Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

KEPEMIMPINAN

UJIAN TENGAH SEMESTER ( UTS )

FAJAR INDIRA HARDIL

191020008

MANAJEMEN A

SEMESTER II

SEKOLAH MENENGAH ATAS

(SMA)
MUHAMMADIYAH 9 MAKASSAR
SMA MUHAMMADIYAH 9 MAKASSAR 2017

KATA PENGANTAR :

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya paper yang berjudul
“Kesederhanaan Seorang Pemimpin Profesional". Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penulisan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Asri, s.pd.,m.pd, yang
memberikan dorongan serta masukan kepada penulis.

Penulis berharap paper ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh
dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Makassar, 11 Juni 2020

Penulis, Fajar Indira Hardil

I.         PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang

Kepemimpinan adalah suatu proses seseorang dapat menjadi pemimpin melalui aktivitas yang terus
menerus sehingga dapat mempengaruhi yang dipimpinnya dalam rangka untuk mencapai tujuan
tertentu. Kepemimpinan terbaik di dunia sepanjang sejarah adalah kepemimpinan Rosululloh saw. yang
dibantu oleh peran sahabat-sahabatnya. Karakter merupakan elemen penting yang menentukan
keberhasilan sebuah kepemimpinan. Karakter pemimpin sangat menentukan maju mundurnya sebuaf
organisasi yang dibawa. Baiknya organisasi akan terwujud dengan karakter pemimpinnya yang
memadahi.

Pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai gaya nya masing-masing. Kesederhanaan


adalah gaya kepemimpinan yang efisien, dimana ia menenpatkan sesuatu pada tempatnya. Pemimpin
sederhana juga menjadi dambaan anggotanya. Seorang pemimpin yang bijak akan menolong rakyatnya
untuk menghindari kerugian dan dosa. Tolong-menolong antar sesama juga merupakan hal yang penting
untuk dilakukan, sehingga pembangunan suatu wilayah dapat dilaksanakan dengan kebersamaan.
Namun tolong menolong dalam kebaikan adalah yang diutamakan dibanding dalam keburukan.
1.2              Tujuan

a.       Mengkaji tentang hijrah sebagai pembentuk masyarakat madani.

b.      Mengkaji tentang karakter pemimpin yang islami.

c.       Mengkaji tentang kesederhanaan seorang pemimpin.

d.      Mengkaji tentang pemimpin yang suka tolong-menolong.

e.       Mengkaji tentang moral seorang pemimpin.

f.       Mengkaji tentang sikap profesional seorang pemimpin.

II.      MASYARAKAT MADANI

2.1  Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu pokok dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi
organisasi, kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi maupun suatu komunitas masyarakat dalam
mencapai target dan tujuannya (Djunaedi,2005). Pemimpin pada dasarnya adalah seorang yang
mempunyai tugas untuk memimpin, dimana dalam diri seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat
kepemimpinan seperti apa yang sudah dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Veitzhzal Rivai dkk
(2013), Ki Hajar Dewantara mengajarkan agar seorang pemimpin itu harus memiliki sifat  ing ngarso
sung tuloda  artinya di depan pemimpin memberi contoh dan teladan, ing madyo mangun karso  di
tengah pemimpin membangun karsa, gagasan ide dan karya  dan  tutwuri handayani  artinya di belakang
memberi dorongan/motivasi. Prinsip ini sangat perlu dilaksanakan dan dipegang teguh oleh pemimpin
zaman sekarang.

 Wulan (2010) mengungkapkan bahwa, kepemimpinan adalah upaya penggunaan jenis pengaruh
memotivasi orang dalam proses pencapaian tujuan Pemimpin akan memberikan pengaruh yang meliputi
nilai yang ingin dicapai, arah yang menuntun masa depan, dan cara yang akan menentukan bagaimana
tugas-tugas akan diselesaikan. Hasan (2012) menambahkan bahwa kepemimpinan merupakan bagian
penting dari manajemen walaupun tidak seluruhnya. Sebagai contoh, apa yang dilakukan oleh Soeharto
dengan Repelitanya dalam merencanakan dan mengorganisasi adalah salah satu bahagian dari fungsi
manajemen.

2.2  Aqidah Pemimpin

Aqidah merupakan iman, kepercayaan atau keyakinan yang sungguh-sungguh dan murni yang tidak
dicampuri oleh rasa ragu sehingga kepercyaan dan keyakinan itu mengikat seseorang di dalam segala
tindak-tanduknya. Keimanan yang kokoh merupakan syarat mutlak seseorang untuk menjadi pemimpin
dan sekaligus untuk dipilih sebagai pemimpin. Mereka yang tidak memiliki kekokohan iman bukan saja
tidak layak menjadi pemimpin bahkan terlarang untuk dipilih sebagai pemimpin (Suryadi, 2007). Hal
tersebut dikarenakan jika orang selalu berpangkal pada aqidah islam akan selalu damai dan tenteram
hidupnya karena islam mengajarkan kebaikan kebaikan yang semuanya bersumbar dari Allah dalam
alquran yang merupakan petunjuk hidup bagi manusia (Ariffudin,2009). Sehingga dengan ketenangan
atau ketentraman yang ada diharap mampu menjadi kemudahan dalam memimpin, dan membawa
anggotanya dalam jalan yang dikehendaki oleh Allah.

Aqidah yang merupakan formulasi nalar islam yang brpangkal pada pengakuan dan keyakinan tersebut,
pembahasanya pun mengalami perubahan sesuai konteks perkebangan yang melingkupinya. Yang
dimaksud aqidah nalar yang berpangkal pada pengakuan terhadap keyakinan tersebut adalah melalui
syahadat mengakui bahwa tuhan adalah Allah dan juga Rasulullah sebagai utusannya. (Suprapto, 2009).
Sejarah yang sudah sangat umum tentang Rasulullah Saw yang melakukan hijrah dari kota Mekah ke
Madinah. Hijrah tersebut merupakan suatu peristiwa besar dan amat penting dalam sejarah kerasulan
Muhammad Saw.  Selain itu hijrah itu sendiri juga mengandung makna ketulusan dan dedikasi kaum
Muhajirin waktu itu pada keimanan dan aqidahnya (Ibrahim, 2012).

2.3  Kecerdasan Pemimpin

      Pemimpin  melakukan fungsi kepemimpinan sesuai dengan bidangnya atau keahliannya. Pemimpin


harus mempunyai tiga macam kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
(Susanto, 2007). Hal tersebut menunjukan bahwa seorang pemimpin dituntut memiliki ketida
kecerdasan yang mendukung kelanncaran kepemimpinannya. Dari keterangan tersebut Manurung
(2012) menambahkan, bahwa seorang pemimpin yang efektif, adalah pemimpin yang menunjukkan
kemampuan untuk mencapai hasil dengan bekerja keras dan berdedikasi tinggi. Kepemimpinan
mencakup keahlian dan seni yang mampu menginspirasi atau memotivasi orang-orang untuk bekerja
mencapai tujuan . Hal tersebut erat kaitannya dengan hubungan antara pemimpin itu sendiri dengan
anggotanya.

      Kecerdasan emosi adalah tingkat kecemerlangan seseorang dalam menggunakan perasaannya untuk
merespon keadaan perasaan dari diri sendiri maupun dalam menghadapi lingkungannya. Pemimpin,
secara khusus membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi karena mereka berinteraksi dengan
banyak orang baik di dalam maupun di luar organisasi dan mereka membentuk moral
karyawan (Supriyanto & Eka, 2012). Kecerdasan emosional sendiri erat hubungannya dengan
kecerdasan spiritual, dimana kecerdasan spiritual diartikan oleh Andriani (2010) sebagai kecerdasan
yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa
kesadaran. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang mempunyai SQ
tinggi mampu memaknai penderitaan hidup yang dialaminya sendiri maupun orang lain.

2.4  Kekuatan Kecerdasan Pemimpin

Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus mempunyai kekuatan untuk


mengendalikan anggotanya. Pemimpin yang dapat mengendalikan perasaannya, menjalankan kontrol
dan menunda kepuasan mampu menjalankan peran sebagai model bagi para pengikut dan mereka akan
menghormati para pemimpinnya (Kahar, 2008).
2.5  Ahli Strategi

Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya  membutuhkan strategi atau kiat-kiat untuk


menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi yang kuat kepada pengikutnya. Hal tersebut dikarenakan
semangat kerja seseorang berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan suatu tujuan melalui
pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya (Asnawi, 1999).

2.6  Fisik Pemimpin

Tugas terpenting dari seorang pemimpin adalah untuk memimpin orang, memimpin pekerjaan, dan
memanfaatkan sumber-sumber materil secara maksimal. Untuk melaksanakan tugas itu dengan baik,
seorang pemimpin harus memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya. Tugas kepemimpinan
tertentu menuntut sifat kesehatan tertentu pula (Yusuf, 2007).

2.7  Ahli Ekonomi

Secara umum dapat dikatakan bahwa, dengan adanya faktor-faktor pendukung di bidang perekonomian
tersebut masyarakat dan memberikan dampak positif.

III.    KARAKTER SEORANG PEMIMPIN YANG DEKAT DENGAN TUHAN

3.1.1        Jujur

Menurut Fandika (2013), kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya. Hal ini diwujudkan dalam hal perkataan dan perbuatan baik untuk
diri sendiri maupun orang lain.

3.1.2        Komunikatif

Komunikatif adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke
orang lain. Suatu komunikasi yang tepat tidak akan terjadi apabila penyampaian beritanya tidak tepat
dan penerima berita tidak memahaminya (Anggriyani,2012).

3.1.3        Kompeten

Nurmianto (2006) mengatakan bahwa ciri-ciri kompetensi adalah merupakan suatu kelompok perilaku
yang spesifik, dapat dilihat dan dapat diferifikasi yang secara reliabel logis dapat dilihat dan dapat
dikelompokan bersama serta sudah diidentifikasi. Jenis kompetensi ada tiga, kompetensi organisasi,
kompetensi pekerjaan atau teknis dan kompetensi individual.
3.1.4        Musyawarah

Menurut wahyuningsih (2013), musyawarah merupakan salah satu wadah atau sarana untuk
menyalurkan aspirasi dan keluhan yang dirasa membuat kehidupan kurang nyaman untuk dicarikan
jalan keluarnya oleh pemerintah dengan mencari kata mufakat.

3.1.5        Inspiratif

Inspiration pemimpin artinya pemimpin mampu mengartikulasikan tujuan bersama, dapat menentukan
suatu pengertian mengenai apa yang dirasa penting dan benar sehingga pemimpin dapat meningkatkan
harapan positif mengenai apa yang harus dilakukan (Umar, 2008).

3.1.6        Rendah Hati

Rendah hati merupakan kemampuan menjaga keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dan
kesadaran bahwa apa yang telah dicapai pemimpin dapat terjadi karena kemampuan dan sumbangan
dari pengikut bukan dirinya sendiri. Pada intinya pemimpin yang rendah hati adalah berawal dari
perasaan yang tulus yang timbul dari hati, berkehendak melayani yaitu menjadi pihak pertama yang
melayani (Rizal, 2014).

3.1.7        Sabar

Zubed (2009) mengatakan bahwa sabar merupakan salah satu pondasi budi pekerti dalam ajaran agama
yang lurus. Sifat ini termasuk salah satu induk dari ahlak yang mulia. Sabar bukan berarti pasrah dan
tidak melakukan apapun untuk memperbaiki keadaan. Namun selalu selalu memikirkan berbagai
rencana yang harus dilaksanakan agar keadaan menjadi lebih baik.

3.2   Dekat dengan Tuhan

Muzaki (2013) mengatakan, bahwa seseorang yang dekat dengan tuhan akan memiliki tujuan dalam
akan senantiasa menata hidupnya sesuai tuntunan agama. Orang tersebut akan memliki tujuan dalam
hidupnya, mengabdi kepada tuhan atau disebut sebagai abdullah dan mampu menjadi khalifah.

3.2.1        Tujuan Hidup Manusia

Tuhan menciptakan manusia hingga ia hidup mempunyai tujuan: manusia sebagai mabluknya harus
mempunyai tujuan hidup yang haqiqi bukan saja melalang buana diatas semesta ini dalam tatanan
filosofis. Keterkaitan tuhan dan tujuan manusia dalam mengurangi kehidupan merupakan suatu
landasan ideologi dalam kosmologi dan kreasi tuhan (Rudi, 2013). Tujuan hidup manusia sendiri terbagi
dua menurut waktunya, yaitu:

a)        Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang yaitu mengharap ridho Allah agar setelah kehidupan di dunia berakhir dapat
mendapatkan kehidupan yang lebih indah yaitu surga. Surga adalah tempat nang penuh dengan
kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah untuk orang-orang yang beriman dan menjalankan perbuatan
baik sebagai ganjaran atas perbuatannya (Nur, 2014).

b)       Tujuan Jangka Pendek

Tujuan pertama dalam jangka pendek adalah bekerja. Untuk memperoleh penghasilan yang digunakan
untuk biaya selama hidupnya. Etika kerja islam menekan kerja kreatif sebagai sumber kebahagiaan dan
pencapaian kerja keras dipandang sebagai kebijakan. Barang siapa bekerja keras maka akan berhasil
dalam hidupnya (Ghozali, 2005). Tujuan yang kedua adalah memanfaatan dan mengelola sumber daya
akan alam yang sudah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Secara luas sumber daya alam ada dua
yaitu unsur hayati dan non hayati (Yustisi, 2014). Sumber daya hayati biasa kita kenal dengan nama
sumber daya manusia (SDM), sedangkan sumber non hayati adalah sumber daya alam (SDA).

3.2.2        Mengabdi Kepada Allah (Abdullah)

Salah satu bentuk pengabdian kepada Allah adalah berdakwah. Dakwah mempunyai arti yang luas, salah
satunya adalah menyampaikan ajaran agama ke orang lain. Dakwah dalam islam menempati posisi yang
penting, disebut demikian karena dakwah islam menentukan jatuh bangunnya suatu masyarakat dalam
suatu bangsa (Ali muddin, 2007). Dakwah sendiri biasanya berisi informasi tentang berbagai tuntunan
beragama dan kebaikan-kebaikan Allah Swt. Selain dakwah, ubudiah (pengabdian) kepada Allah dalam
kehidupan manusia sehari-hari juga dapat dilakukan dengan melakukan perilaku yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan (Sulistiyo, 2010). Misalnya bekerja dengan niatan menari rizki
yang telah dijanjikan oleh Allah dengan tetap mengharap ridho dari-Nya, dan saling tolong-menolong
kepad sesama dalam hal kebaikan.

Seseorang yang menjalankan puasa merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada Allah. Objektif
utama bagi yang berpuasa ialah menjalankan takwa dalam diri seorang muslim. Takwa yang dipupuk
melalui ibadah merupakan elemen penting bagi seorang muslim menjaga hubungannya dengan Allah
demi menjaga agama dalam dirinya (Mat dan Ghoni, 2012). Ramdhani (2012) dalam jurnalnya
mengatkan bahwa amal ibadah yang biasa dan wajib dilakukan setiap hari yaitu sholat, mampu diartikan
sebagai cara menjaga diri agar selalu dekat dengan Allah. Dengan menjalankan sholat juga tingkat iman
pasti akan bertambah. Sholat merupakan ibadah yang termasuk dalam salah satu pengabdian kepada
sang pencipta yaitu Allah SWT. Tujuan dari sholat yaitu mengharapkan ridho dari Allah agar kelak dapat
masuk surganya.

3.2.3        Khalifah

Manusia yang hidup bermasyarakat dalam sepanjang sejarahnya telah mengenal adanya pemimpin dan
telah dapat mengetahui arti dari kepemimpinan raja-raja. Tipe kepemimpinan inilah yang memenuhi
lembaran sejarah selama berabad-abad lamanya sehingga pada suatu ketika dunia disentakan oleh
suatu tipe kepemimpinan yang dikenal dengan khalifah (Amin, 2009). Kata khalifah diulang sebanyak
dua kali dalam Al-Qur'an, sedangkan pengulangan kata khala'if sebanyak 4 kali, kata khulafaa sebanyak
tiga kali, kata istakhlafa satu kali dan yastakhilifu satu kali (Jazuli, 2006). Bukti tersebut menunjukan
bahwa pentingnya seorang khalifah dalam kehidupan di dunia.

Manusia sebagai khalifah tentunya memiliki amanah. Metafora amanah sebenarnya diturunkan dari
sebuah aksioma yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia berfungsi sebagai Khalifatullah fil ardh
(wakil Tuhan di bumi) Rahardjo dalam Kholmi (2012). Islam memberikan hak-hak bagi pemimpin yang
wajib ditunaikan, ditahankan dan dajaga oleh rakyat. Sesungguhnya maslahat umat dan masyarakat
tidak akan tercapai dan teratur kecuali dengan saling tolong-menolong antara pemimpin dan rakyat.
Pemimpin menegakkan kewajibannya demikian pula halnya rakyat dan masyarakat. Diantaranya hak-
hak pemimpin dan kewajiban terhadap mereka adalah sebagai berikut: ikhlas dan mendo'akan
pemimpin, menghormati dan taat dalam perkara selain maksiat (Fay, 2005).

lV.  MORAL SEORANG PEMIMPIN YANG ISLAMI

4.1    Nilai Ketuhanan (Tauhid)

Menurut Hamim (2014), organisasi yang baik adalah organisasi yang didalamnya pemimpin dan orang
yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.

4.2    Keadilan

Keadilan menjadi syarat mutlak dalam hubungan antar manusia, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Keadilan dapat dilihat dari berbagai sudut.

4.3  Amanah

        Amanah terhadap manusia mengandung arti bahwa manusia harus menjaga dan menunaikan
amanat yang dipikulkan orang lain kepadanya, baik amanat tersebut bersifat material seperti harta
benda atau non material seperti menyimpan rahasia.

V.  SIKAP PROFESIONAL SEORANG PEMIMPIN

5.1    Bekerja dengan Ilmu

Pendidikan mau tidak mau selalu ditempatkan sebagai pusat kader dalam level-level yang  berjenjang.  
5.2    Bagus dalam Bekerjasama

Manusia adalah makhluk sosial yang saling perlu dan memerlukan antara satu sama lain. Sejak dilahirkan
sehingga akhir hayat, memberi dan menerima pertolongan merupakan dua amalan yang biasa bagi
seorang manusia yang normal.

5.3    Bekerja dengan Sungguh-Sungguh

Bekerja keras adalah upaya sungguh-sungguh dengan mencurahkan segala kemampuannya untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan. Sedangkan disiplin merupakan upaya menempatkan seluruh potensi
dan peluang yang ada dengan tepat. Namun, tidak jarang ditemukan antara bekerja keras dengan
disiplin itu tidak beriringan.

5.4    Bekerja Sebagai Amanah

Amanah secara definisi adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita, atau aset penting yang
dipasrahkan kepada kita.

 KESIMPULAN

1.        Hijrahnya Rasul menjadi sejarah besar dalam kehidupan manusia yang menggambarkan
kepemimpinannya dalam merubah peradaban menjadi masyarakat madani.

2.        Para sahabat Rasul ikut ambil peran dalam terwujudnya masyarakat madani.

3.        Karakter pemimpin yang baik adalah karakter pemimpin Islam yaitu jujur, komunikatif, kompeten,
musyawarah, inspiratif, rendah hati, dan sabar.

4.        Pemimpin yang dekat dengan Tuhan pasti memiliki tujuan hidup yang jelas dan memiliki
kemampuan memadahi sebagai  khalifah di muka bumi.

5.        Cara untuk menjadi efisien dapat dilakukan dengan dakwah, membaca, suka membantu dan suka
bergaul.

6.        Tolong-menolong sesama manusia merupakan anjuran setiap agama.

7.        Manusia yang terikat dengan Tuhan akan memiliki rasa kebebasan dari ikatan manusia lain.

8.        Pemimpin yang adil akan menempatkan sesuatu pada tempatnya, sehingga tidak berdusta atau
mengemban jabatan sebagai amanah dengan kejujurannya.

9.        Pemimpin harus memiliki keahlian sebagai pemimpin yaitu mengatur orang lain, dan seseorang
yang bekerja untuk suatu kepemimpinan juga harus memiliki keahlian pada bidangnya.

10.    Profesionalisme pemimpin  sangat menentukan masa depan dari organisasi yang ia pimpin.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, srimulati. 2007. "Penerimaan diri dari kebermaknaan cacat fisik". Jurnal psikologi, vol. 4, no. 1.

Al Mushlih, Abdullah . 2006. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Darul Haq: Jakarta

Al Mushlih, Abdullah. 2004. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Darul Haq: Jakarta

Al-Asyhar, Thobieb. 2005. Sufi  Funky. Gema Insani Press. Jakarta.

Ali muddin. 2007. "Konsep Dakwah dalam Islam". Jurnal hunafa. Jurusan Dakwah STAIN Patokarama:
Palu, Vol. 4, no. 1.

Rosalia,Nik.,2011.”Nilai dan Etika Menolong”Jurnal Budaya. Magister S2 Pendidikan


Kewarganegaraan Pascasarjana UPI

Saeed, Abdullah. 2011. Bank Islam dan Bunga,Studi Kritis dan Intepretas Kontemporer tentang Riba
dan Bunga, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Salih.2014.”Tauhid Sebagau Intisari Pelajaran Islam”. Jurnal Pendidikan Agama Islam.Vol.1, No.1: 36-
51.

Sanaky, H. A. 2005. “Sertifikasi dan profesionalisme guru Di era reformasi pendidikan”. Jurnal
Pendidikan Islam. 1 : (3).

Seftriana, Elisa, dkk. 2015. “IMPLEMENTASI UU PERKAWINAN TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DI
DESA PRINGOMBO TAHUN 2015”.

Anda mungkin juga menyukai