“STEM CELL”
Disusun oleh:
Kelompok 1
Ananda Mutiara Alhakimah 4401418058
Hana Hanifah Minawati 4401418057
Millana Aulia 4401418080
Nuriana Yulianti 440141808
Tiffany Aurelia Santoso Putri 44014180
1. Sel induk embrio (embryonic stem cell) adalah sel induk yang diambil dari
embrio pada fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah
pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan
mengandung sel-sel induk embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel
bagian dalam dan dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel induk embrional
dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa,
seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya.
Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai
pada IVF (in vitro fertilization). Akan tetapi saat ini telah dikembangkan teknik
pengambilan sel induk embrionik (embryonic stem cell) yang tidak
membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan tumbuh. Untuk
masa dapan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap
embryonic stem cell.
Gambar 4. Pembuatan kultur sel induk embrio
2. Sel induk dewasa (adult stem cells) adalah sel induk dewasa yang mempunyai
dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat
berfroliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbaharui diri.
Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untu menghasilkan sel-
sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial.
Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietik
(hematopoietik stem cell), yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu
membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan keeping darah yang sehat.
Sumber sel induk hematopoietik dapat ditransplantasikan dari beberapa organ
seperti: sumsum tulang, sel darah tepi, dan darah tali pusar.
Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang
besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang
rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk
hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu,
transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan
leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan
angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi
sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur
yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranastesi
total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor
dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu
disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan
menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berfroliferasi. Pada
akhirnya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan
tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur
transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih
resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum
tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk
menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi
resipien terhadap infeksi. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone
marrow transplantation).
Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell
transplantation) seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi
merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung
tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk
yang jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor
diberikan granulosyte coloni stimulating factor (G-CSF) untuk
menstimulasi sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke
peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut
aferesis. Jika resipien membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses
ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan
darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sek
induk dan mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk
darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan
transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu
pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya
membutuhkan sekitar 100cc. Keuntungan lain sel induk darah tepi lebih
mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentang tidak setahan
sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel
induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu,
transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum
tulang.
Transplantasi sel induk darah tali pusat. Pada tahun 1970-an para peneliti
menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang
sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel
induk dalam sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan
penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia
dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya
bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk
menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sel induk
yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari
sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.
Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari
proses kelahiran menjadi suatu sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.
Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Prancis
pada penderita anemia fanconi tahun 1988 pada tahun 1991, darah tali pusat
di transplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukimia. Kedua
trasnplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-
kira tiga ribu transplantasi darah tali pusat.
1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa
transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah
stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan
karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka pemberian pada terapi gen
tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga
dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut
dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan
kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel
kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan.
4. Terapi sel (cell based therapy)
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan petri. Sifat ini
dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan
ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-
based therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi
dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan
transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam
jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan
kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam
hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui
metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi
gen di atas.
4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan serta
berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
F. Simpulan
1. Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan
mempunyai kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel
yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh.
2. Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi: totipoten, pluripoten, multipoten, unipotent. Sedangkan
berdasarkan sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh, sel induk
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Sel induk embrio (embryonal
stem cell) dan Sel induk dewasa (adult stem cells).
3. Pemanfaatan stem cell dalam bioteknologi yakni digunakan dalam riset dan dalam
pengobatan penyakit. Pemanfaatan stem cell dalam riset adalah untuk terapi gen,
engetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan
kanker, penemuan dan pengembangan obat baru dan terapi sel (cell based
therapy). Sedangkan penggunaan stem cell dalam pengobatan penyakit, yaitu
untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada
jaringan atau organ tubuh pasien dan untuk menggantikan sel-sel spesifik yang
rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel baru yang
ditranspalantasikan.
4. Dalam penggunaan stem cell tentu saja terdapat kelebihan dan kekurangan, secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut. Keuntungannya yaitu stem cell mudah
didapatkan, stem cell mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi
berbagai macam sel. Sedangkan kekurangannya adalah adanya kemungkinan
terkena penyakit genetik pada sel induk tali pusat, secara kode etik penggunaan
stem cell masih kontroversial khususnya dalam penggunaan sel induk embrionik.
Daftar Pustaka