Kelompok 4 Rombongan 2
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Salah satu sumber selulosa adalah tanaman kapas. Tanaman kapas adalah
tanaman dengan serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis gossypium.
Tanaman kapuk adalah pohon tropis yang tergolong kapuke dalam ordo malvales.
Tanaman kapas dan tanaman kapuk ini banyak tumbuh di Indonesia yang
memiliki iklim tropis. Potensi tanaman kapas dan tanaman kapuk Indonesia saat
ini diantaranya adalah di daerah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai guna dan nilai
ekonomis dari bahan selulosa kapas dan kapuk adalah pemanfaatannya sebagai
bahan baku pembuatan nitroselulosa dengan menggunakan reaksi nitrasi. Reaksi
ini adalah reaksi pembuatan nitroselulosa dengan menggunakan campuran asam
nitrat dan asam sulfat dengan bantuan air dengan atau tanpa pengadukan.
Komposisi reaktan diatur agar dihasilkan nitroselulose dengan kadar N 12,2 %.
Nitroselulosa yang dihasilkan distabilkan dengan memanaskan dalam asam panas
diikuti dengan larutan natrium karbonat encer panas (Erlangga, dkk., 2012).
Reaksi nitrasi selulosa yaitu proses penggantian gugus –OH dengan gugus
– ONO2 pada selulosa. Proses ini dikendalikan oleh rasio diantara asam, rasio
asam-selulosa, waktu, dan suhu reaksi. Jika terjadi penggantian satu gugus, dua
gugus, tiga gugus, maka kadar nitrogen dalam nitroselulosa adalah berturut-turut
6,76%; 11,11%; 14,14%. Kadar N akan menentukan sifat fisik dan kimia
nitroselulosa. Substitusi berlangsung sepanjang rantai polimer bukan mengumpul
pada satu monomer.
Selulosa nitrat dibuat dari pengolahan selulosa dengan larutan asam nitrat
pekat yang mana perlu penambahan asam sulfat (senyawa lain dapat juga
digunakan sebagai pengganti seperti asam fosfat, fosfor pentoksida atau
magnesium nitrat). Kesemua bahan tersebut mempunyai fungsi yang sama sebagai
katalisator. Akan tetapi dalam setiap pemakaian asam sulfat yang paling lazim
digunakan karena harganya yang relatif lebih murah (Ronggur, dkk., 2012).
1. Pembuatan nitroselulosa dari kapas (Gossy pium sp.) dan jerami (Oryza
sativa) melalui reaksi nitrasi
Alat :
1. Indikator suhu
2. Sistem pendingin berupa l emari es / lemari pendingin
3. Reaktor berupa beaker glass 1000 ml
4. Termocouple
5. Magnetic stirrer
Bahan :
Alat:
1. Pisau 8. Gelas ukur
2. Baskom 9. Pipet tetes
3. Parutan 10. Pipet ukur
4. Kain saring 11. Pengaduk
5. Ayakan (diameter 40 12. Vacuum rotary evaporator
mesh) 13. Waterbath
6. Erlenmeyer 14. Glukometer
7. Beaker glass
Bahan:
A. Prosedur Kerja
1. Pembuatan nitroselulosa dari kapas (Gossy pium sp.) dan jerami (Oryza
sativa) melalui reaksi nitrasi
Prosedur Pre-treatment Bahan Baku Selulosa
Pada tahapan pre-treatment bahan baku merupakan proses
delignifikasi dengan tujuan untuk menghilangkan lignin dan
kandungan pengotor lain.
Kapas dan jerami ditimbang sesuai variabel berat yang ditentukan yaitu
sebesar 5 gram.
Diadaptasi tikus selama 7 hari, seluruh tikus hanya diberi pakan dan
minum standar
Dibagi tikus wistar menjadi 6 kelompok (terdiri dari 5 ekor) secara acak
yaitu kelompok normal, kelompok induksi, kelompok standard
(metformin), dan kelompok ekstrak (dosis 50, 100, dan 150 mg/kg bb)
1. Pembuatan nitroselulosa dari kapas (Gossy pium sp.) dan jerami (Oryza
sativa) melalui reaksi nitrasi
Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Yield Nitroselulosa
Berikut ini adalah grafik hubungan antara waktu reaksi
terhadap yield nitro selulosa yang dihasilkan.
Penapisan Fitokimia
Tabel 3. Hasil rata-rata kadar glukosa darah pra induksi dan paska
induksi untuk semua kelompok perlakuan
Kadar glukosa darah pra induksi dan paska induksi Rerata kadar
glukosa pada keenam kelompok sebelum induksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan uji analisis statistik ANOVA diperoleh keenam kelompok
perlakuan pada waktu pra induksi tidak memberikan perbedaan satu sama
lainnya (p=0,226). Rerata kadar glukosa pada keenam kelompok setelah
induksi, berdasarkan analisis statistik ANOVA diperoleh keenam kelompok
perlakuan memberikan perbedaan satu sama lainnya (p=0,005). Hasil
analisis statistik uji jarak berganda Duncan, menunjukan terdapat perbedaan
yang signifikan antara kadar glukosa darah pada semua kelompok yang
diuji. Dari analisis ini juga memperlihatkan dosis yang paling baik yaitu
dosis 100 mg/kg bb karena nilai tersebut mendekati kelompok pembanding
(metformin). Pada data terlihat bahwa telah terjadi penurunan kadar glukosa
darah pada kelompok ekstrak, kelompok pembanding dan kelompok normal
setalah diinduksi glukosa. Hal ini telah membuktikan bahwa ekstrak uji
memiliki potensi menurunkan kadar glukosa darah.
Ekstrak uji dosis 50, 100, dan 150 mg/kb bb dan metformin dapat
menurunkan kadar trigliserida yang berbeda bermakna dibandingkan
kelompok induksi. Efek ekstrak etanol rimpang bangle hantu yang
menurunkan kadar trigliserida pada tikus putih yang diinduksi fruktosa dan
PTU ini sesuai dengan hipotesis penelitian.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Alam, F.A., Dkk. 2012. Synthesis and Characterization of Cellulose Nitrate from
Bayu, Ilman, F. 2012. Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas dan Kapuk melalui
Dr. Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Redaksi Agromedia. PT.
Agromedia Pustaka.
Erlangga, Bayu P., Ilman Tafdhila, Mahfud dan Rr. Pantjawarni Prihartini. 2012.
Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi. Jurnal teknik ITS Vol. 1, No. 1 (Sept
dan Propelan Double Base Sebagai dasar Penentuan Kadar Nitrogen dalam
LAPAN, 1-7.
Muhammadiyah.
Noverita., Fitria., Sinaga E., 2009. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur
Endofit Dari Daun dan Rimpang Zingiber ottensii Val. Jurnal Farmasi
Bandung.
Ronggur, Jabosar dan Sunarno, Padil. 2012. Kinetika Reaksi Proses Nitrasi
Sari, Heni, M. 2010. Uji Efek Hipoglikemik Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria
Gambir, Roxb.) Pada Tikus Putih Jantan Dengan Metode Induksi Aloksan
Maranatha.
Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan 5 (1). STIKes MH. Thamrin
Jakarta Timur.
Yuda, I Ketut., Made, Suma, A., Anak, Agung, Gede, D. (2013): Identifikasi
Yuriska, A. (2009): Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar.