Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA : KOROSI

BAB I
PENDAHULUAN
a.      LATAR BELAKANG MASALAH
Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan.Korosi ini
sebenarnya Merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang ada di udara
membentuk oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan masalah pada barang-barang
yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam mulia) dapat juga
mengalami korosi.Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan.
Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang
berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi
merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas
dalam kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat
mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai
jual da fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan.
Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan
terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi..
Proses perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi
hancur. Hal ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa awal korosi
akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya.
b.      RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang
dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam laporan  ini adalah :
1.      Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi/perkaratan pada besi?
2.      Bagaimana proses terjadinya perkaratan pada besi?
c.       TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan penulisanlaporan ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi (karat) besi.
2.      Untuk mengetahui paku yang lebih cepat dan banyak perkaratannya

1.      MANFAAT PENELITIAN
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan akan diperoleh manfaat
sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui sifat dari berbagai bahan terhadap besi.
2.      Dapat menambah informasi mengenai korosi (karat).
3.      Dapat menambah pengetahuan tentang larutan elektrolit.
4.      Dapat melatih siswa agar terampil dalam melakukan kegiatan praktikum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Sebagian orang mengartikan korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai
musuh umum masyarakat. Karat (rust) adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi
korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua
logam.Walaupun besi bukan logam pertama yang dimanfaatkan oleh manusia, tidak perlu diingkari
bahwa logam itu paling banyak digunakan, dan karena itu, paling awal menimbulkan masalah korosi
serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sinonim
(Chamberlain, 1991).
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara
pereaksi, yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi
diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi
dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian
pengangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut
dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baiik oksigen maupun hidrogen yang
tidak ambil bagian belum bisa dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum
definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan
pengambilan elektron, disusun orang (Svehla, 1990).
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek
dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai
anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron menuju besi itu sendiri. Sel
elektrokimia terbentuk pada bagian logam dimana terdapat pengotor atau di daerah yang
terkena tekanan (Oxtoby, dkk., 1999).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat
logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe 2O3.nH2O,
suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)<--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode,
di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian
membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang
bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai
faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu
1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida,
silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan
penting dalam kekuatan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda,
yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya
positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia
bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi
adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral
logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi
dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali
menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya
korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan
oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensialterhadap elektrode lainnya yang akan
sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan
kecepatan laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami kasus
korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam pada kondisi
lingkungan yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi
yanga sama. Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang
dapat mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1.        Faktor Metalurgi
      Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan
terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis
korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan
terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a.       Jenis logam dan paduannya
                Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.Sebagai
contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa,
sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b.       Morfologi dan homogenitas
                Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan
tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada tiap
daerahnya.
c.        Perlakuan panas
                Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau
perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap
baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas
butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja tersebut.
Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan sisa
tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu terjadinya korosi retak tegang.

d.      Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan


                Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik
setelah proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki
tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.

2.       Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a.       Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang
berbeda-beda.Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif yang berbeda
dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan korosi.Gambar
berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap ketahan korosi
terhadap paduan tembaga.

b.      Konsentrasi

Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi kecepatan


korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda
dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan encer, Fe
akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi terhadap laju
korosi dapat dilihat pada gambar berikut.

        Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan
terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk pada
media dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media dengan
konsentrasi O2 yang tinggi.
c.       Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika reaksi kimia akan
meningkat.
Gambar berikut menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe.
Semakin tinggi temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun
menurunkan kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C,
laju korosi akan mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu
sistem tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.
d.    Gas, cair atau padat
          Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas,
bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya pada
pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga dapat
berbeda-beda.Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat dilakukan, sedangkan
pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan proteksi katodik.
e.       Kondisi biologis
        Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi
mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah.Keberadaan
mikroorganisme sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi
kecepatan korosi pada suatu material.
2.            Teori Ion Svante August Arrhenius 
Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik?Penjelasan tentang permasalahan di
atas pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859 – 1927) dari Swedia
saat presentasi disertasi PhD-nya di Universitas Uppsala tahun 1884. 
Menurut Arrhenius, zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-
partikel yang berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion.
Ion yang bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan
anion.  
Peristiwa terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya disebut proses ionisasi.
Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya
menghantarkan arus listrik melalui larutannya.Sedangkan zat nonelektrolit ketika
dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul
yang tidak bermuatan listrik. 
Hal inilah yang menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:  
1. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit dalam
larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut selalu bergerak
bebas.  
2. Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat nonelektrolit
dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang
tidak bermuatan listrik. Zat elektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya dapat
menghantarkan arus listrik karena telah terionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik.Zat
nonelektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya tidak dapat menghantarkan arus
listrik karena tidak terionisasi menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul.  
BAB III
METODE PENELITIAN
a.      ALAT DAN BAHAN
-          Gelas plastic bening sebanyak 8 buah
-          Paku besi yang tidak berkarat sebanyak 8 buah
-          Karet gelang
-          air

b.      CARA KERJA
1.      susunlah rangkaian percobaan dengan 8 buah gelas plastic seperti gambar berikut :

 2.      Amati keadaan paku setiap hari selama 2 minggu


3.      Catatlah setiap perubahan yang terjadi

BAB IV       
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL
PENGKONDISIAN OBJEK :
Label gelas Pengkondisian
A Paku diletakkan di dalam gelas terbuka (tanpa air)
Paku diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air dan paku dibiarkan tenggelam
B
sepenuhnya.
Paku diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air, tetapi posisi paku diatur
C
sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
Paku diletakkan dalam gelas terbuka berisi larutan cuka (CH3COO), dan paku
D
dibiarkan dalam keadaan tenggelam
E Paku diletakkan dalam gelas kosong yang tertutup
F Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi air dan paku dibiarkan tenggelam.
G Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi air, akan tetapi posisi paku diatur
sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
H Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi larutan cuka (CH3COO).

HARI KE-1
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Tidak terjadi perkaratan pada paku. Tidak terjadi perubahan apapun.
G. B Terjadi sedikit perkaratan. Sebagian karat menempel pada paku dan sebagian
lagi larut dalam air. Warna air mulai berubah menjadi kuning kecoklatan.
G. C Mulai terjadi perkaratan pada bagian yang terendam air, sedangkan bagian yang
tidak terendam masih dalam kondisi awalnya. Air mulai berubah menjadi
kekuningan
G. D Tidak terjadi perkaratan. Air cuka masih dalam keadaan bening.
G. E Tidak terjadi perkaratan. Paku masih dalam kondisi awalnya.
G. F Mulai terjadi perkaratan. Sebagian karat menempel pada paku, dan sebagian lagi
larut dalam air. Air mulai berubah menjadi kuning kecoklatan, tetapi warna air
lebih muda jika dibandingkan dengan gelas B
G. G Terjadi sedikit perkaratan pada bagian yang terendam. Air berubah menjadi
bening, tetapi warna air tersebut lebih muda jika dibandingkan gelang gelas C.
G. H Tidak terjadi perkaratan. Paku terlihat sangat bersih dan seperti baru. Paku
terlihat lebih bersih daripada paku pada paku pada gelas D.

HARI KE-2
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Mulai terjadi sedikit perkaratan pada paku.
G. B Karat semakin banyak. Warna air semakin menua (mendekati coklat muda)
G. C Karat pada bagian yang terendam semakin banyak, tetapi bagian yang
terendam belum mengalami perkaratan.
G. D Paku terlihat makin bersih dibanding hari sebelumnya.
G. E Mulai terjadi sedikit perkaratan
G. F Karat semakin banyak, tetapi karat tersebut lebih banyak yang larut dalam air
dibanding dengan yang menempel di paku. Warna airnya  sudah mencapai
coklat bahkan lebih coklat jika dibandingkan dengan warna air pada gelas B.
G. G Hanya bagian yang terendam yang mengalami perkaratan dan jumlah karat
mulai bertambah dibanding hari sebelumnya. Bagian yang tidak terendam
belum mengalami perkaratan.
G. H Paku terlihat semakin bersih disbanding hari sebelumnya.
HARI KE-3
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Bercak-bercak karat mulai terlihat semakin jelas pada paku.
G. B Warna air semakin coklat. Karat pada paku semakin banyak. Terlihat sedikit
endapan karat pada dasar gelas.
G. C Pada bagian yang terendam karat semakin banyak dan warna air terlihat
semakin tua karena karat yang larut dalam air semakin banyak. Pada bagian
yang tidak terendam mulai tampak sedikit bercak-bercak karat.
G. D Paku terlihat semakin bersih dan warnanya terlihat sedikit mengalami penuaan
(menjadi abu-abu kehitaman).
G. E Bercak-bercak karat mulai tampak jelas pada paku.
G. F Karat semakin bertambah banyak. Karat yang larut di dalam air juga semakin
banyak. Warna air semakin tua dan terlihat sedikit endapan karat pada dasar
gelas.
G. G Bagian yang tidak terendam sudah mulai mengalami sedikit perkaratan. Pada
bagian yang terendam, karat semakin banyak sehingga menyebabkan air
semakin berwarna coklat.
G. H Paku terlihat semakin bersih dan menghitam.
HARI KE-4
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat mulai menyebar hampir keseluruh bagian paku, tetapi masih berupa
bercak-bercak.
G. B Karat semakin banyak. Warna air semakin coklat. Endapan karat di dasar gelas
mulai bertambah.
G. C Karat yang menempel pada paku yang terendam maupun karat yang larut
dalam air semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Pada
bagian yang tidak terendam pertambahan karat juga terjadi.
G. D Paku terlihat semakin hitam dan bersih. Tak ada ditemukan karat.
G. E Karat bertambah banyak dan menyebar keseluruh bagian paku. Namun tidak
terlalu jelas terlihat karena masih berupa bercak-bercak.
G. F Air semakin coklat dan terlihat mulai memekat. Endapan pada dasar gelas juga
semakin banyak.
G. G Pada bagian yang tidak terendam karat mulai semakin tampak. Pada bagian
yang terendam karat semakin banyak dan karat yang larut dalam air pun juga
semakin banyak, mulai terlihat sedikit endapan karat pada dasar gelas.
G. H Paku semakin menghitam. Tidak ditemukan adanya karat.
HARI KE-5
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat terlihat semakin jelas dan semakin banyak
G. B Karat semakin banyak. Warna air semakin coklat dan air mulai terlihat
memekat. endapan pada dasar gelas semakin banyak.
G. C Karat pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam semakin
bertambah banyak. Air mulai sedikit memekat. Warna air semakin coklat.
Endapan pada dasar gelas sudah terlihat.
G. D Paku semakin menghitam. Tidak ditemukan adanya karat. Air cuka tetap
bening.
G. E Karat mulai bertambah dan terlihat semakin jelas.
G. F Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat. Air mulai terlihat
memekat. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah.
G. G Pertambaha karat terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak
terendam. Air semakin coklat dan endapan pada dasar gelas mulai semakin
tampak. Air mulai sedikit memekat.
G. H Paku terlihat makin hitam. Tak ada karat.
HARI KE-6
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat semakin banyak
G. B Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan air mulai
terlihat semakin memekat. Andapan pada dasar gelas juga semakin banyak.
G. C Karat pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam semakin
bertambah banyak. Air mulai semakin memekat. Warna air semakin coklat dan
terlihat kotor. Endapan pada dasar gelas mulai bertambah.
G. D Paku semakin menghitam dan bertambah bersih
G. E Karat semakin jelas dan bertambah pada seluruh bagian paku
G. F Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan terlihat kotor.
Air mulai memekat. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah.
G. G Perkaratan semakin bertambah pada bagian yang terendam maupun yang tidak
terendam. Air semakin coklat. Endapan juga terlihat semakin banyak. Air
memekat.
G. H Paku terlihat semain bersih dan semakin hitam.

HARI KE-7
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat terlihat semakin banyak pada seluruh permukaan paku, tetapi karat yang
terbentuk ini masih berupa lapisan tipis.
G. B Karat semakin bertambah banyak dan warna air semakin coklat serta air mulai
terlihat semakin memekat. Andapan pada dasar gelas juga semakin banyak.
Selain itu, paku mulai terlihat keropos.
G. C Karat pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam semakin
bertambah banyak. Air semakin memekat. Warna air semakin coklat dan
tampak kotor. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah.
G. D Paku terlihat semakin bersih dan warnanya juga menjadi semakin hitam
G. E Paku semakin terlihat jelas dan juga bertambah banyak
G. F Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan terlihat kotor.
Air mulai memekat. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah. Paku
terlihat mulai keropos.
G. G Perkaratan semakin bertambah pada bagian yang terendam maupun yang tidak
terendam. Air semakin coklat dan nampak kotor. Endapan juga terlihat
semakin banyak. Air semakin pekat.
G. H Paku mengitam dan tak ditemukan karat.
HARI KE-8
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI

G. A Karat terlihat semakin banyak dan membentuk lapisan yang cukup tebal pada
beberapa bagian paku

G. B Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan air semakin
pekat. Endapan karat pada dasar gelas juga bertambah tebal. Paku terlihat
semakin keropos.

G. C Karat pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam semakin
bertambah banyak dari hari sebelumnya. Air terlihat semakin pekat. Warna air
semakin coklat dan tampak kotor. Endapan pada dasar gelas semakin
bertambah banyak dan tebal. Paku semakin keropos.

G. D Warna paku terlihat semakin hitam dari hari sebelumnya. Tak ada karat.

G. E Karat pada paku semakin banyak dan membentuk lapisan yang agak tebal
pada beberapa bagian paku

G. F Karat semakin bertambah banyak pada bagian yang terendam maupun yang
tidak terendam. Warna air semakin coklat dan kotor. Endapan  karat semakin
banyak. Paku terlihat semakin keropos.
G. G Perkaratan terjadi pada seluruh bagian paku, baik yang teendam maupun yang
tidak terendam. Air semakin coklat, pekat dan tampak kotor. Endapan
semakin banyak. Paku keropos.

G. H Warna paku semakin hitam dan tak ada karat.

HARI KE-9
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat semakin bertambah banyak dan membentuk lebih banyak lapisan yang
cukup tebal pada sebagian permukaan paku
G. B Karat terus bertambah banyak. Warna air semakin coklat, pekat dan tampak
kotor. Volume air mulai jelas berkurang karena mengalami penguapan.
Endapan karat di dasar gelas terlihat semakin banyak. Paku terlihat semakin
keropos.
G. C Perkaratan terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak
terendam. Air semakin berwarna coklat, pekat, dan kotor. Volume air juga
mulai jelas terlihat berkurang karena terjadi penguapan. Endapan di dasar gelas
juga semakin bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos.
G. D Paku semakin menghitam. Tak ada karat, tetapi air cuka mulai tampak sedikit
kekuningan.
G. E Karat semakin bertambah banyak pada hampir seluruh permukaan paku, dan
pada beberapa bagian membentuk lapisan yang cukup tebal.
G. F Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Volume air
jelas terlihat berkurang. Paku semakin keropos. Endapan pada dasar gelas
semakin banyak, air semakin pekat dan terlihat semakin kotor.
G. G Perkaratan terus terjadi dan karat terus bertambah banyak. Paku terlihat
semakin keropos terutama bagian yang terendam. Warna air semakin coklat, air
juga semakin pekat dan kotor.  Endapa pada dasar gelas juga semakin
bertambah
G. H Paku semakin hitam. Tidak ada karat. Air cuka berwarna kekuningan.
HARI KE-10
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat semakin banyak dan menutupi hampir seluruh permukaan paku,
membentuk lapisan tipis maupun lapisan yang agak tebal.
G. B Karat terus bertambah banyak. Warna air semakin coklat, pekat dan tampak
kotor. Volume air semakin jelas berkurang. Endapan karat di dasar gelas terlihat
semakin banyak. Paku terlihat semakin keropos.

G. C Perkaratan terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak
terendam. Air semakin berwarna coklat, pekat, dan kotor. Volume semakin jelas
terlihat berkurang karena penguapan. Endapan di dasar gelas juga semakin
bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos.

G. D Paku semakin hitam, tetapi warna cuka menjadi lebih kuning dibanding hari
sebelumnya.
G. E Karat semakin banyak pada hampir seluruh permukaan paku.
G. F Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Volume air
jelas terlihat berkurang. Paku semakin keropos. Endapan pada dasar gelas
semakin banyak, air semakin pekat dan terlihat semakin kotor.

G. G Perkaratan terus terjadi dan karat terus bertambah banyak. Paku terlihat semakin
keropos terutama bagian yang terendam. Warna air semakin coklat, air juga
semakin pekat dan kotor.  Endapan pada dasar gelas juga semakin bertambah
dan membentuk lapisan tebal.
G. H Paku semakin menghitam, dan air cuka bertambah kuning.
HARI KE-11
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat semakin banyak dan menutupi hampir seluruh permukaan paku,
membentuk lapisan tipis maupun lapisan yang cukup tebal pada beberapa bagian.
G. B Karat terus bertambah banyak. Warna air semakin coklat, pekat dan tampak kotor.
Volume air semakin berkurang dan volumenya hanya setengah dari volume awal.
Endapan karat di dasar gelas terlihat semakin banyak. Paku terlihat semakin
keropos.
G. C Perkaratan terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam.
Air semakin berwarna coklat, pekat, dan kotor. Volume air terus berkurang dan
hanya tinggal setengah volume awal. Endapan di dasar gelas juga semakin
bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos.
G. D Paku terlihat semakin hitam dan air cuka terlihat semakin kuning. Volume air
cuka tinggal ¼ volume.
G. E Karat semakin banyak bahkan hampir menutupi seluruh permukaan paku
G. F Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Volume air jelas
terlihat berkurang. Paku semakin keropos. Endapan seperti tanah pada dasar gelas
semakin banyak, air semakin pekat dan terlihat semakin kotor .
G. G Perkaratan terus terjadi dan karat terus bertambah banyak. Paku terlihat semakin
keropos terutama bagian yang terendam. Warna air semakin coklat, air juga
semakin pekat dan kotor.  Endapan pada dasar gelas juga semakin bertambah dan
membentuk lapisan tebal.
G. H Paku semakin menghitam dan air cuka berwarna semakin kuning. Volume air
sangat berkurang hinggi tersisa ¼ dari volume awal.
HARI KE-12
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat semakin bertambah, hampir meliputi seluruh permukaan paku dan lapisan
tipisnya juga sudah mulai mengalami penebalan.
G. B Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat menyerupai tanah, air
terlihat sangat pekat, dan terlihat sangat kotor. Endapan menyerupai tanah pun juga
semakin banyak pada dasar gelas. Paku terlihat semakin keropos bahkan paku sangat
jelas terlihat mengecil disbanding ukuran awalnya. Volume air terus mengalami
pengurangan.
G. C Perkaratan terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin berwarna coklat seperti tanah, sangat pekat, dan kotor. Volume air terus
berkurang dan hanya tinggal setengah volume awal. Endapan di dasar gelas juga
semakin bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos dan mengecil.
G. D Paku terlihat semakin hitam dan warna air cuka terlihat semakin kuning. Volume air
cuka terus mengalami pengurangan sehingga ada sebagian paku yang tidak tenggelam
lagi, bagian yang tidak tenggelam ini langsung mengalami perkaratan dengan sangat
cepat.
G. E Karat menutupi seluruh permukaan paku, tetapi kebanyakan masih berupa lapisan
tipis, hanya pada permukaan tertentu saja karat menebal.
G. F Karat terus mengalami pertambahan sementara volume air da volume paku terus
mengalami pengurangan. Air semakin pekat dan menyerupai air tanah dan sangat
kotor. Endapan pada dasa juga semakin banyak.
G. G Perkaratan juga terus mengalami penambahan. Air semakin pekat, bertambah coklat
menyerupai air tanah dan terbentuk endapan seperti tanah pada dasar gelas. Volume
paku mengalami pengurangan sehingga paku terlihat lebih kecil terutama pada bagian
yang terendam.
G. H Paku semakin hitam, dan air terus bertambah kuning. Volume air mengalami
pengurangan karena menguap mngakibatkan sebagian batang paku tdak terendam
lagi, tak lama setelah itu, bagian yang muncul ke permukaan tersebut langsung
mengalami perkaratan dengan sangat cepat.
HARI KE-13
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat semakin bertambah, lapisan tipisnya juga sudah mengalami penebalan
dan merata hampir ke seluruh permukaan paku.
G. B Karat semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat menyerupai tanah,
air terlihat sangat pekat, dan terlihat sangat kotor. Endapan menyerupai tanah
pun juga semakin banyak pada dasar gelas. Paku terlihat semakin keropos
bahkan paku sangat jelas terlihat mengecil disbanding ukuran awalnya. Volume
air terus mengalami pengurangan.
G. C Perkaratan terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak
terendam. Air semakin berwarna coklat seperti tanah, sangat pekat, dan kotor.
Volume air terus berkurang dan hanya tinggal setengah volume awal. Endapan
di dasar gelas juga semakin bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos
dan mengecil.
G. D Bagian paku yang muncul ke permukaan mengalami perkaratan yang sangat
cepat. Karat yang muncul berlapis lapis dan sangat tebal. Karat tersebut mulai
menjalar ke bagian yang masih terendam dalam larutan cuka dan menyebabkan
warna larutan tersebut hampir serupa dengan tanah.
G. E Karat menutupi seluruh permukaan paku, tetapi kebanyakan masih berupa
lapisan tipis, hanya pada permukaan tertentu saja karat menebal.
G. F Karat terus mengalami pertambahan sementara volume air da volume paku terus
mengalami pengurangan. Air semakin pekat dan menyerupai air tanah dan
sangat kotor. Endapan pada dasa juga semakin banyak.
G. G Perkaratan juga terus mengalami penambahan. Air semakin pekat, bertambah
coklat menyerupai air tanah dan terbentuk endapan seperti tanah pada dasar
gelas. Volume paku mengalami pengurangan sehingga paku terlihat lebih kecil
terutama pada bagian yang terendam.
G. H Bagian yang muncul kepermukaan pada gelas ini juga mengalami hal yang
serupa dengan apa yang terjadi pada gelas D. Karat yang muncul secara cepat
dan tiba-tiba ini justru merupakan karat yang paling tebal dan membuat paku
paling cepat keropos. Karat mulai menjalar keseluruh bagian paku termasuk ke
bagian yang masih terendam. Akibatnya larutan cuka itu pun juga berubah
menjadi larutan yang berwarna seperti tanah.

HARI KE-14
KEADAAN OBJEK YANG DIAMATI
G. A Karat semakin bertambah, lapisan tipisnya juga sudah mengalami penebalan
dan merata hampir ke seluruh permukaan paku. Warna paku keseluruha berubah
menjadi coklat oranye.
G. B Karat semakin bertambah banyak dan membentuk gumpalan-gumpalan padat.
Warna air semakin coklat menyerupai tanah, air terlihat sangat pekat, dan
terlihat sangat kotor. Endapan menyerupai tanah pun juga semakin banyak pada
dasar gelas. Paku terlihat semakin keropos bahkan paku sangat jelas terlihat
mengecil dibanding ukuran awalnya. Volume air terus mengalami pengurangan,
bahka terlihat mulai mengering.
G. C Perkaratan terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak
terendam. Air semakin berwarna coklat seperti tanah, sangat pekat, dan sangat
kotor. Volume air terus berkurang dan hampir mengering. Endapan di dasar
gelas juga semakin bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos dan
mengecil.
G. D Karat yang sangat tebal terbetuk pada seluruh permukaan paku. Karat ini
berlapis lapis sehingga membuat baku terlihat besar tetapi sangat keropos. Air
cuka berubah menjadi laruta karat yang lebih mendekati larutan tanah. Karatnya
jauh lebih kotor dibandingkan karat pada gelas biasa berisi air.
G. E Karat menutupi seluruh permukaan paku, tetapi kebanyakan masih berupa
lapisan tipis, hanya pada permukaan tertentu saja karat menebal.
G. F Karat terus mengalami pertambahan sementara volume air da volume paku terus
mengalami pengurangan. Air semakin pekat dan menyerupai air tanah dan
sangat kotor. Endapan pada dasar gelas juga semakin banyak dan memadat.
G. G Perkaratan juga terus mengalami penambahan. Air semakin pekat, bertambah
coklat menyerupai air tanah dan terbentuk endapan seperti tanah pada dasar
gelas. Volume paku mengalami pengurangan sehingga paku terlihat lebih kecil
terutama pada bagian yang terendam.
G. H Karat terus bertambah banyak dan terus menebal membentuk lapisan tebal pada
seluruh permukaan paku. Karat yang terbetuk berwarna sangat tua dan paku
yang mengalami perkaratan menjadi sangat keropos bahkan beberapa bagian
paku sudah hancur.

B. PEMBAHASAN
Korosi merupakan proses rusaknya benda-benda, terutama logam yang disebabkan oleh
reaksi kimia atau elektrokimia logam tersebut dengan lingkungannya. Contoh korosi yang
paling sering terjadi adalah perkaratan besi, yaitu suatu reaksi kimia kompleks yang di
dalamnya besi bergabung dengan oksigen dan air membentuk besi oksida yang terhidrasi
(Fe2O3.nH2) . Proses perkaratan besi merupakan proses elektrokimia, yaitu oksidasi besi
oleh oksigen yang berasal dari udara dan reduksi oksigen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi :

1.      Oksigen

Oksigen berperan dalam proses korosi karena oksigen mengalami reduksi pada bagian
besi yang bertindak sebagai katode. Berdasarkan hal ini, maka semakin banyak oksigen di
suatu tenmpat maka akan semakin cepat korosi besi (logam) di dalamnya terjadi.

2.      Air dan kelembaban udara

Seperti halnya oksigen, air juga berperan dalam proses korosi. Semakin sering logam
(besi) terkena air, maka akan semakin cepat logam tersebut mengalami korosi. Selain itu,
keberadaan uap air di udara yang dinyatakan dengan kelembaban juga mempengaruhi
korosi besi. Dalam hal ini, udara yang banyak mengandung uap air (udara yang lembab)
akan mempercepat korosi.

3.      Zat elektrolit

Zat-zat elektrolit, terutama asam dan garam merupakan zat yang dapat mempercepat
korosi logam. Sebagai contoh, hujan asam dapat memicu proses korosi pada beberapa
peralatan yang terbuat dari logam, begitu juga dengan air laut yang mengandung garam
dapat memicu terjadinya korosi pada badan kapal yang terbuat dari logam.

Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang perkaratan besi tersebut dan juga menyelidiki
faktor-faktor (oksigen, air dan keelektrolitan) yang mempengaruhinya serta membuktikan
kebenaran teori yang kami dapat, kami melakukan penelitian selama 14 hari dengan
membuat 8 kondisi berbeda pada masing masing gelas. Pengkondisian tersebut adalah
sebagai berikut :

Label gelas Pengkondisian

A Paku diletakkan di dalam gelas terbuka (tanpa air)


B Paku diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air dan paku dibiarkan tenggelam
sepenuhnya.
Paku diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air, tetapi posisi paku diatur
C
sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
Paku diletakkan dalam gelas terbuka berisi larutan cuka (CH3COO-), dan paku
D
dibiarkan dalam keadaan tenggelam
E Paku diletakkan dalam gelas kosong yang tertutup

F Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi air dan paku dibiarkan tenggelam.

Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi air, akan tetapi posisi paku diatur
G
sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.

H Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi larutan cuka (CH3COO-).

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan mengenai korosi. Kami menemukan
bahwa dalam proses korosi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a)      Keberadaan oksigen (O2)

b)      Keberadaan H2O

c)      Keelektrolitan larutan

Pengaruh factor-faktor tersebut kami simpulkan dengan mengamati tingkat keparahan


karat pada masing masing gelas yang telah dikondisikan berbeda tersebut.

Pada hari 1-11 perkaratan paling parah terjadi pada paku yang direndam dalam air di
gelas yang terbuka. Hal ini jelas menunjukkan bahwa kombinasi antara air dan oksigen
akan lebih memberikan efek yang lebih signifikan daripada keberadaan O 2 saja atau H2O
saja.

Dalam penelitian ini, kami menemukan sedikit ketidak sesuaian antara teori dan data yang
kami peroleh.Ketidaksesuaian ini adalah tentang pengaruh asam terdapat korosi. Dalam
teori disebutkan bahwa asam akan mempercepat korosi, akan tetapi pada pengamatan
kami dari hari ke-1 hingga ke-11 menunjukkan bahwa paku yang direndam dalam air
cuka (asam) justru tidak mengalami perkaratan sama sekali. Paku yang direndam dalam
air cuka terlihat lebih bersih dari sebelum dilakukan perendaman dan terlihat semakin
hitam dari hari ke hari.Hal ini jelas bertentangan dengan berbagai teori yang telah
dikemukakandan hal itu sempat membuat kami berkesimpulan bahwa teori yang kami
baca tentang pengaruh asam terhadap perkaratan tersebut adalah salah.

Akan tetapi pemikiran kami seketika berubah ketika volume cuka sudah mulai menyurut
dan menyebabkan sebagian batang paku muncul kepermukaan (tidak lagi terendam).
Paku yang muncul ke permukaan tersebut hanya dalam beberapa jam saja sudah
mengalami perkaratan yang cukup parah. Perkaratan tersebut semakin bertambah parah
dan bahkan membentuk suatu lapisan karat yang tebal untuk hari-hari selanjutnya hingga
akhir hari penelitian (hari ke-14) dan jauh melebihi karat pada paku yang direndam di air
biasa. Hal ini membuat kami mengetahui bahwa asam akan sangat mempercepat korosi
apabila ia telah berinteraksi dengan O2, dan akan mencegah korosi apabila ia tidak
berinteraksi dengan O2.

BAB V

PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Korosi adalah proses suatu logam mengalami reaksi oksidasi di udara bebas. Korosi
juga merupakan reaksi redoks antara logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan
menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Senyawa tersebut biasanya berupa oksida
logam atau logam karbonat.
2.      Faktor yang menyebabkan terjadinya korosi :
  Oksigen
  Air
  Keektrolitan larutan
  Permukaan logam
  Sel elektrokimia
B.     SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan, yakni:
-     Dalam melakukan percobaan, sebaiknya kelompok tersebut memiliki kerjasama yang
kompak. Jangan ada saling ketergantungan antara satu sama lain.
-     Sediakan alat dan bahan dengan lengkap.
-     Jangan lalai dengan kewajibannya untuk mengamati dan mencatat perubahan yang
terjadi pada gelas setiap hari
-     Ikuti petunjuk yang berlaku.
- untuk mencegah dan mengatasi korosi sebaiknya melakukan pelapisan misalnya dengan
cat untuk mencegah kontak dengan O2 & H2O, menggunakan perlindungan katode
dengan menggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai pelindung logam/ sebagai
korban, menyuplai listrik dari luar dan menggunakan perlindungan anode dengan
menyuplai arus anodik dari luar dengan alat potensiostat.
LAPORAN PRAKTIKUM
KOROSI BESI
A.   TUJUAN
1.     Mengamati perubahan perkaratan besi
2.     Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi
B.   DASAR TEORI
Korosi merupakan proses degradasi,deterorisasi,pengerusakan materil yang  di
sebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.Adapun prosesnya yakni merupakan
reaksi redoks antara satu logam dengan berbagai zat di sekelilingnya tersebut.Dalam
bahasa sehari-hari korosi di sebut dengan perkaratan.Kata korosi berasal dari bahasa
latin “Corrodere” yang artinya  pengrusakan logam atau perkaratan.jadi jelas korosi di
kenal sangat merugikan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan
lingkungannya,yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan.Sistem ini di katakan
setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih
stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu dari banyak jenis logam yang
penggunaanya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi
adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi.Padahal besi yang telah
mengalami korosi akan kehilangan nilai jual ada fungsi komersialnya.Ini tentu saja akan
merugikan sekaligus membahayakan.Berdasarkan dari asumsi tersebut ,percobaan ini
di fokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada
besi. Selain itu pada  percobaan ini akan di ketahui logam-logam apa sajakah yang
dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat  kimia nya.
Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang
umum terdapat pada kerak bumi .besi cukup reaktif, besi bila di biarkan di udara
terbuka untuk  beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim di sebut
perkaratan besi.Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks
yag melihat oksigen.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi
itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)<--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana
yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat
pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit
grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.
Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa, dan liat. Melebur pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya positif,
ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya
oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi
(kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak
faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila
masih bersih dari oksida.
1.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan
kecepatan laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami
kasus korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam
pada kondisi lingkungan yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu
mengalami korosi yanga sama. Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
dua faktor yang dapat mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan
faktor lingkungan.
a.    Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat
tahan terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi,
jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat
menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
·         Jenis logam dan paduannya
·         Morfologi dan homogenitas
·         Perlakuan panas
·        Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
b.    Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
·         Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi
yang berbeda-beda.Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif yang
berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan
korosi.Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap
ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
·         Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi
kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi
yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada
larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh
konsentrasi terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda
akan terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk
pada media dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media
dengan konsentrasi O2 yang tinggi.
·         Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika reaksi
kimia akan meningkat.
·         Gas, cair atau padat
Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada
gas, bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi
(contohnya pada pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium
tersebut juga dapat berbeda-beda.Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat
dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan
proteksi katodik.
·         Kondisi biologis
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi
mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah.Keberadaan
mikroorganisme sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi
kecepatan korosi pada suatu material.
2.    Dampak Dari Korosi
Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang
mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan
berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah
yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum
istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi
merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam
berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai
penerima electron (katoda).
Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi,
dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan
elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari
lingkungan mendekati logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada
logam. Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman
pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian
korosi sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu
saja biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun
rupiah. Nilai tersebut member gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang
ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum
terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri.
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian
tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktifitas produksi karena
terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya kehilangan produk
akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air
bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas
dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain
sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai
korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di
udara terbuka dan
korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas
500oC.
C.   ALAT DAN BAHAN
1.    Kapas
2.    Minyak tanah
3.    Delapan Paku
4.    Empat botol kaca bening bekas
5.    Sillica gel
6.    Air suling
7.    Air yang telah dididihkan
8.    Kertas gosok/ amplas
D.   CARA KERJA
1.    Siapkan 4 botol kaca bening bekas, kemudian:
·         Tambahkan air suling sebanyak ¼ bagian dari botol pertama.
·         Tambahkan 2 gram sillica gel dan kapas kering ke dalam botol kedua.
·         Tambahkan air yang telah dididihkan ke dalam botol ketiga hingga penuh.
·         Tambahkan minyak tanah sebanyak ¼ bagian dari botol keempat.
2.    Amplaslah 8 paku besi hingga bersih, kemudian masukkan 2 buah paku ke dalam masing –
masing botol.
3.    Tutup botol kedua dan ketiga sampai rapat

1.      Simpanlah botol – botol tersebut selama 3 hari, kemudian amati perubahan yang terjadi.
Catat pengamatan anda.

Catatan:
1.      Silica Gel adalah zat yang bersifat higroskopis (menyerap air), sehingga udara dalam botol
yang mengandung zat itu akan bersifat kering (beabs air).
2.      Air yang telah dididihkan kehilangan oksigen terlarut

A.    HASIL PENGAMATAN
Bariabel Bebas Variabel Kontrol Hasil
Air suling Paku Berkarat (cepat)
Silika gel + kapas Paku Tidak berkarat
Air yang didihkan Paku berkarat (lambat)
Minyak tanah Paku Sebagian berkarat

B.     PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan tersebut, diberikan empat perlakuan yang berbeda pada paku yaitu
paku yang diberi air suling, silika gel+kapas, air yang didihkan, dan minyak tanah.
Dari hasil pengamatan selama 3 hari didapati bahwa pada medium yang diberi air suling
terjadi korosi secara total dan cepat. Hal ini dikarenakan banyaknya oksigen yang terkandung
dalam air suling. Sedangkan pada medium yang diberikan silika dan gel tidak akan terjadi proses
korosi, kalaupun itu terjadi maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal ini
dikarenakan silika gelbersifat higroskopis (menyerap air), sehingga udara dalam botol yang
mengandung zat itu akan bersifat kering (bebas air), demikian juga kapas.Sehingga paku tidak
dapat beroksidasi dengan oksigen.
Pada medium yang diberikan air yang sudah didihkan, paku juga akan mengalami korosi
sama halnya dengan medium yang diberikan air suling, hanya saja proses korosi pada medium
yang diberikan air yang sudah didihkan cenderung lebih lambat. Hal ini dikarenakan air pada
saat didihkan akan kehilangan oksigen terlarut, sehingga hanya sedikit kandungan oksigen yang
tersisa pada air tersebut.  Dengan sedikitnya kandungan oksigen pada air yang telah didihkan
membuat korosi berjalan lambat dan memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan pada
medium yang diberikan minyak tanahsebenarnya tidak mengalami korosi, karena oksigen tidak
dapat menembus minyak tanah sehingga logam tidak dapat beroksidasi dengan oksigen dan uap
air. Namun dari percobaan yang telah dilakukan ada sedikit bagian dari paku yang berkarat,
mungkin hal ini terjadi karena minyak tanah serta medium yang digunakan masih terdapat
oksigen.

C.    ANALISIS DATA/ PERTANYAAN


1.      Apakah botol di mana paku berkarat terdapat oksigen dan air?
2.      Apakah botol di mana paku tidak berkarat tidak terdapat oksigen atau air?
3.      Tariklah kesimpulan dari percobaan ini.
Jawab:
1.      Iya.
2.      Iya.
3.      Dari hasil percobaan atau hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa korosi besi
terjadi pada tempat yang terdapat molekul oksigen dan air. Oleh karena itu, pada botol 1 dimana
media yang digunakan adalah air suling yang mengandung molekul air dan oksigen sehingga
korosi yang ditimbulkan lebih cepat dan menghasilkan endapan korosi besi yang banyak.
Sedangkan pada botol 2, silica gel yang ada di dalam botol berfungsi untuk menyerap uap air
sehingga keadaannya selalu kering dan tidak mengalami korosi besi. Untuk botol 3, oksigen
yang ada pada air suling menghilang dikarenakan dididihkan sehingga sedikit lambat dalam
proses korosi besi. Pada botol 4, paku sedikit mengalami korosi besi ketika dicelupkan pada
minyak tanah yang tidak mengandung molekul H2O dan O2. Oleh karena itu, besi cocok
digunakan sebagai alat penciduk minyak baik minyak tanah maupun minyak goreng.

Anda mungkin juga menyukai