LP Gga
LP Gga
LP Gga
DISUSUN OLEH :
KUNNIKA MUJHANA
NIM 1.1.20277
Klasifikasi
ARF diklasifikasikan menjadi 3 kategori umum yaitu :
1. ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan perfusi ginjal misal kekurangan volume,
perpindahan volume, ekpansi volume dan dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
Etiologinya :
a. Penurunan volume vaskuler
- kehilangan darah/ plasma : perdarahan, luka bakar.
- Kehilangan cairan ekstravaskuler : muntah diare
b. Kenaikan kapasitas vaskuler
- sepsis
- blokade ganglion
- reaksi anafilaksis
c. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung
- renjatan kardiogenik
- payah jantung kongestif
- tamponade jantung
- disritmia
- emboli paru
- infark jantung
2. ARF renal
ARF renal sebagai akibat penyakit ginjal primer : yaitu berkurangnya aliran darah ginjal keseluruh bagian atau
sebagian ginjal hal ini dikarenakan keadaan pra renal yang tidak teratasi sedangkan penyebab lain karena stenosis
arteri renalis sehingga mengurangi aliran darah keseluruh ginjal, iskemik lokal dapat terjadi bila terjadi penyakit
vaskuler oklusif, glomerulonefritis akut, nefrosklerosis maligna, penyakit kolagen, angitis hipersensitif.
3. ARF post renal
ARF post renal adalah suatu keadaan dimana sebagai akibat dari obstruksi pada sepanjang saluran perkemihan dari
tubulus sampai meatus uretral.
Etiologi :
a. Obstruksi saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kista dll.
b. Ekstravasasi
Patofisiologi
Pre renal azotemia
Penurunan fungsi ginjal akan mengaktifkan baroreseptor yang kemudian akan mengaktivasi sistem neurohumoral dan
ginjal, agar tubuh dapat tetap mempertahankan tekanan darah, perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerular. Sistem renin- angiotensin-
aldosteron, vasopresin, aktivasi sistem saraf simpatik akan mengakibatkan vasokonstriksi sistemik, retensi garam dan air sehingga
tekanan darah dan volume intravaskuler dapat dipertahankan. Hanya saja bila sistem mekanisme adaptif ini tidak berhasil maka laju
filtrasi glumerular menurun dan terjadilah azotemia pra renal.
Karena terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan tonusitas medular yang selanjutnya memperbesar
reabsorbsi dari cairan tubular distal. Oleh karenanya perubahan urine tipikal pada keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun
sampai kurang dari 400 ml/ hari, berat jenis urin meningkat dan konsentrasi natrium urin rendah ( biasanya < 5 mEq/ L).
Intra renal / renal
Bila perfusi ginjal yang lemah menetap selama periode yang cukup lama, ginjal dapat rusak sehingga pengembalian perfusi
ginjal tidak lagi memberikan efek pada filtrasi glomerulus. Pada situasi ini terjadi gagal ginjal intrinsik (kategori intra renal seperti
NTA, nefropati vasomotor dan nefrosis nefron bawah).
Post renal
Berbagai kondisi yang dapat menghambat aliran urin dari ginjal keluar dapat mengakibatkan azotemia post renal. Obstruksi
ini dapat terjadi pada setiap tempat dalam saluran perkemihan. Bila urine tidak dapat melewati obatruksi, mengakibatkan kongesti
yang akan menyebabkan tekanan retrograd melalui sistem kolagentes dan nefron. Keadaan ini memperlambat laju aliran cairan tubular
dan menurunkan LFG. Sebagai akibatnya reabsorbsi natrium, air dan urea meningkat menyebabkan penurunan natrium urine dan
meningkatkan osmolalitas dan BUN urine.
Gejala klinis
Pada ARF pra renal sering ditandai dengan :
- Vital sign rendah
- Turgor kulit menurun
- Tekanan vena sentral
- Hipotensi ortostatik
Penatalaksanaan
ARF pra renal
Mempertahankan diuresis diberikan manitolo dan furosemid.
ARF renal
Mengobati penyebab NTA, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah infeksi, pengelolaan
konservatif.
ARF post renal
Tindakan pembedahan untuk dapat menghilangkan obstruksinya, perlu diperhatikan pula adanya kemungkinan terjadinya
sindroma pasca obstruksi berupa poliuria hebat yang memerlukan koreksi cairan elektrolit
Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi Setelah dilakukan - Amati tanda- tanda infeksi Mengurangi dan mengh
terhadap infeksi tindakan - jaga keseterilan dalam melakukan faktor – faktor pencentu
b/ d ARF keperawatan selama prosedur tindakan invasif erjadinya nosokomial in
3 x 24 jam tidak - cuci tangan sebelum dan sesudah
tampak tanda- melakukan tindakan keperawatan
tanda infeksi
dengan KH :
Tidak terlihat tanda
infeksi
Kelebihan Setelah dilakukan - Hitung jumlah cairan yang masuk dan Untuk memantau bila te
volume cairan b/d tindakan keluar tiap 1 jam kelebihan volume caira
ARF, filtrasi keperawatan selama - catat warna dan jumlah urine yang tubuh
buruk dan 4 x 24 jam volume keluar setiap 1 jam.
masukan cairan dapat
intravena dipertahankan
dengan KH :
Output dan input
cairan dalam
keadaan seimbang.
Resiko tinggi Pasien akan Pantau respon- respon yang Memberikan rasa nyama
terhadap mempertahan kan menguntungkan dan merugikan sehingga pasien bisa
perubahan rasa rasa nyaman selama terhadap segmen pengobatan mengalihkan perhatian
nyaman b/d eliminasi urine Berikan obat penghilang rasa nyeri terhadap nyeri
inefektif eliminasi sesuai dengan program dokter
urine, kandung Jaga privasi klien saat melakukan
kemih penuh. tindakan keperawatan