Anda di halaman 1dari 10

JURNAL P ENYULUHAN

ISSN: 1858-2664 September 2007, Vol. 3 No.2

KONSEP
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UNTUK USAHA KECIL DAN MIKRO
(Pengalaman Empiris di Wilayah Surakarta Jawa Tengah)

Ravik Karsidi

Pendahuluan lebih memberikan perhatian pada


pemberdayaan UKM dengan cara
memberikan berbagai stimulan dan fasilitasi.
Sejarah telah menunjukkan bahwa Sejalan dengan program PBB tersebut,
Usaha Kecil dan Mikro (UKM) di Indonesia pemerintah Indonesia menetapkan tahun 2005
tetap eksis dan berkembang dengan adanya sebagai “Tahun UMKM Indonesia” dengan
krisis ekonomi yang telah melanda negeri ini malakukan berbagai instrumen dan program
sejak tahun 1997, bahkan menjadi katup fasilitasi pemberdayaan UKM di tingkat
penyelamat bagi pemulihan ekonomi bangsa nasional, sedangkan untuk daerah diharapkan
karena kemampuannya memberikan dilakukan oleh pemerintah daerah.
sumbangan yang cukup signifikan pada PDM Makalah singkat ini menyajikan uraian
maupun penyerapan tenaga kerja. Data tahun tentang dinamika keterlibatan dan hubungan
2003 menunjukkan bahwa jumlah UKM peran antar stakeholder UKM, pemberdayaan
secara nasional ada 42,4 juta dengan untuk UKM dan berbagai pengalaman
memberikan sumbangan terhadap PDB empiris.
mencapai RP 1.013,5 triliun (56,7% dari total
PDB) dan kemampuan penyerapan tenaga
kerja sebesar 79 juta jiwa (BDS LPPM UNS,
Pemberdayaan Masyarakat
2005).
Kecenderungan kemampuan UKM
memberikan sumbangan yang signifikan Menurut Korten (1984), masa pasca
terhadap perkembangan perekonomian suatu industri akan menghadapi kondisi-kondisi
negara tidak saja terjadi di Indonesia dan baru yang sama sekali berbeda dengan kondisi
negara-negara berkembang namun juga terjadi di masa industri, di mana potensi-potensi baru
di negara-negara maju pada saat-saat negara penting dewasa ini memperkokoh
tersebut membangun kemampuan kesejahteraan, keadilan, dan kelestarian umat
perekonomiannya sampai sekarang. Kondisi manusia. Titik pusat perhatianya adalah pada
demikian mendorong Perserikatan Bangsa- pendekatan ke arah pembangunan yang lebih
Bangsa (PBB) untuk menetapkan tahun 2004 berpihak kepada rakyat.
sebagai tahun International microfinance. Logika yang menonjol dari paradigma
Hal ini dimaksudkan tidak saja untuk ini adalah logika lingkungan hidup manusia
menunjukkan keberpihakan badan dunia yang berkembang; sumberdayanya yang
tersebut terhadap UKM namun juga dalam dominan adalah sumber daya informasi dan
rangka mendorong negara berkembang untuk
Ravik Karsidi/ Konsep/ 137
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

prakarsa yang kreatif yang tak kunjung habis; suatu keinsyafan, perasaan, pemikiran,
dan sasarannya yang dominan adalah gagasan, bahwa hal-ihkwal tersebut dapat
pertumbuhan umat manusia yang dirumuskan menjadi lain, dan pasti tersedia alternatif-
dalam rangka lebih terealisasinya potensi alternatif untuk mengatasinya.
umat manusia. Individu bukanlah sebagai Kegiatan pemberdayaan masyarakat
obyek, melainkan berperan sebagai pelaku, harus mampu mengembangkan teknik-teknik
yang menentukan tujuan, mengontrol sumber pendidikan tertentu yang imajinatif untuk
daya, dan mengarahkan proses yang menggugah kesadaran masyarakat. Menurut
mempengaruhi hidupnya sendiri. Silkhondze (1999), orientasi pemberdayaan
Kesejahteraan dan realisasi diri masyarakat haruslah membantu masyarakat
manusia merupakan jantung konsep agar mampu mengembangkan diri atas dasar
pembangunan yang memihak rakyat dan inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara
pemberdayaan masyarakat. Perasaan partisipatoris, yang pendekatan metodenya
berharga diri yang diturunkan dari berorientasi pada kebutuhan masyarakat
keikutsertaan dalam kegiatan produksi adalah sasaran dan hal-hal yang bersifat praktis, baik
sama pentingnya bagi pencapaian mutu hidup dalam bentuk layanan individu maupun
yang tinggi dengan keikutsertaan dalam kelompok. Peran petugas pemberdayaan
konsumsi produk-produknya. Keefisienan masyarakat sebagai outsider people dapat
sistem produksi, karenanya haruslah tidak dibedakan menjadi 3 bagian yaitu peran
semata-mata dinilai berdasar produk- konsultan, peran pembimbingan dan peran
produknya, melainkan juga berdasar mutu penyampaian informasi. Dengan demikian
kerja sebagai sumber penghidupan yang peran serta kelompok sasaran (masyarakat itu
disediakan bagi para pesertanya, dan berdasar sendiri) menjadi sangat dominan.
kemampuannya menyertakan segenap anggota Untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat. Salah satu perbedaan penting masyarakat secara umum dapat diwujudkan
antara pembangunan yang memihak rakyat dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar
dan pembangunan yang mementingkan pendampingan masyarakat (Karsidi, 1988),
produksi ialah bahwa yang kedua ini secara sebagai berikut:
terus menerus menentukan kebutuhan rakyat 1. Belajar Dari Masyarakat
di bawah kebutuhan sistem agar sistem Prinsip yang paling mendasar adalah
produksi tunduk kepada kebutuhan rakyat prinsip bahwa untuk melakukan
(Korten, 1984). pemberdayaan masyarakat adalah dari,
Paradigma pembangunan yang lebih oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti,
berpihak kepada rakyat mengandung arti dibangun pada pengakuan serta
penting bagi penciptaan masa depan yang kepercayaan akan nilai dan relevansi
lebih manusiawi. Pemahaman akan pengetahuan tradisional masyarakat serta
paradigma itu penting artinya bagi pemilihan kemampuan masyarakat untuk
teknik sosial termasuk bagaimana memecahkan masalah-masalah sendiri.
pemberdayaan masyarakat dilakukan secara 2. Pendamping sebagai Fasilitator,
tepat untuk mencapai tujuan-tujuan yang Masyarakat sebagai Pelaku
mementingkan rakyat. Konsekuensi dari prinsip pertama adalah
perlunya pendamping menyadari perannya
Penyadaran diri merupakan satu di
sebagai fasilitator dan bukannya sebagai
antara argumen-argumen yang paling telak
pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap
dan tajam diajukan oleh Freire (1984), adalah
rendah hati serta kesediaan belajar dari
merupakan inti dari usaha bagaimana bisa
masyarakat dan menempatkan warga
mengangkat rakyat dari kelemahannya selama
masyarakat sebagai narasumber utama
ini. Kesempitan pandangan dan cakrawala
dalam memahami keadaan masyarakat itu
masyarakat yang tersekap dalam kemiskinan
sendiri. Bahkan dalam penerapannya
dan kelemahan lainnya harus diubah ke arah
138 Ravik Karsidi/ Konsep/
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

masyarakat dibiarkan mendominasi Bahkan dalam banyak hal, pengetahuan


kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran modern dan inovasi dari luar malah
pendamping lebih besar, harus diusahakan menciptakan masalah yang lebih besar lagi.
agar secara bertahap peran itu bisa Karenanya pengetahuan lokal masyarakat dan
berkurang dengan mengalihkan prakarsa pengetahuan dari luar atau inovasi, harus
kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat dipilih secara arif dan atau saling melengkapi
itu sendiri. satu sama lainnya.
3. Saling Belajar, Saling Berbagi
Pengalaman Stakeholder UKM
dan Hubungan Antar Peran
Salah satu prinsip pendampingan untuk
pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan Dalam rangka pemberdayaan
akan pengalaman dan pengetahuan lokal masyarakat untuk UKM keterlibatan
masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa stakeholder sangat menentukan
masyarakat selamanya benar dan harus keberhasilannya. Semua peran dan
dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif keterlibatan stakeholder UKM berkembang
telah membuktikan bahwa dalam banyak hal sesuai dengan cara pandang mereka terhadap
perkembangan pengalaman dan pengetahuan UKM. Adapun keterlibatan stakeolder UKM
lokal (bahkan tradisional) masyarakat tidak dalam pemenuhan kebutuhan pemberdayaan
sempat mengejar perubahan-perubahan yang masyarakat untuk UKM yang sudah terjadi
terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan dan banyak dilakukan selama ini, dapat
masalah-masalah yang berkembang. Namun diidentifikasikan seperti tertera pada tabel 1.
sebaliknya, telah terbukti pula bahwa Keterlibatan tersebut masih sendiri-sendiri
pengetahuan modern dan inovasi dari luar dan kurang integratif antara stakeholder satu
yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga dengan lainnya.
dapat memecahkan masalah mereka.

Tabel 1. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Pemberdayaan UKM


dari berbagai Instansi Terkait (stakeholder)
No Kebutuhan Pembelajaran Keadaan Sekarang
1 2 3 4
1 Kemampuan Teknologi - Disperindagkop dan PKM - Pelatihan
- Perguruan tinggi - Pembinaan
- LSM - Pengabdian Masyarakat
- Sekolah kejuruan, Disnaker - Bimbingan usaha
- Pelatihan
- Kursus
- Magang
2 Pengetahuan Permodalan Disperindagkop dan PKM - Pembinaan
- Pelatihan
3 Pengetahuan Pemasaran Disperindagkop dan PKM - Pembinaan organisasi
- Pendaftaram
- Perizinan
- Pembinaan niaga
- Kemitraan
- Pembinaan Koperasi
4 Peningkatan Kreativitas - Secara khusus belum ada
5 Penidngkatan prakarsa - Secara khusus belum ada
6 Peningkatan keuletan berusaha - Secara khusus belum ada
7 Peningkatan Keberanian Berisiko - Secara khusus belum ada
8 Peningkatan kewirausahaan - Disperindagkop dan PKM Pelatihan-pelatihan
- Perguruan Tinggi
- LSM
- Disnaker
9 Layanan Permodalan - Perbankan Promosi Pinjaman Modal terkait
- BUMN proyek
Ravik Karsidi/ Konsep/ 139
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

Berikut diajukan pola interaktif maupun sistem pembayaran dan menciptakan


hubungan antar peran masing-masing persaingan usaha yang sehat.
stakeholder UKM (Karsidi dan Irianto, 2005)
yang diharapkan mampu memberikan 4. Lembaga Keuangan (Bank dan Non
sumbangan yang signifikan bagi kemajuan Bank)
UKM: Salah satu masalah klasik pemberdayaan
UKM adalah masalah kekurangan modal,
1. UKM namun UKM enggan untuk datang ke bank
UKM sebagai pelaku memegang peran khususnya karena terkait oleh banyaknya
yang sangat penting (pemegang kunci) dalam persyaratan yang diperlukan untuk
rangka pemberdayaan mereka sendiri. Dalam memperoleh fasilitas kredit dari perbankan.
memberdayakan UKM perlu diberikan Sebaliknya sering lembaga keuangan
motivasi dan manfaat dari berbagai peluang menghadapi masalah bagaimana memasarkan
dan fasilitas yang diberikan oleh berbagai ”modal” yang dihimpun dari masyarakat
pihak (stakeholder yang lain) karena tanpa tersebut dapat tersalur kepada pengusaha
partisipasi UKN secara individu maupun UKM dengan aman. Artinya kedua belah
kelompok akan berakibat gagalnya usaha pihak sebenarnya dapat membentuk hubungan
pemberdayaan yang dilakuakn. Namun yang saling menguntungkan. Untuk itu perlu
demikian perlu disadari setiap program diupayakan pendekatan baru perbankan
pemberdayaan harus berangkat pada terhadap UKM, yang salah satunya dengan
pemenuhan kebutuhan pendampingan pula. pendekatan melalui Kelompok Simpan
Pinjam (KSM) maupun kelompok usaha
2. Kelompok/Koperasi
(koperasi) dalam memberikan layanan kredit
Beragamnya jenis usaha dan skala usaha terhadap UKM. Adanya pendekatan
memang memerlukan beragam perlakuan kelompok tidak akan efektif jika pandangan
yang berbeda. Untuk itu, perlu dilihat Bank terhadap UKM masih menggunakan
masalah demi masalah, apakah ada masalah paradigma lama bahwa kredit terhadap UKM
yang perlu penanganan secara kelompok atau tidak ekonomis dan berisiko.
dilakukan secara individual. Masalah
Untuk itu perlu menggunakan paradigma
permodalan misalnya akan lebih mudah
baru, di mana UKM harus dipandang tidak
penanganannya dengan sistem kelompok
sebagai pemanfaat kredit saja, namun juga
karena dapat mengurangi risiko dan dapat
sebagai sumber potensial tabungan. Secara
memudahkan dalam pembinaannya. Kalau
lengkap perbandingan paradigma bank
kelompok usaha mikro kemudian menjadi
terhadap UKM disajikan pada tabel 2.
lebih besar dan teradministrasi dengan baik,
maka kemudian dapat dikembangkan menjadi Dengan pendekatan kelompok
koperasi. Melalui koperasi diharapkan bisa diharapkan memudahkan dalam pengelolaan
memperkuat kekuatan tawar pasar baik dalam kredit dan dapat menekan risiko sehingga
mendapatkan bahan baku, proses produksi, secara keseluruhan menjadi layanan kredit
maupun penjualan produk. Demikian pula yang ekonomis. Selain itu untuk membantu
dengan berbagai fasilitas yang tersedia bagi mengurangi risiko kredit macet, Bank dapat
lembaga koperasi akan dapat dinikmati oleh melakukan pendampingan usaha bagi UKM
para anggotanya. yang mengambil kredit pada Bank yang
bersangkutan. Pendekatan ini memang
3. Asosiasi Usaha membutuhkan waktu dan pemikiran lebih,
sehingga untuk meringankan risiko dapat
Asosiasi usaha dapat membantu UKM
bekerjasama dengan Konsultan Keuangan
dalam berbagai aspek bagi anggotanya
Mitra Bank (KKMB), yaitu model konsultan
terutama dalam hal ini kaitannya dengan pasar
keuangan yang sekarang banyak didorong
akan memperkuat posisi tawar dalam
untuk berkembang dalam rangka
perdagangan, baik dalam penetapan harga
140 Ravik Karsidi/ Konsep/
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

memfasilitasi akses UKM terhadap


permodalan.

Tabel 2. Perbandingan Paradigma Perbankan terhadap UKM

No Paradigma Lama Paradigma Baru


1 Mereka tidak punya potensi menabung Mereka mempunyai potansi menabung
2 Mereka akan aktif mendatangi bank Bank perlu aktif menjemput bola
3 Mereka memerlukan kredit murah Mereka membutuhkan kemudahan memperoleh
kredit/pelayanan Bank
4 Perlu dana murah dari pemerintah untuk kredit Bank perlu meningkatkan upaya mobilisasi tabungan
5 Biaya pelayanan keuangan tinggi Biaya dapat ditekan dengan pendekatan kelompok
6 Kredit kepada mereka berisiko tinggi Risiko dapat ditekan dengan pendekatan kelompok

Sumber: Karsidi dan Irianto, 2005.

Dengan pendekatan kelompok diharapkan Asosiasi, Perguruan Tinggi, dan Lembaga


memudahkan dalam pengelolaan kredit dan Keuangan, dapat diwujudkan dengan
dapat menekan risiko sehingga secara kebijakan yang berpihak terhadap
keseluruhan menjadi layanan kredit yang pengembangan usaha UKM itu sendiri.
ekonomis. Selain itu untuk membantu
mengurangi risiko kredit macet, Bank dapat 7. Perguruan Tinggi
melakukan pendampingan usaha bagi UKM Perguruan Tinggi memiliki peran sebagai
yang mengambil kredit pada Bank yang
konsultan pengembang usaha dalam berbagai
bersangkutan. Pendekatan ini memang aspek, yaitu, manajemen, produksi, pasar dan
membutuhkan waktu dan pemikiran lebih, pemasaran bahkan sampai fasilitasi dalam
sehingga untuk meringankan risiko dapat menghubungkan UKM ke lembaga keuangan
bekerjasama dengan Konsultan Keuangan baik bank maupun non bank. Idealnya jasa
Mitra Bank (KKMB), yaitu model konsultan layanan yang diberikan Perguruan Tinggi
keuangan yang sekarang banyak didorong harus dapat ditangung pembiayaan oleh UKM
untuk berkembang dalam rangka sendiri, namun sampai saat ini belum banyak
memfasilitasi akses UKM terhadap UKM yang menanggung atas jasa yang
permodalan. diterimanya.
5. Pasar Hubungan peranan antar unsur terkait
(stakeholder) dalam pengembangan UKM di
Pasar perdagangan hasil produksi UKM atas dapat dilukiskan seperti dalam gambar di
dapat berupa pasar dalam negeri (domestik) bawah ini.
maupun pasar ekspor. Hubungan baik antara
pelaku UKM dan pelaku pasar (pembeli
maupun ekspor) perlu dijaga Langkah-Langkah Pemberdayaan
kesinambungannya. Demikian pula dengan Masyarakat untuk UKM
adanya perubahan kondisi pasar harus cepat
dapat diantisipasi. Dalam hal ini dapat Seperti dikatakan Korten (1980) di
difasilitasi oleh pemerintah, perguruan depan, bahwa titik pusat perhatian masa
tinggi/LSM/Swasta, maupun Asosiasi usaha. pascaindustri adalah pada pendekatan ke arah
pembangunan yang lebih ”berpihak kepada
6. Pemerintah
rakyat”. Pembangunan yang memihak rakyat
Peran pemerintah dalam mengembangkan menekankan nilai pentingnya prakarsa dan
UKM maupun lembaga lain yang terkait perbedaan lokal.
dengan pemberdayaan UKM seperti koperasi,
Ravik Karsidi/ Konsep/ 141
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

Pasar
Asosiasi
(Domestik dan
Usaha
Ekspor)

Perguruan
Tinggi/LSM/ Koperasi
Swasta atau Kelompok

Bank
atau
Lembaga
Keuangan

Pemerintah
(Pusat/Daerah)

Gambar 1. Hubungan peranan antar unsur terkait (stakeholder) dalam


pengembangan UKM

Kesejahteraan dan realisasi diri pada partisipasi UKM sebagai pelaku maupun
manusia merupakan jantung konsep stakeholder lain yang turut dalam
pembangunan yang memihak rakyat. Perasaan pengembangannya. Dalam hal ini lebih banyak
berharga diri adalah sama pentingnya bagi metode "bottom up", di mana perencanaan
pencapaian mutu hidup yang tinggi. lebih diupayakan sasaran dan dilakukan secara
Inilah awal mula pijakan bahwa partisipatif. Dalam praktek untuk menggugah
pemberdayaan bagi masyarakat sangatlah partisipasi masyarakat sasaran langkah-langkah
penting (termasuk UKM), walaupun hal ini yang dilakukan (Karsidi, 2005), adalah:
menurut Wirutomo, dkk (2003) bisa disebut 1. Identifikasi Potensi
sebagai hanya suatu konteks pemecahan 2. Analisis Kebutuhan
masalah ketegangan hubungan antar negara 3. Rencana Kerja Bersama
(state) dengan masyarakat (community) yaitu 4. Pelaksanaan Program Kerja Bersama
untuk menggeser tanggungjawab negara dalam 5. Monitoring dan Evaluasi.
menanggulangi masalah (termasuk Identifikasi potensi, dimaksudkan
kemiskinan) di masyarakat. Hal tersebut untuk mengetahui karakteristik Sumberdaya
menurutnya hanya bisa apabila didukung oleh Manusia (SDM) UKM dan lingkungan
kelembagaan lokal yang memiliki kapasitas internalnya baik lingkungan sosial, ekonomi,
dan kapabilitas sesuai dengan dinamika dan dan Sumberdaya Alam (SDA) khususnya yang
tuntutan kebutuhan masyarakat. terkait dengan usahanya, maupun lingkungan
Secara konseptual pemberdayaan UKM eksternal UKM. Dengan langkah ini
terutama dapat dilakukan dengan sistem diharapkan setiap gerak kemajuan dapat
pemberdayaan pelaku UKM itu sendiri. bertumpu dan memanfaatkan kemampuan dan
Keberhasilan pemberdayaan sangat bergantung potensi wilayah masing-masing. Dalam
142 Ravik Karsidi/ Konsep/
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

identifikasi ini melibatkan stakeholder UKM 5. Biaya dapat ditekan melalui pendekatan
dan tokoh masyarakat maupun instansi terkait. kelompok
6. Risiko dapat ditekan melalui pendekatan
Analisis kebutuhan, tahapan analisis ini
kelompok
dilakukan oleh perwakilan UKM yang dapat
difasilitasi oleh Perguruan Selain Bank memberikan kredit sebagai
Tinggi/LSM/Swasta, maupun instansi terkait tugas utamanya, Bank dapat membantu UKM
tentang berbagai kebutuhan dan dengan memberikan pendampingan
kecenderungan produk dan pasar. Dengan (Technical Assistant/TA) baik dilakukan oleh
pola analisis kebutuhan semacam ini Bank sendiri atau bekerjasama dengan
diharapkan mampu mendorong terwujudnya pendamping yang dibentuk oleh Perguruan
manifestasi kebutuhan UKM selaku individu Tinggi/LSM/Swasta.
pengusaha dan sebagai anggota kelompok. Monitoring dan evaluasi, berfungsi
Dengan demikian antara individu pelaku tidak saja untuk mengetahui hasil pelaksanaan
UKM dan kelompok dapat diharapkan saling program kerja bersama apakah yang
beriringan dan saling mendukung dalam dikerjakan sudah sesuai dengan program kerja
mencapai tujuan kemajuan bersama. yang telah ditetapkan bersama, namun juga
Rencana program kerja bersama, setelah untuk membuat penyesuaian-penyusuaian jika
kebutuhan dapat ditentukan maka kemudian diperlukan sesuai dengan perubahan kondisi
disusun sebuah rencana program kerja lingkungan.
bersama untuk mencapai kondisi yang
diinginkan berdasarkan skala prioritas yang
ditetapkan bersama. Dalam tahap ini baik Pengalaman Empiris
Perguruan Tinggi/LSM/Swasta, maupun
instansi terkait sebagai fasilitator. 1. Pengalaman BDS LPPM UNS
Mendampingi Sentra Meubel Bulakan
Pelaksanaan program kerja bersama, Sukoharjo
jikalau program kerja telah disepakati maka
langkah berikutnya adalah pelaksanaan Penduduk Desa Bulakan berjumlah 6.336
program kerja. Dalam tahap ini fungsi instansi jiwa, dan sebanyak ± 518 jiwa di antaranya
pemerintah terkait selaku fasilitator, berprofesi sebagai pengrajin kayu, baik sebagai
sedangkan Perguruan Tinggi/LSMI Swasta pengrajin meubel setengah jadi (mentah), sudah
dapat bertindak selaku pemberi jasa sampai finishing, maupun siap ekspor. Tenaga
konsultansi. Sebagai konsultan, idealnya kerja yang terlibat di dalam sentra secara
Perguruan Tinggi harus mendapatkan jasa dan keseluruhan ± sejumlah 2.800 tenaga kerja.
layanan yang diberikan kepada UKM. Tenaga kerja ini bukan hanya berasal dari
Kebutuhan akan permodalan UKM wilayah sekitar Bulakan tetapi juga berasal dari
salah satunya dapat dipenuhi dengan Jepara, Pacitan, Wonogiri, maupun Gunung
memperankan fungsi fasilitasi Konsultan Kidul.
Keuangan Mitra Bank (KKMB) bagi Begitu besar potensi yang ada di sentra
pengrajin maupun kelompok. KKMB ini lahir Bulakan ini mendorong LPM-UNS melalui
sebagai perubahan paradigma baru terhadap BIDS untuk melakukan pendampingan dan
UKM dari perbankan (lihat tabel 2), bahwa: pembinaan mulai tahun 2000 yang lalu. Model
1. UKM mempunyai potensi menabung pendampingan dilakukan melalui mekanisme
2. Bank perlu aktif menjemput Bola kelembagaan dengan pembentukan Koperasi
3. UKM membutuhkan kemudahan Bulakan sebagai peleburan dari 3 koperasi yang
memperoleh kredit/layanan ada sebelumnya. Pendampingan dilakukan
perbankan dengan cara formal maupun informal seperti
4. Bank perlu memobilisasi tabungan dari mengadakan pelatihan, manajemen informasi,
UKM
Ravik Karsidi/ Konsep/ 143
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

pertemuan rutin dan diskusi maupun secara Setelah 5 tahun, diharapkan Koperasi
informal melalui kegiaian kunjungan ke sentra. Bulakan bisa mandiri dan mampu lepas dari
Bukopin maupun BDS LPM-UNS, sehingga
Untuk mendukung aspek permodalan
bisa melakukan pengelolaan usaha sendiri
UKM tahun 2001, BDS LPM-UNS bersama
seiring dengan kemampuan SDM serta modal
Koperasi Bulakan sebagai lembaga usaha
yang dimiliki.
wadah para pengrajin mengajukan dan
mendapat dana dan Modal Awal Penyertaan Dalam rangka menuju kemandirian
(MAP) Kantor Menegkop dan UKM. pengrajin, pada tahun 2004 dilakukan
pembentukan Forum Rembug Klaster yang
Modal MAP ini belum bisa mencukupi
kepengurusannya terdiri dari semua
kebutuhan modal kerja para pengrajin di Sentra
stakeholder yang ada, yaitu pengrajin, BDS
Bulakan, maka pada tahun 2002 BDS LPM-
maupun instansi terkait di Kabupaten
UNS dan Koperasi Bulakan melakukan
Sukoharjo. Forum rembug klaster ini
kerjasama dengan Bukopin untuk lebih
setiap bulan mengadakan pertemuan
memperkuat permodalan. Kerjasama ini
membahas perkembangan kluster,
diwujudkan dengan mendirikan SWAMITRA
pelaksanaan program kerja dan pemecahan
sebuah lembaga simpan pinjam khusus untuk
berbagai kendala yang terjadi di lapang. Hadir
para pengrajin di sentra "Bulakan".
dalam pertemuan tersebut perwakilan seluruh
SWAMITRA ini komposisi modalnya terdiri
stakeholder UKM. Dari Forum rembug
dan Koperasi Bulakan Rp. 15.000.000,-
Klaster ini diharapkan dapat dilakukan
ditambah model dari MAP sebesar Rp.
analisis kebutuhan, pengembangan program
200.000.000,-- kemudian Bukopin
berdasarkan potensi lokal yang ada dan
mengalokasikan kredit sebesar Rp.
menjawab tantangan usaha yang menghadang
250.000.000,-- atau lebih. Keuntungan dengan
bersama.
mendirikan SWAMITRA adalah semakin
bertambahnya modal simpan pinjam juga Kini, telah terlihat hasilnya bahwa
kuatnya manajemen. Hal ini didukung secara Sentra Meubel Bulakan telah menjadi pemacu
langsung oleh Bukopin dengan teknologi kegiatan ekonomi masyarakat sekitar terutama
perbankan, sehingga mampu mengurangi ekspo, karena tidak kurang dari 1.500
tingkat kemacetan kredit. Model ini mungkin pengrajin ada disana.
baru pertama dan satu-satunya di Indonesia.
2. Pengalaman BIDS LPPM
Perjanjian SWAMITRA dilakukan oleh Mendampingi Sentra Meubel Serenan
tiga pihak. Pertama Koperasi Bulakan mewakili Klaten
para pengrajin sekaligus menjadi sasaran
Sentra Meubel Serenan secara
pembinaan dan pendampingan. Kedua, BDS administrasi masuk wilayah kecamatan
LPM-UNS sebagai lembaga yang mempunyai Juwiring Kabupaten Klaten, meskipun secara
tugas melakukan pembinaan dan geografis terletak di sebelah barat desa
pendampingan (technical assistani/TA) Bulakan dan hanya terpisah oleh sungai
meliputi: Bengawan Solo. Sentra Serenan ini
- Akses layanan pola kemitraan. secara historis lebih tua dibandingkan dengan
- Akses layanan marketing. sentra Bulakan, bahkan banyak pengrajin
- Layanan pengembangan Sumberdaya Bulakan dulunya sebagai pekerja di sentra
Manusia. Serenan.
- Akses layanan pengembangan teknologi.
- Akses layanan peningkatan permodalan. Sejak tahun 2001 bersama JICA
Jepang, BIDS LPPM UNS berpartisipasi
Ketiga, Bukopin mempunyai tugas sebagai mitra lokal untuk pemberdayaan di
melakukan pengawasan dan pendampingan sentra Serenan. BIDS LPPM UNS, JICA,
manajemen serta mencukupi kebutuhan kredit Pemerintah Kabupaten Klaten cq.
bagi para pengrajin. Deperindagkop beserta masyarakat pengrajin
144 Ravik Karsidi/ Konsep/
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

membentuk Badan Kerjasama (BKS) Serenan Penutup


untuk mempermudah koordinasi dan
pelaksanaan pendampingan maupun berbagai Pemberdayaan Masyarakat untuk UKM
pelatihan. Sejak tahun 2001 telah dilakukan hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip
berbagai pelatihan terkait dengan pemilihan dasar pendampingan masyarakat, yaitu:
bahan baku, proses produksi, administrasi belajar dari masyarakat, pendamping sebagai
usaha maupun kelembagaan kelompok, fasilitator dan dapat tercipta saling belajar dan
pameran produk dan studi banding tokoh berbagi pengalaman.
masyarakat ke Jepang.
Dari dua pengalaman empiris tersebut
Pada tahun 2003, JICA Jepang pelajaran yang dapat diambil yaitu bahwa
meninggalkan sentra Serenan dan kerjasama antar stakeholder akan
pendampingan dilaksanakan oleh BIDS menghasilkan kinerja yang lebih baik untuk
LPPM UNS dan Dinas Perindagkop. Pada pengembangan UKM. Untuk itu, maka
tahun 2003 mulai terbentuk Koperasi program-program yang menyangkut
pengrajin kayu "Manunggal Jaya". Koperasi pengembangan UKM baik yang bersifat
ini bergerak dalam penyediaan bahan baku, technical asistant (TA) maupun yang non TA
permodalan dan pemasaran. Bahkan pada harus diupayakan adanya koordinasi dan
tahun 2003 itu telah berhasil melakukan berbagi peran antar stakeholder agar optimal
penjualan ekspor dengan bekerjasama dengan hasilnya.
salah satu eksportir.
Untuk itu diperlukan analisis
Dalam rangka pengembangan usaha pemenuhan kebutuhan dan needs assessment
UKM, maka pada tahun 2004 BIDS LPPM yang tepat bagi usaha pemberdayaan
UNS bekerjasama dengan BTN memberikan masyarakat untuk UKM. Langkah yang dapat
kredit sekaligus memberikan pelatihan ditempuh yaitu dengan cara mendorong
manajemen bagi anggota koperasi. Dalam hal terjadinya partisipasi masyarakat sasaran,
ini BDS bertindak selaku KKMB (Konsultan antara lain melalui: identifikasi potensi,
Keuangan Mitra Bank) sebagai channeling analisis kebutuhan, rencana kerja bersama,
sekaligus bertindak memberikan technical serta monitoring dan evaluasi yang
assistant (TA). Pada tahun 2004 pula berkelanjutan.
berdasarkan analisis kebutuhan dan potensi
terlihat bahwa memungkinkan pemanfaatan Implementasi kebijakan dalam rangka
limbah potongan kayu yang jumlahnya cukup strategi pemberdayaan masyarakat untuk
banyak menjadi produk yang bernilai mengembangkan UKM tidak bisa secara
ekonomi, tanpa harus meninggalkan parsial hanya bidang ekonomi permodalan
pekerjaannya sebagai pengrajin meubel. Dari saja, namun juga harus berorientasi secara
hasil analisis dan kesepakatan tersebut maka keseluruhan atas kebutuhan UKM baik secara
pengolahan limbah kayu dilakukan oleh individu maupun kelompok termasuk
"anak-anak" pengrajin untuk dijadikan produk mendasarkan pada potensi sumberdaya
souvenir berupa miniatur berbagai kendaraan manusianya. Dengan melibatkan secara
dan miniatur meubel. Pada saat ini produk partisipatif dan lebih bersifat bottom up
souvenir telah mempunyai pelanggan yang ternyata partisipasi UKM untuk
memasarkan ke berbagai daerah. Sentra ini, pemberdayaan diri mereka sendiri akan
kini telah dikenal sebagai sentra produsen berhasil dan pada gilirannya secara integral
meubel dan souvenir kayu yang besar dan akan mampu memberikan dampak
terkenal di wilayah Surakarta. perkembangan bagi perekonomian wilayah.
Ravik Karsidi/ Konsep/ 145
Jurnal Penyuluhan, September 2007, Vol. 3 No. 2

Rujukan --------, 2005. ”Peran Perguruan Tinggi dalam


Pengembangan Sumberdaya Manusia
UMKM di Era Otonomi Daerah”. Orasi
BDS LPPM UNS. 2005. ”Pasar Keuangan Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke 22
Mikro”. Pelatihan Kredit Usaha Mikro UNIBA. Solo, 20 Agustus 2005.
dan Kecil Bagi Bank Umum. Kerjasama Korten, David C., 1980, Community
LPPM UNS dengan BI Kediri. Organization and Rural Development:
Freire, Paulo. 1984. Pendidikan Sebagai A Learning Process Approach, Public
Praktek Pembebasan (Terj. AA. Administration Review,
Nugroho). Jakarta: PT. Gramedia. September/October 1980 p.480509.

Karsidi, Ravik. 1988. ”Pengorganisasian ----------, 1984. Pembangunan yang Memihak


Potensi Pembangunan Masyarakat, Rakyat. Jakarta: Lembaga Studi
Suatu Model Menumbuhkan Pembangunan.
Partisipasi”. Makalah. KNPI Surakarta. Sikhondze, Wilson B. 1999. “The Role of
--------, 2003. Dari Petani Ke Pengrajin Extension in Farmer Education and
(Sebuah Studi Transformasi Pekerjaan). Information Dissemination in
Surakarta: LPM UNS dan PT. Pustaka Swaziland”. Journal: Adult Education
Caraka. and Development No. 53/1999, Institute
for International Cooperation of The
--------, dan Heru Irianto. 2005. ”Strategi German Adult Education Association,
Pemberdayaan UMKM di Wilayah Bonn : 112/DW.
Surakarta.” Makalah disampaikan dalam Wirutomo, Paulus, dkk. 2003. Paradigma
Diskusi Regional Kerjasama Bank Pembangunan di Era Otonomi Daerah.
Indonesia Solo dengan Badan (Memanusiakan M.anusia). Jakarta:
Koordinasi Pembangunan Lintas Penerbit CV. Cipruy.
Kabupaten/Kota Wilayah II Surakarta
Propinsi Jawa Tengah. Solo 30 Juni
2005.

Anda mungkin juga menyukai