Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
komitmen erta tanggung jawab yang penuh terhadap hukum dan prosedur medis yang
berlaku. Selain terhadap hukum dan prosedur, dokter juga bertanggung jawab
terhadap aturan-aturan etis yang berlaku. Oleh karena itu, diciptakanlah Kaidah Dasar
Bioetik yang mengatur mengenai perilaku dokter agar sesuai dengan moral yang
berlaku di masyarakat. Bioetik telah menjadi bagian dari keseharian seorang dokter
dalam menjalankan tugasnya. Sejak kemunculan istilah ini, bioetik sudah banyak
mengalami perkembangan dan kemajuan. Beberapa tahun terakhir ini, cukup sering
kelalaian yang dilakukan oleh dokter itu sendiri, perawat, atau bahkan rumah sakit
yang bersangkutan. Selain itu, kaidah bioetik juga digunakan untuk mencegah
banyaknya kejadian yang muncul seperti ini, sudah jelas bahwa pengetahuan dan
¹
pemahaman akan prinsip bioetik sangatlah penting dalam pendidikan seorang dokter.
Kaidah Dasar Bioetik (KDB) adalah suatu hukum dasar yang harus diketahui
dan dikuasai oleh para dokter, demi membantu mereka dalam mengambil tindakan
1
yang tepat dalam berbagai situasi medis. Kaidah Dasar Bioetik memiliki empat
masing-masing memiliki prinsip prima facie dan konteks yang berbeda. Pemahaman
dokter mengenai Kaidah Dasar Bioetik sangatlah penting dalam melaksanakan tugas
mereka karena Kaidah Dasar Bioetik-lah yang menentukan apakah suatu perbuatan
para calon dokter. Maka, untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, pendidikan bioetik
ini dijadikan sebagai kurikulum pembelajaran untuk para calon dokter masa depan.
Dalam makalah ini, diharapkan penulis maupun pembaca dapat memahami empat
²
Justice.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Definisi Bioetik
Bioetik berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari dua kata, yaitu
bios yang berarti kehidupan, dan ethos yang berarti norma-norma atau
masalah pada bidang biologi dan ilmu kedokteran dalam berbagai masa.
Pada tahun 1971, seorang onkolog (pakar tumor) Amerika Serikat, van
kedepannya, maka dia meminta agar bioetik itu dijadikan suatu ilmu
tersendiri atau lebih spesifiknya adalah ilmu etika baru yang didasari
tinjauan biologis. Dalam arti luas, bioetik adalah penerapan etika dalam
terkait.³
3
Bioetik dapat dijabarkan menjadi empat kaidah besar yang disebut
1. Beneficence
dan ficere yang berarti melakukan atau berbuat. Oleh karena itu,
dalam keadaan yang wajar dan berlaku untuk pasien pada umumnya. 4
buruk.
4
tindakan akan yang ia lakukan lebih banyak keuntungannya
2. Non-Maleficence
tidak, mal yang berarti buruk, dan ficere yang berarti melakukan atau
5
yang paling penting adalah tindakan yang akan dilakukan dokter tidak
bahwa akibat yang menguntungkan harus lebih besar dari akibat yang
merugikan.
3. Autonomy
6
Autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti
sendiri, dan nomos yang berarti hukum atau peraturan. Maka, kata
autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, dalam hal ini berarti pasien
nasibnya sendiri.4
1) Threshold element
2) Information elements
7
Understanding of information : Pemahaman informasi mencakup
3) Consent elements :
inform consent.
inform consent.
8
12. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan
pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
4. Justice
lain selain hak pasiennya sendiri. Hak orang lain yang dimaksud disini
yang sama kepada seluruh pasien dengan kasus yang sama. Justice
9
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)
8. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status
sosial, dll.
9. Melaksanakan wewenang dengan baik
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan
pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya,
beban, dan sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat
dan kompeten
14. Memberi beban secara merata dengan alasan yang sah dan
tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit
atau gangguan kesehatan
16. Bijak dalam makroalokas
10
kasus kegagalan terapi? persetujuan?
Singkatnya, bagaimana Jika lumpuh, siapa yang
pasien ini bisa tepat pengganti? Apakah
diuntungkan oleh pengganti menggunakan
perawatan medis dan standar yang tepat untuk
keperawatan, dan membuat keputusan?
bagaimana bahaya Apakah pasien pernah
dapat dihindari? menyatakan sebelumnya
preferensi, mis., Arahan
Lanjutan?
Apakah pasien tidak mau
atau tidak mampu
bekerja sama dengan
perawatan medis? Jika
jadi kenapa?
Singkatnya, adalah hak
pasien untuk memilih
dihormati sejauh
mungkin dalam etika dan
hukum?
Quality of Life Contextual Features
Prinsip Beneficence dan Prinsip Loyalitas dan Keadilan
Non maleficence dan Otonomi Apakah ada masalah
Apa prospeknya, keluarga yang mungkin
dengan atau tanpa mempengaruhi keputusan
perawatan, untuk perawatan?
kembali ke kehidupan Apakah ada penyedia
normal? (dokter dan perawat)
Apa fisik, mental, dan masalah yang mungkin
social Defisit adalah mempengaruhi keputusan
kemungkinan yang perawatan?
akan dialami anak jika Apakah ada keuangan
pengobatan berhasil? dan ekonomi faktor?
Apakah ada bias yang Apakah ada faktor agama
mungkin berprasangka atau budaya?
evaluasi penyedia atas Apakah ada batasan
kualitas hidup pasien? kerahasiaan?
Apakah pasien ada atau Apakah ada masalah
di masa depan kondisi alokasi sumber daya?
sedemikian rupa Bagaimana hukum
sehingga melanjutkan memengaruhi perawatan
Hidup mungkin dinilai keputusan?
11
tidak diinginkan? Apakah ada konflik
Apakah ada rencana kepentingan pada bagian
dan alasan untuk dari penyedia atau
melepaskan institusi?
pengobatan?
Apakah ada rencana
untuk kenyamanan dan
perawatan paliatif?
D. Prinsip-Prinsip Profesionalisme
1. Excellence (Keunggulan)
pengetahuan.
2. Accountability (akuntabilitas)
3. Altruism (altruisme)
4. Humanism (humanisme)
12
Humanisme merupakan rasa perikemanusiaan yang meliputi rasa
BAB III
KASUS
A. Kasus I
dengan diagnosis cedera otak yang berat, pasien telah diberikan terapi
berkonsultasi dengan salah satu dokter bedah umum yang bertugas di RSUD
Kediri, dokter bedah umum menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain
dengan dokter bedah saraf dan fasilitas lengkap tetapi keluarga pasien
menolaknya karena kondisi pasien buruk, orang tua pasien marah karena
merasa tidak ada tindakan serius dari rumah sakit, dokter x menjelaskan jika
kondisi pasien tidak akan lebih buruk, keluarga pasien marah lagi dan
13
1. Kaidah Dasar Moral Beneficence
4. Mengusahakan agar
kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.
7. Pembatasan Goal-Based
8. Maksimalisasipemuasan
kebahagiaan/preferensi pasien
14
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara
keseluruhan
15
6. Tidak memandang pasien sebagai
objek
16
4. Menghargai privasi.
17
4. Kaidah Dasar Moral Justise
18
11. Meminta partisipasi pasien seusai
dengan kemampuan.
5. Dilemma Etik :
Autonomy :
Beneficence :
19
Prima Facie : Autonomy
7. Prinsip Profesionalisme :
c. Respect for others : ada, dokter jaga IGD menghargai keputusan pasien
20
B. Kasus II
Pasien seorang laki-laki berumur 45 tahun, datang ke IRD diantar oleh polisi
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien adalah seorang TNI, pasien
umum via telepon karena pada saat itu bertepatan dnegan hari libur, dokter
bedah umum menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain dengan dokter
rujukan namun tidak ada dokter bedah saraf yang bertugas. Dokter
keluraga dan komandan dari pasien tidak setuju dan meminta untuk segara di
rujuk.
21
sesuatu tak sejauh menguntung
dokter
4. Mengusahakan agar
kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.
7. Pembatasan Goal-Based
8. Maksimalisasi pemuasan
kebahagiaan/preferensi pasien
22
2. Kaidah Dasar Moral Non Maleficence
23
10. Tidak membahayakan kehidupan
pasien karena kelalaian
4. Menghargai privasi.
24
7. Melaksanakan informed consent
25
2. Mengambil porsi terakhir dari
proses membagi yang telah ia
lakukan.
3. Memberi kesempatan yang sama
terhadap pribadi dalam posisi yang
sama.
4. Menghargai hak sehat pasien
(affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien.
26
14. Tidak memberi beban berat secara
tidak merata tanpa alasan
sah/tepat.
15. Menghormati hak populasi yang
sama-sama rentan penyakit/ggn
kesehatan.
16. Tidak membedakan pelayanan
pasien atas dasar SARA, status
sosial dll.
5. Dilemma Etik :
Autonomy :
Beneficence :
kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini dan menyarankan tindakan
yang terbaik.
27
Prima Facie : Autonomy
7. Prinsip Profesionalisme :
sesuai prosedur.
c. Respect for others : ada, dokter jaga IGD menghargai keputusan pasien
28
e. Humanity : ada, dokter menyadari bahwa peralatan untuk operasi tidak
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
untuk four box metode yaitu box pertama dalam Medical Indications pasien
29
didiagnosis menderita cedera otak berat dan disarankan untuk dirujuk ke
rumah sakit lain yang memiliki dokter bedah saraf dan peralatan lengkap. Box
dan keluarga pasien. Untuk box ketiga Quality of Life, Keluarga pasien
menolak tindakan medis yang dapat memperburuk keadaan. Dan box keempat
yaitu Contextual Feature, Keluarga yang terlibat adalah ayah dan ibu. Dan
untuk four box metode yaitu box pertama dalam Medical Indications pasien
rumah sakit lain yang memiliki dokter bedah saraf dan peralatan lengkap. Box
dan keluarga pasien. Untuk box ketiga Quality of Life, Keluarga pasien
menolak tindakan medis yang dapat memperburuk keadaan. dan box keempat
yaitu Contextual Feature, Keluarga yang terlibat adalah istri dan anak, dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanafiah, M.J. dan A. Amir. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Edisi keempat. Jakarta: EGC.
30
2. Dickenson, D., R. Huxtable, dan M. Parker. 2010. The Cambridge Medical
Ethics Workbook. Edisi kedua. Cambridge: Cambridge University Press.
3. Chang, W. 2009. Bioetika Sebuah Pengantar. Jakarta: Kanisius.
4. Bertens, K. 2011. Etika Biomedis. Jakarta: Kanisius.
5. Jonsen, A., Siegler, M., & Winslade, W. 2006. Clinical ethics: A practical
approach to ethical decisions in clinical medicine (6th ed). New York, NY:
McGraw-Hill.
6. Arnold, L., & Stern, D.T. 2006. What is Medical Professionalism? In Stern
DT, ed. Measuring Professionalism. New York NY: Oxford University Press
Inc.
31