Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN TUMBUH

KEMBANG ANAK

KONSEP TEORI

A. Pengertian

Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangakan


perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan
tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maurasi dan pembelajaran
(Whalex danWone, 2000)

Tumbuh kembang adalah suatu proses, dimana seseorang anak tidak


hanyatumbuh menjadi besar tetapi berkembang menjadi lebih terampil yang
mencakup duaeristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan.

1. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalalm julmla


besar,ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur
berat, panjang,umur tulang dan keseimbangan elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah lau sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologis, psikosoisal dan perilaku yang merupakan proses yang
unik dan hasil akhir berbeda - beda yang member ciri tersendiri pada setiap
anak.

B. Faktor Yang Mempengaruhi


1. Factor keturunan (herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang
anak melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan, gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh kelainan
kromosom (contoh : syndrome Down, Syndrom Turner) juga disebabkan oleh
factor lingkungan yang kurang memadai.
a. Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak lai-laki
berbeda dengan perempuan
b. Ras : ras/suku nbangsa dapat mempengaruhi tumbang anak,
beberapa suku bangsamemiliki karakteristik.
2. Factor lingkungan
A. Lingkungan internal
1. Intelegensi: Pada umumnya intelegensi tinggi, perkembangan lebih
baik dibandingkan jika intelegensi rendah.
2. Hormon: Ada 3 hormon yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik
untuk pertumbuhan tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak,
hormone tiroid menstimulasi pertumbuhan sel inerstitiil testis,
memproduksi testosterone danovarium, memproduksi estrogen yang
mempengaruhi perkembangan alat reproduksi
3. Emosi: Hubungan yang hangat dengan orang tua, saudara, teman
sebaya serta guru berpengaruh terhadap perkembangan emosi, social,
intelektual anak, cara anak berinteraksi dengan keluarga akan
mempengaruhi interaksi anak di luar rumah.
B. Lingkungan eksternal
1. Kebudayaan: Budaya keluarga/masyarakat mempengaruhi bagaimana
anak mempersepsikan dan memahami kesehatan berperilaku hidup
sehat.
2. Status social ekonomi: Anak yang berbeda dan dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang social ekonomi yang rendah serta banyak
punya keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan primernya.
3. Nutrisi: Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi
adekuat yang didapatdari makanan bergizi.
4. Iklim/cuaca: Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan
anak.
5. Olahraga/latihan fisik: Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan psikososial anak.
6. Posisi anak dalam keluarga: Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung,
anak tengah, anak bungsu akan mempengaruhi pola anak setelah
diasuh dan dididik dalam keluarga.

C. Periode Perkembangan

Menurut Donna, L Wong (2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :

1. Periode prenatal: Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena
terjadi pembetukan organdan system orga anak, selain itu hubungan antara
kondisi itu member dampak pada pertumbuhannya.
2. Periode bayi: Periode ini terdiri dari neonates (0-28 hari) dan bayi (28-12
hari). Pada periode ini, pertumbuhan dan perkembangan yang cepata terutama
pada aspek kognitif, motorik dan social.
3. Periode kanak-kanak awal: Terdiri atas usia anak 1-3 tahun yang disebut
toddler dan prasekolah (3-6 tahun). Toddler menunjukkan perkembangan
motorik yang lebih lanjut pada usia prasekolah. Perkembangan fisik lebih
lambat dan menetap.
4. Periode kanak-kanak pertengahan: Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun
dan pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat dari pada perempuan
dan perkembangan motorik lebih sempurna.
5. Periode kanak-kanak akhir: Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk
usia remaja pada usia 11-18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada
periode ini adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangannya
organ reproduksi.

D. Perkembangan Anak Balita

Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita.


Perkembangankemampuan berbahasa, kreativitas, keadaan social emosional dan
intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.

Perkembangan moralserta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa-


masa ini. Sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun, apabila tidak
terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas
perkembangan. Krasenburg,dkk (1981) melalui DDST (Denver Development
Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam
menilai perkembangananak balita yaitu :

1. Personal social (kepribadian/tingkah laku social): Aspek yang berhubungan


dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.
2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus): Aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat,
missal : keterampilan menggambar.
3. Language (bahasa): Kemampuan untuk member respon terhadap suara,
mengikuti perintah berbicara spontan.
4. Gross Motor (Motorik Kasar): Aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh. Beberapa “milestone” pokok yang harus diketahui dalam
mengikuti taraf perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu,misalnya :
a. 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
kemudian.
b. 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke
arah suara.
c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan
lainnya.
e. 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan
dengan jari telunjuk dan ibu jari.
f. 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.

E. Fase Perkembangan pada masa usia Pra sekolah

Masa kanak-kanak dini atau anak usia pra-sekolah merupakan fase


perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran
tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat mengatur diriya sendiri dan
mengenal bebrapa hal yang dianggap berbahaya. Secara umum, aspek-aspek
perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya.


Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi,
maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan
fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua.

Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi
lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap. Proporsi tubuh
juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-
90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat
mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang
semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk perkembangan
fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan mineral
dsb.

2. Perkembangan Intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode
preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental
secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau
symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan
sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda,
untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak
mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-
kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.

3. Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya
(dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari
pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan
dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui
harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya
maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau
menyerah dengan terpaksa. Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak
yaitu, takut (perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan
kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih
sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin
mengenal).

4. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua


tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun)
bercirikan;

a. anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.


b. anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
c. Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana,
dsb.
d. Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.

Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;

a. Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.


b. Tingkat berpikir anak sudah lebih maju
c. Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan
kapan, mengapa, bagaimana.

5. Perkembangan Sosial

Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan


sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan
teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah;

a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan


keluarga/lingkungan bermain).
b. Sedikit-sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c. Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan orang
lain.
d. Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang lain
(peer group)
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga.
Anak akan mampu menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan
berkomunikasi serta konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana
kondusif.

6. Perkembangan Bermain

Usia anak pra-sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap
waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak
seperti;

a. Permainan fungsi (permainan gerak),ex: meloncat-loncat, berlarian


dsb.
b. Permainan fiksi, ex: kuda-kudaan, perang-perangan dsb
c. Permainan reseptif atau apresiatif, ex: mendengar cerita, dongeng dsb
d. Permainan konstruksi, ex: membuat kue dari tanah, membuat rumah-
rumahan dsb
e. Permainan prestasi, ex: sepak bola, basket, dsb.

Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat


berharga bagi anak, diantaranya;

a. Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb


b. Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab.
c. Anak dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
d. Anak dapat mengenal aturan bermain
e. Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
f. Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau
toleransi.

7. Perkembangan Kepribadian

Masa anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode
perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang
signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa
dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya
apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa
ada dua pihak yang berhadapan yaiu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara,
teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau
diperhatikan kepentingannya.

Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga


tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi
usia anak, sikap membandel ini merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan
pribadi mereka sedang bergerak dari sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke
independent (bebas). Oleh karena itu agar tidak berkembang sikap membandel anak
yang kurang terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh
kasih sayang.

8. Perkembangan Moral

Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap
kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman sebaya) melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar
memahami tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang, disetujui, dsb.
Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus senantiasa dilatih dan dibiasakan
bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik.

Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua
hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok
gigi sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak
boleh membuang sampah sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan
self-control atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak. Pada
usia pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati atau
sikap kepedulian terhadap sesama.

9. Perkembangan Kesadaran Beragama

Secara umum, kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut ;

a. Sikap keagamaannya masih bersifat reseptif (menerima) meski banyak


bertanya.
b. Pandangan keTuhanannya bersifat anthropormorph
(dipersonifikasikan).
c. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam)
meski telah ikut berpartisipasi dalam beribadah.
d. Hal keTuhanan dipandang secara khayalan sesuai taraf berpikirnya.

Pengetahuan anak tentang agama akan terus berkembang ketika mendengarkan


ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan prilaku orang tuanya saat beribadah,
serta pengalaman dalam mengikuti ibadah dan meniru ucapan orang tuanya.
F. Tugas Perkembangan

Di bawah ini dikemukakan rincian tugas perkembangan dari setiap tahapan menurut
(Havighurst) :

1. Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Anak-anak Awal (0-6 bulan)

a. Belajar Berjalan pada usia 9 – 15 bulan.


b. Belajar makan-makanan padat.
c. Belajar berbicara.
d. Belajar buang air besar dan kecil.
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g. Membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
h. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orrang tua, saudara,
dan orang lain.
i. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk serta pengembangan
kata hati.

2. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir dan Anak Sekolah (6-12 tahun)

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.


b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja (12-21 tahun)

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.


b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih dan mempersiapkan karier.
g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi warga negara.
i. Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
j. Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai
petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.

4. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (21-30 tahun)

a. Memilih pasangan.
b. Belajar hidup dengan pasangan.
c. Memulai hidup dengan pasangan.
d. Memelihara anak.
e. Mengelola rumah tangga.
f. Memulai bekerja.
g. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
h. Menemukan suatu kelompok yang serasi.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Tugas-tugas Perkembangan

Tugas - tugas perkembangan pada fase perkembangan tertentu hendaknya


dikuasai oleh setiap individu sebab tugas-tugas perkembangan pada suatu sisi
merupakan harapan atau tekanan sosial. Selain itu pada fase berikutnya akan ada
tugas-tugas perkembangan yang lain, yang umumnya lebih berat. Namun demikian
tidak setiap individu berhasil dalam menguasai tugas-tugas perkembangannya, karena
ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini, yang secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan adalah:


normal tidaknya pertumbuhan dan perkembangan, kesehatan, motivasi untuk
berkembang dan kelancaran dalam menguasai tugas-tugas perkembangan
sebelumnya.

b. Faktor eksternal

Penguasaan tugas-tugas perkembangan individu dipengaruhi pula oleh faktor-


faktor eksternal, yaitu pola asuh orang tua, lingkungan sekolah, lingkungan
pergaulan, dst

G. Jenis jenis Perkembangan


1. Perkembangan minat Suatu reaksi rasa yang mendorong seseorang melakukan
aktifitas karena adanya hubungan dan partisipasi hingga menghasilkan
perubahan positif dari segi pemikiran, rohani, moral dan sosial.
2.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi minat seseorang yaitu:

a. Faktor dari dalam (intrinsik), yaitu sifat pembawaan, Minat dari


dalamterdiri dari tertarik atau rasa senang pada kegiatan, perhatian
terhadapsuatu kegiatan dan adanya aktivitas atau tindakan akibat rasa
senangmaupun perhatian.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), diantaranya keluarga, sekolah danmasyarakat
sekitar.
3. Perkembangan keterampilan motorik

Keterampilan motorik terjadi ketika otak, sistem saraf dan otot semua bekerja
sama untuk membuat gerakan-gerakan. Anak akan mengembangkan keterampilan
motorik halus dan kasar melalui kegiatan yang diarahkan atau ketika bermain
bebas. Meskipun setiap anak berbeda, ada periode tertentu yang biasanya dicapai
pada usia tertentu.

1. Perkembangan Usia Perkembangan setiap usia berbeda.


2. Tercapainya Kematangan Organ-organ Fisiologis Kematangan atau
maturity adalah kesiapan fungsi- fungsi baik fisik maupun psikis untuk
melakukan aktivitas tanpa memerlukan stimulus dari luar.
3. Perkembangan sosialisasi Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Dapat diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral
dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi, dan bekerja sama.
Faktor yang mempengaruhi:
1. Keluarga : Sikap dan perlakuan di dalam lingkup keluarga akan
mempengaruhi.
2. Gizi : kekurangan gizi akan mengganggu pertumbuhan dan akan
menghambat pertumbuhan yang lainnya.
3. Teman bermain atau Lingkungan: anak mudah untuk mengikuti
dan meniru orang lain.
4. Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa. Kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang
menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan
kepada ide-ide belajar.
Faktor yang mempengaruhi:
1. Keturunan 
2. Lingkungan 
3. Kematangan *Tiap organnya telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya.
4. Pembentukan 
5. Minat dan bakat
6. Kebebasan

5. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen
seseorang. Sikap  perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam
tindakan seseorang jika di hadapan  pada situasi tertentu. Kepribadian
seseorang tidak dapat diukur dengan angka tetapi dapat dilihat dan dirasakan
dan kepribadian tersebut realtif berbeda beda.
Faktor yang mempengaruhi:
a. Genetik/Keturunan
b. Keadaan Keluarga
c. Lingkungan

H. Karateristik Perkembangan

1. Perkembangan Fisik

Fisik atau tubuh manusia merupaRkan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam
kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson
(Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat
aspek, yaitu :
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis dan;
d. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

a) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak – kanak ( 0 – 5 tahun ):


Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu
melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik , yaitu gerakan
gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar,
menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat
pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai
dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembagan
fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbanga
berkembang dengan baik.
b) Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11): Perkembangan:waktu
reaksi lebih lambat dibanding masa kanak kanak,koordinasi mata berkembang
dengan baik ,masih belum mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum
relative tidak stabil dan mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
c) Usia 8-9 tahun: Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan tubuh
bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti
berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan tangan lebih baik,Sistim peredaran
darah masih belum kuat,Koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik,Dari segi
psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
d) Usia 10-11 tahun: Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita,Kenaikan
tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan
seksual (12tahun), Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak


seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn
kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam
tubuh yang dikontrol oleh otak.
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan
refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu
terjadi anak akan tetap tidak berdaya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam
berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk
memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan.
Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga
yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
1) Motorik Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan koordinasi
gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat mnyenangi kegiatan fisik
yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi. Pada usia 5 atau 6 th
keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah, anak pada masa ini
menyukai kegiatan lomba seperti balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung
bahaya.

2) Perkembangan Gerakan Motorik Halus


Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi gerakan
berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu mengkoordinasikan
gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerkan mata dengan tangan,
lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat saat anak menulis dan
menggambar.

Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara
lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
1. Mampu melompat dan menari
2. Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
3. Dapat menghitung jari – jarinya
4. Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
5. Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
6. Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
7. Mampu membedakan besar dan kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
1. Ketangkasan meningkat
2. Melompat tali
3. Bermain sepeda
4. Mengetahui kanan dan kiri
5. Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
6. Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
1. Mulai membaca dengan lancar
2. Cemas terhadap kegagalan
3. Peningkatan minat pada bidang spiritual
4. Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
1. Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
2. Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
3. Ketrampilan lebih individual
4. Ingin terlibat dalam sesuatu
5. Menyukai kelompok dan mode
6. Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
1. Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan
dengan pubertas mulai tampak
2. Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur
pakaian sendiri , dll.
3. Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
4. Mulai tertarik dengan lawan jenis.

3) Perkembangan Intelektual
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif, yaitu
1) tahap sensori motoris,
2) tahap praoperasional,
3) tahap operasional konkret dan
4) tahap operasional formal.

Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan


kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya.
Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris.
Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a) Segala tindakannya masih bersifat naluriah.
b) Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra.
c) Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum
mampu untuk mengategorikan pengalaman.
d) Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-
skema sensori motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap sensori-motoris ini,
Piaget merinci lagi tahap sensori-motoris ke dalam enam fase dan setiap fase
memiliki karakteristik tersendiri.
1) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Individu mampu bereaksi secara refleks
b) Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum
terkoordinir
c) Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan yang
diterima dari lingkungannya.
2) Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu
memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan hereditas
3) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat
memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang
terjadi pada benda itu.
4) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk
sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain.
b) Individu mulai mampu mencoba sesuatu
c) Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada
orangtua
5) Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Individu mulai mampu untuk meniru
b) Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap
lingkungannya secara lancar
6) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir
b) Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa
sederhana
c) Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah sederhana sesuai
dengan tingkat perkembangannya
d) Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang

2. Karakteristik Tahap Praoperasional


Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a) Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi
b) Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-
ide
c) Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa
konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
d) Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku :- berpikir
imajinatif- berbahasa egosentris- memiliki aku yang tinggi- menampakkan
dorongan ingin tahu yang tinggi dan- perkembangan bahasa mulai pesat.
3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa
segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana
kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap
yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis.
Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami
sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat
diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.
4. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :
a) Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
b) Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak
c) Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat
hipotesis
d) Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa
depan
e) Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran
diri sendiri tercapai
f) Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan
diperankan sebagai orang dewasa
g) Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan
masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbuh kembang dan lingkungan
2. Kurang pengetahuan orang tua b/d kurangnya informasi tentang tahap
perkembangananak
3. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang
anak 4.Potensial peningkatan keteraturan perilaku bayi

B. Perencaanaan
1. Dx 1

Intervensi

a. Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi


b. Lindungi kaki anak dengansandal/sepatuc.
c. Beri makan yang aman untuk usia anak
d. Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
2. Dx 2

Intervensi

a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi.


b. Bantu ibu/orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan
tumbangyang dilewati anak dengan masa pertumbuhan dan perkembangan.
c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak

3. Dx 3
Intervensi
a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini
sesuaiumur.
b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan
tetapmemantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. Dx 4
Intervensi
a. Jelaskan keputuhan perkembangan bayi seperti stimulasi (visual,
pendengaran, vestibular, taktil, olfaktorius, gustatorius), periode
keterjagaan,kebutuhan tidur.
b. Jelaskan pengaruh stress lingkungan yang berlebihan pada bayi
c. Lakukan penyuluhan kesehatan dan rujukan bila diperlukan
C. Evaluasi
1. Dx 1

Bayi bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya diidentifikasi dan
lingkungan rumah, keluarga akan menekankan dan mendemonstrasikan kegiatan
yang aman dirumah.

2. Dx 2

Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan perkembangan anak.

3. Dx 3

Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang pada anaknya
daninformasi yang diberikan.

4. Dx 4

Bayi akan terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai dengan
golongan usia.
Daftar Pustaka

Carpenito,Lynda Juall.2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta:EGC


Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta :EGC
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika

Feiby, D.A. (2001). Tahap Perkembangan Anak Bayi Hingga Pra Sekolah. Jakarta:
Dian Rakyat

Hurlock, E. B. (2000). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga


1998.Tumbuh Kembang Anak. EGC, Jakarta.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-2-
babii.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27110/4/Chapter%20II.pdf

http://lieliyen.blogspot.com/2012/10/makalah-stimulasi-tumbuh-kembang-bayi.html

Anda mungkin juga menyukai