Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK GLOBALISASI PADA TATANAN PELAYANAN KESEHATAN DI

INDONESIA

Azrul Azwar

(Disampaikan pada Kongres Nasional IV Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia, Surabaya 27


Juli 1996)

PENDAHULUAN

Pada akhir-akhir ini masalah globalisasi tampak makin ramai dibicarakan. Mudah dipahami
karena dengan telah diratifikasinya hasil terakhir putaran Uruguai (Uruguay Round) tentang Kesepatan
Umum Tarif dan Perdagangan (General Agreement on Tariffs and Trade-GATT), serta hasil konperensi
Negara-Negara Kawasan Asia Pasifik tentang Kerjasama Ekonomi (Asia Pasific Economic Cooperation-
APEC), Indonesia mau tidak mau harus bersiap-siap memasuki era globalisasi.

Tahun 2.003 (untuk APEC) dan atau tahun 2.020 (untuk GATT) yang dipatok sebagai awal mulai
berlakunya era globalisasi tersebut tidaklah begitu lama. Sepantasnyalah semua pihak dapat
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga era globalisasi tersebut dapat
mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Lalu apakah yang dimaksud dengan globalisasi, serta apakah dampaknya terhadap tatatan
pelayanan kesehatan di Indonesia?

ERA GLOBALISASI

Inti pokok era globalisasi menurut kesepakatan GATT tidak lain adalah liberalisasi perdagangan.
Artinya tidak ada lagi hambatan tarif dan non-tarif dalam menyelenggarakan perdagangan internasional.
Contoh hambatan tarif dalam perdagangan internasional adalah diberlakukannya sistem pajak,
perhitungan harga dan/atau harga jual yang berbeda untuk produk sejenis yang didatangkan dari luar
negeri. Untuk melindungi industri dan produksi dalam negeri, banyak negara memang memperlakukan
sistem pajak, perhitungan harga serta harga jual yang lebih tinggi untuk produk yang didatangkan dari
luar negeri.

Sedangkan contoh hambatan non-tarif dalam perdagangan internasional adalah diberlakukannya


sistem kouta, dan/ataupun sistem perizinan serta ketentuan teknis yang berbeda untuk produk sejenis
yang di datangkan dari luar negeri. Sama halnya dengan hambatan tarif, untuk melindungi industri dan
produksi dalam negeri, banyak negara memang membatasi jumlah produk yang diizinkan masuk,
dan/atau memperlakukan sistem perizinan serta pelbagai ketentuan teknis yang lebih ketat untuk produk
yang didatangkan dari luar negeri.
 

Sesuai dengan latar belakang serta tujuan yang ingin dicapai oleh kesepakatan GATT, maka
pada era globalisasi nanti, semua hambatan tarif dan non-tarif ini telah tidak ditemukan lagi.
Perdagangan internasional, karena telah bebas dari proteksi dan/atau diskriminasi, akan berlangsung
dan berkembang secara alamiah.

Secara teoritis berlangsungnya liberalisasi perdagangan ini memang menjanjikan banyak


dampak positif. Untuk negara-negara yang sedang berkembang (developing countries), dampak positif
tersebut adalah terbukanya pasar negara yang telah maju (developed countries) untuk menjual pelbagai
bahan mentah hasil alam dan/ataupun hasil industri. Dampak akhirnya adalah meningkatnya pendapatan,
yang apabila dapat dikelola dengan baik, akan berperanan besar dalam meningkatkan taraf kemakmuran
dari negara-negara yang sedang berkembang tersebut.

Sayangnya disamping dampak positif, liberalisasi perdagangan ini ternyata juga mendatangkan
banyak dampak negatif. Perdagangan bebas menurut kesepakatan GATT tidaklah bersifat satu arah.
Negara-negara yang sedang berkembang (developing countries) juga dituntut untuk membuka pintu
terhadap masuknya pelbagai produk yang dihasilkan oleh negara-negara yang telah maju (developed
countries). Disinilah letak masalahnya. Sebagai akibat dari masih lemahnya daya saing kegiatan industri
di banyak negara yang sedang berkembang, menyebabkan begitu perdagangan bebas mulai
diberlakukan, lambat atau cepat, pasti akan tersingkir dari peredaran.

Dari uraian tentang era globalisasi dan dampaknya ini segeralah terlihat bahwa ada atau tidaknya
dampak era globalisasi dan/atau liberalisasi perdagangan pada suatu negara sebenarnya sangat
ditentukan oleh daya saing yang dimiliki oleh negara tersebut. Apabila daya saing yang dimiliki rendah,
telah dapat dipastikan akan berdampak negatif terhadap negara tersebut. Tetapi apabila daya saing yang
dimiliki tinggi, justru menjanjikan banyak dampak positif, yakni makin terbukanya peluang untuk lebih
meningkatkan kemakmuran bangsa dan negara.

GLOBALISASI BIDANG JASA

Globalisasi bidang jasa, dalam arti liberalisasi perdagangan jasa, adalah salah satu aspek serta
merupakan inovasi baru dari kesepakatan GATT. Disebutkan, karena bidang jasa dinilai juga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam turut meningkatkan kemakmuran suatu bangsa, maka perdagangan
bebas dalam bidang jasa harus pula dilaksanakan.

Untuk terlaksananya liberalisasi perdagangan jasa ini, beberapa kesepakatan awal telah berhasil
dirumuskan. Dapat dilihat misalnya pada rumusan Kesepakatan Umum Perdagangan Jasa (General
Agreement on Trade in Service-GATS), yang pada saat ini sebenarnya masih memerlukan pembahasan
yang lebih mendalam oleh banyak negara.

 
Pada kesepakatan GATS tersebut, tampak ruang lingkup liberalisasi pergadangan jasa sangat
luas sekali. Ruang lingkup tersebut, jika disederhanakan, secara umum dapat dibedakan dalam empat
kelompok, yakni:

1.    Kelompok jasa yang dapat dikonsumsi tanpa perlu mendatangi negara penghasil jasa (across a border)

Contoh kelompok jasa ini adalah jasa konsultasi dan/atau pelbagai bentuk layanan yang diselenggarakan di luar
negeri dan yang dapat dinikmati dengan mempergunakan pelbagai alat komunikasi canggih seperti jaringan radio,
televisi atau internet. Untuk bidang kesehatan contoh kelompok jasa ini adalah pelayanan medis jarak jauh
(telemedicine services) yang di banyak negara telah banyak diselenggarakan.

2.    Kelompok jasa yang untuk mengkonsumsinya harus mendatangi negara penghasil jasa (through consumption abroad)

Contoh kelompok jasa ini adalah jasa konsultasi dan/atau pelbagai bentuk layanan yang dapat diperoleh di luar
negeri. Untuk bidang kesehatan contoh kelompok jasa ini adalah berobat ke luar negeri, yang untuk Indonesia telah
lama dikenal.

3.    Kelompok jasa yang diselenggarakan oleh suatu sarana asing yang didirikan di suatu negara (through commercial
presence)

Contoh kelompok jasa ini adalah pelbagai bentuk jasa dan/ataupun layanan sarana asing yang di dirikan oleh negara-
negara maju di negara-negara yang sedang berkembang. Untuk bidang kesehatan contoh kelompok jasa ini adalah
berdirinya RS asing di suatu negara, yang untuk Indonesia telah mulai pula dikenal.

4.    Kelompok jasa yang diselenggarakan oleh tenaga kerja asing yang bekerja di suatu negara (through the presence of
people who are service provider)

Contoh kelompok jasa ini ialah bekerjanya tenaga kerja asing, baik tenaga kasar dan/ataupun profesional di suatu
negara. Untuk bidang kesehatan contoh kelompok jasa ini adalah bekerjanya dokter dan/atau perawat asing, yang
untuk Indonesia, sedang ramai diperdebatkan.

Sama halnya dengan liberalisasi perdagangan umum, begitu era globalisasi mulai berlaku, pelbagai pembatasan
yang bersifat protektif dan diskriminatif terhadap perdagangan jasa, telah tidak boleh diberlakukan lagi.
Perdagangan jasa pada era globalisasi, akan berlangsung secara bebas. Tiap negara, apabila memiliki kemampuan,
dapat saja memperluas kegiatan usaha bidang jasanya ke negara lain.

Sekalipun liberalisasi perdagangan jasa ini juga menjanjikan pelbagai dampak positif dan negatif, namun jika
ditinjau dari kepentingan negara-negara yang sedang berkembang (developing countries), liberalisasi perdagangan
jasa ternyata lebih banyak mendatangkan dampak negatif. Mudah dipahami, karena daya saing kebanyakan industri
jasa di banyak negara yang sedang berkembang, karena rendahnya mutu sumber daya manusia, serta terbatasnya
kemajuan ilmu dan teknologi, pada umumnya masih jauh ketinggalan. Akibatnya tentu mudah dipahami, apabila
daya saing industri bidang jasa tidak berhasil ditingkatkan, begitu era globalisasi mulai diberlakukan, akan
menimbulkan banyak masalah dan kerugian.

DAMPAK PADA TATANAN PELAYANAN KESEHATAN

Dari uraian tentang globalisasi, khususnya globalisasi bidang jasa sebagaimana dikemukakan diatas,
segeralah terlihat bahwa dampak globalisasi pada tatanan pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh lingkup
kelompok jasa pelayanan kesehatan yang masuk dalam era globalisasi. Dampak yang dimaksud antara lain adalah:

1.    Globalisasi kelompok jasa yang dapat dikonsumsi tanpa perlu mendatangi negara penghasil jasa (across a border).
Apabila globalisasi hanya menyangkut jasa pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok ini, dampak yang
ditemukan lebih banyak bersifat positif, yakni makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Karena sesungguhnyalah dengan terbukanya akses melakukan konsultasi dengan pelbagai sarana
dan/atau tenaga kesehatan di negara-negara yang telah maju tersebut, pengetahuan dan keterampilan tenaga
kesehatan yang ada di dalam negeri akan dapat lebih ditingkatkan.

2.    Globalisasi kelompok jasa yang untuk mengkonsumsinya harus mendatangi negara penghasil jasa (through
consumption abroad). Apabila globalisasi hanya menyangkut jasa pelayanan kesehatan yang termasuk dalam
kelompok ini, dampak yang ditemukan lebih banyak bersifat negatif, yakni terkurasnya devisa negara karena harus
membiayai pelayanan yang dikonsumsi di luar negeri.

3.    Globalisasi kelompok jasa yang diselenggarakan oleh suatu sarana asing yang didirikan di suatu negara (through
commercial presence) Apabila globalisasi hanya menyangkut jasa pelayanan kesehatan yang termasuk kelompok ini,
dampak yang ditemukan dapat bersifat negatif dan positif. Dampak positif yang ditemukan antara lain:

a.     Bertambahnya jumlah sarana pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pertambahan jumlah
sarana ini tentu saja akan menguntungkan masyarakat, karena masyarakat yang membutuhkan akan dengan mudah
mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut.

b.    Bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Penambahan ini tidak hanya ditemukan di dalam negeri,
yakni dengan makin banyaknya jumlah sarana pelayanan kesehatan yang telah didirikan, tetapi juga ke luar negeri,
yakni ke pelbagai sarana kesehatan asing, yang dengan globalisasi telah membuka diri terhadap tenaga kesehatan
asing.

c.     Makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan. Meningkatan mutu pelayanan ini terkait dengan makin banyak
dipergunakan pelbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran serta pelbagai peralatan kedokteran canggih, yang
memang akan masuk bersamaan dengan makin banyak didirikannya sarana kesehatan asing.
 

d.    Pemakaian devisa negara akan lebih hemat, yakni karena masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tidak
perlu harus pergi keluar negeri, tetapi cukup dengan memanfaatkan pelbagai sarana kesehatan asing yang didirikan
di dalam negri. Sedangkan dampak negatif yang ditemukan, sangat ditentukan oleh daya saing dan/ataupun
karakteristik tatanan pelayanan kesehatan yang akan dikembangkan. Untuk Indonesia dampak negatif yang
dimaksud antara lain adalah:

e.     Berubahnya filosofi pelayanan kesehatan, yang semula sepenuhnya dan/atau sebagian masih bersifat sosial, menjadi
sepenuhnya bersifat komersial. Terjadinya perubahan filosofi pelayanan kesehatan ini erat kaitannya dengan motif
utama masuknya sarana kesehatan asing ke Indonesia. Motif utama yang dimaksud bukan untuk menolong
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia, melainkan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

f.     Makin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Terjadinya peningkatan biaya pelayanan
kesehatan ini erat kaitannya dengan makin banyak dipergunakan pelbagai teknologi kedokteran canggih, yang telah
diketahui memang membutuhkan biaya pengelolaan yang lebih tinggi.

g.    cMakin sulit mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan. Terjadinya kesulitan ini erat kaitannya dengan
keengganan sarana kesehatan asing untuk berkiprah di daerah-daeah terpencil. Karena adanya motif untuk mencari
keuntungan, sarana kesehatan asing tersebut akan lebih senang berada di kota-kota besar, yakni yang daya beli
masyarakatnya memang cukup tinggi.

h.    Tidak sesuainya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat.
Terjadinya ketidaksesuaian kebutuhan dan tuntutan ini erat kaitannya dengan perbedaan sistem pengelolaan
pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat.

1.    Globalisasi kelompok jasa yang diselenggarakan oleh tenaga kerja asing yang bekerja di suatu negara (through the
presence of people who are service provider). Apabila globalisasi hanya menyangkut jasa pelayanan kesehatan yang
termasuk dalam kelompok ini, dampak yang ditemukan dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang
ditimbulkan antara lain adalah:

a.     Makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yakni melalui kesempatan konsultasi
dan/atau kerjasama secara langsung dengan tenaga kesehatan asing yang bekerja di dalam negeri.

b.     Makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan yang tersedia dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan
masyarakat, yakni dengan masuknya pelbagai tenaga kesehatan asing yang jenis dan keahliannya belum ditemukan
di dalam negeri.
 

Sama halnya dengan sarana kesehatan asing, dampak negatif dari kehadiran tenaga kesehatan asing sangat
ditentukan oleh daya saing serta karakteristik tatanan kesehatan yang akan dikembangkan. Untuk Indonesia dampak
negatif yang dimaksud adalah:

1.    Terjadinya persaingan yang makin ketat antar tenaga kesehatan. Persaingan yang dimaksud tidak hanya antar tenaga
kesehatan bangsa sendiri, tetapi juga dengan tenaga kesehatan asing.

2.    Berubahnya filosofi pelayanan kesehatan, yang semula sepenuhnya dan/atau sebagian masih bersifat sosial, menjadi
sepenuhnya bersifat komersial. Terjadinya perubahan filosofi pelayanan kesehatan ini erat kaitannya dengan motif
utama masuknya tenaga kesehatan asing. Motif utama yang dimaksud bukan untuk menolong meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat, melainkan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

3.    Makin sulit mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan. Terjadinya ketimpangan pemerataan pelayanan kesehatan
ini erat kaitannya dengan keengganan tenaga kesehatan asing untuk berkiprah di daerah-daeah terpencil. Karena
adanya motif untuk mencari keuntungan, tenaga kesehatan asing tersebut akan lebih senang berada di kota-kota
besar, yakni yang daya beli masyarakatnya memang cukup tinggi.

4.    Tidak sesuainya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat.
Terjadinya ketidaksesuaian kebutuhan dan tuntutan ini erat kaitannya dengan perbedaan sistem pendidikan tenaga
kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat.

Untuk Indonesia, berkiprahnya sarana dan tenaga kesehatan asing pada era globalisasi yang akan datang diduga
akan cukup tinggi. Penyebabnya terkait dengan potensi pasar Indonesia yang sangat menguntungkan. Pertama,
karena jumlah penduduk Indonesia yang besar. Tercatat sekitar 200 juta jiwa. Indonesia pada saat ini adalah negara
keempat jumlah penduduknya terbesar di didunia. Kedua, karena daya beli penduduk Indonesia yang cukup tinggi.
Tercatat tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar 8%. Indonesia pada saat ini adalah salah satu negara yang
pertumbuhan ekonominya cukup mengagumkan di dunia.

Dengan potensi pasar yang besar ini tidak mengherankan jika pada masa mendatang, akan ditemukan banyak
sarana dan tenaga kesehatan asing yang akan masuk ke Indonesia. Jika diperhatikan perkembangan yang
berlangsung kini, masuknya sarana dan tenaga kesehatan asing tersebut diduga akan berlangsung dalam dua tahap.
Pertama, sarana dan tenaga kesehatan yang bersifat spesialistis. Pada tahap ini, sarana kesehatan asing yang masuk
adalah pelayanan kesehatan rumah sakit, sedangkan tenaga kesehatan asing yang akan masuk adalah dokter spesialis
dan/atau sub-spesialis yang akan bekerja di rumah sakit. Kedua, sarana dan tenaga kesehatan yang bersifat umum.
Pada tahap ini, sarana kesehatan asing yang masuk adalah pelayanan kesehatan primer, sedangkan tenaga tenaga
kesehatan asing yang akan masuk adalah dokter umum yang akan bekerja di sarana pelayanan kesehatan primer.

 
UPAYA PENCEGAHAN

Jika diperhatikan pelbagai dampak positif dan negatif globalisasi pada tatanan pelayanan kesehatan
sebagaimana dikemukakan diatas, segeralah terlihat karena daya saing sarana dan tenaga kesehatan Indonesia relatif
masih rendah, maka yang akan ditemukan agaknya lebih banyak berupa dampak negatif. Sarana dan tenaga
kesehatan Indonesia, karena rendahnya daya saing, akan tersingkir dari peredaran.

Untuk mengatasi keadaan yang tidak diinginkan ini, beberapa upaya pencegahan harus segera dapat
dilakukan. Upaya pencegahan yang dimaksud, untuk tatanan pelayanan kesehatan, antara lain adalah:

1.    Segera menetapkan dan menerapkan program pengendalian biaya kesehatan (cost containment program) yang
didalamnya termasuk pengaturan tarif (rate regulation) serta audit kedokteran (medical audit).

2.    Segera menetapkan dan menerapkan program asuransi kesehatan (health insurance program) yang dikelola secara pra
upaya (prospective payment), bersifat wajib (compulsary) dan nasional (nation-wide).

3.    Segera menetapkan dan menerapkan pelbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur persyaratan masuknya
sarana dan tenaga kesehatan asing. Khusus untuk tenaga kesehatan, persyartan yang dimaksud antara lain adalah:

a.     Mewajibkan dokter asing yang akan bekerja di Indonesia mengikuti ujian profesi, yakni dalam rangka menilai
kemampuan teknis medis yang dimiliki. Dokter asing yang tidak memiliki kemampuan teknis medis yang sesuai
dengan standar Indonesia, seyogiyanya tidak diizinkan untuk bekerja.

b.    Mewajibkan dokter asing yang akan bekerja di Indonesia mengikuti ujian sosio-antropologi medis termasuk ujian
bahasa Indonesia, yakni dalam rangka menilai pemahaman sosial budaya serta kemampuannya berkomunikasi
dengan pasien. Dokter asing yang tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, apalagi yang akan bekerja di
sarana pelayanan primer, seyogiyamnya tidak diizinkan untuk bekerja.

c.     Mewajibkan dokter asing yang akan bekerja di Indonesia menjadi anggota organisasi profesi kedokteran,
mengucapkan sumpah dokter, serta mematuhi kode etik kedokteran Indonesia.

d.    Secara konsekwen memberlakukan asas timbal balik yang berlaku pada perdagangan bebas. Artinya dokter asing
yang dibenarkan bekerja di Indonesia adalah yang berasal dari negara yang juga membenarkan dokter Indonesia
bekerja di negara tersebut.
 

e.     Secara konsekwen memberlakukan pelbagai praturan yang tidak bersifat diskriminatif. Artinya memberlakukan pula
semua ketentuan yang berlaku untuk dokter Indonesia, seperti program adaptasi, masa wajib kerja sarjana,
dan/ataupun izin praktek.

Sedangkan untuk mengatasi dampak negatif globalisasi karena masuknya tenaga kesehatan asing, harus
disesuaikan dengan pentahapan masukan tenaga kesehatan asing tersebut. Upaya yang dapat dilakukan pada tahap
pertama, yakni yang terkait dengan masuknya dokter spesialis asing, antara lain adalah:

1.    Segera memperbanyak jumlah lulusan dokter spesialis. Mempertahankan jumlah lulusan seperti saat ini dipandang
telah tidak sesuai lagi. Pada saat ini saja banyak RS Swasta telah mengalami kesulitan mencari dokter spesialis yang
dapat bekerja secara purna waktu. Jika hal ini tetap terjadi sampai era globalisasi telah dapat dipastikan RS asing
terpaksa mempekerjakan dokter spesialis dari luar negeri. Untuk dapat menambah jumlah lulusan dokter spesialis
tersebut, patut dipertimbangkan saran IDI untuk memulai pendidikan dokter spesialis yang berbasis RS, jadi tidak
hanya berbasis universitas sebagaimana yang berlangsung kini.

2.    Segera mengembangkan beberapa jenis pendidikan dokter spesialis baru dan/atau dokter sub-spesialis. Mempersulit
pengembangannya seperti yang ditemukan pada saat ini dipandang telah tidak pada tempatnya lagi. Karena apabila
hal ini terus berlangsung sampai dengan era globalisasi, tentu tidak akan mengherankan jika pelbagai RS asing
terpaksa mendatangkan para dokter spesialis dan/atau sub-spesialis tersebut dari luar negeri.

3.    Segera meningkatkan mutu lulusan dokter spesialis. Untuk ini ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, yakni:

a.     Segera menyempurnakan kurikulum pendidikan dokter spesialis dengan memasukkan pelbagai perkembangan ilmu
dan teknologi kedokteran mutakhir.

b.    Segera menyempurnakan sistem pengajaran serta sistem ujian pendidikan dokter spesialis. Untuk dapat diterima di
kalangan internasional, pengajaran dalam bahasa asing (terutama Inggeris) patut mulai digalakkan. Selanjutnya patut
pula mulai dikembangkan ujian profesi regional/internasional, sehingga para lulusanya mendapat pengakuan yang
stara dengan lulusan luar negeri.

c.     Lebih menggalakkan program pendidikan kedokteran berkesinambungan untuk dokter spesialis.

Sedangkan pada tahap kedua, upaya yang dilakukan yakni yang terkait dengan masuknya dokter umum asing,
antara lain adalah:
 

1.     Segera meningkatkan mutu pendidikan dokter umum. Sama halnya dengan pendidikan dokter spesialis, ada tiga
upaya yang dapat dilakukan, yakni:

a.     Segera menyempurnakan kurikulum pendidikan dokter umum, sehingga terpusat hanya pada tugas pokok seorang
dokter umum, serta mencakup perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran. Untuk ini patut dipertimbangkan
pengurangan mata ajaran yang tidak terkait dengan ilmu dan teknologi kedokteran.

b.    Segera menyempurnakan sistem pengajaran pendidikan dokter umum. Untuk dapat diterima di kalangan
internasional, pengajaran dalam bahasa Inggeris patut mulai digalakkan.

c.     Lebih menggalakkan program pendidikan kedokteran berkesinambungan untuk dokter umum.

2.     Segera mengembangkan model pelayanan dokter umum yang mempunyai daya saing tinggi, yakni pelayanan dokter
keluarga. Karena dengan pelayanan dokter keluarga tersebut, pelayanan akan lebih personal, menyeluruh,
berkesinambungan, efektif dan efisien, yang semuanya dapat dipakai sebagai modal dalam menghadapi pelayanan
kesehatan asing yang pada umumnya akan lebih mengandalkan kecanggihan alat serta kemajuan teknologi.

PENUTUP

Era globalisasi yang inti pokoknya perdagangan bebas telah dapat dipastikan akan berlangsung di
Indonesia. Salah satu dari era globalisasi tersebut adalah dalam bidang jasa, yang didalamnya termasuk pelayanan
kesehatan. Pada era globalisasi yang akan datang, di duga akan banyak ditemukan sarana dan tenaga kesehatan asing
yang akan bekerja di Indonesia.

Jika ditinjau dari kepentingan Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, masuknya sarana dan
tenaga kesehatan asing tersebut lebih banyak mendatangkan dampak negatif dari pada dampak positif. Dampak
negatif yang dimaksud tidak hanya akan akan merubah tatanan pelayanan kesehatan Indonesia, tetapi juga akan
merugikan masyarakat secara keseluruhan

Untuk mengatasi dampak negatif tersebut ada beberapa saran yang diajukan. Pertama, yang ditujukan
terhadap perubahan tatanan pelayanan kesehatan. Kedua, yang ditujukan terhadap masuknya tenaga kesehatan ke
Indonesia.

 
 

Anda mungkin juga menyukai