tersebut, sedangkan aliranrotational adalah aliran yang diikuti perputaran partikel penyusun
air. Hal ini memberikan gambaran bahwa untuk aliran rotational dapat diberikan istilah
rotasi. Salah satu cara untuk mengetahui adanya aliran rotasi ini antara lain bila di permukaan
air terapung sebuah tongkat yang melintang selama aliran gerak tongkat tersebut akan
mengalami gerakan yang berputar di samping berpindag secara translasi akibat aliran air
tersebut. Contoh aliran rotasi adalah aliran yang berupa aliran pusaran, yakni suatu aliran yang
vektor kecepatannya berubah dalam arah tegak/transversal.

Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir maka akan dikenal
aliran-aliran sebagai berikut:

Aliran viscous dan aliran non viscous

Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan

Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida
pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa partikel penyusun
fluida. Di samping itu juga gesekan antara fluida itu sendiri dengan tempat terjadinya aliran
tersebuut. Untuk aliran air lebih didekatkan pada aliran dengan kekentalan yang rendah,
sehingga aliran air dapat berapda pada aliran non viscous.

Selanjutnya aliran termampatkan adalag aliran yang terjadi pada fluida yang selama
pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya, sehingga akan mengubah
pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran termampatkan ini pada umumnya berlangsung pada
gas, sedangkan pada air alirannya lebih didekatkan pada pengertian aliran tak termampatkan
yakni bahwa selama pengaliran air tersebut massa jenis air dianggap tetap besarnya.

Dari uraian yang telah dikemukakan di bagian depan, maka agar aliran air dapat dipahami
dengan mudah maka aliran yang dimaksud dalam pembahasan nanti labih ditekankan pada
aliran-aliran yang meliputi:

1. Aliran air merupakan aliran yang mantap

2. Aliran air merupakan aliran yang tidak berputar (irrotational = tidak berotasi)

3. Aliran air merupakan aliran yang tidak termampatkan, yakni bahwa selama pengaliran
berlangsung massa jenisnya tetap

4. Aliran air merupakan merupakan aliran tanpa kekentalan (kekentalannya rendah)

Melalui pengertiannya seperti yang telah dikemukakan di atas selanjutnya akan dikenal aliran


stasioner, yakni bahwa aliran air tersebut akan membentuk gas alir yang tertentu dan partikel
penyusun air akan melalui jalur tertentu yang pernah dilalui oleh pertikel penyusun air di
depannya.
Gambar 1. Aliran stasioner

Pada aliran stasioner tersebut garis alirnya digambarkan dalam titik P, Q, dan R. Hal ini berarti
air akan lewat pada titik-titik P, selanjutnya Q dan R. Pada aliran ini di setiap titik dalam pipa
tersebut (titik P, atau titik Q atau titik R) tidak bekerja gaya, dan beda tekanan pada masing-
masing titik dapat ditiadakan. Oleh sebab itu kecepatan aliran air di titik tertentu
adalah sama. Namun demikian kecepatan aliran pada titik P, titik Q, dan titik R dapat saja
berbeda besarnya. Gambar berikut adalah gambar yang memperlihatkan
arus yang streamline dan turbulen.

Gambar 2. Arus turbulen dan streamline

Garis-garis yang digambarkan dalam tabung 3 ini disebut sebagai garis alir atau garis
alur. Kecepatan titik A, B, dan C akan berbeda-beda.

Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi.Bilangan ini dipergunakan
sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak
dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam
air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa atau dalam satu
tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk aliran yang satu menjadi aliran yang
lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi
memerlukan waktu antara, yakni suatu waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya
kecepatan kristis dari suatu aliran. Kecepatan kritis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh
ukuran pipa, jenis zat cair yang lewat dalam pipa tersebut.

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat besaran yang menentukan
apakah aliran tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran turbulen. Keempat besaran
tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan, dan diameter pipa.
Kombinasi dari keempatnya akan menentukan besarnya bilangan Reynold. Oleh sebab itu,
bilangan Reynold dapat dituliskan dalam keempat besaran tersebut sebagai berikut.

Re = (ρ v D)/η

Keterangan:

Re : bilangan Reynold

ρ : massa jenis

η : viscositas/kekentalan

v : kecepatan aliran

D : diameter pipa

Hasil perhitungan berdasarkan eksperimen didapatkan ketentuan bahwa untuk bilangan


Reynold berikut ini:

0 <>e ≤ 2000, aliran disebut laminier

2000 <>e ≤ 3000, aliran disebut transisi antara laminier dan aliran turbulen

Re > 3000, aliran turbulen

Dalam pembahasan aliran air, baik aliran air yang lewat sungai maupun melalui pipa oleh PAM,
istilah debit air banyak dikenal.

Gambar 3. Aliran air lewat pipa.

Debit merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau
yang dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu tertentu. Satuan debit pada
umumnya mengacu pada satuan volume dan satuan waktu. Apabila Q menyatakan debit air
dan v menyatakan volume air, sedangkan ∆t adalah selang waktu tertentu mengalirnya air
tersebut, maka hubungan antara ketiganya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Q = V/∆t

V : volume satuannya m3 (MKS) atau cm3 (cgs)

∆t : selang waktu tertentu satuannya second


Satuan Q adalah m3/sec (MKS) dan cm3 (cgs)

Gambar 4. Bak penampung air

Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya berkaitan dengan
kecepatan pengalirannya, dan massajenis air itu sendiri. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal
apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini
berarti bahwa pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing
titik dalam pipa dan geraknya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat
terhadap partikel penyusun air tersebut. Namun demikian sifat seperti yang telah diungkapkan
di bagian depan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai dalam kenyataan,
sehingga besarnya debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak mudah.
Oleh sebab itu dalam pembahasan kita nanti ukuran debit didasarkan pada aliran ideal seperti
yang telah diungkapkan di bagian depan.

Gambar 5. Gerak zat cair dalam tabung dari posisi (a) dan (b)

Lihat gambar di atas, suatu pipa terbuka yang luas penampang ujung kiri adalah A 1 dan
mengalir air dengan kecepatan V1, selanjutnya air mengalir melalui pipa kanan yang memiliki
luas penampang A2 dengan kecepatan pengaliran adalah V2, maka berdasarkan sifat yang telah
dikemukakan di depan akan berlaku hukum kekekalan massa, yakni bahwa selama pengaliran
tidak ada fluida yang hilang, maka selama t detik akan berlaku persamaan:

A1 V1 g t = A2 V2 g t

A1 V1 = A2 V2 = konstan

Persamaan tersebut merupakan persamaan kontinuitas, dan sebagai konsekuensi aliran


semacam ini adalah bahwa lecepatan pengaliran air akan terbesar pada suatu tempat yang
memiliki luas penampang terkecil.

Di sini volume air yang mengalir V = A v t

Jadi selama t detik besarnya debit air yang dapat keluar adalah

Q = (A v t)/t

Q=Av
Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air dalam suatu
tabung akan bergantung pada tingginya permukaan air di dalam tabung tersebut dan luas
penampang lubang yang terdapat dalam tabung. Hal ini berarti bahwa debit air yang mengalir
dalam tabung akan bergantung pada ketinggian permukaan air dalam tabung dan luas
penampangnya. Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa tabung dengan ketinggian
permukaan air yang sama tingginya tetapi luas lubang pengaliran berbeda. Selanjutnya air
dibiarkan mengalir dalam waktu yang sama.

Gambar 6. Peluapan air melalui lubang yang memiliki diameter berbeda.

Dari gambar di atas nampak jelas bahwa banyaknya air yang meluah melalui lubang tabung
yang memiliki luas penampang yang lebih besar akan lebih banyak dibandingkan dengan
tabung yang memiliki luas penampang yang lebih kecil. Hal ini disebabkan luas penampang
lubang pengaliran air berbeda, yakni lubang yang satu lebih besar dari yang lainnya.

Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini, di bawah ini terdapat dua tabung sama besar,
diberikan dua lubang yang sama besarnya dan lubang tersebut berada pada ketinggian yang
sama.Seterusnya pada tabung diisi dengan air yang berbeda tingginya dan dibiarkan air
mengalir melalui lubang tersebut.

Gambar 7. Peluapan air melalui lubang sama tetapi ketinggian air berbeda.

Dari aliran air dalam selang waktu yang bersamaan akan dapat diketahui bahwa air dalam
lubang tabung yang memiliki permukaan yang lebih tinggi akan memberikan gambaran debit air
yang lebih besar daripada tabung yang memiliki ketinggian permukaan yang lebih rendah. Hal
ini disebabkan pada permukaan air yang lebih tinggi gaya berat yang diberikan air semakin
besar, sehingga memiliki kecenderungan tekanan yang lebih besar daripada tabung yang
memiliki ketinggian permukaan air yang lebih rendah. Akibatnya aliran air akan lebih cepat dari
yang lainnya. Dengan demikian akan memiliki debit yang lebih besar dari lainnya, semakin
tinggi permukaan air dalam tabung akan semakin besar kecepatan air yang keluar dari tabung.

Anda mungkin juga menyukai