Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (peurpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama

kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009). Pada masa ini terjadi perubahan-

perubahan fisiologis, yaitu perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran

lokhea, perubahan psikis, laktasi/pengeluaran ASI (Air Susu Ibu). Laktasi

merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan payudara ibu, sehingga mampu

memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yag sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, syaraf, dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat

keluar (Wiknjosastro, 2009).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013 menunjukkan cakupan ASI di

Indonesia hanya 42 persen. Angka ini jelas berada di bawah target WHO yang

mewajibkan cakupan ASI hingga 50 persen. Dengan angka kelahiran di Indonesia

mencapai 4,7juta per tahun, maka bayi yang memperoleh ASI, selama enam bulan

hingga dua tahun, tidak mencapai dua juta jiwa. Walau mengalami kenaikan

dibanding data Riskesdas 2007 dengan angka cakupan ASI hanya 32 persen,

cakupan tahun ini tetap memprihatinkan. Angka ini sekaligus menunjukkan,

kenaikan cakupan ASI pertahun hanya berkisar dua persen .Angka ini

menandakan hanya sedikit anak Indonesia yang memperoleh kecukupan nutrisi


dari ASI. Padahal ASI berperan penting dalam proses tumbuh kembang fisik dan

mental anak dengan dampak jangka panjangnya.

Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi. Beberapa

manfaat ASI bagi bayi yaitu sebagai perlindungan terhadap infeksi

gastrointestinal, menurunkan risiko kematian bayi akibat diare dan infeksi,

sumber energy dan nutrisi bagian usia 6 sampai 23 bulan, serta mengurangi angka

kematian di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi. Sedangkan manfaat

pemberian ASI bagi ibu yaitu mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara,

membantu kelancaran produksi ASI, sebagai metode alami pencegahan kehamilan

dalam enam bulan pertama setelah kelahiran, dan membantu mengurangi berat

badan lebih dengan cepat setelah kehamilan(WHO, 2016).

Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan angka

kesakitan bayi di dunia sebanyak 43 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO,

2016d). DiIndonesia, angka kesakitan bayi sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 2015. Pada 2013 kesakitan bayi pertahun berjumlah 5865 kasus.Tahun

2014 turun jadi 5666 kasus, pada 2015 menjadi 5571, dan 2016 jadi 5485 kasus.

Tahun 2017 hingga Juni tercatat 2.182 kasus.

Berdasarkan data UNICEF (2013), sebanyak 136,7 juta bayi lahir

diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam

6 bulan pertama. Bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif di negara industri lebih

besar meninggal dari pada bayi yang diberi ASI Eksklusif, sementara di negara

berkembang hanya 39% ibu-ibu yang memberikan ASI Eksklusif (UNICEF,

2013).
Berdasarkan data Kemenkes RI (2015) didapatkan data cakupan pemberian

ASI pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasional cakupan pemberian ASI

eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target. Menurut provinsi, hanya terdapat

satu provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat

sebesar 84,7%. Provinsi Jawa Barat, Papua Barat, dan Sumatera Utara merupakan

tiga provinsi dengan capaian terendah (Kemenkes RI, 2015).

Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0-6 bulan

di Indonesia berfluktuasi dalam enam tahun terakhir, menurut data Susenas

cakupan ASI Eksklusif sebesar 34,3% pada tahun 2009, tahun 2010 menunjukkan

bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tahun 2011 angka itu naik menjadi

42% dan menurut SDKI tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif sebesar 27%.

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara cakupan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tahun 2013 adalah sebanyak 41,3% (Dinkes

Sumut, 2013).

Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara (2016) persentase cakupan

bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif pada tahun 2016 terjadi penurunan yang

tajam dibanding tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional < dari 40%.

Kabupaten/Kota dengan pencapaian ≥ 40% untuk Kabupaten yaitu Labuhan Batu

Utara (97.90%), Samosir (94.8%), Humbang Hasundutan (84.0%), Simalungun

(60.6%), Dairi (55.7%), Pakpak Bharat (50.5%), Deli Serdang (47.1%), Asahan

(43.6%), Labuhan Batu (40.9%) dan untuk Kota yaitu Gunung Sitoli (84.5%),

Sibolga (46.7%). Enam puluh empat daerah dengan pencapaian < 10% yaitu

Kota Medan (6.7%) dan Tebing-Tinggi (7.4%) .


Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan merupakan salah satu

Kabupaten yang berada di Sumatera Utara. Cakupan anak yang diberi ASI

eksklusif dari tahun 2010-2015 sangat fluktuatif karena cakupan ASI eksklusif

pada tahun 2010 sebesar 25,57% meningkat menjadi 28,79%, pada tahun 2011

dan pada tahun 2012 cakupan menurun kembali menjadi 28,45%, pada tahun

2013 menurun menjadi 12%, selanjutnya pada tahun 2014 terjadi sedikit

peningkatan menjadi 15,45% sedangkan pada tahun 2015 juga terjadi sedikit

peningkatan menjadi 15,62% (2.305 jiwa) dari jumlah anak yang ada 14.761 anak

(Irwansyah, 2017).

Untuk mengatasi kurang lancarnya ASI bisa dilakukan dengan cara yang

sederhana seperti mencoba ramuan-ramuan tradisional. Salah satu tanaman yang

dapat meningkatkan produksi ASI adalah daun papaya. Ekstrak daun pepaya

sudah lama dan melalui beberapa penelitian memang bermanfaat untuk

meningkatkan produksi ASI (Dwi Putra,2019).

Daun Pepaya yang merupakan tanaman yang mengandung vitamin yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan kesehatan ibu,sehingga dapat menjadi

sumber gizi yangsangat potensial. Kandungan protein tinggi,lemak tinggi,

vitamin, kalsium (Ca), dan zatbesi (Fe) dalam daun pepaya berfungsi untuk

pembentukan hemoglobin dalam darah meningkat, diharapkan oksigen dalam

darah meningkat, metabolisme juga meningkat sehingga sel otak berfungsi dengan

baik. Selain itu, daun pepaya juga mengandung enzim papain dan kalium, fungsi

enzim berguna untuk memecah protein yang dimakan sedangkan kalium berguna

untuk memenuhi kebutuhan kalium dimasa menyusui. Karena jika kekurangan


kalium maka badan akan terasa lelah, dan kekurangan kalium juga menyebabkan

perubahan suasana hati menjadi depresi,sementara saat menyusui ibu harus

berfikirpositif dan bahagia (Turlina,2015).

Beberapa penelitian telah dilakukan oleh Entin (2002) yang membuktikan

bahwa daun katuk, daun pare, dan daun papaya merupakan suplemen yang

merupakan tanaman tradisional dan memiliki potensi meningkatkan produksi

susu. Daun papaya memiliki khasiat tertinggi dibandingkan daun katuk dan daun

pare.

berdasarkan penelitian Setyono dkk tahun 2016 daun pepaya merupakan

salah satu galaktogogue yang mengandung quersetin yang dapat mengaktifkan

hormon prolaktin. Penelitian mengenai penggunaan daun pepaya untuk

meningkatkan produksi ASI masih belum banyak dilakukan.

Pada tahun 2015, Turlina dkk meneliti mengenai pengaruh pemberian

serbuk daun pepaya terhadap kelancaran menyusui memiliki pengaruh yang

positif dengan nilai p uji 0,004 <p tabel.(Lilin Turlina, 2015).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di Klinik Murniati,

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada Bidan Klinik Murniati bahwa

jumlah ibu nifas sebanyak 15 orang. Ada 5 orang ibu nifas selama pemantauan

nifas hari ke 1-7 yang ASI nya cukup dan 10 orang ibu nifas yang pada

pemantauan masa nifas hari ke 1-7 yang ASI nya tidak cukup, hal ini didapati

dari kunjungan nifas baik dalam masa 6-8 jam post partum sampai dengan tali

pusat bayi putus.


Dari data diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian

tentang “Pengaruh Rebusan Daun Pepaya Terhadap Kecukupan Asi Pada Ibu

Nifas Di Klinik Murniati Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu rumusan

masalah penelitian adalah “Adakah Pengaruh Rebusan Daun Pepaya Terhadap

Kecukupan Asi Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati Tahun 2021”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Pengaruh Rebusan Daun Pepaya Terhadap Kecukupan

Asi Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati Tahun 2021”.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Kecukupan Asi Pada Ibu Nifas sebelum

mengkonsumsi rebusan daun pepaya di Klinik Murniati tahun 2021.

b. Untuk mengetahui Kecukupan Asi Pada Ibu Nifas sesudah

mengkonsumsi rebusan daun pepaya di Klinik Murniati tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Ibu

Diharapkan ibu memahami dan mendapatkan pengetahuan tentang

pengkonsumsian rebusan daun pepaya serta manfaat daun pepaya sangat

bagus untuk meningkatkan dan kecukupan produksi ASI.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian


Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi

pengambilan kebijakan dalam peningkatan pelayanan dan pelaksanan

konseling tentang pengkonsumsian rebusan daun pepaya terhadap

kecukupan ASI.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah referensi sebagai bahan pustaka tambahan bagi STIKes

As Syifa Kisaran tentang Hubungan Pengkonsumsian Rebusan Daun

Pepaya Terhadap Kecukupan ASI Pada Ibu Nifasi dan hasil penelitian ini

bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa lain dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

1.4.4 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh selama pendidikan baik itu teori maupun praktek khususnya

metodologi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai