Anda di halaman 1dari 12

PEMETAAN KONSENTRASI CO SEBAGAI DAMPAK KEPADATAN

LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOTA SURABAYA BERBASIS


APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

RAHMAD RAMADHAN

081811133054

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Hipotesis..................................................................................................................2
1.4 Tujuan.....................................................................................................................3
1.5 Manfaat...................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................4
2.1 Surabaya.................................................................................................................4
2.2 Udara Ambien........................................................................................................4
2.3 Pencemaran Udara.................................................................................................5
2.4 Karbon Monoksida................................................................................................5
2.5 Kendaraan Bermotor.............................................................................................6
2.6 Pemetaan.................................................................................................................6
2.7 Sistem Informasi Geografi.....................................................................................6
2.8 ArcGIS....................................................................................................................7
BAB III.............................................................................................................................8
METODE PENILITIAN.................................................................................................8
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan..........................................................................8
3.2 Bahan dan Alat.......................................................................................................8
3.3 Cara Analisis..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara geografis Kota Surabaya berada di 7° 9’ - 7° 21’ Lintang Selatan dan
112° 36’ - 112° 57’ Bujur Timur, sebagian besar wilayah Kota Surabaya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter di atas permukaan laut,
sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi berbukit-bukit dengan
ketinggian 25 - 50 meter di atas permukaan laut.  Luas wilayah Kota Surabaya
adalah 52.087 Hektar, dengan luas daratan 33.048 Hektar atau 63,45% dan luas
wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota sebesar 19.039 Hektar atau
36,55%.
Kota Surabaya adalah kota metropolitan kedua terbesar di Indonesia dengan
jumlah penduduk mencapai 3,1 juta jiwa pada tahun 2019. Sebagai sebuah kota
metropolitan Surabaya mempunyai volume lalu lintas yang sangat tinggi. Volume
lalu lintas yang tinggi akan menimbulkan konsekuensi terhadap peningkatan
polusi udara akibat gas buang dari kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
menjadi penyebab utama pencemaran udara di perkotaan. Semakin meningkatnya
jumlah kendaraan bermotor didaerah perkotaan akan mengakibatkan penurunan
kualitas udara ambien akibat emisi dari hasil pembakaran bahan bakar tersebut.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, di beberapa provinsi terutama pada
kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor
merupakan kontribusi terbesar terhadap konsetrasi CO di udara yang jumlahnya
lebih dari 50% (Sinaga, 2013).
Menurut data Kasatlantas Polrestabes Surabaya pada tahun 2018, pertambahan
jumlah kendaraan di Surabaya diperkiraan mencapai 17.000 unit per bulan.
Pertambahan tersebut terjadi pada sepeda motor maupun mobil. Jumlah kendaraan
baru yang teregister pada Juni 2018 mencapai 1.080.126 unit untuk roda empat.
Sedangkan roda dua tercatat 14.043.712 unit. Selanjutnya, setiap pagi kendaraan
luar kota yang masuk ke Surabaya mencapai 200 ribu unit. Saat malam berkisar

1
25 ribu unit. Tingginya jumlah kendaraan tiap tahun yang tak sebanding dengan
pembangunan infrastruktur jalan ini lah yang dinilai menjadi penyebab kepadatan
dan kemacetan lalu lintas disurabaya.
Metode yang digunakan dalam penilitian ini yaitu dengan melakukan
pengukuran terhadap kadar karbon monoksida di titik yang dipantau. Selanjutnya,
dilakukan pemetaan kadar monoksida pada titik yang dipanatu berbasis Sistem
Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografi mampu untuk memetakan
informasi kedalam suatu koordinat geometric, dan mengidentifikasi hubungan
antara obyek dalam peta, serta memproses sifat geometric tersebut dalam konteks
spasial.
Kondisi-kondisi di atas melatar belakangi dilakukannya pemetaan terhadap
besarnya konsentrasi polutan khususnya karbon monoksida yang diakibatakan
kepadatan lalu lintas di ruas jalan kota Surabaya. Pemetaan ini dilakukan
dibeberapa titik pantau dengang kepadatan lalu lintas yang berbeda sehingga
dapat diketahui korelasi antara kadar karbon monoksida dengan kepadatan lalu
lintas. Sehingga dapat dilakukan perencanaan dan pengolahan lebih lanjut untuk
permasalahan tersebut. Pemetaan ini diharapkan dapat mempermudah
pengendalian dan perencanaan pengolahan polutan karbon monoksida di ruas
jalan kota Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penilitian ini adalah:
1. Berapakah konsentrasi CO pada titik yang dipantau?
2. Bagaimana kepadatan lalu lintas pada titik yang dipantau?
3. Bagaimana korelasi antara kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO
di udara ambien?

1.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
H0: Tidak ada korelasi antara kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO di
udara ambien.

2
H1: Terdapat korelasi antara kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO di
udara ambien.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penilitian ini adalah untuk:
1. Menganalisa konsentrasi CO pada titik yang dipantau.
2. Memetakan persebaran konsentrasi CO di Kota Surabaya.
3. Mengetahui korelasi kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO di
udara ambien.

1.5 Manfaat
Manfaat dari penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang konsentrasi CO di daerah kota Surabaya.
2. Memberikan informasi tentang sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh
kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO, sehingga dapat ditentukan
solusi dan penanganannya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Surabaya
Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur yang dikenal sebagai Kota
Pahlawan. Surabaya terletak di daerah Pantai Utara, Provinsi Jawa Timur. Secara
geografis, terletak di 7°9′- 7°21′ Lintang Selatan dan 112° 36′ – 112° 54′ Bujur
Timur. Kota Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di utara dan timur,
Kabupaten Sidoarjo di selatan, dan Kabupaten Gresik di barat. Kota Surabaya
memiliki luas 33.306,30 Ha. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran rendah,
dengan ketinggian antara 3 – 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah),
kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah Lidah & Gayungan
dengan ketinggian 25 – 50 meter di atas permukaan air laut. Di Surabaya juga
terdapat muara Sungai Kalimas, salah satu dari dua pecahan Sungai Brantas.
Secara administratif, Surabaya dibagi menjadi 160 kelurahan dan 31
kecamatan (yang terbagi ke dalam 5 wilayah) dengan jumlah penduduk mencapai
2,9 juta orang pada malam hari dan mencapai 5,6 juta orang pada siang hari
karena banyak orang yang datang dari kota-kota tetangga yang bekerja di
Surabaya (jatim.bpk.go.id).

2.2 Udara Ambien


Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer
yang berada di wilayah yuridis Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk dapat hidup secara
optimal. Pencemaran udara umumnya diartikan sebagai udara yang mengandung
suatu atau lebih bahan kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat

4
menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan harta benda (Sugianto, 2005).

2.3 Pencemaran Udara


Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian.
Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Pencemaran udara adalah bertambahnya
bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang
mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia atau yang
dapat dihitung dan diukur, serta dapat mengganggu keseimbangan dinamik
atmosfer dan mempunyai efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material
(Mukono, 2008).

2.4 Karbon Monoksida


Karbon Monoksida adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga
tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah -1920C. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa
gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas
CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Selain dari itu gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara
alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti
gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainlainnya (Wardhana,
2004).
Menurut Nevers (2000) tiga perempat dari CO yang masuk ke udara berasal
dari aktivitas manusia terutama dari kendaraan bermotor yang menggunakan
mesin internal engines,internal enginesmerupakan sebuah mesin yang sumber
tenaganya berasal dari pengembangan gas-gas panas bertekanan tinggi hasil
campuran bahan bakar dan udara yang berlangsung di dalam ruang bakar.
Konsentrasi ambien CO yang paling tinggi berasal dari kota-kota besar, dimana

5
hampir semua konsentrasi CO berasal dari kendaraan bermotor. Pengendalian
yang paling efektif dari CO adalah dengan cara mengurangi emisi dari kendaraan
bermotor. CO juga dihasilkan dalam jumlah yang sedikit berasal dari proses
pembakaran, contohnya adalah dari kebakaran hutan dan proses perindustrian.

2.5 Kendaraan Bermotor


Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya
yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik
berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu
sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1 Angka 13 UU Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah).

2.6 Pemetaan
Pemetaan merupakan suatu usaha untuk menyampaikan, menganalisis, dan
mengklasifikasi data yang bersangkutan, serta menyampaikan ke dalam bentuk
peta dengan mudah, memberi gambaran yang jelas, rapih, dan bersih. Pemetaan
yang mempunyai tujuan khusus sering disebut peta tematik, peta yang dibuat
sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya yang dipentingkan dalam peta tematik
adalah penyajian data dalam bentuk simbol, karena simbol menyampaikan isi peta
dan sebagai media komunikasi yang baik antara pembuat peta dengan pengguna
peta. Pembuat peta harus berusaha membuat simbol yang sederhana, mudah
digambar tetapi cukup teliti, sedangkan bagi pengguna peta, simbol itu harus jelas
dan mudah dibaca atau dipahami. ( Prasetyo,2009).

2.7 Sistem Informasi Geografi


Istilah geography digunakan karena SIG dibangun berdasarkan pada geografi
atau spasial. Objek ini mengarah pada spesifikasi lkasi dalam suatu space.
Geographic Information System (GIS) merupakan sistem komputer yang berbasis

6
pada sistem informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan
analisis terhadap permukaan geografi bumi. Geografi adalah informasi mengenal
permukaan bumi dan semua obyek yang berada diatasnya, sedangkan sistem
informasi geografis (SIG) atau dalam bahasa inggris disebut Geographic
Information System (GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem informasi
geografis adalah bentuk sistem informasi yang menyajikan informasi dalam
bentuk grafis dengan menggunakan peta sebagai antar muka. SIG tersusun atas
konsep beberapa lapisan (layer) dan relasi ( Prahasta, 2002).
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau juga dikenal sebagai Geographic
Information System (GIS) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian GIS berkembang
tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi
sudah merambah ke berbagai bidang seperti analisis penyakit epidemik (demam
berdarah) dan analisis kejahatan (kerusuhan) termasuk analisis
kepariwisataan.Kemampuan dasar dari SIG adalah mengintegrasikan berbagai
operasi basis data seperti query, menganalisisnya serta menampilkannya dalam
bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG
dengan sistem informasi lain (Prahasta,2002).

2.8 ArcGIS
ArcGIS merupakan perangkat lunak yang terbilang besar. Perangkat lunak ini
menyediakan kerangka kerja yang bersifat scalable (bisa diperluas sesuai
kebutuhan) untuk mengimplementasikan suatu rancangan aplikasi SIG; baik bagi
pengguna tunggal (single user) maupunn bagi lebih dari satu pengguna yang
berbasiskan desktop, menggunakan server, memanfaatkan layanan web, atau
bahkan yang bersifat mobile untuk memenuhi kebutuhan pengukuran di lapangan.
ArcGIS adalah produk sistem kebutuhan software yang merupakan kumpulan dari
produkproduk software lainnya dengan tujuan untuk membangun sistem SIG yang
lengkap. Dalam kaitan inilah pihak pengembang ArcGIS merancangnya
sedemikian rupa hingga terdiri dari beberapa framework yang siap berkembang

7
terus dalam rangka mempermudah pembuatan aplikasi-aplikasi SIG yang sesuai
dengan kebutuhan penggunanya (Prahasta,2004).

BAB III

METODE PENILITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian dilakukan pada ruas jalan kota Surabaya yang dibagi menjadi 5 titik
dengan wilayah yang berbeda. Pengukuran pada wilayah Surabaya Pusat
dilakukan pada Jalan Pemuda, Surabaya Selatan pada Jalan Ahmad Yani,
Surabaya Barat pada Jalan Mayjen HR. Mohammad, Surabaya Timur pada Jalan
Rungkut Industri dan Surabaya Utara pada Jalan Hang Tuah.
Pengambilan sampel dilakukan pada hari senin yang mewakili hari kerja dan
hari sabtu yang mewakili hari libur, untuk melihat variasi kepadatan kendaraan
bermotor. Pengambilan sampel dilakukan setiap minggu dari tanggal 4 Januari
2020 sampai 30 Januari 2020. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No.12 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di
Daerah, pemantauan dilakukan dengan interval waktu pagi, siang, sore dan
malam, Masing-masing interval waktu diukur 1 jam.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan yaitu CO Meter Lutron GCO-2008 sebanyak 5
buah, handcounter sebanyak 5 buah, alat tulis, laptop, gps, software Google
Earth, dan software ArcGIS.

3.3 Cara Analisis


Data primer yang dibutuhkan adalah nilai karbonmonoksida dan jumlah
kendaraan. Data sekunder yang digunakan adalah layout kota Surabaya yang
didapatkan dari pemerintah Kota Surabaya. Adapun untuk pengambilan data
primer yaitu CO Meter Lutron GCO-2008 diletakan sekitar 1,5 meter dari
permukaan tanah sesuai dengan rata-rata tinggi orang dewasa untuk bernapas dan

8
dilakukan selama 1 jam dengan pencatatan tiap 5 menit. Selain itu digunakan juga
handcounter untuk menghitung jumlah kendaraan yang lewat.
Analisis yang digunakan adalah analasis deskriptif dan analasis spasial.
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tingkat karbonmonoksida di Kota
Surabaya akibat kepadatan lalu lintas yang disajikan dalam tabel data. Kemudian
dilakukan analisis spasial melalui fitur overlay peta, yaitu dengan menyatukan
lapisan layer yang berbeda sehingga dapat menampilkan informasi atribut dari
peta yang dibutuhkan, analisis ini untuk mengetahui distribusi karbonmonoksida
di Kota Surabaya akibat kepadatan lalu lintas yang disajikan dalam bentuk peta
dengan menggunakan aplikasi Arcgis.

9
DAFTAR PUSTAKA

H. J. Mukono.(2008). Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan


Saluran Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press.

https://jatim.bpk.go.id/kota-surabaya/html.diakses pada tanggal 1 januari.

Pemerintah Indonesia.(1999). Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta: Sekretariat negara.

Pemerintah Indonesia.(2009). Pasal 1 Angka 13 UU Nomor 28 Tahun 2009


Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta: Sekretariat
negara.

Prahasta, Eddy..(2002). Sistem Informasi Geografis : Belajar dan Memahami


MapInfo. Bandung: PT Informatika.

Prahasta, Eddy.(2004). Tutorial ArcGIS Dekstop untuk Bidang Geodesi &


Geomatika..Bandung: PT Informatika.

Prasetyo, A.B.2009. Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bahaya Banjir di Kota
Surakarta Tahun 2007.Skripsi.Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sinaga, Sarastikamawaty.(2013). Pengaruh Jumlah Kendaraan Dan Faktor


Meteoroloi Terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Di Jalan
Pandanaran Kawasan Simpang Lima Kota Semarang.
Semarang:Universitas Diponegoro.

Sugianto. (2005). Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Tantangan


Pembangunan di Indonesia Timur). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan..Yogyakarta:


Penerbit Andi.

10

Anda mungkin juga menyukai