Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Profesi dokter adalah sebuah profesi yang bersumpah dan membutuhkan

komitmen erta tanggung jawab yang penuh terhadap hukum dan prosedur medis yang

berlaku. Selain terhadap hukum dan prosedur, dokter juga bertanggung jawab

terhadap aturan-aturan etis yang berlaku. Oleh karena itu, diciptakanlah Kaidah Dasar

Bioetik yang mengatur mengenai perilaku dokter agar sesuai dengan moral yang

berlaku di masyarakat. Bioetik telah menjadi bagian dari keseharian seorang dokter

dalam menjalankan tugasnya. Sejak kemunculan istilah ini, bioetik sudah banyak

mengalami perkembangan dan kemajuan. Beberapa tahun terakhir ini, cukup sering

kita mendengar mengenai kegagalan dokter dalam penyembuhan pasien karena

kelalaian yang dilakukan oleh dokter itu sendiri, perawat, atau bahkan rumah sakit

yang bersangkutan. Selain itu, kaidah bioetik juga digunakan untuk mencegah

tindakan-tindakan dokter yang hanya menguntungkan diri sendiri. Mengingat

banyaknya kejadian yang muncul seperti ini, sudah jelas bahwa pengetahuan dan

¹
pemahaman akan prinsip bioetik sangatlah penting dalam pendidikan seorang dokter.

Kaidah Dasar Bioetik (KDB) adalah suatu hukum dasar yang harus diketahui

dan dikuasai oleh para dokter, demi membantu mereka dalam mengambil tindakan

1
yang tepat dalam berbagai situasi medis. Kaidah Dasar Bioetik memiliki empat

prinsip dasar, yakni : beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice. Dimana

masing-masing memiliki prinsip prima facie dan konteks yang berbeda. Pemahaman

dokter mengenai Kaidah Dasar Bioetik sangatlah penting dalam melaksanakan tugas

mereka karena Kaidah Dasar Bioetik-lah yang menentukan apakah suatu perbuatan

dapat dikatakan baik atau buruk berdasarkan pandangan etik.¹

Pelanggaran dari kaidah-kaidah ini menjadi keprihatinan kita bersama sebagai

para calon dokter. Maka, untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, pendidikan bioetik

ini dijadikan sebagai kurikulum pembelajaran untuk para calon dokter masa depan.

Dalam makalah ini, diharapkan penulis maupun pembaca dapat memahami empat

prinsip dasar bioetika yaitu : Beneficence, Non-Maleficence, Autonomy, dan

²
Justice.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Definisi Bioetik

Bioetik berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari dua kata, yaitu

bios yang berarti kehidupan, dan ethos yang berarti norma-norma atau

nilai-nilai moral. Bioetik merupakan studi yang mempelajari tentang

masalah pada bidang biologi dan ilmu kedokteran dalam berbagai masa.

Bioetik tidak hanya membicarakan bagian medis, tapi juga membahas

pula masalah kesehatan, faktor budaya dalam lingkungan masyarakat, juga

penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.¹

Pada tahun 1971, seorang onkolog (pakar tumor) Amerika Serikat, van

Resseler Potter, penulis Bioethics : Bridge to the Future (1971),

mengabadikan istilah bioetik. Potter merasa bahwa dia sebagai penemu

harus juga bertanggung jawab dalam perkembangan kata bioetik

kedepannya, maka dia meminta agar bioetik itu dijadikan suatu ilmu

tersendiri atau lebih spesifiknya adalah ilmu etika baru yang didasari

tinjauan biologis. Dalam arti luas, bioetik adalah penerapan etika dalam

ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan, dan bidang-bidang

terkait.³

B. Kaidah Dasar Moral

3
Bioetik dapat dijabarkan menjadi empat kaidah besar yang disebut

dengan Kaidah Dasar Bioetik (KDB), yaitun : Beneficence, Non-

Maleficence, Autonomy, dan Justice.²

1. Beneficence

Beneficence berasal dari bahasa Latin bene yang berarti baik,

dan ficere yang berarti melakukan atau berbuat. Oleh karena itu,

beneficence secara etimologis dapat diartikan dengan berbuat baik.

Kaidah beneficence adalah suatu tindakan dari dokter untuk

kepentingan pasiennya, dimana kebaikan yang dialami pasien akan

lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannya. Kaidah ini berlaku

dalam keadaan yang wajar dan berlaku untuk pasien pada umumnya. 4

a. Beneficence terdiri dari dua prinsip, yaitu :

1) Prinsip positive beneficenc : Inti dari prinsip ini adalah untuk

tidak memperburuk keadaan pasien dan mengusahakan yang

terbaik. Dokter harus mencegah hal buruk terjadi pada pasien,

juga memaksimalisasi akibat baik dan meminimalisasi akibat

buruk.

2) Prinsip balancing of utility/proportionality : Prinsip ini

memperhitungkan untung dan rugi dari suatu tindakan yang

akan dilakukan. Dokter harus mempertimbangkan apakah

4
tindakan akan yang ia lakukan lebih banyak keuntungannya

atau kerugiannya. Perhitungan dilakukan secara ekonomi

(biaya), efektifitas, dan resiko.

b. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam beneficence :

1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela


berkorban)
2. Menjamin harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan
dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan
dengan keburukannya
5. Paternalisme
6. Menjamin kehidupan baik – minimal manusia
7. Melampaui “goal based ”
8. Maksimalisasi kepuasan pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak pasien
12. Menarik honorarium sesuai kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle (memperlakukan orang
lain sebagaimana kita ingin diperlukan)

2. Non-Maleficence

Non-Maleficence berasal dari bahasa Latin non yang berarti

tidak, mal yang berarti buruk, dan ficere yang berarti melakukan atau

berbuat. Maka, secara harafiah non-maleficence adalah sebuah prinsip

untuk tidak berbuat jahat. Kaidah non-maleficence menekankan bahwa

5
yang paling penting adalah tindakan yang akan dilakukan dokter tidak

memperburuk keadaan pasien. Kaidah ini berlaku pada saat keadaan

gawat darurat dimana diperlukan suatu intervensi medik untuk

menyelamatkan nyawa pasien.4

Prinsip yang terkandung di dalam kaidah non-maleficence

adalah prinsip double effect, yaitu suatu prinsip yang menjelaskan

bahwa suatu tindakan yang merugikan, tidak selalu dianggap suatu

tindakan yang buruk. Hal ini dimungkinkan, asalkan ada pertimbangan

bahwa akibat yang menguntungkan harus lebih besar dari akibat yang

merugikan.

a. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam non-maleficence :

1. Menolong pasien gawat darurat


2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
4. Tidak menghina/mencaci-maki/memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime (kejahatan dalam profesi)
yang merugikan pasien/keluarganya.

3. Autonomy

6
Autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti

sendiri, dan nomos yang berarti hukum atau peraturan. Maka, kata

autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, dalam hal ini berarti pasien

berhak memutuskan apa yang berhubungan dengan dirinya sendiri.

Autonomy menekankan bahwa dokter harus mendapat persetujuan dari

pasien sebelum melakukan prosedur medis apapun, setelah dokter

tersebut menjelaskan prosedur tersebut kepada pasien. Kaidah ini

berlaku pada saat berhadapan dengan pasien yang dewasa,

berkepribadian matang, kompeten, dan sadar dalam menentukan

nasibnya sendiri.4

a. Autonomy berkaitan sangat erat dengan inform consent yang

memiliki tiga prinsip, yaitu :

1) Threshold element

Competence : Kompetensi menyangkut kemampuan pasien

untuk dapat memahami penjelasan dari dokter mengenai

prosedur yang akan dilaksanakan.

2) Information elements

Disclosure of information : Penyampaian informasi mencakup

cara dan kelengkapan informasi yang disampaikan dari seorang

dokter yang mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.

7
Understanding of information : Pemahaman informasi mencakup

bagaimana pasien memahami informasi yang disampaikan

dokter mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.

3) Consent elements :

Voluntariness : Kemauan pribadi yang tanpa paksaan untuk

melaksanakan prosedur adalah salah satu unsur penting di dalam

inform consent.

Authorization : Otorisasi atau ijin dari pasien untuk

melaksanakan prosedur adalah salah satu unsur penting di dalam

inform consent.

b. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam autonomy :

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri dan martabat


pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
3. Berterus terang kepada pasien
4. Menghargai privasi pasien
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan inform consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada
kasus non emergensi

8
12. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan
pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)

4. Justice

Justice membuka suatu dimensi baru dalam bioetik, karena saat

beneficence, non-maleficence, dan autonomy membahas mengenai

hubungan antara dokter dengan pasien, justice membahas mengenai

hubungan dengan masyarakat atau orang banyak. Prinsip justice

mengatakan bahwa para dokter juga harus mementingkan hak orang

lain selain hak pasiennya sendiri. Hak orang lain yang dimaksud disini

adalah khususnya orang-orang yang sama dalam hal gangguan

kesehatan di luar diri pasien.4

Prinsip yang terkandung di dalam justice, berkata “treat

similar cases in a similar way”, yang berarti “berikanlah perlakuan

yang sama kepada seluruh pasien dengan kasus yang sama. Justice

bertujuan untuk menjamin nilai yang tak berhingga dari setiap

makhluk yang berakal budi.

a. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam justice :

1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal


2. Mengambil porsi terakhir dari proses pembagian
3. Memberi kesempatan yang sama bagi setiap pribadi dalam
posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,

9
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)
8. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status
sosial, dll.
9. Melaksanakan wewenang dengan baik
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan
pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya,
beban, dan sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat
dan kompeten
14. Memberi beban secara merata dengan alasan yang sah dan
tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit
atau gangguan kesehatan
16. Bijak dalam makroalokas

C. Four Box Method

Tabel II. 1 Four Box Method5

Clinical Indications Patient Preferences


Prinsip Beneficence dan Non Prinsip Penghormatan terhadap
maleficence Otonomi
 Apa masalah medis  Apakah pasien mampu
pasien? Sejarah? secara mental dan
Diagnosa? Prognosa? kompeten secara hukum?
 Apakah masalahnya Apakah ada bukti
akut? Kronis? ketidakmampuan?
 Kritis? Muncul? Dapat  Jika kompeten, apa yang
dikembalikan? dinyatakan pasien
 Apa tujuan tentang preferensi untuk
pengobatan? perawatan?
 Apa probabilitas  Apakah pasien sudah
keberhasilan? diberitahu manfaat dan
 Apa rencana dalam risiko, pahami ini
informasi, dan diberikan

10
kasus kegagalan terapi? persetujuan?
 Singkatnya, bagaimana  Jika lumpuh, siapa yang
pasien ini bisa tepat pengganti? Apakah
diuntungkan oleh pengganti menggunakan
perawatan medis dan standar yang tepat untuk
keperawatan, dan membuat keputusan?
bagaimana bahaya  Apakah pasien pernah
dapat dihindari? menyatakan sebelumnya
preferensi, mis., Arahan
Lanjutan?
 Apakah pasien tidak mau
atau tidak mampu
bekerja sama dengan
perawatan medis? Jika
jadi kenapa?
 Singkatnya, adalah hak
pasien untuk memilih
dihormati sejauh
mungkin dalam etika dan
hukum?
Quality of Life Contextual Features
Prinsip Beneficence dan Prinsip Loyalitas dan Keadilan
Non maleficence dan Otonomi  Apakah ada masalah
 Apa prospeknya, keluarga yang mungkin
dengan atau tanpa mempengaruhi keputusan
perawatan, untuk perawatan?
kembali ke kehidupan  Apakah ada penyedia
normal? (dokter dan perawat)
 Apa fisik, mental, dan masalah yang mungkin
social Defisit adalah mempengaruhi keputusan
kemungkinan yang perawatan?
akan dialami anak jika  Apakah ada keuangan
pengobatan berhasil? dan ekonomi faktor?
 Apakah ada bias yang  Apakah ada faktor agama
mungkin berprasangka atau budaya?
evaluasi penyedia atas  Apakah ada batasan
kualitas hidup pasien? kerahasiaan?
 Apakah pasien ada atau  Apakah ada masalah
di masa depan kondisi alokasi sumber daya?
sedemikian rupa  Bagaimana hukum
sehingga melanjutkan memengaruhi perawatan
Hidup mungkin dinilai keputusan?

11
tidak diinginkan?  Apakah ada konflik
 Apakah ada rencana kepentingan pada bagian
dan alasan untuk dari penyedia atau
melepaskan institusi?
pengobatan?
 Apakah ada rencana
untuk kenyamanan dan
perawatan paliatif?

D. Prinsip-Prinsip Profesionalisme

Profesionalisme memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya.

Terdapat empat prinsip utama, yaitu:6

1. Excellence (Keunggulan)

Dokter senantiasa terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan.

2. Accountability (akuntabilitas)

Dokter hendaknya dapat mempertanggungjawabkan tindakan yang

telah dibuat, serta menerima konsekuensinya.

3. Altruism (altruisme)

Dokter hendaknya mendahulukan kepentingan pasien di atas

kepentingan pribadi. Komunikasi yang baik dengan pasien dan

menghormati kebutuhan pasien dari merupakan bagian dari aspek ini.

4. Humanism (humanisme)

12
Humanisme merupakan rasa perikemanusiaan yang meliputi rasa

hormat (respect), rasa kasih (compassion), empati, serta kehormatan

dan integritas (honor and integrity).

BAB III

KASUS

A. Kasus I

Dokter x adalah dokter jaga IRD RSUD Kediri, dokter x merawat

pasien/korban kecelakaan lalu lintas, pasien mengalami penurunan kesadaran

dengan diagnosis cedera otak yang berat, pasien telah diberikan terapi

sementara dan pemeriksaan pendukung oleh dokter x, kemudian dokter x

berkonsultasi dengan salah satu dokter bedah umum yang bertugas di RSUD

Kediri, dokter bedah umum menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain

dengan dokter bedah saraf dan fasilitas lengkap tetapi keluarga pasien

menolaknya karena kondisi pasien buruk, orang tua pasien marah karena

merasa tidak ada tindakan serius dari rumah sakit, dokter x menjelaskan jika

kondisi pasien tidak akan lebih buruk, keluarga pasien marah lagi dan

mengusulkan untuk pindah ke ruang ICU.

13
1. Kaidah Dasar Moral Beneficence

Kriteria Ada Tidak


ada
1. Utamakan alturisme (menolong tanpa 
pamrih, rela berkorban)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan 


martabat manusia

3. Memandang pasien/keluarga dan 


sesuatu tak sejauh menguntung dokter

4. Mengusahakan agar 
kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.

5. Paternalisme bertanggung jawab/ kasih 


saying

6. Menjamin kehidupan baik minimal 


manusia

7. Pembatasan Goal-Based 

8. Maksimalisasipemuasan 
kebahagiaan/preferensi pasien

9. Minimalisasi akibat buruk. 

10. Kewajiban menolong pasien gawat 


darurat
11. Menghargai hak pasien secara 
keseluruhan

12. Tidak menarik honorarium diluar 


kepantasan

14
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara 
keseluruhan

14.Mengembangkan profesi secara terus- 


menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun 
murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle 

2. Kaidah Dasar Moral Non Maleficence

Kriteria Ada Tidak


Ada

1. Menolong pasien emergensi 

2. Kondisi untuk menggambarkan 


kriteria ini adalah :
• Pasien dalam keadaan berbahaya.
• Dokter sanggup mencegah bahaya
atau kehilangan.
• Tindakan Kedokteran tadi terbukti
efektif
• Manfaat bagi pasien > kerugian dokter
(hanya mengalami risiko minimal).
3. Mengobati pasien yang luka. 

4. Tidak membunuh pasien (tidak 


melakukan euthanasia)

5. Tidak menghina/caci maki. 

15
6. Tidak memandang pasien sebagai 
objek

7. Mengobati secara tidak proporsional 

8. Tidak mencegah pasien secara 


berbahaya

9. Menghindari misrepresentasi dari 


pasien

10. Tidak membahayakan kehidupan 


pasien karena kelalaian

11. Tidak memberikan semangat hidup 

12. Tidak melindungi pasien dari serangan 

13. Tidak melakukan white collar dalam 


bidang kesehatan

3. Kaidah Dasar Moral Autonomi

Kriteria Ada Tidak


Ada

1. Menghargai hak menentukan nasib 


sendiri, menghargai martabat pasien.

2. Tidak mengintervensi pasien dalam 


membuat keputusan (pada kondisi
elektif)
3. Berterus terang 

16
4. Menghargai privasi. 

5. Menjaga rahasia pribadi 

6. Menghargai rasionalitas pasien. 

7. Melaksanakan informed consent 

8. Membiarkan pasien dewasa dan 


kompeten mengambil keputusan
sendiri.
9. Tidak mengintervensi atau 
meghalangi outonomi pasien.

10. Mencegah pihak lain mengintervensi 


pasien dan membuat keputusan,
termasuk, termasuk keluarga pasien
sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan 
diambil pasien pada kasus non
emergensi.

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun 


demi kebaikan pasien.

13. Menjaga hubungan (kontrak) 

17
4. Kaidah Dasar Moral Justise

Kriteria Ada Tidak


Ada
1. Memberlakukan segala sesuatu secara 
universal

2. Mengambil porsi terakhir dari proses 


membagi yang telah ia lakukan.

3. Memberi kesempatan yang sama 


terhadap pribadi dalam posisi yang
sama.
4. Menghargai hak sehat pasien 
(affordability, equality, accessibility,
availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien. 

6. Menghargai hak orang lain. 

7. Menjaga kelompok yang rentan (yang 


paling dirugikan)

8. Tidak melakukan penyalahgunaan. 

9. Bijak dalam makro alokasi. 

10. Memberikan kontribusi yang relatif 


sama dengan kebutuhan pasien

18
11. Meminta partisipasi pasien seusai 
dengan kemampuan.

12. Kewajiban mendistribusi keuntungan 


dan kerugian (biaya, beban , sanki)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada 
pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten.
14. Tidak memberi beban berat secara 
tidak merata tanpa alasan sah/tepat.

15. Menghormati hak populasi yang 


sama-sama rentan penyakit/ggn
kesehatan.
16. Tidak membedakan pelayanan pasien 
atas dasar SARA, status sosial dll.

5. Dilemma Etik :

Autonomy :

Dokter menjelaskan kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini


kepada keluarga, serta terapi yang sebaiknya dilakukan, dan memberi
kesempatan kepada keluarga dan pasien untuk berdiskusi dan pada
akhirnya keluarga pasien menolak.

Beneficence :

Dokter melakukan KIE kepada pasien dan keluarga pasien mengenai


kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini dan menyarankan tindakan
yang terbaik.

Dilema Etik : Autonomy, Beneficence

19
Prima Facie : Autonomy

6. Four Box Metode :

Medical Indications : Client Preferences :

pasien didiagnosis menderita Tindakan medis dilakukan


cedera otak berat dan atas persetujuan keluarga
disarankan untuk dirujuk ke pasien
rumah sakit lain yang memiliki
dokter bedah saraf dan
peralatan lengkap
Quality of Life : Contextual Features :

Keluarga pasien menolak Keluarga yang terlibat adalah


tindakan medis yang dapat ibu, dan ayah.
memperburuk keadaan.

7. Prinsip Profesionalisme :

a. Altruisme : ada, dokter mementingkan kepentingan pasien

b. Duty : Ada, dokter penanggung jawab pasien menjalankan tugasnya


sesuai prosedur.

c. Respect for others : ada, dokter jaga IGD menghargai keputusan pasien

d. Accountable : ada, dokter bertanggung jawab terhadap pasien

e. Humanity : ada, dokter menyadari bahwa peralatan untuk operasi tidak


lengkap dan tidak ada spesialis bedah saraf.

20
B. Kasus II
Pasien seorang laki-laki berumur 45 tahun, datang ke IRD diantar oleh polisi

setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien adalah seorang TNI, pasien

mengalami penurunan kesadaran dan mengalami cedera otak berat. Dokter

yang bertugas di IRD memiberikan terapi sementara dan pemeriksaan

pendukung, kemudian dokter berkonsultasi dengan salah satu dokter bedah

umum via telepon karena pada saat itu bertepatan dnegan hari libur, dokter

bedah umum menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain dengan dokter

bedah saraf dan fasilitas lengkap, kemudian dokter menjelasakan kepada

keluarga pasien bahwa pasien harus di rujuk, keluarga pasien menerima

penjelasan tersebut, setelah itu dokter menghubungi beberapa rumah sakit

rujukan namun tidak ada dokter bedah saraf yang bertugas. Dokter

menyarankan untuk sementara waktu pasien di rawat di rumah sakit, namun

keluraga dan komandan dari pasien tidak setuju dan meminta untuk segara di

rujuk.

1. Kaidah Dasar Moral Beneficence

Kriteria Ada Tidak


ada
1. Utamakan alturisme (menolong 
tanpa pamrih, rela berkorban)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan 


martabat manusia

3. Memandang pasien/keluarga dan 

21
sesuatu tak sejauh menguntung
dokter
4. Mengusahakan agar 
kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.

5. Paternalisme bertanggung jawab/ 


kasih sayang

6. Menjamin kehidupan baik minimal 


manusia

7. Pembatasan Goal-Based 

8. Maksimalisasi pemuasan 
kebahagiaan/preferensi pasien

9. Minimalisasi akibat buruk. 

10. Kewajiban menolong pasien gawat 


darurat
11. Menghargai hak pasien secara 
keseluruhan

12. Tidak menarik honorarium diluar 


kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi 
secara keseluruhan

14. Mengembangkan profesi secara 


terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun 
murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle 

22
2. Kaidah Dasar Moral Non Maleficence

Kriteria Ada Tidak


Ada

1. Menolong pasien emergensi 

2. Kondisi untuk menggambarkan 


kriteria ini adalah :
• Pasien dalam keadaan berbahaya.
• Dokter sanggup mencegah bahaya
atau kehilangan.
• Tindakan Kedokteran tadi terbukti
efektif
• Manfaat bagi pasien > kerugian dokter
(hanya mengalami risiko minimal).
3. Mengobati pasien yang luka. 

4. Tidak membunuh pasien (tidak 


melakukan euthanasia)

5. Tidak menghina/caci maki. 

6. Tidak memandang pasien sebagai 


objek

7. Mengobati secara tidak proporsional 

8. Tidak mencegah pasien secara 


berbahaya

9. Menghindari misrepresentasi dari 


pasien

23
10. Tidak membahayakan kehidupan 
pasien karena kelalaian

11. Tidak memberikan semangat hidup 

12. Tidak melindungi pasien dari serangan 

13. Tidak melakukan white collar dalam 


bidang kesehatan

3. Kaidah Dasar Moral Autonomi

Kriteria Ada Tidak


Ada

1. Menghargai hak menentukan nasib 


sendiri, menghargai martabat pasien.

2. Tidak mengintervensi pasien dalam 


membuat keputusan (pada kondisi
elektif)
3. Berterus terang 

4. Menghargai privasi. 

5. Menjaga rahasia pribadi 

6. Menghargai rasionalitas pasien. 

24
7. Melaksanakan informed consent 

8. Membiarkan pasien dewasa dan 


kompeten mengambil keputusan sendiri.

9. Tidak mengintervensi atau meghalangi 


outonomi pasien.

10. Mencegah pihak lain mengintervensi 


pasien dan membuat keputusan,
termasuk, termasuk keluarga pasien
sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan 
diambil pasien pada kasus non
emergensi.

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun 


demi kebaikan pasien.

13. Menjaga hubungan (kontrak) 

4. Kaidah Dasar Moral Justise

Kriteria Ada Tidak


Ada
1. Memberlakukan segala sesuatu 
secara universal

25
2. Mengambil porsi terakhir dari 
proses membagi yang telah ia
lakukan.
3. Memberi kesempatan yang sama 
terhadap pribadi dalam posisi yang
sama.
4. Menghargai hak sehat pasien 
(affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien. 

6. Menghargai hak orang lain. 

7. Menjaga kelompok yang rentan 


(yang paling dirugikan)

8. Tidak melakukan penyalahgunaan. 

9. Bijak dalam makro alokasi. 

10. Memberikan kontribusi yang 


relatif sama dengan kebutuhan
pasien
11. Meminta partisipasi pasien seusai 
dengan kemampuan.

12. Kewajiban mendistribusi 


keuntungan dan kerugian (biaya,
beban , sanki) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada 
pemiliknya pada saat yang tepat
dan kompeten.

26
14. Tidak memberi beban berat secara 
tidak merata tanpa alasan
sah/tepat.
15. Menghormati hak populasi yang 
sama-sama rentan penyakit/ggn
kesehatan.
16. Tidak membedakan pelayanan 
pasien atas dasar SARA, status
sosial dll.

5. Dilemma Etik :

Autonomy :

Dokter menjelaskan kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini

kepada keluarga, serta terapi yang sebaiknya dilakukan, dan memberi

kesempatan kepada keluarga dan pasien untuk berdiskusi dan pada

akhirnya keluarga pasien menolak.

Beneficence :

Dokter melakukan KIE kepada pasien dan keluarga pasien mengenai

kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini dan menyarankan tindakan

yang terbaik.

Dilema Etik : Autonomy, Beneficence

27
Prima Facie : Autonomy

6. Four Box Metode :

Medical Indications : Client Preferences :

pasien didiagnosis menderita Tindakan medis dilakukan


cedera otak berat dan atas persetujuan keluarga
disarankan untuk dirujuk ke pasien
rumah sakit lain yang memiliki
dokter bedah saraf dan
peralatan lengkap
Quality of Life : Contextual Features :

Keluarga pasien menolak Keluarga yang terlibat adalah


tindakan medis yang dapat istri, dan anak.
memperburuk keadaan.

7. Prinsip Profesionalisme :

a. Altruisme : ada, dokter mementingkan kepentingan pasien

b. Duty : Ada, dokter penanggung jawab pasien menjalankan tugasnya

sesuai prosedur.

c. Respect for others : ada, dokter jaga IGD menghargai keputusan pasien

d. Accountable : ada, dokter bertanggung jawab terhadap pasien

28
e. Humanity : ada, dokter menyadari bahwa peralatan untuk operasi tidak

lengkap dan tidak ada spesialis bedah saraf.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus I terjadi dilemma etik autonomi dan beneficence, Kemudian

untuk four box metode yaitu box pertama dalam Medical Indications pasien

29
didiagnosis menderita cedera otak berat dan disarankan untuk dirujuk ke

rumah sakit lain yang memiliki dokter bedah saraf dan peralatan lengkap. Box

kedua Client Preferences, Tindakan medis dilakukan atas persetujuan pasien

dan keluarga pasien. Untuk box ketiga Quality of Life, Keluarga pasien

menolak tindakan medis yang dapat memperburuk keadaan. Dan box keempat

yaitu Contextual Feature, Keluarga yang terlibat adalah ayah dan ibu. Dan

kasus ini merupakan extraordinary.

Kasus II terjadi dilemma etik autonomi dan beneficence, Kemudian

untuk four box metode yaitu box pertama dalam Medical Indications pasien

didiagnosis menderita cedera otak berat dan disarankan untuk dirujuk ke

rumah sakit lain yang memiliki dokter bedah saraf dan peralatan lengkap. Box

kedua Client Preferences, Tindakan medis dilakukan atas persetujuan pasien

dan keluarga pasien. Untuk box ketiga Quality of Life, Keluarga pasien

menolak tindakan medis yang dapat memperburuk keadaan. dan box keempat

yaitu Contextual Feature, Keluarga yang terlibat adalah istri dan anak, dan

kasus ini merupakan extraordinary.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, M.J. dan A. Amir. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Edisi keempat. Jakarta: EGC.

30
2. Dickenson, D., R. Huxtable, dan M. Parker. 2010. The Cambridge Medical
Ethics Workbook. Edisi kedua. Cambridge: Cambridge University Press.
3. Chang, W. 2009. Bioetika Sebuah Pengantar. Jakarta: Kanisius.
4. Bertens, K. 2011. Etika Biomedis. Jakarta: Kanisius.
5. Jonsen, A., Siegler, M., & Winslade, W. 2006. Clinical ethics: A practical
approach to ethical decisions in clinical medicine (6th ed). New York, NY:
McGraw-Hill.
6. Arnold, L., & Stern, D.T. 2006. What is Medical Professionalism? In Stern
DT, ed. Measuring Professionalism. New York NY: Oxford University Press
Inc.

31

Anda mungkin juga menyukai