Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA KEEMASAN DINASTI ABBASIYAH

Dosen Pengampu: Padil, M.Hum

Disusun oleh:

Indah Nuril Hayati (1920402023)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMORIA

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Faktor yang Mempengaruhi
Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah.” Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Islam Klasik II.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Palembang, 10 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar  Belakang.............................................................................................. 1
B. RumusanMasalah........................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

1. Sejarah Kelahiran Dinasti Abbasiyah............................................................ 3


2. Sistem Pemerintahan Dinasti Abbasiyah....................................................... 4
3. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah............................................................... 5
4. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah...................................................................... 7

BAB III
PENUTUP................................................................................................................ 8

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mengubah orang Arab yang
terbelakang, cuek, tidak dikenal, dan diabaikan oleh negara lain yang menjadi negara
maju. Dia bertindak cepet mengembangkan dunia dan mengembangkan budaya dan
peradaban yang sejauh ini sangat penting dalam sejarah manusia. Padahal, kemajuan
Barat berawal dari peradaban islam yang masuk ke Eripa melalui Spanyol. Islam
berbeda dengan agama lain. Dalam bukunya Whittle Islam, H.A.R Gibb
menunjukkan: “Islam memang bukan hanya sistem teologis, itu adalah peradapan
yang lengkap’. (Islam sebenarnya bukan hanya sebuah agama, itu adalah peradaban).
Karena kekuaran utama dan alasan produksi kebudayaan adalah islam, maka
kebudayaan yang dihasilkan disebut kebudayaan atau peradaban islam. Semua daerah
di bawah pemerintahan islam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
administratif. Semua ekspresi budaya juga diekspresikan dalam bahasa Arab,
meskipun negara-negara non-Arab juga mulai berpartisipasi dalam penanaman
budaya dan peradaban. Sejarah politik dunia islam dibagi menjadi tiga periode:
pertama, periode klasik (650-1250 M), kedua periode pertengahan (1250-1800 M),
ketiga periode modern (1800 M hingga sekarang).
Sejarah ibarat kacamata masa lalu, menjadi pijakan dan langkah setiap orang di masa
lalu. Seperti kita ketehui bersama, pasca runtuhnya kepemimpinan di era Kula
Fahidin, sistem pemerintahan islam pada saat itu juga berubah menjadi era Daura.
Dalam penulisan makalah ini, kami akan memperkenalkan konten era Abbasiyah.
Dalam peradaban umat islam, Abbasiyah adalah salah satu bukti sejarah peradaban
islam. Dinasti Abbasiyah adalah pemerintahan umat islamyang memiliki masa
kejayaan yang gemilang. Selama periode ini, Abbasiyah mencapai sukses besar di
bidang ekonomi politik dan ilmiah. Hla inilah yang perlu kita ketahui sebagai rujukan
spiritual bagi generasi umat muslim. Masa keemasan peradaban umat islam telah
melampaui kesuksesan negara-negara eropa. Mengetahui bahwa peradaban umat
islam yang sebelumnya telah diakui dunia akan menginspirasi dan menjadi

1
pemahaman kita akan sejarah peradaban islam, sehingga kelak kita akan muncul
kembali masa keemasan pada generasi umat muslim ini.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah kelahiran Dinasti Abbasiyah
2. Sistem Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
3. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah
4. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang Dinasti
Abbasiyah. Dimulai dari sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah hingga Faktor-faktor
yang menyebabkan Keruntuhan Dinasti Abbasiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Periode Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan islam, sering disebut sebagai
zaman keemasan. Saat itu umat islam mencapai puncak kejayaan di bidang
ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu, berbagai cabang ilmu juga sudah
berkembang, ditambah dengan dengan terjemahanna banyak buku dari bahasa
asing ke bahasa Arab. Fenomena inilah yang kemudian melahirkan sarjana-sarjana
hebat yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai bidang keilmuan. Bani
Abbas mewarisi kerajaan Bani Umayah yang agung. Hal ini memungkinkan
mereka untuk mencapai hasil yang lebih banyak karena fondasi telah disiapkan
oleh Daulah Bani Umayah. Sebelum jatuhnya pemerintahan Umayyah terjadi
banyak kekacauan di semua bidang kehidupan bernegara. Khalifah dan penjabat
negara lian telah melakukan banyak kesalahan dan kareanya melanggar ajaran
islam, salah satunya adalah deportasi Mavali oleh Umayyah. Keluar dari negeri ini
menyebabkan ketidakpuasan mereka dan akhirnya menimbulkan banyak
kerusuhan.

Sejak Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa, Bani Abbas telah
berjuang untuk kekuasaan. Seperti yang kita ketahui bersama, Khalifah bisa
mentolelir berbagai aktivitas keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani
Abbas yang ditindas oleh Umayyad Daulah menemukan jalan menuju kebebasan,
di mana mereka membentuk gerakan rahasia. Menggulingkan Umayyad Daulah
dan membangun Abbasid Daulah. Di bawah kepemimpinan Imam Muhammad bin
Ali Al-Abbasy, mereka memasuki dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase
terbuka dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup, gerakan itu
dilakukan secara rahasia. Propaganda dikirim ke berbagai penjuru tanah air dan
mendapatkan banyak dukungan, terutama kelimpok yang tertindas, bahkan
kelompok yang awalnya mendukung Umayya Daulah. Setelah Imam Muhammad
meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung
seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan
rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu
Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan
cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih

3
ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas
pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam
mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian
memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga
Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad.
Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang
pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750
M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka
resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam kejadian tersebut, Abdurrahman salah satu ahli waris Khalifah Umayah
yang baru berusia 20 tahun berhasil kabur kr daratan Spanyol. Tokoh inilah yang
berhasil merebut kembali kekuatan maritim Umayyah, Emirat Cordova. Di sana,
ia berhasil mengembalikan kejayaan Khalifah Umayyah atas nama Khalifah
Andalusia. Awalnya, Khalifa Daulah Abbasiyah mengambil Kufah sebagai pusat
pemerintahan, dan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) adalah Khalifah pertama.
Kemudian penerus Khalifah Abu Jafa Mansour (754-775 M) memindahkan pusat
pemerintahan ke Baghdad. Di kota ini, sebuah kerajaan besar akan lahir yang akan
menguasai seluruh dunia selama lebih dari lima abad. Kerajaan ini disebut Daulah
Abbasiyah. Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan
perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah
Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah
dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri
peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi
ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Namun tidak dapat disangkal
sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
2. Sistem Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
A. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Abbasiyah, Abdul Abbas juga dianggap sebagai pendiri
Bani Abbas yang menyebut dirina Al-Saffah, yang artinya pertumpahan darah.
Pada saat uang sama, Khalifah Abbasiah kedua memenangkan gelar Al-
Mansur, meletakkan dasar bagi pemerintahan Abbasiyah. Di bawah
kepemimpinan Dinasti Abbasiyah, Khilaf berkembang menjadi sistem politik.
Dinasti ini muncul dengan bantuan Persia, Umayah yang lelah dengan
masalah sosial dan politik yang diskriminatif. Khalifah-khalifah Abbasiyah

4
yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk
menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi
Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya
diambil dari kaum mawalli.
b.  Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka
untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan
sesuatu yang harus dikembangkan.
d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.
B. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa
Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang
sangat mencolok, yaitu:
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat
yang sama dalam kedudukan sosial
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-
beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.
c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran terjadinya pertukaran
pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru.
3. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah
Pada masa Khalifah Harun Rasyid (786 M-809 M) dan putranya Al Ma’mum
(813-833 M), popularitas dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya. Kekayaan
Kahlifah Harun Al-Rasyid digunakan untuk kepentingan sosial, seperti institusi
pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan sains dan budaya serta sastra
berada di masa keemasan. Sering dikatakan bahwa pemerintahan dinasti
Abbasiyah adalah masa keemasan Islam.
1. Bidang Administrasi dan Pemerintahan
Pada masa Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) memindahkan ibukota negara yang
awalnya Al-Hasyimiyah menjadi ke kota yang baru dibangunnya Bagdad pada
tahun 762 M. Di ibu kota yang baru ini Al-Manshur melakukan konsolidasi dan
penertiban peme-rintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk

5
menduduk jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di dalam peme-rintahan,
dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir (perdana menteri) sebagai
koordinator departemen, membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara,
dewan penyelidik keluhan, dan kepolisisan negara disamping membenahi
angkatan bersenjata.
2. Bidang Perdagangan
Pada masa Al-Mahdi (775-785 M) perekonomian mulai meningkat dengan
peningkatan di sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil
penambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi.
3. Bidang Pendidikan
Di zaman Al-Ma’mun (813-833 M),ia dikenal karena kecintaannya pada ilmu.
Selama masa pemerintahannya, terjemahan buku-buku asing didorong. Ia juga
mendirikan banyak sekolah, salah satu karyanya yang terpenting adalah
terciptanya Baitul Hikmah (Sekolah Sains dan Peradaban) yang merupakan pusat
penerjemahan yang berfungsi sebagai universitas dengan perpustakaan yang
besar. Di era Al-Ma;mun, Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
4. Bidang Militer
Al-Mu’tashim (833-842 M) memberi Turki kesempatan yang sangat baik untuk
memasuki pemerintahan, dan partisipasi mereka dimulai dengan tentara penjaga.
Berbeda dengan Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengubah sistem
militernya. Kebiasaan muslim untuk berpartisipasi dalam perang telah berhenti.
Prajurit dapat menjadi prajurit Profesional setelah pelatihan khusus. Karenana,
kekuatan militer dinasti Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat.
5. Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Dinasti Abbasiyah ada empat aliran, yaitu Imam Abu Hanifah (700-
767 M) yang menggunakan pemikiran rasional daripada hadist. Sangat kontras
dengan Imam Maliki (713-795 M), Madinah memiliki banyak tradisi dan tradisi
masyarakat. Pendapat kedua tokoh ini dibuat oleh Imam Syafi’i (767-820 M) dan
Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M). Ada juga sekolah seperti Khawarij,
Murjiah, dan Mu’tazilah. Al-Fazari terkenal dalam bidang astronomi sebagai
astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolabe dan terkenal karena ia
menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Al-Razi dan Ibn Sina dikenal dalam

6
bidang kedokteran. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara
penyakit cacar dengan measles dan orang pertama yang menyusun buku mengenai
kedokteran anak. Ibn Sina yang juga seorang filosof, berhasil me-nemukan sistem
peredaran darah pada manusia. Karyanya adalah Al-Qanun fi Ath-Thib.
Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi terkenal di bidang matematika yang
menciptakan ilmu aljabar. Al-Mas’udi terkenal dalam bidang sejarah yang ahli
geografi.
4. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah
Tidak ada gading yang tidak retak. Mungkin pepatah ini sangat cocok untuk
mencerminkan kemuliaan yang diraih oleh anak-anak Abbasiyah. Meski
kesuksesan Abbasiyah di hampir semua bidang begitu glamour, pada akhirnya ia
mulai mengeras dan akhirnya. Menurut beberapa dokumen, terdapat beberapa
penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah, yaitu:
Faktor Internal
Sebagian besar khaliga dari dinasti Abbasiyah lebih memerhatikan urusan pribadi,
mengabaikan kewajiban dan kewajiban mereka terhadap negara. Kekaisaran
Abbasiyah memiliki wilayah yang luas, tetapi sulit untuk berkomunikasi dengan
otoritas pusat di wilayah tersebut—pengaruh asal Turki lebih besar, menyebabkan
kelompok Arab dan Persia iri dengan status mereka. Dengan profesionalisasi
angkatan bersenjata, khilafah sangat bergantung pada mereka. Permusuhan antara
kelompok etnis dan agama, pejabat kerajaan yang korup.
Faktor Eksternal
Perang salib berlangsung selama beberapa gelombang dan menimbulkan banyak
korban. Tentara mongolia yang dipimpin oleh Hulagu Khan menyerbu dan
menghancurkan Baghdad. jatuhnya Baghdad yang dipimpin oleh Hulagu Khan
menandai berakhirna kekaisaran Abbasiah, kebangkitan kekaisaran Shafawije di
Iran, kekaisaran Ottoman di Turki dan Kekaisaran Mughal di India.

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Disebut Khalifah Abbasiyah karena nabi dan penguasa adalah keturunan dari
Paman Nabi Muhammad, Abbas. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Safah bin
Mohammed bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Beridirinya dinasti ini tidak terlepas
dari ambiguitas dinasti sebelumnya yaitu dinasti Umayyah. Pada awalnya, ibu
kota negara itu al-Hashimiyah dekat hukum kuno. Namun, untuk lebih
memperkuat dan menjaga stabilitas negara, Mansour memindahkan ibu kota
negara ke Baghdad. Oleh karena itu, pusat pemerintahan dinasti Abbasiah ada di
kalangan Persia. Al-Mansyur mengkonsolidasikan dan mengendalikan
pemerintahannya. Ia menunjuk sejumlah personel untuk melayani di posisi
administratif dan yudisial. Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak
sepenuhnya berasal dari kreativitas para penguasa Abbasiyah itu sendiri. Beberapa
di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitang islam. Di bidang pendidikan,
seperti awal mula islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun,
lembanga tersebut kemudian berkembang dengan berdirinya perpustakaan dan
lembaga akademik pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Dalam beberapa
dekade terakhir, daulah Abbasiah mulai mengalami kemunduran, terutama dalam
bidang politiknya, dan pada akhirnya menimbulkan perpecahan yang akan
menjadi akhir dari sejarah Dinasti Abbasiyah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Karen, Islam : Sejarah Singkat.  Yogyakarta : Penerbit Jendela, 2002


Khoiriyah. 2014. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab sebelum Islam hingga
Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Teras

Badri Yatim, Sejarah... hlm. 52


Mahmudunnasir, Syed. 2005. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung; PT Remaja
Rosdakarya
Badri Yatim, Sejarah... hlm. 50.

Anda mungkin juga menyukai