Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA

A. Pengertian Asuransi Jiwa

Di Indonesia, pertanggungan merupakan istilah yang sering digunakan

dalam asuransi, istilah ini mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu

assurantie atau asuransi dan verzekering atau pertanggungan. Asuransi Jiwa

adalah suatu perjanjian antara tertanggung atau pemegang polis dengan

penanggung atau perusahaan asuransi dalam bentuk premi dan pihak

tertanggung berhak memperoleh pembayaran sejumlah uang apabila terjadi

suatu peristiwa atau musibah tertentu.7

Pengertian asuransi jiwa yang terdapat pada ketentuan di atas lebih

menekankan kepada suatu waktu yang ditentukan dalam asuransi jiwa.

Sedangkan untuk waktu selama hidupnya tidak ditetapkan dalam perjanjian, ini

berarti undang-undang tidak tegas memberi kemungkinan untuk mengadakan

asuransi jiwa itu selama hidupnya bagi yang berkepentingan.

Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang

dilakukan oleh pihak perusahaan asuransi (penanggung) dengan nasabah

pengguna layanan asuransi (tertanggung), yang isinya menjelaskan segala hak

dan kewajiban antara kedua belah pihak tersebut. Polis asuransi akan menjadi

bukti tertulis yang sah dalam perjanjian yang dilakukan oleh pihak penanggung

dan pihak tertanggung.8

7
Salim Abbas, Asuransi Dan Manajemen Risiko, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 63.
8
Sentosa Sembiring, 2006, Hukum Asuransi, Penerbitan Nuansa Aulia, Bandung, hlm. 41.

13
14

Secara yuridis pengertian Asuransi atau pertanggungan menurut Pasal

246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) :

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan, dimana


penanggung kerugian diri kepada tertanggung, dengan mendapat premi,
untuk mengganti kerugian karena kehilangan kerugian atau tidak
diperolehnya suatu keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita
karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.”

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang

Usaha Perasuransian, menjelaskan bahwa:

“Asuransi adalah perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima suatu premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita pihak tertanggung, yang timbul dari peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.”

Dalam Undang Nomor 2 Tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi

yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam

Pasal 246 KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang

Nomor 2 Tahun 1992: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2

(dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak

pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.


15

Jenis-jenis Asuransi, yaitu:

a. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahui dan dirumuskan: “untuk

memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,

atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita oleh tertanggung”.

b. Asuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi

sosial, dapat diketahui dari rumusan: “untuk memberikan suatu pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.”

Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka fokus pembahasan

diarahkan pada jenis asuransi, butir (b). Apabila Pasal 1 angka (1) Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1992 di persempit hanya melingkupi jenis asuransi

jiwa, maka urusannya adalah: “Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua)

pihak atau lebih dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan suatu pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan.”

Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi

jiwa selanjutnya.

Sebelum berlakunya Undang Nomor 2 Tahun 1992, asuransi jiwa

diatur dalam Ordonantie op het Levensverzekering Bedrijf (Staatsblad Nomor

101 Tahun 1941). Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf Ordonansi tersebut:

“Asuransi jiwa adalah perjanjian untuk membayar sejumlah uang

karena telah diterimanya premi yang herhubungan dengan hidup atau matinya
16

seseorang, rensuransi termasuk di dalamnya, sedangkan asuransi kecelakaan

tidak termasuk dalam asuransi jiwa”.

Dalam Pasal 27 Undang Nomor 2 Tahun 1992 ditentukan bahwa

dengan berlakunya undang-undang ini, maka Ordonantie op het Levens

Verzekering Bedrijf dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun yang dimaksud

dengan „undang-undang ini‟ adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992.

Oleh karena itu, tidak perlu lagi membahas asuransi jiwa berdasarkan

Ordonansi ini karena sudah tidak berlaku lagi, dan pengertian asuransi jiwa

sudah tercakup dalam Pasal 1 angka (1) nomor 2 Undang-Undang Tahun 1992.

Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302.

pasal 308 KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh) pasal. Akan tetapi tidak 1 (satu)

pasalpun yang memuat rumusan definisi asuransi jiwa. Dengan demikian sudah

tepat jika definisi asuransi dalam Pasat 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1992 dijadikan titik totak pembahasan dan ini ada hubungannya dengan

ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303 KUHD yang membolehkan orang

mengasuransikan jiwanya.

Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD:

“Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang

berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang

ditentukan dalam perjanjian”.

Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan:

“Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan

tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya”.


17

Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat

mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk

kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau

selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam perjanjian.

Tujuan suatu asuransi adalah mengalihkan risiko dari tertanggung yang

mempunyai kepentingan terhadap obyek asuransi kepada penanggung yang

timbul sebagai akibat adanya ancaman bahaya terhadap harta kekayaan atau

terhadap jiwanya.

Sifat-sifat perjanjian asuransi berdasarkan batasan dari pasal 246

KUHD, adalah sebagai berikut: 9

1. Perjanjian Asuransi pada dasarnya adalah suatu perjanjian


penggantian kerugian (shcadevezekering atau indemnitets contract).
Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena
pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah
seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip
indemnitas).
2. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersyarat. Kewajiban
mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau
peristiwa yang tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan itu
terjadi.
3. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik. Kewajiban
penanggung mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban
tertanggung membayar premi. Kerugian yang diderita adalah sebagai
akibat dari peristiwa yang tidak tertentu atas nama diadakan
pertanggungan.

Diluar sifat yang terkandung dalam pasal 246 KUHD, ada beberapa

sifat lain yang diatur oleh beberapa pasal dala KUHD, yaitu:

1. Bahwa perjanjian asuransi itu adalah suatu perjanjian konsensual yang


berarti dapat diadakan hanya berdasarkan kata sepakat antara para
pihak-pihak.

9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, hlm. 84.
18

2. Bahwa dalam perjanjian asuransi itu unsur “utmost good faith”


memegang peranan penting sekali. Unsur utmost good faith yang
dengan kata lain dapat disebut dengan itikad baik yang sebenar-
benarnya, merupakan asas dari semua perjanjian.
4. Bahwa di dalam perjanjian asuransi itu pada tertanggung harus melekat
sifat sebagai orang yang mempunyai kepentingan (interest) atas
peristiwa yang tidak tentu artinya sebagai akibat dari peristiwa itu dia
dapat menderita kerugian.

Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup

(pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup asuransi

mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi

kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dari

meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya

suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk menbayar

sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup asuransi

sebagai penikmatnya. 10

Asuransi jiwa adalah janji tertulis dalam polis asuransi yang dibuat

oleh penanggung terhadap tertanggung untuk memberikan kompensasi

keuangan apabila sesuatu terjadi kepada tertanggung. Penanggung

menawarkan berbagai produk yang sesuai dengan persyaratan dan

kebutuhan calon tertanggung. Asuransi jiwa terdiri atas beberapa produk

sebagai berikut.

a. Asuransi Jiwa Berjangka (Term)

Ciri khas asuransi berjangka terletak pada proteksi maksimum dengan

preminya yang relatif rendah. Oleh sebab itu, jenis produk ini menarik bagi

10
Sentosa Sembiring, 2006, Hukum Asuransi, Penerbitan Nuansa Aulia, Bandung, hlm.
41.
19

calon tertanggung yang mempunyai kebutuhan asuransi yang besar, tetapi daya

belinya terbatas. Yang cocok dengan polis ini, yaitu:

1) Calon pemegang polis yang ingin memproteksi masa depan anaknya

2) Calon pemegang polis yang baru meniti karir

b. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life)

Ciri khas asuransi jiwa seumur hidup adalah jenis dasar asuransi jiwa

permanen yang memberikan proteksi asuransi seumur hidup bagi seseorang.

Adapun yang cocok dengan produk ini, yaitu:

1) Calon pemegang polis yang ingin memiliki proteksi jiwa sekaligus

menghasilkan dana tabungan yang dapat dipakai untuk kebutuhan darurat

2) Calon pemegang polis yang membutuhkan proteksi penghasilan permanen

3) Calon pemegang polis yang ingin mendapatkan sejumlah pertumbuhan

modal investasinya

c. Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment)

Ciri khas asuransi dwiguna adalah proteksi yang memberikan jumlah

uang pertanggungan ketika tertanggung meninggal dalam periode tertentu dan

sekaligus memberikan seluruh uang pertanggungan jika ia masih hidup pada

masa akhir pertanggungan. Adapun yang cocok dengan produk ini, yaitu:

1) Calon pemegang polis yang memerlukan dana bagi pendidikan anak

2) Calon pemegang polis yang ingin memiliki sejumlah dana untuk kebutuhan

pada masa depan

3) Calon pemegang polis yang ingin memiliki dana pensiunan

d. Asuransi Jiwa Unit Link Single (Premi Tunggal)


20

Ciri khas asuransi jiwa unit link single adalah premi yang

dibayarkan secara sekaligus, biasanya diinginkan oleh calon pemegang polis

untuk investasi jangka panjang. Adapun yang cocok dengan produk ini,

yaitu:

1) Calon pemegang polis yang suka berinvestasi jangka panjang

2) Calon pemegang polis yang memiliki kelebihan uang dan bermaksud

meningkatkan kekayaannya

e. Asuransi Jiwa Unit Link Regular (Premi Berkala)

Ciri khas asuransi ini juga merupakan investasi jangka panjang yang

mana cara pembayarannya dilakukan secara berkala. Adapun yang cocok

dengan produk ini, yaitu:

1) Calon pemegang polis yang lebih memilih untuk bermain di proteksi

2) Calon pemegang polis yang suka bermain di investasi tapi tetap ingin di

proteksi

3) Calon pemegang polis yang masih bekerja dan ingin menyiapkan

tabungan

f. Rider

Rider merupakan sekumpulan provisi khusus atau tambahan dalam

polis asuransi jiwa, yang ditambahkan untuk memperkuat dan melengkapi

cakupan dari polis dasar beserta manfaatnya. Perusahaan asuransi jiwa

menawarkan rider dengan tujuan membuat polis mereka unik dan menarik bagi

nasabahnya.
21

1) Karakteristik Rider

Rider tidak otomatis dilampirkan pada polis dasar. Pemegang polis

harus terlebih dahulu meminta hal itu dan jika disetujui perusahaan asuransi

jiwa, pemegang polis harus membayar premi tambahan untuk manfaat

tambahan yang akan diterimanya.

2) Aturan Penawaran Rider

Rider ditawarkan perusahaan asuransi jiwa selama premi tambahan

dibayarkan. Sekalipun demikian, perusahaan asuransi jiwa memiliki hak untuk

menolak atau membatalkan produk tambahan rider tersebut. Pemegang polis

tidak diperbolehkan membeli rider tanpa polis dasar. Pemegang polis juga

tidak diperbolehkan membatalkan polis dasar dan hanya memperoleh manfaat

tambahan. Jangka waktu berlakunya manfaat tambahan juga tidak boleh

melampaui jangka waktu berlakunya polis dasar.

3) Jenis Rider yang Penting

Beberapa jenis rider yang penting adalah sebagai berikut:

a) Penghapusan premi / manfaat tambahan bebas premi (waiver of premium)

Manfaat ini berupa penghapusan pembayaran premi jika tertanggung

mengalami cacat total permanen dan klaim akan dibayar secara penuh jika

tertanggung kemudian meninggal dunia.

b) Kematian Akibat Kecelakaan (Accidental Death)

Besarnya tunjangan yang dibayarkan dari manfaat ini umumnya sama

dengan jumlah yang diasuransikan sehingga manfaat ini sering disebut dengan

ganti rugi ganda (double indemnity). Manfaat ini menawarkan ganti rugi dua
22

kali lipat dari nominal yang diasuransikan (uang pertanggungan) jika

pemegang polis meninggal dunia akibat kecelakaan.

c) Cacat Permanen (Permanent Disability)

Tunjangan ini menawarkan penghapusan premi yang akan jatuh tempo

jika tertanggung mengalami cacat permanen akibat kecelakaan. Sebagian besar

perusahaan asuransi jiwa menawarkan manfaat ini dengan penghapusan premi

sekaligus dalam satu paket (bergantung pada kebijakan masing-masing

perusahaan asuransi jiwa).

d) Penyakit Kritis (Critical Illness)

Manfaat ini direncanakan untuk menjamin tertanggung jika didiagnosis

menderita penyakit kritis, seperti kanker, stroke, kelumpuhan, penyakit

jantung, gagal ginjal, dan lain-lain. Manfaat ini menyediakan pembayaran

sejumlah jaminan lump sum jika pemegang polis didiagnosis menderita salah

satu penyakit kritis tersebut.

e) Manfaat Tambahan Berjangka (Term Additional Benefit)

Manfaat tambahan ini dilampirkan bersama polis permanen, tetapi tidak

dapat dilampirkan bersama polis asuransi jiwa berjangka (term policy). Nilai

dari manfaat tambahan berjangka ini umumnya berdasarkan rasio dari nilai

dasar asuransi jiwa tertanggung, misalnya 3 banding 1 atau 5 banding 1,

bergantung pada kebijakan perusahaan asuransi jiwa.

f) Manfaat Tambahan Rumah Sakit (Hospital Cash / Income Benefit)

Manfaat ini diberikan berdasarkan lamanya jangka waktu perawatan

tanpa mempertimbangkan biaya awal yang dikeluarkan untuk rumah sakit.


23

Nilai tunjangan yang diberikan bergantung pada jumlah yang diasuransikan.

Tunjangan ini menawarkan perawatan rumah sakit akibat penyakit atau

kecelakaan.

g) Manfaat Tambahan Suami/ Istri dan Anak (Spouse and Children Benefit)

Manfaat ini akan memberikan perlindungan bagi istri/ suami dan anak

dari tertanggung. Jangka waktu perlindungan bagi setiap anak akan berakhir

jika sang anak berumur 21 atau 25 tahun. Beberapa perusahaan asuransi jiwa

memberikan fleksibilitas pada anak untuk mengubah asuransi berjangkanya

menjadi polis asuransi jiwa individu jika ia mencapai umur tertentu.

h) Manfaat Tambahan Anak (Children Benefit)

Persyaratan untuk tunjangan ini sama dengan tunjangan suami atau istri

dan anak (spouse and children benefit).

Penggolongan Jenis-Jenis Asuransi Jiwa

a. Menurut Jenisnya

1) Ordinary life insurance, yaitu asuransi jiwa biasa atau asuransi jiwa

besar. Ciri-cirinya, premi dibayar secara tahunan, setengah tahunan,

triwulanan, dan bulanan, uang pertanggungan dengan satuan yang cukup

besar.

2) Industrial life insurance, yaitu asuransi rakyat atau asuransi jiwa kecil.

Ciri-cirinya, premi relatif rendah sehingga terjangkau oleh rakyat yang

berpenghasilan rendah, uang pertanggungan relatif kecil, diadakan tanpa

pemeriksaan kesehatan.
24

3) Annuity contract, yaitu asuransi yang menitikberatkan pada cara

pembayaran uang pertanggungan, yaitu dengan cara berkala, tidak

sekaligus, selama annuitant (yang ditunjuk) masih hidup. Contohnya,

asuransi beasiswa dan asuransi pensiun.

b. Menurut Bentuk Polisnya

1) Individual life insurance, yaitu asuransi yang diadakan dengan maksud

untuk menutup suatu risiko dari satu orang tertanggung, baik dengan

maupun tanpa pemeriksaan dokter.

2) Group life insurance / asuransi jiwa kolektif, yaitu jenis asuransi yang

diadakan untuk menutup risiko dari banyak orang (satu polis untuk

kelompok atau grup tertanggung). Jenis ini dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a) contributory, artinya premi asuransi tersebut ditanggung bersama

antara pengambil asuransi dari tertanggung (biasanya antara karyawan

dan perusahaan).

b) non contributory, artinya premi asuransi sepenuhnya menjadi

tanggung jawab dari pengambil asuransi (perusahaan atau majikan).

c. Menurut Banyaknya Jiwa yang Ditanggung

1) Single life, yaitu perjanjian asuransi yang ditutup atas satu jiwa atau

tertanggung, baik dengan pemeriksaan kesehatan maupun tidak.

2) Joint life, yaitu perjanjian penutupan asuransi atas dua atau lebih

tertanggung.
25

d. Menurut Persyaratan Penutupnya

1) Medical insarance/

dengan pemeriksaan kesehatan, yaitu calon tertanggung terlebih dahulu

harus melakukan pemeriksaan kesehatan.

2) Non medical insurance/ tanpa pemeriksaan kesehatan, yaitu calon

tertanggung tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih

dahulu.

e. Menurut Pola Asuransi Jiwa

1) Whole life insurance/ asuransi seumur hidup, yaitu asuransi jiwa yang

berlaku seumur hidup tertanggung, artinya selama tertanggung masih

hidup, ia masih mempunyai kewajiban membayar premi.

2) Term insurance/ jangka waktu, yaitu asuransi yang uang

pertanggungannya hanya dibayarkan apabila tertanggung meninggal dunia

dalam masa pertanggungan. Jika sampai habis waktu masa pertanggungan,

tertanggung masih hidup, uang pertanggungan tidak akan dibayar.

3) Pure endowment/ asuransi dwiguna murni, yaitu asuransi jiwa yang

menitikberatkan pada tabungan atau saving. Artinya, uang pertanggungan

hanya akan dibayarkan sampai habis masa pertanggungan, ternyata

tertanggung masih hidup.

4) Endowment/ asuransi dwiguna, yaitu gabungan dari term insurance dan

pure endowment, dengan perbandingan 1:1, artinya uang pertanggungan

hanya akan dibayarkan jika tertanggung meninggal dunia dalam masa

pertanggungan, atau pada akhir kontrak apabila tertanggung masih hidup.


26

5) Gabungan lain, misalnya asuransi dwiguna ganda yang merupakan

kombinasi term insurance dan pure endowment dengan perbandingan 1:2.

f. Dilihat dari Tujuan Penggunaan Santunan

1) Asuransi beasiswa, yaitu penutupan asuransi untuk menyediakan dana

atau biaya belajar bagi anak tertanggung pada saat anak tersebut

memerlukannya.

2) Asuransi tabungan naik haji, yaitu gabungan antara menabung untuk naik

haji dan asuransi jiwa.

3) Asuransi jiwa kredit, yaitu melindungi ahli waris dan kreditur terhadap

risiko kematian, maka kesulitan pelunasan tersebut akan dikurangi karena

uang santunan asuransi jiwa akan cukup membayar sisa utang yang

belum dibayar.

4) Asuransi dana pensiun bagi karyawan, yaitu asuransi yang diberikan oleh

perusahaan non pemerintah untuk jaminan hari tua atau pensiun bagi para

karyawannya.

5) Asuransi jiwa unit-link, yaitu gabungan antara investasi dan asuransi

jiwa.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asruransi jiwa harus

diadakan secara tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut

ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat:

a) Hari diadakan asuransi;

b) Nama tertanggung;

c) Nama orang yang jiwanya diasuransikan;


27

d) Saat mulai dan berakhirnya evenemen;

e) Jumlah asuransi;

f) Premi asuransi.

Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat

asuransi sama sekali bergantung pada persetujuan antara kedua pihak (Pasal

305 KUHD).

a) Hari diadakan asuransi

Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi.

Hal ini penting untuk mengetahui kapan asuransi itu mulai berjalan dan

dapat diketahui pula sejak hari dan tanggal itu risiko menjadi beban

penanggung.

b) Nama tertanggung

Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang

wajib membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila terjadi evenemen

atau apabila jangka waktu berlakunya asuransi berakhir, tertanggung berhak

menerima sejumlah uang santunan atau pengembalian dari penanggung. Selain

tertanggung, dalam praktik asuransi jiwa dikenal pula penikmat (beneficiary).

yaitu orang yang berhak menerima sejumlah uang tertentu dan penanggung

karena ditunjuk oleh tertanggung atau karena ahli warisnya, dan tercantum

dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak ketiga yang

berkepentingan.
28

c) Nama orang yang jiwanya diasuransikan

Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu

kesatuan. Jiwa tanpa badan tidak ada, sebaliknya badan tanpa jiwa tidak ada

arti apa-apa bagi asuransi Jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek asuransi yang

tidak berwujud, yang hanya dapat dlkenal melalui wujud badannya. Orang

yang punya badan itu mempunyai nama yang jiwanya diasuransikan, baik

sebagai pihak tertanggung ataupun sebagai pihak ketiga yang berkepentingan.

Namanya itu harus dicantumkan dalam polis. Dalam hal ini, tertanggung dan

orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.

d) Saat mulai dan berakhirnya evenemen

Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku

asuransi. artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung,

misalnya mulai tanggal 1 januari 1990 sampai tanggal 1 Januari 2000, apabila

dalam jangka waktu itu terjadi evenemen, maka penanggung berkewajiban

membayar santunan kepada tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai

penikmat (beneficiary).

Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada

ketentuan keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa

berbeda dengan asuransi kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi

polis mengharuskan Pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban

penanggung. Mengapa tidak ada keharusan mencantumkan bahaya yang

menjadi beban penanggung dalam polis asuransi jiwa?. Dalam asuransi jiwa

yang dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya


29

diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang sudah pasti,

setiap makhluk bernyawa pasti mengalami kematian. Akan tetapi kapan

meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan. lnilah yang disebut peristiwa

tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.

Evenemen ini hanya 1 (satu), yaitu ketidak pastian kapan meniggalnya

seseorang sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi asuransi

jiwa. Karena evenemen ini hanya 1 (satu), maka tidak perlu di cantumkan

dalam polis. Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau

orang yang jiwanya diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban

penanggung dalam asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu

bersisi 2 (dua), yaitu meninggalnya itu benar-benar terjadi dalam jangka waktu

asuransi, dan benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir.

Kedua-duanya menjadi beban penanggung.

Asuransi jiwa berakhir apabila:

1. Terjadi Evenemen

Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban

penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah

diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam

jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung,

maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat

yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung

melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa

berakhir.
30

Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan,

bukan sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen). Menurut hukum

perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila

prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah

perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang

santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain,

asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan

klaim.

2. Jangka Waktu Berakhir

Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban

penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi.

Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen,

maka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian

ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumlah uang kepada

tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi

evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku

asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang kepada tertanggung.

3. Asuransi Gugur

Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD:

“Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi

ternyata sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung

tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain”,


31

Kata-kata bagian akhir pasal ini “kecuali jika diperjanjikan lain”

memberi peluang kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari

ketentuan pasal ini, misalnya asuransi yang diadakan untuk tetap dinyalakan

sah asalkan tertanggung betul-betul tidak mengetahui telah meninggalnya itu.

Apabila asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan premi yang sudah dibayar

karena penanggung tidak menjalani risiko. Hal ini pun diserahkan kepada

pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi

jiwa untuk kepentingan pihak ketiga.

Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan:

“Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi

hukuman mati, maka asuransi jiwa itu gugur”.

Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini?. Menurut

Purwosutjipto, penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab

kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang membolehkan

penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dan

badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu 2 (dua)

tahun sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi

jiwa lebih supel lagi.

4. Asuransi Dibatalkan

Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu

berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak

melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena

permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi


32

sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka

waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah.

Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali

pembayaran (secara bulanan), bagaimana cara penyelesaiannya?. Karena

asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung

juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.

B. Hak dan Kewajiban Pemegang Polis

Pemegang polis ialah pihak yang kedudukannya sangat penting

disamping penanggung. Sebab ia dapat menentukan kehendak secara bebas,

apakah akan melanjutkan perjanjian pertanggungan atau akan menghentikannya.

Hak-hak dari pemegang polis meliputi:

a. Penebusan Polis

Menurut Pasal 7 syarat-syarat umum polis pemegang polis berhak

untuk meminta agar perusahaan bersedia menebus polisnya, dengan syarat

asalkan perjanjian masih berlaku dan mempunyai nilai tebus. Dengan

berlakunya transaksi penebusan polis dan polis diserahkan kepada perusahaan

maka perjanjian menjadi hapus.

b. Penggadaian Polis

Pasal 8 syarat-syarat umum polis memuat ketentuan tentang hak

pemegang polis untuk menggadaikan polis (meminjam uang kepada

perusahaan dengan polis sebagai jaminan).


33

c. Menerima Pembayaran Faedah Asuransi

Pemegang polis atau pihak yang ditunjuk berhak menerima

pembayaran faedah asuransi dari penanggung di dalam masa kontrak apabila

terjadi resiko.

d. Merubah Pihak Yang Ditunjuk

Penerima faedah asuransi yang sudah tercantum di dalam polis masih

dimungkinkan untuk dirubah. Pemegang polis masih berhak mengadakan

perubahan terhadap pihak tertunjuk dan harus dilakukan secara tertulis,

dengan pembatasan bahwa jika pemegang polis meninggal dunia tetapi

pembayaran premi berlangsung terus, maka pengubahan itu hanya berlaku

untuk bagian asuransi yang diperoleh atas dasar premi-premi yang telah

dibayar hingga saat meninggalnya pemegang polis.

e. Kewajiban Tertanggung/Pemegang Polis

Perjanjian asuransi jiwa adalah suatu persetujuan dua pihak dimana

pihak tertanggung membayar premi sebagai prestasi, yang sebagai gantinya

menerima gaji ganti rugi dari penanggung. Pembayaran premi kepada pihak

penanggung selama kontrak berjalan merupakan kewajiban dari pihak

tertanggung/ pemegang polis.

Dalam Pasal 304 KUHDagang, dijelaskan bahwa untuk menetapkan

besarnya premi yang harus dibayar pemegang polis perlu diperhatikan

beberapa prinsip:

a. Besarnya uang pertanggungan, yaitu premi atas uang pertanggungan


yang besar akan lebih besar dibandingkan dengan premi atas uang
pertanggungan yang lebih kecil.
34

b. Umur Tertanggung, yaitu premi atas tertanggung berusia tua akan lebih
besar dibandingkan dengan premi atas tertanggung berumur muda.
c. Cara pembayaran premi, yaitu premi yang dibayar secara bulanan
lebih besar dibandingkan dengan premi tahunan.
d. Masa asuransi, yaitu jumlah premi dengan masa asuransi yang lama
akan lebih kecil dibandingkan dengan masa asuransi yang singkat,
kecuali untuk asuransi Jangka Warsa.
e. Jenis asuransi, yaitu premi atas asuransi yang mempunyai manfaat
yang banyak akan lebih besar dibandingkan yang mempunyai
manfaat sedikit.
f. Standart dan Substandart, yaitu Premi atas asuransi standart akan lebih
kecil dibandingkan dengan substandart.

C. Hak dan Kewajiban Perusahaan Asuransi

Hak dan kewajiban penanggung asuransi, yaitu:11

1. Hak dari penanggung:

a. Menerima premi. Premi merupakan prestasi dari pihak tertanggung

kepada pihak penanggung sebagai akibat dari adanya perjanjian

pertanggungan. Penanggung berhak menuntut premi kepada

tertanggung sesuai dengan perjanjian.

b. Menerima pemberitahuan dari tertanggung. Penanggung berhak

meminta keterangan yang lengkap dan benar kepada tertanggung yang

berkaitan dengan objek yang diasuransikan kepadanya.

c. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau

gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung (Pasal

282 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang)

11
Man Suparaman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
Alumni, Bandung, 2003,hlm. 9
35

d. Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain dengan

maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya (Pasal 271 Kitab

Undang – Undang Hukum Dagang)

e. Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang

diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung

sendiri (Pasal 276 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

2. Kewajiban dari penanggung adalah :

a. Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada

tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika

terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari

kewajiban tersebut. Apabila dari pihak tertanggung melakukan sebuah

kelalaian,seperti lupa membayar premi, hal ini dapat menyebabkan

batalnya polis tersebut. Sehingga penanggung asuransi bebas dari

tanggung jawab menanggung ganti rugi, apabila pada saat itu pula

tertanggung mengalami kerugian.

b. Menandatangani serta menyerahkan polis kepada pihak tertanggung

(Pasal 259 – 260 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur,

dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau

seluruhnya (Pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

D. Tatacara Klaim Asuransi Jiwa

Klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang

berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu. Sedangkan klaim menurut


36

Amrin merupakan pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada

sebagaimana yang seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi pengelola asuransi

untuk menyelesaikan klaim secara efisien.

Secara umum prosedur klaim pada tiap perusahaan asuransi itu hampir

sama, yang membedakan dari masing-masing perusahaan adalah kecepatan dan

kejujuran dalam menilai suatu klaim. Dalam penentuan apakah perusahaan

harus membayar atau menolak suatu klaim, penilai mengikuti prosedur

penyelesaian klaim dengan empat langkah pokoksebagai berikut:12

a. Pemberitahuan Klaim

Segera setelah peristiwa yang sekiranya membuat tertanggung

mengalami musibah, tertanggung atau pihak yang mewakilinya segera

melaporkan kepada penanggung. Laporan lisan harus dipertegas dengan

laporan tertulis. Pada tahap awal ini tertanggung akan mendapat petunjuk lebih

lanjut mengenai apa yang harus dilakukan oleh tertanggung, dan dokumen apa

yang harus dilengkapi oleh tertanggung.

Kondisi ini diterapkan untuk memungkinkan pengelola mengambil

tindakan apa yang diperlukan mengenai klaim yang muncul. Nasabah dapat

memberitahukan klaim baik secara personal kepada pengelola maupun melalui

otoritas atas namanya seperti pengacara, broker, atau agen.

b. Bukti Klaim

Peserta yang mendapat musibah diminta menyediakan fakta-fakta yang

utuh dan bukti-bukti yang diharuskan perusahaan, karena pada prakteknya

12
Hasan Ali AM, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Penerrbit Kencana, Jakarta,
2004, hlm. 90.
37

masing-masing perusahaan mempunyai kebijakan sendiri dalam menentukan

dokumen bukti klaim yang dibutuhkan. Untuk tujuan ini, penting bagi peserta

yang mendapat musibah untuk menyerahkan klaim tertulis dengan melengkapi

form permohonan klaim. Penting juga penuntut untuk melengkapi dokumen-

dokumen yang diajukan sebagaimana yang dipersyaratkan secara sta

ndar dalam industri asuransi di Indonesia.

c. Penyelidikan

Setelah laporan yang dilampiri dengan dokumen pendukung

diterima oleh penanggung, selanjutnya dilakukan analisa administrasi.

Misalnya, mengenai apakah premi sudah dibayar atau belum. Apabila

tahap ini telah dilalui, penanggung akan memutuskan untuk segera

melakukan survei lapangan atau menunjuk independent adjuster, jika hal

itu diperlukan.

d. Penyelesaian Klaim

Setelah terjadinya kesepakatan mengenai jumlah penggantian sesuai

peraturan perundangan yang berlaku, diisyaratkan bahwa pembayaran klaim

tidak boleh lebih 30 hari sejak terjadi kesepakatan tersebut. 13

13
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General, Gema Insan Press,
Jakarta, 2004, hlm. 261.

Anda mungkin juga menyukai