Ukuran dari partikel-partikel monodisperse (partikel yang berukuran seragam) aerosol
ditentukan oleh diameter partikel. Namun kebanyakan aerosol adalah polydisperse dan memungkinkan untuk memiliki ukuran yang beragam. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya karakterisasi sifat-sifat aerosol berdasarkan ukuran partikelnya secara statistik. Pada bab ini efek dari bentuk partikel diabaikan dan diasumsikan partikel berbentuk bulat.
4.1 Sifat-Sifat Distribusi Ukuran
Pada subab ini, dikarakterisasikan distribusi ukuran dan sifat-sifatnya dengan menggunakan contoh berdasarkan set spesifik dari data ukuran partikel. Hasil dari analisa ukuran dapat berupa list dari ukuran 1000 partikel. Pada umumnya, diinginkan gambaran tentang bagaimana partikel-partikel terdistribusi pada beberapa variasi ukuran dan perhitungan dari beberapa jenis statistik yang menjelaskan tentang sifat aerosol. Untuk itu, dibutuhkan list yang lebih ringkas sebagai statistik yang deskriptif untuk merangkum informasi tersebut. Langkah pertama untuk membuat rangkuman tersebut adalah membagi seluruh rentang ukuran partikel menjadi rangkaian interval ukuran partikel secara berurutan dan menentukan jumlah partikel pada tiap interval. Interval-interval ini harus saling berdekatan dan mencakup seluruh rentang ukuran. Apabila terdapat 10 interval ukuranm list dari 1000 jumlah dikurangi menjadi 20, contoh dari rentang ukuran ini dapat dilihat pada tabel 4.1 Ukuran maksimum pada tiap interval bertepatan dengan ukuran minimum pada interval selanjutnya. Dengan data seperti pada tabel 4.1 maka dapat lebih mudah untuk melihat distribusi ukuran partikel. Gambaran grafik dari data yang terhimpun disebut histogram, ditunjukkan pada gambar 4.1, dimana lebar dari tiap persegi panjang menunjukkan interval ukuran, sementara tingginya menunjukkan jumlah partikel yang ada dalam interval. Namun, grafik ini memberikan gambaran menyimpang dari distribusi ukuran partikel dikarenakan tinggi dari tiap interval bergantung pada lebar dari interval tersebut. Sehingga, penambahan lebar interval menjadi dua kali lipat akan menghasilkan jumlah partikel sebanyak dua kali lipat dalam interval tersebut dan menjadikan tinggi interval menjadi dua kali lipat.
Untuk mencegah penyimpangan ini, histogram dinormalisasikan untuk lebar interval
dengan membagi jumlah partikel tiap interval dengan lebar interval tersebut. seperti ditunjukkan pada gambar 4.2, tinggi dari tiap persegi panjang menjadi sama dengan jumlah partikel per satuan ukuran interval (jumlah/µm), dan tinggi dari interval-interval dengan lebar yang berbeda sebanding. Selain itu, luas dari tiap persegi panjang proporsional terhadap jumlah partikel dalam rentang ukuran tersebut. Hubungan ini dapat dilihat dari unit grafik: tinggi hi’ dalam jumlah/µm dikalikan lebar Δdi dalam µm menghasilkan luas yang setara dengan jumlah partikel dalam interval. Total luas dari seluruh persegi panjang merupakan total jumlah partikel dalam sample N.