KIMIA FARMA
Oleh:
(242010523u)
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2021
A. Sejarah Singkat PT KImia Farma Apotek
Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambil
alihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia. Perusahan–perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain N.
V. Pharmaceutische Hendel Svereneging J. Van Gorkom & Co., (Jakarta), N. V.
Chemicalier Handle Rathcamp & Co., (Jakarta), N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek,
(Bandung), N. V. Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto) dan N. V. Verband
Stoffe Fabriek (Surakarta).
Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan APBN
mengalami defist anggaran dan hutang negara semakin besar. Untuk mengurangi beban
hutang, pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat
Menteri Negara Penanaman Modal Dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-
PM.BUMN/2000 tanggal 7 maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi.
Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat,
maka direksi PT. Kimia Farma (Persero) mendirikan dua anak perusahaan pada tanggal 4
januari 2002 yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading dan
Distibution. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma Tbk. resmi terdaftar di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik dan
berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.
Tujuan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah turut serta dalam melaksanakan
dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha dibidang industri
kimia, farmasi, biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan minuman. Selain itu
juga bertujuan untuk mewujudkan PT. Kimia Farma (persero) Tbk. sebagai salah satu
pemimpin pasar (market leader) di bidang farmasi yang tangguh. PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. mempunyai 3 fungsi yaitu:
Budaya Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah mengembangkan dan
mewujudkan pikiran, ucapan serta tindakan untuk membangun Budaya Kerja
berlandaskan pada tiga sendi, yaitu:
1. Profesionalisme
Bekerja secara cerdik (Smart & creative) dan giat (Hard).
Berkemampuan mamadai untuk melaksanakan tugas, dengan bekal pengetahuan,
keterampilan dan semangat.
Dengan perhitungan matang berani mengambil resiko.
2. Integritas
Dilandasi iman dan takwa
Jujur, setia dan rela berkorban
Menunjukan pengabdian
Tertib dan disiplin
Tegar dan bertanggung jawab
Lapang hati dan bijaksana
3. Kerjasama
Menghormati dan menghargai pendapat orang lain
Memupuk saling pengertian dengan orang lain
Memahami dan menghayati dirinya sebagai bagian dari sistem.
Kalbe merupakan market leader untuk produk kesehatan dan market leader
untuk produk ethical. Produk-produknya merupakan leading brand dengan berbagai
segmentasi pasar yang spesifik. Selain itu produknya merupakan inovator dengan
mengembangkan obat-obatan dengan rumusan kimia baru baik dengan kemampuan
sendiri ataupun aliansi strategis dengan mitra internasional, serta banyak
menghasilkan produk-produk baru berbasis teknologi tinggi.
Kalbe memiliki pengalaman cukup panjang dan dari segi finansial pendapatan
Kalbe meningkat sekitar 18% per tahun. Manajemen Kalbe memiliki personel yang
berpengalaman, termasuk didalamnya mantan Dirjen BPOM dalam mengembangkan,
memproduksi, pemasaran dan menjual produk-produk kesehatan dan farmasi.
Dilengkapi dengan tim yang solid serta kerjasama yang baik antar departemen
internal dan hubungan yang erat dengan mitra, PT Kalbe Farma Tbk. semakin
mengukuhkan diri dalam jajaran perusahaan besar di Indonesia.
2. WEAKNESS / KELEMAHAN
Bahan aktif yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri jumlahnya belum
berarti dan belum bisa diperoleh dengan harga yang bersaing dibandingkan dengan
sumber dari luar negeri. Upaya-upaya untuk meningkatkan self sufficiency dibidang
pengadaan bahan baku sering terbentur permasalahan :
Banyaknya jenis bahan baku yg digunakan oleh industri farmasi (hingga 6000
items) sehingga banyak pemakaian per item yang tidak memenuhi skala produksi
ekonomis.
Masalah utama adalah pengadaan bahan baku untuk bahan dasar produksi bahan
baku yang terkait dengan :
a. kurang berkembangnya industri kimia hulu yang bisa menopang pengadaan
intermediates untuk bahan dasar pembuatan obat. Ketergantungan pada
intermediates dari luar negeri pada tingkat tertentu bisa mengurangi manfaat
yang diperoleh dari sintesis lokal.
b. Kurang adanya koordinasi antar industri terkait misalnya industri petrokimia
dengan industri farmasi. Sering terjadi industri farmasi mengalami kesulitan
karena intermediate-nya tidak bisa dibuat lokal.
c. Kelemahan pada dasarnya industri farmasi memang industri yang knowledge
intensive dan highly regulated tetapi aspek regulasi industri farmasi di
Indonesia cukup berat yang bersumber dari :
policy yang ada dibuat dengan semangat pengawasan dan bukan
pegembangan;
pelaksanaan terasa lamban karena tidak seimbang antara pengawas dari
pihak pemerintah dengan pihak swasta yang harus dilayani;
Mata rantai lain yang merupakan bagian dari aspek pemasaran dan
distribusi hasil produksi industri farmasi masih belum seimbang baik
secara kualitatif dan kuantitatif.
Misalnya ratio dokter perpopulasi di Indonesia sekitar 140 dokter untuk 1
juta penduduk.
jumlah apotik saat ini berjumlah 6000 buah yang terkonsentrasi di kota-
kota untuk melayani rakyat indonesia yang lebih dari 200 juta penduduk.
Program pharmaceutical care juga belum berjalan dengan baik sehingga
mengurangnya pemanfaatan obat secara optimal di masyarakat.
Distributor yang jumlahnya cukup banyak tetapi tidak mempunyai
jangkauan yang luas dan network yang efisien sehingga biaya distribusi
relatif mahal.
3. OPPORTUNITY / PELUANG
a. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita
menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan. Peluang untuk masuk ke
6 pasar utama di Asia Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira
8% dari populasi penduduk dunia. Total pasar ini lebih dari $890 milyar pada
GDP dan kemungkinan akan tumbuh 5% per tahun selama 5 tahun ke depan.
Konsumsi produk farmasi termasuk resep dan OTC diperkirakan 7 milyar dan
berkembang menjadi 13% dari 2005 sampai 2010. Serta terbukanya peluang
ekspor sebagai akibat dari penurunan nilai mata uang rupiah dan pelaksanaan
Good Manufacturing Practice yang baik di Indonesia.
Tahun 2000 Kalbe mulai memberi perhatian lebih besar pada pasar internasional.
Awalnya perusahaan melempar produk ke ASEAN seperti malaysia dan
singapura. Kemudian sayap bisnis ekspornya pun melebar ke Afrika Selatan. Hal
ini dibuktikan Kalbe dengan menerapkan strategi-strategi. Strategi pertama
Trading Based, yakni pihak Kalbe menunjuk distributor loka di negara-negara
tujuan ekspor. kerjasama ini sangat simpel karena hanya sebatas aktivitas jual-beli
saja. Namun, lewat jaringan para trader ini produk Kalbe ada dibanyak negara
seperti Pakistan dan Iran, padahal Kalbe belum memiliki mitra distribusi di
negara-negara tersebut. Strategi kedua, Marketing Based. Kalbe membangun
kantor perwakilan di setiap negara tujuan yang dari survei internal berpotensi bagi
pengembangan produk ekspornya. Saat ini ada 8 kantor perwakilan Kalbe di
beberapa negara, seperti Malaysia (untuk pasar Malaysia dan Singapura),
Myanmar, Kamboja, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Mereka bertugas
melakukan aktivitas pemasaran, memonitor pasar dan melakukan survei. PT
Kalbe Farma berencana membangun pabrik Orange Kalbe limited di Nigeria.
Pembangunan pabrik ini untuk memperkuat pangsa pasar di afrika barat. "Nigeria
akan dijadikan sebagai basis dari pemasaran produk-produk Kalbe Farma." kata
Dirut PT Kalbe Farma Johannes Setijono. rencananya pabrik itu akan digunakan
untuk memproduksi obat-obat OTC (Obat Tanpa Resep) dan minuman energi.
b. Kecenderungan berkembangnya sistem penanganan kesehatan yang wajar yang
dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.
4. THREAT / ANCAMAN
a. Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkan "perang
saudara" terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lg di produk-produk
farmasi yang berada dikategori yang sama. Di obat flu misalnya, Kalbe memiliki
Procold sementara Dankos Laboratories punya andalan yang cukup ampuh,
Mixagrip. Lantaran Danskos dan Kalbe bisa melihat data masing-masing, mereka
bisa saling menjatuhkan.
b. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat masyarakat Indonesia
menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional
terutama untuk pasar lokal.
c. Diberlakukannya Undang-Undang Paten tahun 1997 dan direvisi 2001, industri
farmasi Kalbe Farma yang terbiasa mengandalkan pengembangan produk-
produknya pada strategi copy cat produk-produk baru yang masih dilindungi
paten, mejadi sulit untuk mengembangkan produk-produknya.
d. Legal Sistem, belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga
harga obat menjadi lebih sulit untuk dikontrol.
e. Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional
akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi. Kalbe mengakui
jika produknya masih belum mampu bersaing dengan produk dari Amerika
Serikat.
Sumber :
- http://adiessh.blogspot.com/2010/04/analisis-swot-pada-pt-kalbe-farma.html
- http://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/18/sejarah-visi-misi-tujuan-dan-
budaya-perusahaan-pt-kimia-farma/