Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI

BERDASARKAN JENIS KELAMIN USIA DAN PERILAKU


MINUM OBAT DI KELURAHAN LOA TAHUN 2020

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh :
Tania Dwi Utari
12100119012
Preseptor :
Yuli Susanti, dr., M.M
Nina Nurjanah, dr., MH

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PUSKESMAS
PASEH KABUPATEN BANDUNG
2021

1
KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI BERDASARKAN
JENIS KELAMIN USIA DAN PERILAKU MINUM OBAT DI
KELURAHAN LOA TAHUN 2020

T ania D. Utari,1 Yuli Susanti,1,2 Nina Nurjanah 2


1 Prodi Pendidikan Profesi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas
Islam Bandung
2 Departem en Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Bandung
3Puskesmas Paseh, Kecamatan Paseh

Abstrak
Hipertensi merupakan suatu penyakit kardiovaskular dengan angka
morbiditas yang tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan global.
Hipertensi diartikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Untuk
mengontrol tekanan darah penderita hipertensi harus melakukan terapi
dengan minum obat secara teratur agar tidak terjadi komplikasi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita
hipertensi dan perilaku minum obat di kelurahan Loa tahun 2020. Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan potong
lintang. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari data
PISPK Kelurahan Loa tahun 2020 Besar sampel diambil dengan
menggunakan metode total sampling yang berjumlah 441 orang yang
menderita hipertensi Hasil penelitian enunjukan pada jenis kelamin laki-
laki lebih teratur mengonsumsi obat anti hipertensi daripada perempuan,
pada kelompok usia >50 tahun lebih teratur mengonsumsi obat anti
hipertensi daripada kelompok usia ≤ 50 tahun dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak teratur mengonsumsi obat anti hipertensi, pada kelompok
usia >50 tahun lebih teratur mengonsumsi obat anti hipertensi daripada
kelompok usia ≤ 50 tahun dan penderita hipertensi yang jenis kelamin laki-
laki lebih teratur mengonsumsi obat anti hipertensi daripada perempuan.
Untuk mendukung angka keberhasilan pengobatan hipertensi dapat
dilakukan edukasi tentang penyakit hipertensi sehingga perilaku minum
obat pada penderita hipertensi menjadi lebih teratur.

Kata kunci: Keteraturan, Minum Obat, Hipertensi

Kor espoden si : T a n ia Dw i Ut a r i. Fa ku lt a s Kedokt er a n Un iv er sit a s Islam Bandung. Jalan


T a m a n sa r i No.2 2 , Kot a Ba n du n g , Pr ov in si Ja w a Ba r a t . T elepon : 0 8 1 1 2 0 2 0 9 4 4 . Em ail:
dw iu t a r it a n ia @g m a il.com

2
CHARACTERISTICS OF PATIENTS WITH HYPERTENSION BASED
ON GENDER AGE AND BEHAVIOR MEDICATION AT LOA
VILLAGE IN 2020

T ania D. Utari,1 Yuli Susanti1,2 Nina Nurjanah 2


1Medical Education PostgraduatEProgram,

Faculty of Medicine, Bandung Islamic Univ ersity


2Department of Public Health Sciences,

Faculty of Medicine ,Bandung Islamic Univ ersity

Abstract
Hypertension is a cardiovascular disease with a high morbidity rate and is still
a global health problem. Hypertension is defined as an increase in systolic
blood pressure ≥ 140 mmHg and / or diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg. To
control blood pressure, people with hypertension must take therapy regularly
to prevent complications. This study aims to describe the characteristics of
hypertension sufferers and drug-taking behavior in Loa village in 2020. The
research design used is descriptive with a cross-sectional approach. The data
used is secondary data derived from PISPK data of Loa Village in 2020. The
sample size was taken using the total sampling method, amounting to 441
people who suffer from hypertension. The results of the study show that the
male sex is more regularly taking anti-hypertensive drugs than women, in the
age group> 50 years old, taking anti-hypertensive drugs more regularly than
the ≤ 50 age group. years and most of the hypertensive sufferers do not
regularly take anti-hypertensive drugs, in the age group> 50 years they take
anti-hypertensive drugs more regularly than the ≤ 50 years age group and
hypertensive patients who are male take anti-hypertensive drugs more
regularly than women. To support the success rate of hypertension treatment,
education about hypertension can be carried out so that the behavior of taking
medication in hypertensive patients becomes more regular.

Keywords: Regularity, Medication, Hypertension

Cor r espon den ce: T a n ia Dw i Ut a r i. Medica l Faculty , Univ ersitas Islam Bandung, Tam ansari 22,

Ba n du n g Cit y , West Jav a Prov ince, Indonesia. Phone: 081 1 2020944. E-m ail: dwiutaritania@gm ail.com

3
Pendahuluan

Hipertensi sebagai penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab

terjadinya angka morbiditas yang tinggi dan menjadi masalah kesehatan global

sebanyak 4,5%. Hipertensi diartikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.1

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebab dibagi menjadi hipertensi primer

atau hipertensi esensial yaitu hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dan

hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya karena penyakit lain

seperti kelainan pada pembuluh darah ginjal, hipertiroid ataupun

hiperaldosteronisme.2

Perbandingan prevalensi hipertensi di negara maju dan negara

berkembang hampir sama. Sampai saat ini sekitar 600 juta menderita

hipertensi diseluruh dan meninggal dunia sekitar 3 juta pada setiap tahunnya,

menurut World Health Organization (WHO) dan the International Society of

Hypertension (ISH).1 Menurut perkiraan WHO kenaikan kasus hipertensi

pada tahun 2025 sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000 dan pada

tahun 2025 diperkirakan menjadi 1,5 milyar kasus terjadi di negara

berkembang termasuk Indonesia. Provinsi Jawa Barat menurut Riskesdas

tahun 2018 berada di urutan kedua prevalensi hipertensi tertinggi sebanyak

39,6%.3 Hipertensi adalah penyakit dengan urutan ketiga di Indonesia yang

menjadi penyebab kematian utama untuk semua umur setelah stroke dan

tuberculosis. Hanya sekitar 9,4% penderita hipertensi di Indonesia yang telah

4
didiagnosa hipertensi oleh tenaga kesehatan dan sekitar 63,2% tidak

terdiagnosa oleh tenaga kesehatan. 4

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicetuskan oleh beberapa

faktor. Faktor tersebut ada yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat

dimodifikasi. Faktor yang dapat di modifikasi seperti diet rendah garam,

kurangnya konsumsi buah dan sayur, obesitas, aktivitas fisik yang kurang,

merokok dan konsumsi alkohol. Selain itu faktor yang tidak dapat dimodifikasi

diantaranya usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga yang menderita

hipertensi.2 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hazwan tahun 2017 bahwa

jenis kelamin dan usia berpengaruh untuk menyebabkan terjadinya hipertensi.

Salah satu faktor penting dalam kesehatan dan kesejahteraan pada

penderita hipertensi ialah teratur dalam melakukan pengobatan. Penderita

hipertensi yang teratur dan patuh minum obat antihipertensi merupakan

syarat agar terapi hipertensi efektif dan memiliki potensi yang lebih besar

untuk pengendalian hipertensi dan mencegah komplikasi. Sedangkan

penderita hipertensi yang tidak teratur dan tidak patuh minum obat

merupakan salah satu faktor utama gagalnya terapi hipertensi dan terjadinya

komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal dan retinopati.5

Menurut data WHO tahun 2011 hanya sekitar 25% yang mendapat pengobatan

dari 50% penderita hipertensi dan 12,5% diantaranya diobati dengan baik.6

Menurut Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi diatas 18

tahun mencapai 31,7%, yang terdiagnosis hipertensi hanya 7,2% dan hanya

0,4% yang minum obat antihipertensi.7

5
Hasil penelitian yang dilakukan Hazwan tahun 2017 bahwa sebagian

besar penderita hipertensi memiliki kepatuhan yang rendah dan tidak teratur

minum obat.3 Tidak Teratur dan tidak patuh minum obat anti hipertensi

menyebabkan tekanan darah menjadi tidak terkontrol dan dapat dihubungkan

dengan terjadinya komplikasi penyakit jantung.8

Menurut data PISPK Puskesmas Paseh bahwa penderita hipertensi yang

melakukan pengobatan secara teratur di Keluahan Loa memiliki Indeks

Keluarga Sehat (IKS) yang paling rendah dari desa lainnya sehingga peneliti

bermaksud melakukan penelitian di Kelurahan Loa. Oleh karena itu peneliti

melakukan penelitian mengenai Karakteristik Penderita Hipertensi

berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Perilaku Minum Obat di Kelurahan Loa

Tahun 2020.

Metode

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan studi deskriptif dengan rancangan

potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui gambaran keteraturan

minum obat pada penderita hipertensi. Data yang digunakan adalah data

sekunder yang berasal dari data PISPK Kelurahan Loa tahun 2020. Besar

sampel diambil dengan menggunakan metode total sampling yang berjumlah

441 orang yang menderita hipertensi. Variabel pada penelitian ini adalah

karakteristik penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin, usia dan

perilakuu minum obat.

6
Hasil

Hasil penelitian melalui data PISPK Kelurahan Loa tahun 2020 menunjukan

terdapat 441 orang yang terdiagnosis hipertensi. Gambaran penderita yang

terdiagnosis hipertensi di kelurahan Loa dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Karakteristik Penderita Hipertensi berdasarkan Jenis


Kelamin dan Usia
Karakteristik Jumlah Presentase
(%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 124 28,1
Perempuan 317 71,9
Usia
≤ 50 tahun 157 35,6
>50 tahun 284 64,4
T otal 441 100

Karakteristik pasien terdiri dari jenis kelamin dan usia. Berdasarkan

tabel 1 menunjukan bahwa penderita hipertensi pada perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki yaitu 71,9% perempuan yang menderita

hipertensi dan 28,1% laki-laki yang menderita hipertensi. Berdasarkan

kelompok usia mayoritas adalah lebih dari 50 tahun dengan presentase 64,4%.

Tabel 2 Perilaku Minum Obat Penderita Hipertensi


Minum Obat Jumlah Presentase (%)
Teratur 157 35,6
Tidak Teratur 284 64,4
Total 441 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa penderita hipertensi yang tidak

teratur mengonsumsi obat anti hipertensi sebanyak 64,4% sedangkan 35,6%

sudah teratur mengonsumsi obat anti hipertensi.

7
Tabel 3 Karakteristik Penderita Hipertensi berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia dan Perilaku Minum Obat
Minum Obat
T eratur (%) T idak T eratur T otal
(%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 46 (37,1%) 78 (62,9%) 124 (100%)
Perempuan 111 (35%) 206 (65%) 317 (100%)
Usia
≤ 50 tahun 30 (19,1%) 127 (80,9%) 157 (100%)
>50 tahun 127 (44,7%) 157 (55,3%) 284 (100%)

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan dari 124 penderita hipertensi yang

berjenis kelamin laki-laki, didapatkan 37,1% yang teratur mengonsumsi obat

anti hipertensi dan 62,9% menunjukan tidak teratur dalam mengonsumsi obat

anti hipertensi. Sedangkan dari 317 yang berjenis kelamin perempuan,

didapatkan 35% yang teratur mengonsumsi obat anti hipertensi dan 65%

menunjukan tidak teratur mengonsumsi obat anti hipertensi .

Berdasarkan kelompok usia terdapat 157 penderita hipertensi yang

berusia ≤ 50 tahun. Penderita hipertensi yang teratur minum obat adalah

sebanyak 19,1% dan sebanyak 80,9% yang tidak teratur minum obat. Pada

penderita hipertensi yang berusia > 50 tahun, sebanyak 44,7% yang teratur

minum obat dan sebanyak 55,3% yang tidak teratur minum obat.

Pembahasan

Berdasarkan tabel 1 menggambarkan karakteristik pasien yang terdiri dari

jenis kelamin dan usia. Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa

penderita hipertensi berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan

dengan yang berjenis kelamin laki-laki dengan presentase perempuan 71,9%

8
dan 28,1% pada laki-laki. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Annindiya

tentang Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Hipertensi di RSUD X,

bahwa penderita hipertensi yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi

daripada laki-laki.9 Hal ini disebabkan karena menopause yang dialami

perempuan. Saat perempuan mengalami menopause, perubahan hormonal

mungkin terjadi seperti perbandingan kadar hormone estrogen dan androgen

yang menurun dapat memicu pelepasan renin, sehingga menyebabkan tekanan

darah meningkat.9 Selain itu berdasarkan teori pada umumnya perempuan

lebih mudah mengalami stress daripada laki-laki, hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Rahmadeni tahun 2019.10

Berdasarkan kelompok usia mayoritas penderita hipertensi adalah lebih

dari 50 tahun dengan presentase 64,4% dan pada usia kurang dari 50 tahun

sebanyak 35,6%. Kejadian hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat

meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan semakin tinggi pada usia

tua. Hal ini disebabkan karena sistem pembuluh darah perifer pada usia tua

dapat terjadi perubahan secara struktural dan fungsional. Sistem pembuluh

darah perifer ini berperan penting pada perubahan tekanan darah. 11

Gambaran karakteristik penderita hipertensi dan keteraturan minum

obat pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3. Pada penelitian ini

menunjukan bahwa penderita hipertensi yang berjenis kelamin laki-laki lebih

teraratur minum obat dari perempuan. Berdasarkan peneltian yang dilakukan

Novian tahun 2017 bahwa pada umumnya yang lebih teratur minum obat

adalah wanita daripada laki-laki.11

9
Bersadarkan kelompok usia, penderita hipertensi dengan usia > 50

tahun lebih teratur minum obat dibandingkan dengan kelompok usia ≤ 50

tahun. Hal ini terjadi karena risiko tinggi dari komplikasi hipertensi lebih

tinggi terjadi pada kelompok usia tersebut sehingga mereka lebih teratur untuk

mengonsumsi obat anti hipertensi.11

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik penderita hipertensi berdasarkan

jenis kelamin, usia dan perilaku minum obat di kelurahan Loa tahun 2020

dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada jenis kelamin laki-laki lebih teratur mengonsumsi obat anti

hipertensi daripada perempuan.

2. Pada kelompok usia >50 tahun lebih teratur mengonsumsi obat anti

hipertensi daripada kelompok usia ≤ 50 tahun.

3. Sebagian besar penderita hipertensi tidak teratur mengonsumsi obat

anti hipertensi.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pemegang program PISPK dan

seluruh staf Puskesmas Paseh.

10
Daftar Pustaka

1. Rahajeng e, tuminah s. Prevalensi hipertensi dan determinannya di


indonesia. Maj kedokt indones. 2009;59:580–7.
2. Perhi. Konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019. Indonesian society
hipertensi indonesia. Jakarta; 2019. 1–90 p
3. Azri hazwan, pinatih2 gni. Gambaran karakteristik penderita hipertensi
dan tingkat kepatuhan minum obat di wilayah kerja puskesmas
kintamani i. Intisari sains medis. 2017;8(2):130–4.
4. Kionowati., mediastani e, septiana r. Hubungan karakteristik pasien
hipertensi terhadap kepatuhan minum obat di dokter keluarga
kabupaten kendal. J farmasetis. 2018;7(1):6–11.
5. Annisa AFN, Wahiddudin, Ansar J. Faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan berobat hipertensi pada lansia di puskesmas pattingalloang
kota makassar. Universitas Hassanudin. 2013.
6. WHO. Non comunnicable disease in indonesia: A Profile New Delhi:
WHO Regional Office For Southeast Asia; 2012
7. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI; 2013.
8. Rudianto. Hubungan antara kepatuhan penggunaan obat dan
keberhasilan terapi pada pasien hipertensi di rumah sakit daerah
surakarta tahun 2010. 2010;8(4):55.
9. Annindiya AH. Evaluasi tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien
hipertensi di instalasi rawat jalan rsud “x”. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2012
10. Rahmadeni AS, . LF, . NH. Hubungan stres dengan kejadian hipertensi
di wilayah kerja puskesmas sei pancur kota batam tahun 2018. J Sehat
Mandiri. 2019;14(1):1–8
11. Novian A. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diit pasien
hipertensi. Universitas Negeri Semarang. 2013. 9. Notoatmodjo S.
Metodolog Penelitian Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta; 2005

11

Anda mungkin juga menyukai