Anda di halaman 1dari 3

Pemberlakuan PSBB Proposional Di Jawa Barat

Seperti yang kita ketahui dan kita alami saat ini,kita semua sedang dihadapkan
dengan dengan pandemi covid -19. Semua ini berawal dari satu daerah di china tepatnya di
Kota Wuhan,dimana penyakit ini bersifat mudah menular dan memiliki masa ingkubasi
selama 14 hari. Penyakit ini memiliki beberapa tanda-tanda seperti flu,batuk,demam,dan
lain-lain. Seiring berjalanya waktu dan telatnya kesadaran pihak china dalam menanggulangi
penyakit ini, sehingga mengakibatkan penyakit ini menyebar ke beberapa daeah hingga
negara yang mengakibatkan sebuah pandemi.

Masuknya covid-19 ke indonesia ini dimulai pada awal bulan maret tahun 2020, dan
sudah tak terasa kita menuju 1 tahun dilanda pandemi covid-19. Diawal bulan maret 2020
kita semua diwajibkan untuk dirumah saja dan tidak boleh beraktifitas diluar rumah, atau
disebut dengan kebijakan lockdown. Setelah adanya kebijakan lockdown tersebut,semuanya
berubah. Yang bekerja dirumahkan,yang sekolah dirumahkan, semua kegiatan yang ada
diluar rumah menjadi dirumahkan.

Efek dari kebijakan lockdown tersebut tidak sampai disitu,para wirausahawan seperti
pedagang dan karyawannya sangat mengalami dampak dari kebijakan lockdown tersebut.
Sepinya lalu lintas dan fasilitas umum diakibatkan ditutup oleh pemerintah yang
mengakibatkan kota-kota besar terlihat seperti kota mati tak berpenghuni. Para
wirausahawan seperti pedagang pun mengalami kerugian yang serius dikarenakan hilangnya
konsumen yang diakbatkan kebijakan ini. Ditambah dengan banyaknya usaha2 lain yang
terpaksa harus “gulung tikar” diakrenakan pandemi ini.

Terhentinya perputaran ekonomi di berbagai daerah dan tak kunjung usainya


pandemi covid-19 ini dapat memicu negara menuju resesi. Selain itu,akan semakin banyak
warga dan rakyat yang di-PHK. Sehingga pemerintah harus membuat kebijakan baru yang
lebih logis sehingga perpuataran ekonomi di berbagai daerah dapat kembali berjalan. Demi
memutar kembalikan perputaran ekonomi di berbagai daerah, akhirnya pemerintah
menerapkan pembatasan sosial bersakala besar atau disingkat sebagai PSBB.

Pembatasan sosial berskala besar atau yang biasa disebut sebagai PSBB terkesan
memiliki persamaan yang mirip dengan sistem lockdown. PSBB inipun memiliki beberapa
regulasi atau aturan. Seperti, semua sektor perkantoran dihentikan kecuali sektor esensial
yang dikecualikan,semua sektor pasar dan pusat perbelanjaan ditutup kecuali produsen
kebutuhan pokok untuk sehari-hari, tempat ibadah ditutup semua,dan fasilitas umum
ditutup semua. Bisa dilihat sistem PSBB tersbut terasa tidak berbeda dengan sistem
lockdown,dan dirasa tidak memutar kembalikan perpuataran ekonomi di daerah-daerah.
Lalu,sepeti yg kita ketahui bahwa daerah jabar disaat awal2 pandemi covid-19
sempat menjadi 3 tertinggi di indonesia dengan persebaran covid-19. Tiga Provinsi dengan
persebaran tertinggi saat itu diduduki oleh DKI Jakarta,Jawa Barat dan Jawa Timur. Namun,
dengan kekuatan tenaga medis dan masyarakat Jawa Barat disiplin dalam menerapi
protokol covid-19 sehingga jabar bisa menanggulangi persebaran covid tertinggi di
indonesia. Sehingga banyak daerah di Jawa Barat termasuk zona hijau. Oleh karna itu,
gubernur jawa barat yang sedang menjabat saat ini,yaitu bapak Ridwan Kamil
memberlakukan PSBB proposional di jawa barat.

Pembatasan Sosial Berskala Besar Proposional atau PSBB Proposional khususnya di


Jawa Barat ini memiliki sistem yang sama seperti psbb pada umumnya,namun ada beberapa
kebijakan yang diloggarkan atau lebih longgar dari kebijakan psbb biasanya Salah satu
perbedaan PSBB dengan pembatasan baru yaitu terkait mekanismenya. Pada intinya, jika
dalam mekanisme PSBB inisiatif awal berupa pengajuan pembatasan ada di pemerintah
daerah, dalam pembatasan baru inisiatif ada di pemerintah pusat. Inisiatif pemerintah pusat
itu berupa pemberian kriteria awal terhadap daerah-daerah untuk dilakukan pembatasan.
Daerah yang masuk dalam kriteria itu, mau tak mau harus menerapkan pembatasan
kegiatan masyarakat.

Dilansir dari DetikNews.com berikut adalah beberapa perbedaan jelas antara PSBB
biasa dan PSBB Proposional. Dimulai dari sektor Perkantoran, dari yang sebelumnya semua
dihentikan kecuali sektor esensial yang dikecualikan menjadi Work from home 75% dengan
melakukan protokol kesehatan yang ketat. Lalu di sektor Pasar dan Pusat Perbelanjaan, dari
yang awalnya dibuka khusus untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan sehari-hari, menjadi
pembatasan jam di pusat perbelanjaan sampai pukul 19.00 Makan dan minum di tempat
maksimal 25%. Lalu di sektor tempat ibadah, dari yang awalnya ditutup menjadi dibuka
dengan protokol kesahatan yang ketat. Lalu di sektor fasilitas umum yang awlanya ditutup
dan tidak boleh berkerumun lebih dari 5 orang,menjadi fasilitas umum dan kegiatan sosial
budaya dihentikan sementara dan terakhir di sektor transportasi,dari yang awalnya Ganjil-
genap tidak berlaku,Mobilitas kendaraan pribadimaksimal penumpang 50% dari
kapasitas,Mobilitas angkutan umum massalmaksimal penumpang 50% dari kapasitas,Taksi
(konvensional dan online) maksimal penumpang 50% dari kapasitas,Kendaraan rental
maksimal penumpang 50% dari kapasitas,Ojek (online dan pangkalan) tidak boleh
mengangkut penumpang, menjadi diperlonngar, namun belum dijelaskan secara spesifik.

Jadi,seperti itulah gambaran kurang lebih dari pembatasan sosial berskala besar
proposional atau PSBB Proposional diberlakukan.PSBB dan PSBB Proporsional memiliki
beberapa perbedaan dan pelonggaran peraturan. Namun, peraturan tersebut pun sudah
dipikirkan matang-matang oleh pemerintah sehinnga kita semua dapat pulih dari
keterpurukan ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi ini. Semoga Indonesia dan Dunia
cepat pulih dari pandemi ini.
Nama: Rafi Ramadhani Risnadi

Kelas: XII-IPA 4

Tema: Pemberlakuan PSBB Proposional Di Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai