Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI SEL

“STEM CELL”

Disusun oleh:
Kelompok 1
Ananda Mutiara Alhakimah 4401418058
Hana Hanifah Minawati 4401418057
Millana Aulia 4401418080
Nuriana Yulianti 440141808
Tiffany Aurelia Santoso Putri 44014180

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2019
PEMBAHASAN

A. Definisi Stem Cell

Stem cell diperkenalkan sebagai sel-sel “undifferentiated” karena belum dapat


berkembang dan membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik. Sel punca, sel
induk, sel batang (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel yang belum
berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang
menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Proses perubahan stem cell
menjadi tipe sel yang spesifik dikenal sebagai “differentation”.
Selain berfungsi untuk membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik, stem
cell juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah
rusak demi kelangsungan hidup organisme. Saat stem cell terbelah, sel yang baru
mempunyai potensi untuk tetap menjadi stem cell atau menjadi sel dari jenis lain
dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak.

Gambar 1. Sifat/karakter sel punca yaitu differentiate dan self regenerate/renew


Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu:
1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel
Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik)
misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain
2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau
meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang
persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.

B. Penggolongan Stem Cell


Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi:
1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel.
Yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini
merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan
tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk
membentuk satu individu yang utuh.

Gambar 2. Sel Punca totipoten dan pluripoten


2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan
germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi
jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel
punca pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells).
3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis
sel misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat
pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit,
lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah sel punca saraf (neural stem
cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel
glia.
4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis
sel. Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat
memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew).
Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi
sel darah merah.

Gambar 3. Multipotent dan unipotent stem cell pada sumsum tulang


Berdasarkan sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan
tubuh,maka sel induk dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

1. Sel induk embrio (embryonic stem cell) adalah sel induk yang diambil dari
embrio pada fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah
pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan
mengandung sel-sel induk embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel
bagian dalam dan dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel induk embrional
dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa,
seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya.
Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai
pada IVF (in vitro fertilization). Akan tetapi saat ini telah dikembangkan teknik
pengambilan sel induk embrionik (embryonic stem cell) yang tidak
membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan tumbuh. Untuk
masa dapan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap
embryonic stem cell.
Gambar 4. Pembuatan kultur sel induk embrio
2. Sel induk dewasa (adult stem cells) adalah sel induk dewasa yang mempunyai
dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat
berfroliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbaharui diri.
Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untu menghasilkan sel-
sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial.
Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietik
(hematopoietik stem cell), yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu
membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan keeping darah yang sehat.
Sumber sel induk hematopoietik dapat ditransplantasikan dari beberapa organ
seperti: sumsum tulang, sel darah tepi, dan darah tali pusar.
 Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang
besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang
rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk
hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu,
transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan
leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan
angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi
sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur
yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranastesi
total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor
dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu
disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan
menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berfroliferasi. Pada
akhirnya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan
tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur
transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih
resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum
tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk
menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi
resipien terhadap infeksi. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone
marrow transplantation).
 Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell
transplantation) seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi
merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung
tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk
yang jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor
diberikan granulosyte coloni stimulating factor (G-CSF) untuk
menstimulasi sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke
peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut
aferesis. Jika resipien membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses
ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan
darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sek
induk dan mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk
darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan
transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu
pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya
membutuhkan sekitar 100cc. Keuntungan lain sel induk darah tepi lebih
mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentang tidak setahan
sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel
induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu,
transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum
tulang.
 Transplantasi sel induk darah tali pusat. Pada tahun 1970-an para peneliti
menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang
sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel
induk dalam sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan
penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia
dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya
bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk
menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sel induk
yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari
sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.
Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari
proses kelahiran menjadi suatu sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.
Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Prancis
pada penderita anemia fanconi tahun 1988 pada tahun 1991, darah tali pusat
di transplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukimia. Kedua
trasnplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-
kira tiga ribu transplantasi darah tali pusat.

Gambar 5. Transplantasi sel induk darah tali pusat


C. Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset

1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa
transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah
stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan
karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka pemberian pada terapi gen
tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga
dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut
dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan
kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel
kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan.
4. Terapi sel (cell based therapy)
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan petri. Sifat ini
dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan
ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.

Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-
based therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi
dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan
transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam
jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan
kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam
hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui
metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi
gen di atas.
4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan serta
berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.

D. Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit


Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk
menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cell
untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi yang
dimaksud adalah dengan melakukan transplantasi stem cell pada organ yang rusak.
Tujuan dari transplantasi stem cell ini adalah sebagai berikut.
1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada
jaringan atau organ tubuh pasien.
2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu
dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai
kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti
neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya, sehingga
dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel induk dewasa (adult stem
cells) juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi
kemampuan plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem
dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan kontroversi etika.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis
(spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya
fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara
melakukan remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat
menghasilkan oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi
akson yang rusak.
2. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim
(mesenchymal stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan
pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem cells
diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah disuntikkan perifer MSC akan
melintas sawar darah otak pada daerah otak yang rusak. Pemberian MSC
intravenous akan mengurangi terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi
sel endogen setelah terjadinya stroke.
3. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap
insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya
8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi
penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin
besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel
penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James
Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau
Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda
dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi
transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi
dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell
dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan
penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi
insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
4. Penggunaan sel punca untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah
dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang
dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga
menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat
dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.

E. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sel Induk (Stem Cell)


Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
antara lain:
1. Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel.
 Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain:
a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.
b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis
germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat
membentuk selubung embrio.
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak
diri ratusan kali pada media kultur.
d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
 Kekurangan penggunaan sel induk embrionik adalah:
1. Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel yang
tidak berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.
2. Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari
pendonor yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok
sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.
3. Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi kontroversi
dalam penggunaan stem cell embrio yakni sumber sel tersebut (embrio).
Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell menimbulkan
kontroversi karena pengklonan manusia tersebut ditentang oleh semua
agama, hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa embrio berstatus
sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima.
Selain itu status moral embrio, apakah embrio harus diperlakukan sebagai
manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi manusia atau
sebagai jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi kontroversi.
2. Penggunaan sel induk dewasa (adult stem cell)
 Kelebihan penggunaan sel induk dewasa adalah:
a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari
terjadinya penolakan imun.
b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih
sederhana.
c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.
 Kekurangan dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:
a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang
berbeda dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit,
daerah gigi, pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot
tengkorak, dan usus). sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam
jumlah banyak.
b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
c. Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu
macam sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang
bersifat pluripotent.
3. Penggunaan sel induk dari darah tali pusat.
 Kelebihan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan
pembekuan.
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang
berasal dari sumsum tulang.
d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.
 Kekurangan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik
yang terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor
meningkat menjadi dewasa.
b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara
jumlah sel induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia
dari donor.

F. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa simpulan yaitu


sebagai berikut.

1. Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan
mempunyai kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel
yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh.
2. Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi: totipoten, pluripoten, multipoten, unipotent. Sedangkan
berdasarkan sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh, sel induk
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Sel induk embrio (embryonal
stem cell) dan Sel induk dewasa (adult stem cells).
3. Pemanfaatan stem cell dalam bioteknologi yakni digunakan dalam riset dan dalam
pengobatan penyakit. Pemanfaatan stem cell dalam riset adalah untuk terapi gen,
engetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan
kanker, penemuan dan pengembangan obat baru dan terapi sel (cell based
therapy). Sedangkan penggunaan stem cell dalam pengobatan penyakit, yaitu
untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada
jaringan atau organ tubuh pasien dan untuk menggantikan sel-sel spesifik yang
rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel baru yang
ditranspalantasikan.
4. Dalam penggunaan stem cell tentu saja terdapat kelebihan dan kekurangan, secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut. Keuntungannya yaitu stem cell mudah
didapatkan, stem cell mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi
berbagai macam sel. Sedangkan kekurangannya adalah adanya kemungkinan
terkena penyakit genetik pada sel induk tali pusat, secara kode etik penggunaan
stem cell masih kontroversial khususnya dalam penggunaan sel induk embrionik.

Daftar Pustaka

Brooks, Geo.F, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta.EGC


Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja:
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
D. Enger, Eldon, dkk. 2007.Consepts In Biology. New York: The McGraw-Hill
Companies
Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The
Americans: Mc Graw Hill Higher Education
Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai
Penyakit Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153, (online)
(diakses pada tanggal 19 Maret 2011)

Anda mungkin juga menyukai