Anda di halaman 1dari 6

ISSN 2442-7659

be RSA Be
MS) Dita DAN INF SOCImRSieaes CVT Paar OC Hee |
OTIS
¢ SIL PE RALAET I LE ¢
SILLA EE
hen r iM ‘ . we aS YT A IRIS LTE A WIM I
• EFL SSP REE ER YL
Seer
et Pendahuluan
Penyakit tidak menular (PTM) diketahui sebagai faktor utama penyebab kematian tahun
2012. Secara global, diperkirakan 56 juta orang meninggal karena PTM. Saat ini angka
kejadian penyakit PTM terus meningkat, di antaranya yaitu penyakit Lupus.
Data prevalensi di setiap negara berbeda-beda. Suatu studi sistemik di Asia Pasifik
memperlihatkan data insidensi sebesar 0,9 — 3,1 per 100.000 populasi/tahun. Prevalensi
kasar sebesar 4,3—45,3 per 100.000 populasi.
The Lupus Foundation of America memperkirakan sekitar 1,5 juta kasus terjadi di Amerika
dan setidaknya terjadi lima juta kasus di dunia. Setiap tahun diperkirakan terjadi sekitar 16
ribu kasus baru Lupus.
Di Indonesia, jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum diketahui. Prevalensi
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di masyarakat berdasarkan survei yang dilakukan
oleh Prof. Handono Kalim, dkk di Malang memperlihatkan angka sebesar 0,5% terhadap
total populasi.
Peningkatan jumlah kasus Lupus perlu diwaspadai oleh masyarakat dengan memberi
perhatian khusus karena diagnosis penyakit Lupus tidak mudah dan sering terlambat.
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang dikenal
sebagai penyakit “seribu wajah” merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang
belum jelas penyebabnya, dan memiliki sebaran gambaran klinis yang luas dan tampilan
perjalanan penyakit yang beragam. Hal ini menyebabkan sering terjadi kekeliruan dalam
mengenali penyakit Lupus, sampai dengan menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis
dan penatalaksanaan kasus.
Penyakit Lupus dapat menyerang siapa saja. Meskipun Lupus sebagian besar menyerang
perempuan usia produktif (15-44 tahun), namun kaum pria, kelompok anak-anak dan
remaja juga dapat terkena Lupus. Penyakit ini juga dapat menyerang semua ras, namun
lebih sering ditemukan pada ras kulit berwarna. Penelitian mengenai penyakit Lupus di
Amerika tahun 2013 mendapatkan bahwa Lupus ditemukan pada perempuan kulit
berwarna (Afrika Amerika, Hispanik/Latin, Asia, penduduk asli Amerika, Alaska, Hawaii
dan Kepulauan Pasifik lainnya) sebanyak dua sampai tiga kali lebih banyak dibandingkan
perempuan ras kaukasoid.
Lupus - Penyakit Autoimun -
Penyakit autoimun adalah istilah yang digunakan saat sistem imunitas atau kekebalan
tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Penyebab kondisi autoimun pada Lupus
belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh penderita Lupus akan menyerang sel, jaringan,
dan organ yang sehat. Sistem kekebalan tubuh pada pasien penyakit Lupus akan
mengalami kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara substansi asing (non-
self) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri (self). Lupus adalah penyakit inflamasi kronis
sistemik yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru sehingga mulai
menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi akibat Lupus dapat menyerang
berbagai bagian tubuh, misalnya kulit, sendi, sel darah, paru-paru, jantung.
Faktor Risiko Penyakit Lupus
Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis
yang belum jelas penyebabnya, memiliki variasi gambaran klinis yang luas, dan tampilan
perjalanan penyakit yang beragam. faktor genetik, imunologik dan hormonal, serta
lingkungan diduga juga berperan dalam perjalanan penyakit.
Faktor risiko penyakit LES adalah:
1. Faktor genetik: diketahui bahwa sekitar 7%* pasien LES memiliki keluarga dekat
(orang tua atau saudara kandung) yang juga terdiagnosis LES. Oleh karena itu, faktor
genetic merupakan salah satu faktor risiko LES. Sejauh ini diketahui terdapat sekitar
30 variasi gen
2. Faktor lingkungan: infeksi, stres, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan
penisilin), cahaya ultraviolet (matahari) dan penggunaan obat-obat tertentu, merokok,
paparan kristal silika, merupakan faktor pemicu timbulnya LES.
2. Faktor hormonal: perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan dengan
laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode
menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan bahwa hormon, khususnya
estrogen menjadi pencetus penyakit LES. Namun, hingga saat ini belum diketahui
secara pasti peran hormon yang menjadi penyebab besarnya prevalensi LES pada
perempuan pada periode tertentu.

Perjalanan Alamiah Penyakit


Manifestasi penyakit LES sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah,
jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh karena itu manifestasi
penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang bervariasi dan memiliki
risiko kematian yang tinggi (hingga 67% lebih tinggi dari populasi normal)**, sehingga
memerlukan pengobatan yang lama dan seumur hidup. Untuk itu diperlukan pengenalan
dini serta penatalaksanaan yang tepat.
Gejala Penyakit Lupus
Gejalanya awal kerap mirip dengan penyakit lain sehingga sulit untuk didiagnosis. Gejala
Lupus sangat beragam. Ada yang ringan dan ada yang bahkan mengancam jiwa. Gejala
Lupus yang paling sering muncul dari semua pasien tanpa memandang jenis kelamin
adalah:
¢ Keletihan;
¢ Sakit kepala;
¢ Nyeri atau bengkak sendi;
« Demam;
¢ Anemia (baik karena jumlah sel darah merah/ haemoglobin kurang, atau karena volume
darahnya kurang);
¢ Nyerididadaketika menarik nafas panjang;
¢ Ruamkemerahan pada pipi hingga hidung, polanya seperti kupu-kupu;
¢ Sensitifterhadap cahaya atau cahaya matahari;
¢ Rambutrontok sampai kebotakan (alopecia) ;
e Pendarahan yang tidak biasa;
¢ Jari-jariberubah pucat atau kebiruan ketika dingin (fenomena Raynaud);
¢ Sariawan di mulut atau koreng di hidung.
Penderita Lupus di Indonesia
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mencatat jumlah penderita penyakit Lupus di
seluruh dunia dewasa ini mencapai lima juta orang. Sebagian besar dari mereka adalah
perempuan usia produktif dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru.
Dari sekitar 1.250.000 orang Indonesia yang terkena penyakit Lupus (asumsi prevalensi
0,5%, berdasarkan penelitian Kalim dkk), sangat sedikit yang menyadari bahwa dirinya
menderita penyakit Lupus. Hal ini terjadi karena gejala penyakit Lupus pada setiap
penderita berbeda-beda, tergantung dari manifestasi klinis yang muncul.
Hasil survei penyakit rematik di Puskesmas di Indonesia tahun 2006 yang dilakukan oleh
Kasjmir dkk memperlihatkan bahwa dokter kurang memahami adanya kriteria diagnostik
SLE yaitu sebesar 48,8%. Sementara itu kasus SLE yang dilaporkan tidak lebih 12%.
Th Kelly JC. Lupus Raises Mortality by 67%; Young Adults at Highest Risk. Medscpae 2016;
www.medscape.com/viewarticle/858150.
oO Gambar 1. Jumlah Rumah Sakit yang Melapor di Indonesia Tahun 2014-2016
1000
__—
800 pn 858 600
. 621 400 - 543 200 0 2014 2015 2016
Sumber: SIRS Online, Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2017
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online, pada tahun 2016 terdapat
858 rumah sakit yang melaporkan datanya. Jumlah ini meningkat dari dua tahun
sebelumnya. Pertambahan jumlah rumah sakit yang melapor menunjukkan bahwa
pelaporan data dan informasi rumah sakit semakin meningkat.
Berdasarkan rumah sakit yang melaporkan datanya tahun 2016 diketahui bahwa terdapat
2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis penyakit Lupus, dengan 550 pasien diantaranya
meninggal dunia. Tren penyakit Lupus pada pasien rawat inap rumah sakit meningkat
sejak tahun 2014-2016. Jumlah kasus Lupus tahun 2016 meningkat hampir dua kali lipat
dibandingkan tahun 2014, yaitu sebanyak 1.169 kasus. Jumlah kematian akibat Lupus pada
pasien rawat inap di rumah sakit juga meningkat tinggi dibandingkan dengan tahun 2014.
Jumlah pasien meninggal akibat Lupus pada tahun 2015 (110 kematian) menurun jika
dibandingkan tahun 2014. Namun jumlah ini meningkat drastis pada tahun 2016, yaitu
sebanyak 550 kematian. Tingginya kematian akibat Lupus ini perlu mendapat perhatian
khusus karena sekitar 25% dari pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2016
berakhir pada kematian. Tren jumlah kasus dan kematian pada pasien rawat inap di rumah
sakit di Indonesia tahun 2014-2015 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah Kasus dan Meninggal Akibat Lupus pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit di Indonesia Tahun 2014-2016
3000
2500 +
2.166
2000 -
ae = 1.336 1.169
1000 ~
500 ~ 110
2014 2015 2016
Kasus ™& Meninggal
Sumber: SIRS Online, Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2017 Pada
tahun 2016, Perhimpunan SLE Indonesia (PESLI) mendapatkan rata-rata insiden kasus
baru SLE dari data 8 (delapan) rumah sakit adalah sebesar 10,5%, dengan rincian pada
Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Insiden Kasus Baru di Delapan Rumah Sakit di Indonesia
Tahun 2016 1. RS Cipto Mangunkusumo 22,9% 2. RS Saiful Anwar Malang (2015) 14,5% 3.
RS Muhammad Husin Palembang 11,7% 4. Sardjito Yogyakarta (2015-April 2017) 10,6% 5.
RS Moewardi Surakarta 10,0% 6. RS Sanglah Denpasar 6,6% 7. RS Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan 4,0% 8. RSUD Ulin Banjarmasin 1,2%
Sumber: Base Data, Adult Systemic Lupus Erythematosus Hospital, PESLI, 2017
Penyakit Lupus kebanyakan menyerang wanita pada usia 15-50 tahun (usia masa
produktif). Namun, Lupus juga dapat menyerang anak-anak dan pria. Berdasarkan data
SIRS Online, proporsi pasien rawat inap Lupus di rumah sakit di Indonesia tahun 2016
berjenis kelamin laki-laki (54,3%) lebih banyak dibandingkan pasien perempuan (45,7%).
Pada tahun 2014 proporsi pasien perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pasien
laki-laki. Namun, proporsi pasien laki-laki menjadi lebih banyak dibandingkan pasien
perempuan pada tahun 2015 dan meningkat pada tahun 2016. Proporsi pasien rawat inap
dengan diagnosis Lupus menurut jenis kelamin selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Proposi Pasien Rawat Inap dengan Diagnosis Lupus Menurut Jenis Kelamin di
Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2014-2016
100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0
0,0
2014 2015 2016 ®@ Laki-Laki @ Perempuan
Sumber: SIRS Online, Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2017 Penyakit
Lupus banyak ditemui pada kelompok usia produktif. Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat
bahwa tren pasien pada semua kelompok usia cenderung meningkat. Gambar tersebut juga
menunjukkan bahwa Lupus banyak menyerang remaja sampai dengan orang lanjut usia.
Pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia pada kurun waktu 2014-2016 terbanyak
adalah pasien dengan usia 44-64 tahun, diikuti oleh kelompok usia lebih dari 65 tahun, dan
kelompok usia 14-44 tahun. Jumlah pasien Lupus yang berusia 44-64 tahun meningkat
sekitar dua kali lipat pada tahun 2016 (932 orang) dibandingkan dengan tahun 2015 (479
orang).
Gambar 4. Jumlah Pasien Rawat Inap dengan Diagnosis Lupus Menurut Kelompok Usia di
Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2014-2016
1000 + 932
900 +4
800 + 6
700 +
600 +
500 400 ~ 300 + 200 +
100 =
62
19 3
2014 2015 2016 MMoOQA0 7m
Minum obat teratur.
“yt Fa =< Penutup i Lupus tidak sama, dan tidak berhubungan dengan kanker. Kanker
adalah keganasan, yang timbul karena ada jaringan yang tumbuh cepat, abnormal, sulit
dikendalikan, dan menyerang ©
ke jaringan-jaringan sehat di sekitarnya. Sementara Lupus adalah penyakit autoimun. :
Lupus juga tidak sama, dan tidak berhubungan dengan HIV dan AIDS. Jika pada HIV dan
AIDS.
sistem imun sangat lemah atau bahkan tidak berfungsi, maka sebaliknya pada Lupus sistem
* a imun seseorang malah terlalu aktif. Be Lupus ada yang tidak parah, tapi ada juga yang
sampai mengancam jiwa. Karena itu Lupus od harus selalu ditangani oleh dokter yang ahli.
Dengan pengobatan yang baik, banyak penderita 3 :
sF7s
lupus yang bisa hidup normal dan memiliki harapan hidup yang lebih panjang. Cit te
- b.
2 eb eS a nw Referensi: Se od, 7 wa . Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak menular, Dirjen P2P, Kementerian Kesehatan RI, Pedoman 4» oy) 4) 2 “hn
Pengendalian Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES). 2016 y, SE 4 ak Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak menular, Dirjen P2P, Kementerian
Kesehatan RI, Petunjuk | ; 34 ‘ Teknis Program Deteksi Dini Pengendalian Penyakit Lupus
Eritematosus Sistemik (LES) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. © ¥ — AS! a ; 2016 2
Perhimpunan SLE Indonesia, Data On SLE, 2017  ™ ea z ¢ Ditjen Pelayanan Kesehatan, SIRS
Online, 2017 ¢ http://www.resources.lupus.org/entry/facts-and-statistics diakses pada 3
Mei 2017 pukul 14.22 WIB. - http://www.depkes.go.id/article/view/1670/lupus-penyakit-
seribu_wajah.html#sthash.4CS87gw6.dpuf_, dipublikasikan * Pada: Kamis, 06 Oktober
2011 03:18:57 "¥ vr ' - ' ’ :

Tea ' OAL ay will — ee oo aie e »

Anda mungkin juga menyukai