Kemerdekaan Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, salah satu hasil siding kedua PPKI tanggal 19 Agustus 1945 dan tanggal 12 September 1946 adalah dibentuknya Kabinet RI 1 dengan 12 departemen dan 4 menteri Negara. Usia kabinet presidensial hanya sekitar setahun, yaitu sejak 12 september 1945 sampai 14 november 1945 sampai tanggal 29 januari 1948, Indonesia menerapkan sistem parlementer. Bagaimana latar belakang dan proses lahirnya system ini? Pada tanggal 16 dan 17 oktober 1945, lembaga pembantu dan penasehat presiden, yaitu Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), mengadakan siding pertamanya, yang bertempat dibalai muslimin, jalan kramat raya, Jakarta. Sidang di pimpin ketuanya Kasman Singodimedjo. Pelaksanaan sidang ini dilatarbelakangi danya petisi yang diajukan sutan sjahrir,dkk. Yang berisi desakan perubahan system pemerintahan. Pada tanggal 22 agustus keputusan soekarno mendeglarasikan partai tunggal yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada waktu itu, soekarno beralasan bahwa Indonesia yang baru saja merdeka masih rawan dalam pemberontakan. Karena itu, dibutuhkan satu partai yang dapat menyatukan seluruh elemen bangsa. Di kubu lain, seperti sutan sjahrir, system partai tunggal dianggap hanya akan menjadi alat control penguasa terhadap suara suara kritis dalam masyarakat. Langkah pertama sjahrir adalah membentuk serta memperkuat lembaga legislative, pusat kekuasaan yang sesungguhnya dalam system parlementer. Namun, berhubung belum ada DPR ataupun MPR, sjahrir bermaksud meningkatkan fungsi KNIP sebagai badan legislative. SIdang ini berlangsung gaduh, KNIP akhirnya berhasil merekomendasikan perluasan tugas dan wewenangnya, yang terancam dalam maklumat wakil presiden nomor x tertanggal 16 oktober 1945. Isi maklumat tersebut adalah “bahwa KNIP, sebelum terbentuknya MPR dan DPR, diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan garis garis besar haluan Negara, serta perkerjaan KNIP sehari hari berhubung dalam gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah bada pekerja. Sejak diterbitkannya maklumat tersebut, terjadi perubahan mendasar menyangkut kedudukan, tugas, serta wewenang KNIP. Dengan maklumat tersebut pula, kekuasaan presiden dibatasi, yaitu hanya dalam bidang eksekutif saja. Keesokan harinya, tanggal 17 oktober 1945 sidang dilanjutkan. Agenda utamanya : mendengarkan pidato soekarni. Soekarni mengusulkan agar perjuangan republic Indonesia menjadi lebih revolusioner. Saat itu, nama sutan sjahrir dan amir syarfudin ditonjolkan, sebagai pimpinan baru. Posisi posisi sebagai ketua BP-KNIP memberinya keleluasaan untuk mewujudkan cita citanya mengubah system ketatanegaraan, yaitu dari system presidensial menjadi system parlementer. Partai partai politik yang dibentuk antara bulan November 1945 sampai januari 1946 adalah sebagai berikut. 1. Masyumi, 7 november 1945, Dr.sukiman wirjosanjoyo 2. PKI, 7 november 1945, Moh.yusuf 3. PBI, 8 november 1945, Nyono 4. PRJ, 8 november 1945, Sutan Dewanis 5. Parkindo, 10 november 1945, Probowinoto 6. Parsi, 10 november 1945, Amir Syarifudin 7. Paras, 20 november 1945, Sutan sjahrir 8. PKRI, 8 desember 1945, I.J. Kasimo 9. Permai, 17 desember 1945, J.B. Assa 10.PNI, 29 januari 1946, Sidik Joyosukarto Di tengah pendirian berbagai parpol itu, pada tanggal 11 november 1945, BP-KNIP mengusulkan agar para menteri bertanggung jawab kepadan BPR yang menurut system sementara adalah KNIP. Pemilu yang dijadwalkan pada bulan januari 1946 tidak jadi diselenggarakan. Ada dua factor penyebab kegagalan : (1) pemerintah baru belum siap, termasuk dalam hal perangkat undang undang pemilu. (2) Kondisi keamanan Negara belum stabil akibat konflik internal antar kekuatan politik serta gangguan dari luar (sekutu dari NICA).