Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL JOURNAL REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


DISUSUN OLEH:
HELKIN (0304172065)
DOSEN PENGAMPU: DR. USIONO, MA.

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS-3


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
I. Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
critical jurnal review ini dengan judul “Filsafat Pendidikan Islam: Konstruksi Tipologis
dalam Pengembangan Kurikulum”.

Dalam penulisan critical jurnal review ini, Saya tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Pada orang tua kami yang selalu mendoakan

2. Kepada dosen pengampu, Bapak Dr. Usiono, MA

Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan
dan penyempurnaan ke depannya.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam critical jurnal review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya bagi para pembaca.

Medan, 9 Mei 2020

Helkin
II. Ringkasan Jurnal

Filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang


kependidikan yang bersumber atau berlandaskan atas ajaran-ajaran agama Islam.
Filsafat pendidikan Islam adalah pembahasan tentang hakikat kemampuan Muslim
untuk dapat dibina, dikembangkan, dan dibimbing, sehingga menjadi manusia yang
seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Karena begitu kompleksnya persoalan
pendidikan dan begitu rumitnya memaknai filsafat, sehingga perlu sebuah
penyederhanaan. Adanya tipologi dalam semua aspek pemikiran berimplikasi pada
“penyederhanaan” terhadap berbagai persoalan yang kompleks. Sebuah wacana yang
seharusnya berkembang dan meluas akan dipahami secara sederhana setelah dilakukan
tipologi. Hal itu tentunya tidak terkecuali terhadap tipologi wacana filsafat pendidikan
Islam di Indonesia. Pengembangan kurikulum saat ini tidak lepas dari ide-ide dasar
yang dikembangan melalui filsafat pendidikan, seperti Essensialisme, Perenialisme,
Progressivisme, Eksistensialisme, Rekonstruksionisme, dan lain-lain. Artikel ini
mencoba membuat sebuah tipologi terhadap berkembangnya wacana filsafat pendidikan
Islam di Indonesia melalui beberapa literatur dan implikasinya terhadap pengembangan
kurikulum di Indonesia. Sehingga filsafat pendidikan yang berkembang di Indonesia
dapat dilihat secara utuh dan sesederhana mungkin. Dengan demikian upaya
penyederhanaan terhadap sesuatu yang kompleks dapat terwujud. Di sisi lain
kekhawatiran akan terlepasnya kurikulum saat ini dengan landasan filosofis yang sudah
ada setidaknya dapat diminimalisir.

III. Keunggulan Penelitian


a. Kegayutan antar elemen

Dari pembahasan disetiap elemen/bagian memiliki keterkaitan hirarki yang terkait


antara komponen satu dengan lainnya, keterkaitan ini terlihat dari segi penjelasannya
yang menyeluruh yang didalamnya terkandung Filsafat Pendidikan Islam yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana dialektika pemikiran filsafat
pendidikan Islam di Indonesia pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
yang mana masing-masing sudut pandang memiliki tipologi tersendiri.

b. Originalitas temuan

Pembahasan jurnal yang saya baca, penulis buat jurnal yang sesuai dengan
perkembangan yang ada disekitar, hal ini berkaitan dengan penelitian yang ditemukan
nya melalui referensi-referensi mengenai filsafat yang di kutipnya.

c. Kemutakhiran masalah

Setelah punyusun membaca jurnal ini, penyusun menyimpulkan jurnal sudah cukup
mutakhir karena pemabahasan dalam jurnal sangat jelas dan kekinian yaitu membahas
tentang Konstruksi Tipologis dalam Pengembangan Kurikulum

d. Kohesi dan koherensi isi penelitian

Dari jurnal yang saya baca ini kohesinya sudah cukup baik materinya cukup
singkat. Karena penelitian ini merupakan jurnal bukan e-book. Jadi penulis memaparkan
isi dengan sederhana disetiap judulnya, dan mengembangkan titik-titik kecil yang
penting untuk dikaji. Materi yang dibahas dalam jurnal mudah dibahas karena penulis
langsung membahas isi dari pertanyaan yang dituju tidak terlalu banyak defenisi
(koherensi).

IV. Kelemahan Penelitian


a. Kegayutan antar elemen

Pada segi kegayutan antar elemen penulis tidak melihat adanya kelemahan karena
sudah saling berkaitan setiap segi komponen penjelasannya.

b. Originalitas Temuan

Pada segi temuan kita bisa melihat kelemahan yang ada pada penelitian, hal ini
menyebabkan penelitian ini sangat diperlukan untuk meminimalkan tindakan orang tua
yang kurang mempercayai pendidikan yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan.
faktor yang menyebabkan anak menjadi faktor jalanan, faktor ekonomi keluarga yang
rendah, pendidikan orang tua yang rendah, dan perceraian. Untuk itu dengan adanya
penelitian ini harus dapat diminimalisir atau bahkan tidak ada lagi anak-anak lain yang
bernasib sama seperti anak-anak jalanan tersebut.

c. Kohesi dan Koheresi

Dari keterkaitan hubungan dan penjelasan yang ada juga teori yang ada pada jurnal
ini tidak ada kekurangannya pada segi kohesi dan koherensi membuat poin lebih besar
untuk keunggulan dalam jurnal, maka dari itu penulis hanya membahas apa yang
ditemukan pada segi koherensi dan kohesinya.

d. Kemutakhiran Penelitan

Pada kemutakhiran penelitian penulis tidak melihat ada kelemahan dalam


kemutakhiran penelitian ini, karena pembahasan nya sangat mutakhir melihat
perkembangan filsafat pendidikan Islam di masa sekarang.

V. Implikasi Terhadap
a. Teori

Filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang


kependidikan yang bersumber atau berlandaskan atas ajaran-ajaran agama Islam.
Filsafat pendidikan Islam adalah pembahasan tentang hakikat kemampuan Muslim
untuk dapat dibina, dikembangkan, dan dibimbing, sehingga menjadi manusia yang
seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Karena begitu kompleksnya persoalan
pendidikan dan begitu rumitnya memaknai filsafat, sehingga perlu sebuah
penyederhanaan. Adanya tipologi dalam semua aspek pemikiran berimplikasi pada
“penyederhanaan” terhadap berbagai persoalan yang kompleks. Sebuah wacana yang
seharusnya berkembang dan meluas akan dipahami secara sederhana setelah dilakukan
tipologi. Hal itu tentunya tidak terkecuali terhadap tipologi wacana filsafat pendidikan
Islam di Indonesia. Pengembangan kurikulum saat ini tidak lepas dari ide-ide dasar
yang dikembangan melalui filsafat pendidikan, seperti Essensialisme, Perenialisme,
Progressivisme, Eksistensialisme, Rekonstruksionisme, dan lain-lain.
Umar Muhammad al-Taomi al-Syaibani mengemukakan tiga pendapat:

a) Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-
orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat
terhadap sistem pendidikan. Di samping itu, ia dapat menolong tujuan-tujuan dan
fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan,
peningkatan, tindakan, dan keputusan termasuk rancangan-rancangan pendidikan
mereka. Selain itu, ia juga berguna untuk memperbaiki peningkatan pelaksanaan
pendidikan serta kaidah dan cara mereka mengajar yang mencakup penilaian bimbingan
dan penyuluhan.

b) Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan
dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu
bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertiannya yang terbaru penilaian
pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi-
institusi secara umum untuk mendidik angkatan baru dan warga negara dan segala yang
berkaitan dengan itu.

c) Filsafat pendidikan akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi


faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di negara kita.

b. Program Pembangunan di Indonesia

Pembangunan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk


meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan sebagai suatu bagian pembangunan
sosial selalu mendampingi pembangunan ekonomi dan politik. Pendidikan akan
membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai pada individu, kelompo dan
masyarakat. Perubahan tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-
kebutuhan yang semakin bervariasi, dan member jalan kearah pemenuhannya. Itulah
seringkali para ahli mengatakan, bahwa pendidikan mencetuskan harapan, oleh karena
harapan itu terletak pada pendidikan. Pada tahap awal perjuangan kemerdekaan suatu
bangsa dan tahap awal pembangunan, pendidikan biasanya merupakan gerakan yang
mendapat dukungan luas. Pada saat itu juga tampak, bahwa pendidikan tidak terbatas
pada pendidikan yang diselenggarakan dalam sistem persekolahan, tetapi juga
diselenggarakan dalam bentuk lain di luar sistem persekolahan.

c. Pembahasan dan Analisis

Kelebihan dalam setiap karya tulis pastinya tersebar di berbagai tulisannya, namun
pastilah ada beberapa kelebihan yang menonjol pada setiap karya ilmiah/tulis.
Kelebihan dalam jurnal tersebut adalah terletak pada meteri yang cukup lengkap terlihat
pada sub-sub judul dalam jurnal tersebut yang lengkap dan menyeluruh, kemudian
kelebihan dari jurnal tersebut adalah penulis dapat mengembangkan beberapa poin-
point kecil namun cukup penting untuk di kaji, dan penulis melakukannya dengan
cukup baik. Kemudian jurnal ini sangat terpercaya karena penulis mencantumkan
referensi yang akurat sehingga jurnal tersebut sangat memikat.

VI. Kesimpulan

Dari berbagai uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan konstruksi filosofis dari
tipologi rekonstruksi sosial yang teosentris dalam pengembangan filsafat pendidikan
Islam adalah sebagai berikut. Secara epistemologi, akal-budi manusia perlu ditumbuh
kembangkan secara berkelanjutan dalam proses pendidikan, baik melalui proses ta’lîm,
tarbiyah, ta’dîb, tadrîs, maupun taqarrub, yang bertolak dari pengembangan konsep
tauhid. Dari situ diharapkan manusia semakin bersikap rasional-kritis, kreatif, mandiri,
bebas dan terbuka, bersikap rasional-empirik, objektif-empirik, objektifmatematis, dan
profesional, dengan tetap memiliki komitmen terhadap nilai-nilai amanah dan tanggung
jawab individu dan sosial (kemasyarakatan), sifat dan sikap solidaritas terhadap sesama
serta terhadap makhluk lainnya, termasuk di dalamnya solidaritas terhadap alam sekitar,
serta mampu mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan
Tuhannya. Secara ontologi, realitas Bangsa Indonesia adalah pluralistik, baik dalam
agama, ras, etnis, tradisi, budaya dan sebagainya, yang sangat rentan terhadap timbulnya
perpecahan dan konflik-konflik sosial. Bahkan di dalam tubuh masyarakat Islam sendiri
terdapat keragaman internal (internal diversity). Namun demikian, Bangsa Indonesia
sejak semula sudah bertekad untuk ber-Bhineka Tunggal Ika. Dalam keragaman
tersebut, moral hidup ditampilkan dalam bentuk sikap keterbukaan, toleransi dan
demokratis, mampu membuat overlapping concensus antaretnik, ras, dan antaragama,
serta berusaha melakukan penggalian secara berkelanjutan terhadap nilainilai agama
yang universal sebagai faktor integratif. Di sisi lain, realitas Bangsa Indonesia yang
berdasarkan Pancasila berhadapan dengan kemajuan iptek, era globalisasi, serta
percepatan arus perubahan sosial. Dalam suasana tersebut menuntut terwujudnya
sumber daya manusia yang unggul, baik dalam aspek intelektual, profesionalitas,
maupun moral dan spiritual. Secara aksiologi, perlu diakui adanya keragaman tata nilai
antaragama dan mungkin juga antaretnik. Dalam konteks kehidupan nasional dan juga
global, tumpang tindihnya kesepakatan tata nilai mesti terjadi, tetapi perlu dididikkan
untuk mengaktualisasikan hak dan kewajiban asasi manusia, dengan bertolak dari satu
keyakinan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan bahwa ajaran Islam
yang paling benar.

VII. Kepustakaan

Tolchah, Moch. 2015. Filsafat Pendidikan Islam: Konstruksi Tipologis dalam


Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel
Vol. 11, No. 2, November

Anda mungkin juga menyukai