Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ACARA 1
Kelompok 3
OLEH:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad ke-18 diketahui senyawa hidrokarbon hanya dapat diperoleh dari
makhluk hidup sehingga senyawa hidrokarbon disebut senyawa organic. Senyawa
hidrokarbon memiliki sifat tertentu akibat adanya atom selain atom karbon dan atom
hydrogen di dalamnya. Atom-atom tersebut dinamakan gugus fungsional senyawa
hidrokarbon.
Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat, hal ini sejalan
dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan
aman untuk dikonsumsi. Salah satu syarat kualitas air minum secara kimiawi
adalah batasan kandungan nitrat dan nitrit dengan kadar maksimum untuk nitrat 10
mg/L dan nitrit 1 mg/L. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
nitrat dan nitrit dalam air minum isi ulang di daerah Cibiru, Bandung. Metode
yang digunakan adalah spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Gries. Nitrit
dalam suasana asam akan bereaksi dengan sulfanilamide dan naftiletilendiamin
dihidroklorida membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan yang
dapat menyerap pada 535 nm. Sedangkan analisis nitrat didasarkan pada reaksi
reduksi nitrat menjadi nitrit oleh granul Zn dan nitrit yang terbentuk bereaksi
dengan pereaksi yang sama. Dari hasil penelitian diperoleh linieritas yang baik
dengan koefisien korelasi (r) adalah 0,998, BD adalah 0,09 bpj, dan BK adalah 0,29
bpj (nitrit) sedangkan koefisien korelasi (r) = adalah 0,998, BD adalah 1,62 bpj, dan
BK adalah 5,39 bpj (nitrat). Hasil pengukuran sampel diperoleh kadar tertinggi untuk
nitrit dan nitrat berturut-turut adalah 0,49bpj dan 7,60 bpj. Pereaksi gries dapat
digunakan untuk analisis nitrat dan nitrit dalam air minum isi ulang dan semua
sampel yang dianalisis mengandung nitrat dan nitrit tetapi tidak melebihi ambang
batas yang telah ditentukan.
B. Tujuan
Ketika suatu senyawa bereaksi, ada suatu bagian yang paling reaktif. Bagian
reaktif ini disebut gugus fungsi yang menjadi pusat suatu reaksi kimia. Gugus fungsi
merupakan atom atau kelompok atom yang menentukan struktur dan sifat-sifat suatu
senyawa. Senyawa yang memiliki gugus fungsi yang sama akan dikelompokkan
kedalam golongan yang sama. Berdasarkan gugus fungsi yang dimiliki, senyawa
karbon dikelompokkan kedalam golongan alkane, alkena, alkuna, alcohol, eter,
aldehid, keton, asamkarboksilat, dan ester.
Nitrit dan nitrat adalah dua molekul yang berbeda yang terdiri dari nitrogen
dan oksigen. Perbedaan kimia antara nitrit dan nitrat adalah berapa banyak atom
oksigen yang hadir pada masing-masing senyawa. Nitrit memiliki dua atom oksigen
dan satu nitrogen, sedangkan nitrat memiliki tiga atom oksigen. Hal ini
dimungkinkan untuk nitrat berubah menjadi nitrit dengan kehilangan atom oksigen,
dan sebaliknya. Nitrat sering ditemukan dalam pupuk, dan keduanya nitrit dan nitrat
adalah umum digunakan dalam berbagai proses pengawetan makanan seperti
pembuatan sosis. Perbedaan yang paling mendasar antara molekul nitrit dan nitrat
adalah keduanya mengandung nitrogen danoksigen, dengan jumlah atom oksigen
yang berbeda. Baik molekul nitrat dan nitrit mengandung satu atom nitrogen, tetapi
nitrat memiliki tiga atom oksigen dan nitrit hanya memiliki dua. Meskipun perbedaan
ini, adalah mungkin untuk nitrit dan nitrat masing-masing secara kimia berubah
menjadi yang lain dengan memperoleh atau kehilangan molekul oksigen.
Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat, hal ini sejalan dengan
dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk
dikonsumsi. Air minum yang bias diperoleh di depot-depot isi ulang harganya bias
sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak
rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depot-depot air
minum isi ulang bermunculan. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi
ulang terjamin keamanan produknya (Widyanti, 2004).
Dalam tubuh, senyawa nitrat dalam konsentrasi tinggi akan direduksi menjadi
nitrit dengan bantuan bakteri rumen dan nitrit inilah sebagai penyebab keracunan.
Senyawa nitrit akan masuk kedalam darah dan bereaksi dengan haemoglobin
sehingga menghasilkan methaemoglobin yang dapat merusak system transportasi
oksigen dalam darah (Osweilerdkk, 1976).
Menurut SNI 01-63554-2006 tentang Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan
secara Spektrofotometri menentukan nitrit menggunakan pereaksi Gries sedangkan
nitrat dengan penambahan sejumlah larutan asam klorida. Pada penelitian ini nitrat
dan nitrit ditentukan dengan pereaksi Gries. Dimana untuk nitrat dengan terlebih
dahulu dilakukan reduksi nitrat menjadi nitrit dengan granul Zn (Narayana dan
Kenchaiah, 2009). Nitrit dalam suasana asam akan bereaksi dengan sulfanilamide dan
naftiletilendiamindihidroklorida membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum 535 nm.
BAB III
METODE
JURNAL 1
Analisis Kandungan Nitrat dan Nitrit dalam Air Minum Isi Ulang dengan Pereaksi
Gries Menggunakan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
A. Alat
B. Bahan
1. Natrium nitrit
2. Kalium nitrat
3. Asam sulfanilat
4. Asam klorida
5. N-(1-naftil etilendiamin dihidroklorida)
6. Glisin
7. Natrium hidroksida
8. Naftil etilendiamin dihidroklorida
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan induk
Larutan Induk Nitrit 1000 bpj: 0,15 g NaNO2 dilarutkan dalam labu ukur
100 ml dengan aquabidest.
Larutan Induk Nitrat 1000 bpj: 0,1629 g KNO3 dilarutkan dalam labu
ukur 100 ml dengan aquabidest.
2. Pembuatan pereaksi
Larutan asam sulfanilat: 0,5 g sulfanilat dengan campuran 5 ml HCl
pekat dan 30 ml aquabidest di dalam labu ukur 50 ml. Encerkan dengan
aquabidest sehingga volumenya menjadi 50 ml.
Larutan naftil etilendiamin dihidroklorida: 0,5 g N-(1-naftil etilendiamin
dihidroklorida) dengan 100 ml aquabidest di dalam beaker glass 500 ml.
Encerkan dengan aquabidest sehingga volumenya menjadi 500 ml.
Analisis Kandungan Nitrat dan Nitrit dalam Air Minum Isi Ulang dengan
Pereaksi Gries Menggunakan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Gelas ukur
2. Gelas beaker
3. Pipet tetes
4. Pipet volume
5. Bulp
6. Batang pengaduk
7. Termometer
8. Corong pisah
9. Spatula
10. Kertas saring
11. Labu erlenmeyer
12. Labu ukur
13. Corong kaca
14. Kondensor bola
15. Labu leher tiga
16. Timbangan analitik
17. Hot plate
18. Magnetic stirer
19. Oven
20. Klem
21. Tiang statif
22. Botol film
23. Stopwatch
24. Spektrofotometer
25. Serapan atom
26. Spektrofotometer FT-IR.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Resin polistirene divinilbenzena (PSDVB)
2. Dimetilglioksima (DMG)
3. H2SO4(p) (p.a E’Merck)
4. HNO3(p) (p.a E’Merck)
5. HCl(p) (p.a E’Merck)
6. NaOH (p.a E’Merck)
7. C2H5OH (p.a E’Merck)
8. NaNO2 (p.a E’Merck)
9. SnCl2.2H2O
10. Logam Ni(II)
11. pH universal
12. Alumunium foil
13. Aquadest
C. Prosedur Kerja
1. Tahap Nitrsi
Sebanyak 5 gr resin PSDVB ditambahkan 25 ml H 2SO4(p)
kemudian direfluks selama 1 jam pada suhu ± 60 °C. Ditambahkan 10 ml
HNO3(p) dan direfluks kembali selama 1 jam pada suhu ± 60 °C.
Didinginkan labu leher tiga hingga mengembun dan ditambahkan aquadest
dingin, lalu disaring. Residu dicuci dengan aquades dingin hingga pH 7, lalu
dikeringkan dalam oven pada suhu ± 65 °C selama 12 jam dan dimasukkan
kedalam desikator selama ± 15 menit. Resin PSDVB hasil nitrasi lalu
dikarakterisasi.
2. Tahap Reduksi
Resin PSDVB hasil nitrasi ditambahkan 20 g SnCl 2.2H2O, 22,5 ml
HCl(p), dan 30 ml C2H5OH. Direfluks pada suhu ± 40 °C selama 24 jam.
Kemudian dicuci dengan campuran HCl-C2H5OH (1:1) dan disaring. Residu
kemudian dicuci dengan aquades hingga pH 7 dan disaring. Lalu residu
ditambahkan dengan 150 ml NaOH 2 M dan disaring. Kemudian residu
dikeringkan dalam oven pada suhu ± 65 °C selama 12 jam dan dimasukkan
kedalam desikator selama ± 15 menit. Resin PSDVB hasil reduksi lalu
dikarakterisasi.
3. Tahap Diazotasi
Resin PSDVB hasil reduksi ditambahkan 100 ml HCl 2 M dan
didiamkan selama 30 menit lalu disaring kemudian residu dicuci dengan
aquades dingin hingga pH 7. Residu hasil penyaringan ditambahkan 100 ml
HCl 1 M dan 75 ml NaNO2 1 M pada suhu 0-3 °C, kemudian ditambahkan
dimetilglioksima (DMG) 2 gram lalu direfluks selama 1 jam pada suhu
antara 0-3 °C. Kemudian didiamkan selama 24 jam di dalam lemari
pendingin. Campuran disaring dan dibilas dengan aquades dingin hingga pH
7, lalu disaring. Residu dikeringkan dalam oven pada suhu ±50°C dan
dimasukkan kedalam desikator selama ± 15 menit Resin PSDVB hasil
diazotasi lalu dikarakterisasi.
A. Hasil
JURNAL 1
Analisis Kandungan Nitrat dan Nitrit dalam Air Minum Isi Ulang dengan Pereaksi
Gries Menggunakan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
Sumber nitrat dapat diperoleh dari pupuk nitrogen, sampah organik, dimana
dapat mengakibatkan meningkatnya kadar nitrat dalam air. Senyawa yang
mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan mudah bermigrasi dengan air
bawah tanah, juga nitrat dapat berasal dari permukaan air selama produktivitas
primer, ketika tumbuhan mati terdekomposisi kemudian nitrat teregenerasi ke kolom
air.
Senyawa nitrit pada perairan merupakan hasil reduksi senyawa nitrat atau
oksidasi amonia oleh mikroorganisme. Sumber utama nitrit dalam lingkungan adalah
oksidasi mikrobadari ion ammonium, terutama oleh genus Nitrosomonas atau reduksi
nitrat oleh bakteri denitrifikasi yaitu Pseudomonas dan Achromobacter.
Setelah dilakukan analisis kandungan nitrat dan nitrit pada sampel, semua
sampel mengandung nitrat dan nitrit tetapi tidak melebihi ambang batas yang telah
ditentukan (Tabel 1).
BM Nitrat
NO3- = (NO2- total NO2-) ×
BM Nitrit
Ketentuan: ambang batas untuk NO2 sebesar 1bpjdan untuk NO3 sebesar 10 bpj.
JURNAL 2
Analisis Kandungan Nitrat dan Nitrit dalam Air Minum Isi Ulang dengan Pereaksi
Gries Menggunakan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
1. Tahap Nitrasi
Nitrasi adalah reaksi pengikatan ion nitronium (NO2+) terhadap benzena
dengan cara resonansi yang dilakukan dengan mencampurkan asam nitrat dengan
asam sulfat pekat (campuran penitrasi). Fungsi asam sulfat ialah sebagai penyerap air
yang dihasilkan dalam proses nitrasi dan asam sulfat tidak bereaksi terhadap benzena
melainkan hanya bereaksi terhadap asam nitrat untuk menghasilkan ion nitronium.
Proses nitrasi benzena dapat berlangsung dengan baik bila benzena direaksikan
dengan campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat pada suhu antara 50 hingga
60˚C yang menghasilkan nitrobenzena berwarna coklat muda dengan rendemen
60,7289%.
Berdasarkan hasil spektrum, diperoleh bilangan gelombang 1527,62 cm-1 dan
1350,17 cm-1 yang merupakan pita serapan dari gugus nitro, N-O yang bersifat
elektrofilik dan diperoleh pita serapan dari gugus C-H aromatik dengan panjang
gelombang 2931,80 cm-1. Terjadi perubahan warna resin pada tahapan nitrasi ini dari
warna putih berubah menjadi warna coklat muda. Perubahan warna ini menunjukkan
bahwa resin telah ternitrasi.
2. Tahap Reduksi
Proses reduksi nitrobenzena menghasilkan benzilamina yang berwarna
coklat tua dilakukan dengan bantuan garam logam SnCl2.2H2O dalam pelarut HCl(p).
Dalam hal ini, SnCl2.2H2O yang digunakan bertindak sebagai reduktor nitrobenzena
dan HCl(p) sebagai pelarut suasana asam. Nitrobenzena sukar larut dalam HCl
sehingga ditambahkan C2H5OH yang bertindak sebagai pelarut nitrobenzena lalu
dilakukan proses refluks pada suhu ± 40˚C selama 24 jam. Dengan rendemen
95,8940%.
Berdasarkan hasil spektrum, diperoleh bilangan gelombang 3448,72 cm-1
yang merupakan pita serapan dari gu gus amina N-H strech dan bilangan gelombang
2931,80 cm-1 yang merupakan pita serapan dari C-H aromatik. Terjadi perubahan
warna pada tahapan reduksi ini dari warna coklat muda berubah menjadi warna coklat
kehitaman.
3. Tahap Diazotasi
Reaksi diazo merupakan reaksi penggantian gugus elektrofil aromat, dengan
elektrofilnya adalah kation diazonium N=N+. Kation diazonium tersebut dihasilkan
dari reaksi antara arilamina primer yang direaksikan dengan asam nitrit pada suhu 0-
3˚C. HNO2 diperoleh secara in situ dari reaksi NaNO 2 sebagai sumber ion
nitrosonium dengan HCl encer sebagai katalis sehingga membentuk garam
diazonium. Asam nitrit mengurai agak cepat pada suhu kamar karena itu pada tahapan
ini untuk pembuatan asam nitrit dilakukan pada suhu 0-3 ˚C.
Kation diazonium akan mengalami reaksi kopling dengan dimetilglioksima
untuk membentuk resin pengkhelat polistirena-dimetilglioksima yang berwarna putih
melalui reaksi diazotasi dan PSDVB berfungsi sebagai matriks bagi active side.
Dengan rendemen 74,2254%. Adapun reaksi kopling dari senyawa resin pengkhelat
PSDVB-dimetilglioksima sebagai berikut :
Berdasarkan hasil spektrum, diperoleh bilangan gelombang 1627,62 cm-1
yang merupakan pita serapan dari gugus azo N=N[10]. Bilangan gelombang 1141,86
cm-1 dan 1219,01 cm-1 merupakan pita serapan dari gugus C-N, bilangan gelombang
1365,60 cm-1 merupakan pita serapan dari gugus metil (CH 3), bilangan gelombang
3209,55 cm-1 merupaka pita serapan dari O-H dan bilangan gelombang 2931,80
merupakan pita serapan dari gugus C-H aromatik. Hasil lain sebagai indikasi bahwa
resin telah terdiazo dan mengalami penambahan gugus pengkhelat dimetilglioksima
adalah dengan terjadinya perubahan warna dari coklat kehitaman menjadi warna
putih.
Hal ini dikarenakan resin PSDVB tidak memiliki gugus penukar ion yang
dapat dipertukarkan dengan ion logam berat. Oleh karena itu, sintesis terhadap resin
PSDVB dilakukan untuk menambahkan gugus penukar ion pada resin PSDVB berupa
ligan pengkhelat dimetilglioksima yang akan berikatan kompleks dengan ion logam
Ni(II) melalui ikatan koordinasi membentuk kompleks. Pembentukan kompleks
terjadi karena penyumbangan suatu pasangan elektron, dari atom O- dan atom N oleh
ligan dimetilglioksima dan N=N+ dari gugus azo ke atom pusat Ni(II). Berdasarkan
teori medan ligan yang menjelaskan bahwa pembentukan kompleks atas dasar medan
elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan yang terkoordinasi dari atom pusat.
Karenanya nilai adsorpsi antara resin yang belum disintesis lebih kecil dari pada resin
yang telah disintesis hal ini terjadi karena adanya penambahan gugus penukar ion
terhadap resin PSDVB.
B. Pembahasan
Analisis nitrat – nitrit dengan metode sinar tampak ini dilakukan pereaksi
Gries. Nitrit dalam suasana akan bereaksi dengan sulfanilamid dan naftil
dihidroklorida membentuk senyawa yang berwarna merah keunguan. Warna yang
diukur absorbansinya pada panjang maksimum. Sedangkan untuk nitrat, pereaksi
Gries dengan terlebih dahulu reduksi nitrat menjadi nitrit dengan granul Zn.
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan desorpsi dan adsorpsi ion logam Ni(II)
0,964 mg/L dan 0,991 mg/L. Sehingga persentase perolehan kembali dari retensi resin
pengkhelat PSDVBdimetilglioksima terhadap ion logam Ni(II) adalah 97,275 %. Jadi
dapat dikatakan bahwa resin yang dihasilkan dapat digunakan sebagai dalam proses
pemisahan ion logam Ni(II). Hasil menunjukkan bahwa resin pengkhelat yang dapat
digunakan sebagai resin dalam pemisahan ion logam berat karena memiliki satu sifat
penting resin yaitu selektivitas dalam ion pada suatu larutan, mampu ion yang telah
diadsorpsi, cukup terangkai silang sehingga tidak mudah larut dan gugus penukar ion
yang mampu melakukan ion terhadap ion dengan muatan berlawanan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Senyawa resin pengkhelat polistiren dapat disintesis reaksi nitrasi dengan rendemen
dari setiap tahapan reaksi yang dihasilkan 60,7289%.
• Analisis kandungan nitrat dan nitrit dalam air minum ulang dapat dilakukan dengan
pereaksi Gries, pada semua sampel mengandung nitrat dan yang tidak melebihi
ambang batas yang ditentukan.
B. Saran