Anda di halaman 1dari 139

1

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG WAKAF DAN


IMPLEMENTASINYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu


Syariah Dalam Konsentrasi Metodologi Pemikiran Hukum Islam

OLEH:
AHMAD MUTAWALLI
NIM: MHI. 15.2.2387

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2

ii
3

iii
4

iv
5

PERSEMBAHAN

Tesis kupersembahkan kepada:

Ayahku Terhormat Husin

Ibundaku Tercinta Rodiah

Kakekku Sayang Ishak

Nenekku sayang Robiah

Adekku tersayang Amrina Rosyada

Isteriku Tercinta Ayuni

Anakku Tersayang Aretha Khanza Zayna

Dosen dan Staf/Pegawai Pasca Sarjan UIN STS Jambi dan

Rekan MPHI NON REG 2015

Terima Kasih Atas Kasih Sayang, Doa dan Dukungannya

v
6

KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAFUDDIN JAMBI

PASCASARJANA
Jl Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741)60731

Fax. (0741) 60548 e-mail: ppsiainsts@yahoo.com

MOTTO

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah
: 261)

vi
7

ABSTRAK

Saat ini masih banyak organisasi pengelola wakaf yang belum


melaksanakan manajemen yang efektif dan efisien dalam penanganan
pengelolaan harta wakaf, sehingga harta wakaf belum bisa berfungsi
secara maksimal untuk kemaslahatan umat. Di Kabupaten Muaro Jambi,
lembaga-lembaga pengelola wakaf seperti KUA maupun nazhir wakaf
belum melaksanakan manajemen yang efektif dalam pengelolaan harta
wakaf dan juga masih kurangnya pengetahuan nazhir dalam mengelola
harta wakaf. Jumlah tanah wakaf yang ada di Kabupaten Muaro Jambi
kurang lebih 532 harta wakaf yang terdapat disetiap Kecamatan di
Kabupaten Muaro Jambi. Sekarang di Kabupaten Muaro Jambi wakaf di
urus oleh BIMAS ISLAM Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana tinjauan hukum
Islam tentang wakaf dan pemanfaatannya, Bagaimana implementasi wakaf
di Kabupaten Muaro Jambi apakah sudah sesuai dengan hukum Islam,
Bagaimana pemanfaatan harta wakaf di Kabupaten Muaro Jambi. Jenis
penelitian yang digunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan Observasi, Wawancara
dan Dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis deskriptif.
Hasil dan penelitian ini adalah implementasi wakaf yang dijalankan
oleh manajemen pengelolaan wakaf Kabupaten Muaro Jambi sudah
dijalankan dengan sebaik mungkin, sesuai dengan Hukum Islam dan UU
No. 41 Tahun 2004 walaupun masih belum maksimal. Pemanfaatan tanah
wakaf di Kabupaten Muaro Jambi sudah terealisasikan dengan balk seperti
pembangunan masjid, musholla dan Iain-lain, dan pemanfaatannya sudah
dirasakan oleh masyarakat begitupun dalam perawatan dan pengawasan
harta wakaf sudah diserahkan kepada nadzir. Tetapi dalam pengelolaannya
masih belum optimal, karena setelah penulis meiakukan observasi di
beberapa mesjid dimana masih kurang baik pengelolaan masjid, seperti
kurangnya kagiatan kegiatan dimesjid dan masih ada juga masjid yang
belum bersertifikat.

Kata Kunci : Hukum Islam, Wakaf, Manajemen

vii
8

ABSTRACT

At present there are many waqf management organizations that have


not yet implemented effective and efficient management in the management
of waqf property, so that waqf property has not been able to function
optimally for the benefit of the people. In Muaro Jambi District, the
institutions of waqf management such as KUA and nazhir waqf have not yet
implemented effective management in the management of waqf property
and also the lack of Nazar knowledge in managing waqf assets. The amount
of waqf land in Muaro Jambi Regency is approximately 532 properties of
waqf that are in each Sub-District in Muaro Jambi Regency. Now in Muaro
Jambi Regency the waqf is managed by the Islamic Community Guidance
Ministry of Religion Muaro Jambi Regency.
This study aims to determine: How to review Islamic law about waqf
and its use, How is the implementation of waqf in Muaro Jambi Regency
whether it is in accordance with Islamic law, How to use waqf property in
Muaro Jambi Regency. This type of research used a descriptive qualitative
approach and data collection methods used were Observation, Interview
and Documentation. Data analysis method used in this research is
descriptive analysis.
The results and this research are the implementation of waqf which is
carried out by the waqf management of Muaro Jambi Regency which has
been run as well as possible, in accordance with Islamic Law and Law No.
41 of 2004 although still not optimal. Utilization of waqf land in Muaro Jambi
Regency has been realized with balk such as the construction of mosques,
small mosque and others, and its utilization has been felt by the community
as well as in the care and supervision of waqf property has been handed
over to Nadzir. But in its management is still not optimal, because after the
author made observations in several mosques where the mosque
management is still not good, such as lack of activities in the mosque and
there are also mosques that have not been certified.

Keywords: Islamic Law, Waqf, Management

viii
9

KATA PENGANTAR

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk


memperoleh gelar Magister (S2) Konsentrasi Metodologi Pemikiran Hukum
Islam (MPHI) Program Studi Ilmu Syariah/ Hukum Islam Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Penulisan Tesis ini, dilandasi kajian literatur yang berhubungan
dengan wakaf dan Implementasinya di Kabupaten Muaro Jambi. Tesis ini
ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan dalam kurun waktu tiga bulan,
yang dilaksanakan di kantor Kementerian Agama dan KUA di Kabupaten
Muaro Jambi, yang bertepatan di jalan Lintas Timur Komplek Perkantoran
Bukit Cinto Kenang Sengeti Kabupaten Muaro Jambi, dengan Judul:
Tinjauan Hukum Islam Tentang Wakaf dan Implementasinya di Kabupaten
Muaro Jambi ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu demi kelancaran dalam penyelesaian tesis ini,
kepada yang terhormat.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Magister (S2) Hukum Islam Konsentrasi Metodologi
Pemikiran Hukum Islam UIN STS Jambi. Selama penyelesaian tesis ini,
banyak pihak yang telah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof.Dr.H. Ahmad Husein Ritonga, MA selaku Direktur Pasca
Sarjana UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof.Dr.H. Ahmad Husein Ritonga, MA dan Bapak H.Hermanto
Harun, Lc.,M.HI.Ph.D selaku pembimbing I dan pembimbing II
3. Bapak Dr.M.Nazori Madjid M.Si selaku Ketua Program Studi Hukum
Islam dan Filsafat
4. Bapak Kepala Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi dan KUA
yang telah memberi izin riset penelitian
5. Bapak dan Ibu dosen Pasca Sarjana UIN STS Jambi

ix
10

6. Bapak Ibu Staf Pasca Sarjan UIN STS Jambi


7. Teman- teman seperjuangan MPHI Non Reg 2005 Pasca Sarjana UIN
STS Jambi
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, saran dan tanggapan
guna penyempurnaan tesis ini, akan penulis terima. Semoga Tesis ini dapat
berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya penulis ucapkan Terima Kasih.

Jambi., 2019
Penulis

Ahmad Mutawalli
MHI.15.2.23.87

x
11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


HALAMAN NOTA DINAS ................................................................. ii
HALAM PERNYATAAN ORISINAL TESIS ....................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
HALAMAN MOTTO ........................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
TRANSLITERASI .............................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 9
C. Fokus Penelitian .............................................................. 9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori ................................................................. 11
1. Wakaf ......................................................................... 11
2. Dalil dan Hukum Wakaf .............................................. 24
3. Implementasi Wakaf .................................................. 41
B. Studi Yang Relevan .......................................................... 59
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ...................................................... 60
B. Jenis dan Sumber Data .................................................... 61
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 62

xi
12

D. Teknik Analisis Data ......................................................... 64


E. Uji Keterpercayaan Data ................................................... 66
F. Jadwal Penelitian .............................................................. 69
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................... 70
1. Gambaran Umum Kabupaten Muaro Jambi ................. 70
2. Gambaran Umum Wakaf Kabupaten Muaro Jambi ...... 82
B. Temuan Penelitian ............................................................ 86
1. Pengelolaan Harta Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi
a. Manajemen Pengelolaan Wakaf ............................. 86
b. Prosedur / Tata Cara Wakaf ................................... 88
c. Pengelolaan wakaf di Mesjid .................................. 90
2. Penggunaan Harta Wakaf di Kabupaten Muaro jambi
a. Penggunaan Harta Wakaf Perkecamatan ............. 103
3. Kendala- Kendala Dalam Pemberdayaan Harta Wakaf
a. Proses Sertifikasi Tanah Wakaf ........................ 107
b. Sengketa Tanah Wakaf..................................... 110
c. Penyelesaian Sengketa Wakaf ......................... 111
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 113
B. Implikasi.............................................................................. 114
C. Rekomendasi ...................................................................... 114
D. Saran .................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN- LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

xii
13

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Jambi Luar Kota


Tabel 1.2 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Jambi Mestong
Tabel 1.3 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Jambi Kumpeh
Tabel 1.4 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Jambi Maro Sebo
Tabel 1.5 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Jambi Sekernan
Tabel 1.6 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Sungai Gelam
Tabel 1.7 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Kumpeh Ulu
Tabel 1.8 : Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Sungai Bahar
Tabel 2.1 : Jumlah Tanah Wakaf yang Bersertifikat dan Belum Bersertifikat

xiii
14

LEMBAR DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Struktur Organisasi Bimas Islam


Gambar II : Data Wakaf Kabupaten Muaro Jambi
Gambar III : Struktur Organisasi Mesjid At-Taqwa
Gambar IV : Struktur Organisasi Remaja Mesjid At-Taqwa
Gambar V : Dokumentasi Wawancara
Gambar VI : Dokumentasi Wawancara

xiv
15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel-tabel
Lampiran 2 : Jumlah Tanah Wakaf Kabupaten Muaro Jambi
Lampiran 3 : Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
Lampiran 4 : PMA_42_Tahun_2016
Lampiran 5 : Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 6 : Data Riwayat Hidup

xv
16

DAFTAR TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin


dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


‫ا‬ Alif tidak tidak dilambangkan
dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫ث‬ s\a s\ es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim j Je
‫ح‬ h{a h{ ha (dengan titik di
bawah)
‫خ‬ Kha kh ka dan ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ z\al z\ zet (dengan titik\ di atas)
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ s}yin Sy es dan ye
‫ص‬ s{ad s{ es (dengan titik di
bawah)
‫ض‬ d{ad d{ de (dengan titik di
bawah)
‫ط‬ t{a t{ te (dengan titik di
bawah)
‫ظ‬ z{a z{ zet (dengan titik di
bawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ apostrof terbalik
‫غ‬ Ghain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qaf Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Wau W We

xvi
17

‫ه‬ Ha H Ha
‫ء‬ Hamzah Apostrof
‫ي‬ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama


‫ا‬ fath{ah A A
‫ا‬ kasrah I I
‫ا‬ d{amma U U
h

DAFTAR SINGKAT

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:


swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam


a.s. = ‘alaihi al-sala>m
r.a. = rad}iyallahu ‘anh
H = Hijrah
M = Masehi
Q.S. …/…: 4 = Contoh: Q.S. al-Baqarah/2: 4
HR = Hadis riwayat

xvii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Umat Islam harus yakin bahwa Allah SWT, tidak menciptakan
manusia seperti juga tidak menciptakan jin kecuali untuk beribadah
kepadanya. Beribadah dalam arti mengabdi kepada Allah SWT secara
keseluruhan, baik seluruh sikap hidup dan kehidupan manusia secara
pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat dan sebagai kesatuan
makhluk pada umumnya.
Pelaksanaan ibadah diperaktekkan dan dimanifestasikan melalui
pengabdian keseluruhan diri manusia beserta segala apa yang dimilikinya.
Ada ibadat dalam bentuk pengabdian badan, seperti sholat, puasa atau
juga melalui pengabdian berupa pengorbanan apa yang kita miliki, seperti
harta benda, ilmu pengetahuan, zakat, shodaqoh, mengajar atau memberi
ilmu disamping ada juga secara bersama, badan dan harta, seperti puasa
dan haji. Satu bentuk ibadat melalui pengorbanan dengan harta yang kita
miliki untuk kepentingan kemanusiaan, kemasyarakatan, dan keagamaan
yang telah diatur oleh syari’at Islam adalah waqof. Dalam perundang
undangan Indonesia, dan seterusnya disebut wakaf.1
Asal mula munculnya wakaf, bahwasanya Amirul Mukminin, ‘Umar bin
al- Khaththab mendapat sebidang tanah pada peperangan Khaibar, dan
tanah tersebut sangat berharga baginya. Lantas, ia datang meminta arahan
Nabi tentang apa yang harus dia lakukan terhadap barang tersebut. Sebab,
para sahabat senantiasa menginfakkan segala sesuatu yang mereka cintai.
Maka, Nabi menyarankan Umar untuk mewakafkannya,seraya bersabda:

2. ‫عن ابن عمر رضى هللا عنه ان شئت حبست اصلها وتصدقت بها‬

1 . Usman Suparaman., Hukum Perwakafan di Indonesia, cet II, (Jakarta, Darul Ulum Press
1999.)., hlm. 2
2. Shahih Muslim, Kitabul Wasiat bab Waqaf, Hadits No1633

1
2

“ Jika engkau mau, engkau dapat menahan barangnya dan


menyedekahkan hasilnya.”
Dalam sebuah redaksi disebutkan:
‫احبس اصلها وسبل ثمرها‬
“tahanlah barangnya, dan berikan hasilnya.”
Ini adalah wakaf pertama di dalam Islam. pada masa jahiliyah wakaf
ini belum di kenal, Islamlah yang memuculkannya. maka Umar
melaksanakan saran tersebut, dan dia menentukan siapa- siapa yang
mendapatkannya, sebagaimana yang akan kami sebutkan insya Allah. 3
Kedudukan wakaf dalam Islam sangat mulia. Wakaf dijadikan sebagai
amalan utama yang sangat dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada-nya.
orang-orang jahiliyah tidak mengenal wakaf. Wakaf di syariatkan oleh nabi
dan menyerukannnya karena kecintaan beliau kepada orang- orang fakir
dan yang membutuhkan.
Diantara banyak titel perolehan atau peralihan hak yang dikenal dalam
hukum tersebut, maka ternyata wakaf mendapat tempat pengaturan secara
khusus diantara perangkat perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, dalam hal ini berbentuk peraturan pemerintah. dengan demikian
wakaf merupakan salah satu lembaga hukum islam yang mempunyai titik
temu secara konkrit dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Karena
itu sangat menarik untuk menelaah masalah ini lebih lanjut dengan coba
4
menelusuri kenyataan atau praktek yang terjadi
Wakaf bukan seperti sedekah biasa, tapi lebih besar ganjaran dan
manfaaatnya terutama bagi diri si pewakaf. karena pahala wakaf terus
mengalir selama masih dapat digunakan. Bukan hanya itu, wakaf sangat
bermanfaat bagi masyarakat sebagai jalan kemajuan, Lihatlah negeri Islam
di zaman dahulu, karena wakaf, umat Islam dapat maju, bahkan sampai
sekarang telah beribu- ribu tahun, hasil dari wakaf itu masih kekal. kita

3. Syaikh Muhammad bin Shalih al- ‘Utsaimin, Panduan Wakaf, Hibah dan Wasiat., (
Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi’i, 2008 ). hlm. 6-7
4 .Ghazali Abdul rahman, Fiqih Muamalat, ( Jakarta: Kencana Prenada media group 2010
) hlm.176
3

masih dapat merasakan manisnya hasil wakaf mereka dahulu sampai


sekarang contohnya universitas al-azhar di mesir, masjid nabawi. maka,
sekiranya umat Islam saat ini seperti orang islam terdahulu yang mau
mengorbankan hartanya untuk wakaf, maka berarti mereka telah membuka
jalan untuk kemajuan Islam dan anak cucu kita kelak akan merasakan
kenikmatan wakaf yang kita berikan sekarang. jadi, wakaf dapat kita
simpulkan yaitu untuk memfasilitasi secara kekal semua jalan kebaikan
untuk mencapai kemajuan umat Islam.5
Wakaf sebuah tema fiqhi yang memiliki dua makna yang khas
perpaduan dua hal yang semula, kontradiktif, wakaf tidak kan valid sebagai
amal jariyah kecuali setelah benar- benar pemiliknya menyatakan asset
yang diwakafkannya menjadi asset publik dan dia bekukan haknya untuk
kemaslahatan umat dan wakaf tidak akan bernilai amal jariyah (amal yang
senantiasa mengalir pahala dan manfaatnya) sampai benar- benar
didayagunakan secara produktif sehinggah berkembang atau bermanfaat
tanpa menggerus habis aset pokok wakaf.
Menurut A. Mannan, unsur esensial wakaf berupa keputusan
penahanan diri dari menggunakan aset miliknya yang telah di wakafkan
yang disertai penyerahannya kepada kemaslahatan publik menyiratkan
tujuan pemanfaatannya secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat
luas secara permanen dan kontinu sebagai dokterin amal jariyah. Oleh
karena itu sangat relevan, terlepas dari perdebatan fiqih, bolehnya wakaf
dengan dana tunai (cash) dan bukan harta tetap, bahwa gagasan sertifikat
wakaf tunai dengan pola sertifikasi sebagai bukti share holder proyek wakaf
guna pengawasan dan wasiat pemanfaatan dari hasil (return) investasi dan
pengelolaannya secara produktif.6
Substansi wacana wakaf tunai sebenarnya telah lama muncul bahkan
dalam kajian fiqhi kelasik, sekalipun seiring munculnya ide revitalisasi fiqhi

5. Ibid, hlm.181
6 . Budi Utomo Setiawan ., Fiqhi Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. (Jakarta,
Gema Insani Press, 2003)., hal. 148
4

muamalah dalam perspektif maqashidusy syari’ah (filosofi dan tujuan


syariah) yang dalam pandangan Umar Chapra bermuara pada al-mashalih
al-mursalah (kemaslahatan universal) termasuk upaya mewujudkan
kesejahteraan sosial melalui keadilan distribusi pendapatan dan kekayaan.
Kajian tentang wakaf telah banyak pula dilakukan baik dari aspek
sosial keagamaan aspek hukum, keterkaitannya dengan dinamika politik,
ekonomi dan tentunya ilmu yang lain yang bias menjadikan wakaf dan zakat
sebagai objek kajian. Al Ghazali yang melakukan restrukturisasi dan
klasifikasi ilmu- ilmu Islam dengan memfatwakan pemisahan antar ilmu-
ilmu agama (diniyah) yang fardhu ‘ain dengan ilmu- ilmu skuler (duniawi)
yang fardhu kifayah. Apabila kita ikuti pendapat tersebut, maka wakaf
sebagai objek kajian secara tradisional masuk dalam ilmu agama. Seiring
dengan pengaturan wakaf dalam tatanan hukum positif Indonesia, maka
jelas menjadi objek kajian ilmu skuler.
Seiring dengan perubahan sosial yang tidak terbendungkan, beragam
wacana mengemukakan berkaitan dengan wakaf. Selama ini wakaf
mengedepankan dengan sifat abadinya sesuai dengan mayoritas pendapat
ahli hukum Islam, walau wakaf dalam jangka waktu tertentu juga dikenal
dalam kalangan madzhab maliki. Apabila doktrin malikiyah ini penting
mengingat kondisi faktual masyarakat saat ini dan harga tanah yang
melambung. Wakaf tanah hak milik dalam peraturan pemerintah ini bersifat
abadi dan untuk itu diatur seperangkat aturan pendukung agar dapat
berhasil guna dan berdaya guna.7
Wakaf terus dilaksanakan dinegara- negara Islam hingga sekarang,
tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa lembaga
wakaf yang berasal dari agama Islam itu telah diterima (diresepsi) menjadi
hukum adat bangsa Indonesia sendiri. dan juga di Indonesia terdapat
banyak benda wakaf, baik wakaf benda bergerak atau tidak bergerak.

7 . Shomad Abdul, Hukum Islam, Panorama Prinsip Syariah dalam Hukum Islam.,(Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012)., hlm. 354
5

Di negara- negara Islam lainnya, wakaf mendapat perhatian yang


serius, sehingga wakaf menjadi amal sosial, yang mampu memberikan
manfaat kepada masyarakat umum. wakaf akan terus mengalami
perkembangan dengan berbagai inovasi yang signifikan seiring dengan
perubahan zaman, semisal bentuk wakap tunai, wakaf HAKI (hak kekayaan
intelektual) dan lain- lain. Indonesia menaruh perhatian yang serius
terhadap wakaf.8
Keberadaan wakaf juga terbukti telah banyak membantu bagi
pengembngan ilmu- ilmu medis melalui penyediaan pasilitas- pasilitas
dibidang kesehatan dan pendidikan. penghasilan wakaf bukan hanya
digunakan untuk mengembangkan obat- obatan dan menjaga kesehatan
manusia, tetapi juga obat- obatan untuk hewan. mahasiswa bisa
mempelajari obat- obatan serta penggunaannya dengan mengunjungi
rumah sakit- rumah sakit yang dibangun yang dibangun dengan dana hasil
pengelolaaan aset wakaf. bahkan, pendidikan medis kini tidak hanya
diberikan oleh sekolah- sekolah medis dan rumah sakit, tetapi juga telah
diberikan oleh masjid- mesjid dan universitas- universitas seperti
Universitas al- Azhar Kairo (Mesir) yang dibiayai dana hasil pengelolaan
aset wakaf. bahkan pada abad ke empat hijriyah, rumah sakit anak yang
didirikan di Istambul Turki dananya berasal dari pengelolaan aset wakaf. di
Spanyol, pasilitas rumah sakit yang melayani baik muslim atau non muslim,
juga berasl dari aset wakaf. 9
Sebagai salah satu lembaga sosial Islam, wakaf erat kaitannya
dengan sosial ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf merupakan lembaga
Islam yang hukumnya sunah, namun lembaga ini dapat berkembang
dengan baik dibeberapa negara misalnya, Mesir, Yordania, Saudi Arabia,
Bangladesh, Abu Dahabi, dan lain- lain. Hal ini barangkali karena lembaga

8 . Direktur Pemberdayaan Wakaf., Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (jakarta:


direktorat pemberdayaan wakaf direktorat jenderal bimbingan masyarakat Islam, 2007).
hlm. 15
9. M,A Mannan., Sertifikat Wakaf Tunai ( Depok: Ciber Dengan PKTTI UI), hlm.12
6

wakaf ini dikelola dengan manajemen yang baik sehingga manfaatnya


dapat dirasakan bagi pihak- pihak yang memerlukannya.
Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif
dalam bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut
diilihat dari segi sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang
efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif daam kehidupan
ekonomi masyarakat. Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-
hal diatas tanpa diimbangi dengan wakaf yang dikelola secara produktif
maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat tidak akan dapat terealisasi secara optimal.
Agar wakaf di Indonesia dapat memberdayakan ekonomi umat perlu
dilakukan paradigma baru dalam pengelolaan wakaf.10
Begitu pentingnya wakaf untuk memberdayakan masyarakat maka
undang- undang wakaf yang mendukung pengelolaan wakaf secara
produktif sangat diperlukan. Dalam undang- undang wakaf tersebut sudah
dimasukkan rumusan konsepsi fikih wakaf baru di Indonesia yang antara
lain meliputi benda yang di wakafkan ( Auquf bih ), peruntukan wakaf
(mauquf ‘alaih), sighat wakaf baik untuk benda tidak bergerak maupun
benda bergerak seperti uang dan saham. kewajiban dan hak nadzhir wakaf
dan lain- lain yang menunjang pengelolaan wakaf produktif. Benda wakaf
(mauquf bih) yang diatur dalam undang- undang tentang wakaf itu tidak
hanya dibatasi pada benda tidak bergerak saja, tetapi juga benda- benda
bergerak lainnya yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Dalam rangka pengelolaan dan pengembangan wakaf inilah perlunya
pembinaan nadzhir. Untuk itu didalam Undang- Undang No. 41 Tahun 2004
tentang wakaf diamanatkan perlunya dibentuk Badan Wakaf Indonesia.
Salah satu tugas dan wewenang Badan Wakaf Indonesia adalah

10 . Mahfud Rois., Al-Islam Pendidikan Agam Islam, ( Jakarta: Erlangga 2011 ). hlm. 171
7

melakukan pembinaan terhadap nadzhir dalam mengelola dan


mengembangkan harta benda wakaf. 11
Melihat berbagai pernyataan diatas, jelas bahwa kita telah banyak
ketinggalan dalam hal pengelolaan wakaf. Oleh karenanya, ini adalah
merupakan pekerjaan besar yang harus segera ditangani oleh semua
pihak. Pemerintah dalam hal ini departemen agama perlu segera menata
kelembagaan dan perundang- undangan wakaf ini. Para cendikiawan
muslim dan para ulama perlu segera melakukan aksi- aksi yang bisa
mendorong wacana mengenai wakaf ini lebih bergema sehingga nantinya
mendapat sambutan yang positif dari masyarakat. Kesadaran masyarakat
untuk melakukan wakaf, yang sebenarnya dahulu telah menjadi tradisi dari
nenek moyang kita, Perlu dihidupkan kembali melalui berbagai himbauan,
12
ajakan, seminar, studi, dan sebagainya.
Didalam hukum Islam dikenal banyak cara untuk mendapatkan hak
atas tanah. perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain
melalui: jual beli, tukar menukar, hibah, infak, sedekah, wakaf, wasiat,
ihyaulmawat (membuka tanah baru).
Diantara banyak titel perolehan atau peralihan hak yang dikenal dalam
hukum tersebut, maka ternyata wakaf mendapat tempat pengaturan secara
khusus diantara perangkat perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, dalam hal ini berbentuk peraturan pemerintah. dengan demikian
wakaf merupakan salah satu lembaga hukum Islam yang mempunyai titik
temu secara konkrit dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Karena
itu sangat menarik untuk menelaah masalah ini lebih lanjut dengan coba
menelusuri kenyataan atau praktek yang terjadi. 13
Salah satu lembaga ekonomi Islam yang sangat berperan dalam
pemberdayaan ekonomi umat adalah wakaf. Dalam sejarah, wakaf telah
berperan dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

11 .Ibid., hlm. 173


12. Mahfud Rois., Op Cit . hlm.13
13. Al Alabij Adijani., Perwakafan Tanah Di Indonesia Cet.III, (Jakarta:PT Raja Grapindo
Persada 1997), hlm. 4
8

Hal- hal yang menonjol dari lembaga wakaf adalah peranannya dalam
membiayai berbagai kegiatan agama (Islam), pendidikan Islam, dan
kesehatan. Sebagai contoh di Mesir, Saudi Arabia, Turki, dan beberapa
negara lainnya, pembangunan dan berbagai sarana dan prasarana ibadah,
pendidikan dan kesehatan dibiayai dari hasil pengembangan wakaf.
Kesinambungan manfaat hasil wakaf dimungkinkan karena digalakkannya
wakaf produktif untuk menopang berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
Meskipun dalam sejarah wakaf telah memainkan peranan yang
sangat penting dalam pembangunan masyarakat, namun kita juga
menjumpai berbagai kenyataan di beberapa negara yang tidak berhasil
mengola wakaf. disamping pengelolaannya yang tidak memadai, cukup
banyak wakaf yang diselewengkan. hal ini juga terjadi di Indonesia.
sebenarnya Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki harta
wakaf yang cukup banyak, tetapi sebagian besar belum di kelola secara
produktif. pada umumnya harta wakaf yang ada di Indonesia berupa tanah
dan peruntukannya antara lain untuk masjid, mushalla, sekolah, madrasah
dan lain- lain yang berkaitan dengan tempat peribadatan. di Indonesia
masih sedikit sekali wakaf yang di kelola secara produktif, wakaf yang
dikelola oleh yayasan badan wakaf UII, yayasan badan wakaf sultan agung,
yayasan pemeliharaan dan perluasan wakaf modern gontor, dan lain-lain.
agar kita dapat memiliki wawasan yang luas dalam pengelolaan wakaf.14
Dalam masalah ini dikabupaten Muaro Jambi masalah implementasi
wakaf ini masih banyak permasalahan- permasalahannya, Hal ini dapat di
lihat dalam sebuah artikel dijelaskan bahwa Wakaf atau harta wakaf di
Kabupaten Muaro Jambi banyak yang menuai persoalan, kata Kepala
Kementrian Agama Kabupaten Muara Jambi.15

14 . Lubis Suhrawardi K,dkk, Wakaf dan pemberdayaan umat, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset 2010), hlm, 21-22
15.https://jambi.antaranews.com/berita/303769/tanah-wakaf-di-muarojambi-diduga-
banyak-bermasalah. Di Akses Pada Tanggal 13 Desember 2017
9

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk


mengetahui dan meneliti lebih lanjut pandangan Yusuf Qardhawi tentang
wakaf dan penggunaanya kepada yang mustahaq menuliskannya dalam
bentuk tesis yang berjudul. “ Tinjauan Hukum Islam Tentang Wakaf Dan
Implementasinya Di Kabupaten Muaro Jambi ’’.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah
adalah:
1. Bagaimana pengelolaan dan Penggunaan wakaf di kabupaten Muaro
Jambi ?
2. Bagaimana wakaf di Kabupaten Muaro Jambi Pasca UU No 41 Tahun
2004?
3. Apa kendala-kendala dalam pemberdayaan harta wakaf di Kabupaten
Muaro Jambi?

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan pokok permasalahan
tersebut di atas, serta pertimbangan waktu, alat, dan biaya, maka dalam
penelitian ini penulis membatasi permasalahannya hanya Tinjauan Hukum
Islam Tentang Wakaf Dan Implementasinya Di Kabupaten Muaro Jambi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan singkat, tujuan
penelitian yang dinyatakan dengan terang dan jelas akan dapat
memberikan arah pada penelitiannya.16
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai
berikut :

16. Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada 2004), hlm. 39
10

a. Ingin mengetahui bagaimana pengelolaan dan penggunaan harta


wakaf di Kabupaten Muaro Jambi ?
b. Ingin mengetahui bagaimana wakaf pasca UU No 41 Tahun 2004
dikabupaten Muaro Jambi?
c. Ingin mengetahui apa saja kendala- kendala dalam pemberdayaan
harta wakaf

2. Kegunaan Penelitian
a. Dapat dijadikan bahan bacaan atau sebagai penambah pengetahuan
tentang tinjauan hukum Islam tentang wakaf dan implementasinya.
b. hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi
penelitian selanjutnya, terutama yang mengkaji topik yang sama.
11

BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. LANDASAN TEORI
1. Wakaf
Wakaf secara bahasa Arab berarti “al-Habsu”, yang berasal dari kata
kerja habasa-yahbisu-habsan, yang menjauhkan seseorang dari sesuatu
atau memenjarakan. Kemudian kata ini berkembang menjadi “habbasa”
dan berarti mewakafkan harta karena Allah SWT. Atau wakaf itu dapat
diartikan “menahan” dan “mencegah”17
Menurut istilah, wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah
(tidak dilarang oleh syara’) serta dimaksudkan untuk mendapat keridhaan
dari Allah SWT.18
Dari definisi ini terlihat bahwa harta yang boleh diwakafkan harus
berupa benda tertentu yang dimiliki dan bukan yang dimaksudkan harta
adalah uang dirham dan dinar sebab keduanya akan hilang jika sudah
ditukar dan tidak ada zatnya lagi dan syarat harta wakaf harus tetap terjaga
zatnya walaupun dimanfaatkan, jika pemanfaatan mengakibatkan
hilangnya zat seperti makanan, maka akad wakaf tidak sah sebab akad
wakaf untuk terus- menerus dan selama- lamanya, dan benda yang
diwakafkan ini jika diwakafkannya, maka tidak ada pemanfaatan pada
zatnya tidak boleh dijual dan digadaikan.19
Dalam Undang-undang yang dimaksud dengan wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk

17. Muhammad Fadhillah dan B. Th. Brondgeest, Kamus Arab-Melayu, jilid.I,


(Weltevreden: Balai Pustaka, 1925), hlm.116-117
18. Faishal Haq dan A. Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia,
(Pasuruan: PT Garoeda Buana Indaha, 2004), hlm.1.
19 . Muhammad Azam Abdul Aziz, Fiqh Muamalat Sistem Teransaksi Dalam Islam cet II.,
(Jakarta: AMZAH, 2014). hlm. 395

11
12

jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan


ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syari’ah Islam. (BAB I
pasal 1 ketentuan umum lihat juga PP No.42 tahun 2006 tentang peraturan
pelaksanaan UU Wakaf).
Sedangkan dalam redaksi Undang- undang Wakaf No. 41 Tahun
2004 menyebutkan sebagai berikut, wakaf adalah perbuatan hukum
seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan
sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-
lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran agama Islam.20
Ketika ibnu Umar merasa takjub terhadap salah satu harta bendanya,
maka dia pun segera menyedekahkannya, sebagai bentuk realisasi
terhadap firman Allah Ta’ala:
‫“لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون‬
Sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai....(Qs. Ali ‘Imran:9)
Rasulullah SAW merupakan pelaksana pertama sistem syariat wakaf
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin Syaibah daripada
‘Amr bin Sa’ad bin Mua’z bahwa kami bertanya tentang wakaf yang terawal
dalam Islam? Orang- orang Anshar mengatakan adalah wakaf Rasulullah
SAW.
Pada zaman Jahilyyah tidak dikenal akad wakaf yang merupakan
sebagian daripada akad- akad tabarru’, lalu Rasulullah SAW,
memperkenalkannya karena beberapa ciri yang istimewa yang tidak ada
pada akad- akad lainnya (baik sedekah maupun infak). Institusi pertama
yang diwakafkan oleh Rasulullah SAW, ialah Masjid Quba’ yang diasaskan
sendiri oleh Baginda SAW, apabila tiba di Madina pada 622 M atas dasar

20 . Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, UU RI No.
41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2004), hlm.3.
13

ketaqwaan kepada Allah SWT. Ini diikuti pula dengan wakaf Masjid Nabawi
enam bulan selepas pembinaan Masjid Quba’. Diriwayatkan bahwa
Baginda SAW, membeli tanah bagi pembinaan masjid tersebut daripada
dua saudara yatim piatu yaitu Sahl dan Suhail dengan harga seratus
dirham. Padangan masyhur mengatakan individu pertama yang
mengeluarkan harta untuk diwakafkan adalah Umar bin Khaththab ra.
Dengan mewakafkan seratus bagian tanah khaibar kepada ummat Islam.
Anaknya Abdullah bin Umar bin khaththab ra mengatakan bahwa ayahnya
telah mendapat sebidang tanah di Khaibar, lalu dia datang kepada
Rasulullah SAW, untuk meminta pandangan tentang tanah itu. Ia pun
berkata, “ Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah
di Khaibar, dimana aku tidak mendapat harta yang lebih berharga bagiku
selain daripadanya, apakah yang engkau perintahkan kepadaku
dengannya?”
Rasulullah SAW pun bersabda,
“ Jika engkau mau, maka pertahankanlah tanah itu, dan sedekahkan agar
bermanfaat.“ Maka Umar telah mewakafkan hasil tanahnya itu,
sesungguhnya tanah itu tidak boleh dijual, tidak boleh di hibah dan diwarisi
kepada siapa pun.” Ia berkata,“ Umar telah menyedekahkannya kepada
orang- orang fakir, kaum kerabat, hamba yang baru merdeka, pejuang-
pejuang dijalan Allah, Ibn Sabil dan para mualaf. Tidaklah berdosa bagi
siapa pun yang mengurus tanah wakaf itu kemudian ia memakan sebagian
hasilnya sekedar yang patut.“
Sejak itu sistem wakaf berkembang sampai saat ini sehinggah
menjadi tulang belakang ekonomi pembangunan umat Islam. 21

Dalam agama Islam, wakaf dapat terlihat dalam wujud:


a. Harta/ tanah yang dipisahkan dari pemilikan seseorang, dijadikan
harta atau tanah agama dan di manfaatkan untuk kepentingan
agama. Ada pihak- pihak yang ditugaskan mengurus dan

21. El- Madani Tim Op cit.,hlm. 102- 103


14

menguasai harta atau tanah wakaf itu, tetapi hanyalah seperti


Nadzir. Terjemahan Nadzir ini dalam melaksanakan tugasnya
dapat dikatakan sebagai pengawas.
b. Harta/ tanah yang dipisahkan dari pemilikan seseorang yang
dirumuskan menjadi harta/ tanah kekayaan tersendiri, yang
digunakan hasilnya untuk pembinaan agama. Hampir- hampir
dituju seakan- akan yayasan tersendiri atau badan wakaf
tersendiri. Yang dalam penyesuaiannya bentuk hukum indonesia
dinamakan Yayasan Wakaf.
c. Harta/ tanah yang kedudukanya tetap menjadi milik si pemiliknya
semua dengan menetapkan hasil dari harta/ tanah itu dijadikan dan
di sediakan untuk kemanfaatan agama.
d. Harta/ tanah wakaf keluarga, yang diperuntukan bagi seluruh
keluarga dan keturunannya .
Setiap bentuk dari harta atau tanah wakaf yang empat tadi sejauh
dilihat dari sudut agama adalah jelas dan mudah dimengerti. Bentuk kesatu
dan kedua sulit untuk dibedakan. biasanya berhimpitan. hanya pada bentuk
kedua, bentuk hukumnya dipertegas. tetapi setelah dihubungkan dengan
bentuk hukum tanah yang dikenal dengan hukum Agraria sekarang ini
terjadilah pergeseran- pergeseran pengertian yang adakalanya
menimbulkan pembatasan- pembatasan pelaksanaan wakaf. pergeseran-
pergeseran pengertian itu seyogyanya diberikan kemantapan kearah yang
bermanfaat bagi amalan keagamaan. 22

Menurut mazhab Syafi’i, antara lain:


a. Wakaf menurut Imam Nawawi, “ Menahan harta yang dapat
diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya, sementara benda
itu tetap ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan
dan mendekatkan diri kepada Allah”.

22 . Thalib Sajuti., Lima Serangkai tentang Hukum,(Jakarta: PT Bina Aksara 1983). hlm.
39- 40
15

b. Wakaf menurut Ibn Hajar Al- Haitami dan Syaikh Umairoh, “


Menahan harta yang bisa dimanfaatkan dengan menjaga keutuhan
harta tersebut, dengan memutuskan kepemilikan barang tersebut
dari pemiliknya untuk hal yang dibolehkan”.
Menurut Mazhab Hanafi
a. Wakaf menurut Imam Syarkhasi, “Menahan harta dari jangkauan
kepemilikan orang lain”.
b. Al- Murghiny mendefenisikan,“Wakaf ialah menahan harta
dibawah tangan pemiliknya, disertai pemberian manfaat sebagai
sedekah”.

Menurut Mazhab malikiyah


Ibn Arafah mendefinisikan wakaf ialah memberi manfaat sesuatu,
pada batas waktu keberadaannya, bersama tetapnya wakaf dalam
kepemilikan si pemiliknya meski hanya perkiraan (pengandaian).
Muhammad al-Syarbani al-Khatib berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan wakaf ialah:
‫حبس مال يمكن االنتفاع به مع بقاء عينه بقطع التصرف فى رقبته على مصرف‬
‫مباح موجود‬
“Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan disertai
dengan kekalnya zat benda dengan memutuskan (memotong) tasharruf
(penggolongan) dalam penjagaannya atas Mushrif (pengelola) yang
dibolehkan adanya.”
Imam Taqiy al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaeini dalam kitab
Kifayat al-Akhyar berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf
adalah:
“Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dengan
kekalnya benda (zatnya), dilarang untuk digolongkan zatnya dan dikelola
manfaatnya dalam kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.”
Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
wakaf ialah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tidak musnah
16

seketika, dan untuk penggunan yang dibolehkan, serta dimaksudkan untuk


mendapat ridha Allah.
Idris Ahmad berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf ialah,
menahan harta yang mungkin dapat diambil orang manfaatnya, kekal zat
(‘ain)- nya dan menyerahkannya ketempat- tempat yang telah ditentukan
Syara’, serta dilarang leluasa pada benda- benda yang dimanfaatkannya
itu.23
Menghadapi masalah tersebut terjadi perbedaan pendapat dikalangan
ulama. Di antaranya, Imam Malik melarang sama sekali pada dua hal.
Pertama, apabila harta wakaf itu berupa masjid; kedua, apabila harta wakaf
itu berupa tanah yang mempunyai hasil, maka dilarang menjual atau
menukarnya dengan yang lain kecuali sangat diperlukan (darurah), seperti
untuk perluasan masjid, kuburan, atau jalan raya demi kepentingan umum.
Namun mayoritas pengikut Maliki tidak memperbolehkan penukaran harta
wakaf meskipun tanah tersebut telah rusak dan tidak produktif lagi. Namun
minoritas dari mereka ada yang membolehkannya.
Di kalangan Syafi’iyah terjadi perbedaan pendapat, sebagian mereka
memperbolehkan penukaran harta wakaf itu agar ada hasilnya, namun
sebagian yang lain tidak memperbolehkannya. Yakni apabila hasil harta
wakaf itu telah berkurang dan ada kemungkinan untuk ditukarkan dengan
yang lain yang lebih bermanfaat dan produktif, mereka membolehkan
menjual masjid yang tidak memenuhi kapasitas jumlah jamaah, sudah
hancur, tidak dipergunakan lagi dan hasil penjualannya dipergunakan untuk
membangun masjid lain yang lebih baik.
Ulama mazhab Hanafi memperbolehkan penukaran harta wakaf.
Menurut mereka penukaran tersebut dapat terjadi pada tiga hal:
1. Wakif mensyaratkan hak penukaran tersebut untukk dirinya atau
untuk orang lain yang mengurus harta wakaf tersebut. Apabila ketika
saat berwakaf wakif mengatakan, misalnya: “saya wakafkan tanah

23. Suhendi hendi, Fiqh Muamalah ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) hlm. 240
17

ini dengan syarat bahwa berhak menggantikannya dengan yang lain,


atau saya berhak menjualnya atau menggantikannya dengan yang
lain”, maka wakaf tersebut sah dan syaratnyapun berlaku karena
tidak kontradiksi dengan kelanggengan wakaf tersebut.
2. Wakif tidak mensyaratkan hak penukaran tersebut untuk dirinya atau
untuk orang lain, sedangkan harta wakaf itu sudah kurang produktif,
misalnya sudah rusak sementara tidak ada upaya untuk
memperbaikinya, atau kebun itu sudah berkurang dan hasilnya tidak
melebihi ongkos (biaya) perawatannya, maka dalam keadaan seperti
ini penukaran itu dibolehkan, tetapi mesti ada izin dari hakim
3. Apabila harta wakaf itu masih produktif dan hasilnya masih
digunakan sesuai dengan tujuan wakaf, tetapi harta wakaf itu
mungkin ditukarkan dengan benda yang lebih produktif, maka dalam
hal ini ulama Hafiyah berbeda pendapat: Abu yusuf (w. 182 H)
memperbolehkannya karena lebih menguntungkan dan penukaran
itu tidak menyimpang dari tujuan wakaf. Imam Hilal (w.245 H)
berpendapat sebaliknya, ia hanya membenarkan kalau penukaran
itu disyaratkan wakif ketika berwakaf. Sedangkan Kamaluddin ibn
Human juga tidak memperbolehkannya, karena tidak ada alasan
(sebab) yang membolehkan hal tersebut.24

Sayyid Quthb pemikir Islam dari Mesir dengan gaya pendekatan


komprenship dalam bukunya al- Adalah al- Ijtima’iyah fil Islam berhasil
memformulasikan teori keadilan sosial dalam Islam dan instrumen
pendukungnya termasuk wakaf yang bukan sebatas teori utopis belaka,
melainkan kajiannya berangkat dari fakta sejarah peradaban Islam. Setelah
mengupas pandangan Islam mengenai kasih sayang, kebajikan, keadilan,
dan jaminan sosial yang menyeluruh antara orang yang mampu dan tidak
mampu, antara kelompok yang kaya dan kelompok yang miskin, antara
individu dan masyarakat, antara pemerintah dan rakyat, bahkan antara

24. Hasbi Umar, Nalar Fiqih Kontemporer (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta,
2008) hlm. 127-128
18

segenap umat manusia, Quth selalu membeberkan fakta historis


bagaimana konsep tersebut membumi dalam perjalanan kesejahteraan
generasi terbaik Islam. 25
Wakaf Menurut Imam Nawawi adalah menahan harta yang dapat
diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya sementara benda itu tetap
ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan
diri kepada Allah. Menurut Syaikh Umairah dan Ibnu Hajar al-Haitami.
Wakaf ialah menahan harta yang bisa dimanfaatkan dengan menjaga
keutuhan harta tersebut, dengan memutuskan kepemilikan barang tersebut
dari pemiliknya untuk hal yang dibolehkan.26
Abu Bakar Jabir Al-jazairi mengartikan wakaf sebagai penahanan
harta sehingga harta tersebut tidak bisa diwarisi, atau dijual, atau
dihibahkan, dan mendermakan hasilnya kepada penerima wakaf.
Sementara dalam UU RI No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf,
disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/ atau menyerahkan sebagian harta benda miiliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut
syariah.
Dalam perspektif ekonomi, wakaf dapat didefenisikan sebagai
pengalihan dana (atau aset lainnya) dari keperluan konsumsi dan
menginvestasikannya kedalam aset produktif yang menghasilkan
pendapatan untuk konsumsi di masa yang akan datang baik oleh individual
ataupun kelompok.27

25 . Budi Utomo Setiawan, Op. Cit., hlm. 149


26. file:///D:/bie/Pengertian%20Wakaf.htm. di akses pada tanggal 6 Oktober 2018
27 . Wadjdy Farid dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat., (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2007). hlm. 30
19

Abu Hanifah merumuskan definisi wakaf dengan :28


29
‫حبس العين على ملك الو قف وتصدق بمنفعتها‬
“ Menahan Benda milik yang berwakaf dan menyedekahkan manfaatnya
untuk kebaikan”.
Berdasarkan definisi ini, Abu Hanifah menyatakan bahwa akad wakaf
bersifat tidak mengikat (ghairu lazim) dalam pengertian orang yang
berwakaf dapat saja menarik kembali wakafnya dan menjualnya. ini berarti
wakaf menurut Abu Hanifah tidak melepaskan hak kepemilikan wakif secara
mutlak dari benda yang telah diwakafkan. wakaf baru bersifat mengikat
menurut Abu Hanifah dalam keadaan: (1) apabila ada keputusan hakim
yang menyatakan wakaf itu bersifat mengikat, (2) peruntukan wakaf adalah
untuk masjid, (3) wakaf itu dikaitkan dengan kematian wakif.
Ulama Malikiyah mendefinisikan wakaf dengan:
‫جعل المالك منفة مملوكة ولو كان مملوكا بأجرة او جعل غلته كدراهم بصغة مدة‬
30
‫مايراه المحبس‬
“ Wakaf adalah menjadikan manfaat harta wakif berupa sewa ataupun
hasilnya seperti dirham untuk orang- orang yang berhak dengan sighat
tertetu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kehendak wakif”.
Hampir senada dengan pendapat Abu Hanifah diatas, akad wakaf pun
menurut Malikiyah tidak melepaskan hak kepemilikan wakif dari harta yang
diwakafkan, hanya saja wakif melepaskan hak penggunaan harta yang
diwakafkan tersebut. Orang yang mewakafkan hartanya menahan
penggunaan harta yang diwakafkan dan membolehkan pemanfaatan
hasilnya untuk tujuan kebaikan dalam waktu tertentu. dalam hal ini ulama
Malikiyah tidak mempersyaratkan wakaf itu untuk selama- lamanya.

28 . Rozalinda., Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Dan Implementasinya Pada Sektor


Keuangan Syari’ah.,(Jakarta: rajawali pers 2016). hlm. 309
29. Muhammad Amin Bin Umar( Ibnu Abidin), Furu’ul Fiqhi Hanafi Raddul Mukhtar ‘Ala
Daril Mukhtar,Juz IV, 1412 h 1992 M. hlm. 338
30. Umar bin Ali bin Ahmad Al- Ansori Ibnu Mulkin, I’lamu Bafawaidil Umadatil Ahkam, Juz
VII Kitabul Buyu’. hlm. 431
20

Sementara itu, mayoritas ulama dari kalangan Syafiiyah, Hanabilah,


31
As- Syaibani, dan Abu Yusuf mendefinisikan wakaf dengan:
‫حبس مال يمكن االنتفاع به مع بقاء عينه بقطع التصرف فى رقبته من الواقف‬
‫وغيره على تصرف مباح موجود او يصرف ريعه على جهة البر والخير تقربا الى هللا‬
32. ‫تعالى‬
“Menahan harta yang dapat dimanfaatkan dengan tetapnya zat benda yang
menghalangi wakif dan lainnya dari tindakan hukum yang dibolehkan atau
tindakan hukum yang bertujuan untuk kebaikan dan mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala”.
Dari defenisi ini, jumhur ulama berpendapat akad wakaf bersifat
mengikat. Dalam pengertian, wakif tidak dapat menarik kembali harta yang
telah diwakafkan, tidak dapat menjual atau pun mewariskannya. Menurut
mayoritas ulama, harta yang sudah diwakafkan tidak lagi menjadi milik wakif
dan berpindah menjadi milik Allah yang dipergunakan untuk kebaikan umat
Islam.
Abu Hanifah mendasarkan pendapatnya pada dua dalil
a. Sabda Nabi Muhammad SAW
33(‫عن ابن عبس رضي هللا عنه الحبس عن فرائض هللا )رواه الدارقطني‬
“Tidak boleh ada penghalang atas ketentuan-ketentuan Allah (bagian-
bagian warisan yang ditentukan Allah)
b. Hadis yang diriwayatkan dari al-Qaadhi Syuraih, dia berkata:
‫جاء محمد صلى هللا عليه وسلم ببيع الحبس‬
“Nabi Muhammad SAW, datang untuk menjual barang wakaf”
Jika Rasulullah melakukan hal itu, maka kita tidak boleh membuat2
wakaf dalam bentuk lain. Sebab wakaf adalah penahanan barang dan ini
tidak disyariatkan.

31 . Ibid. hlm. 310-311


32. Umar bin Ali bin Ahmad Al- Ansori Ibnu Mulkin Op Cit. hlm. 431
33. Abu Bakar Ahmad bin Husein bin Ali Al- Baihaqi, Kitabul Sunanil Kubro, Kitabul Waqfi.
Hadits 11574
21

Menurut Mazhab Imam Hanfi dan Hambali


Wakaf adalah menahan harta yang bisa dimanfaatkan sementara
barang tersebut masih utuh, dengan menghentikan sama sekali
pengawasan terhadap barang tersebut dari orang yang mewakafkan dan
lainnya, untuk pengelolaan yang diperbolehkan dan riil, atau pengelolaan
barang tersebut untuk tujuan kebajikan dan kebaikan demi mendekatkan
diri kepada Allah.
Menurut Imam Maliki
Wakaf adalah sipemilik harta menjadikan hasil dari harta yang dimiliki
meskipun kepemilikan itu dengan cara menyewa atau menadikan
penghasilan dari harta tersebut, misalnya dirham, kepada orang yang
bberhak dengan suatu sighat (akad, pernyataan) untuk suatu tempo yang
dipertimbangkan oleh orang yang mewakafkan.
Wakaf menurut Malikiyah tidak memutus (menghilangkan) hak
kepemilikan barang yang diwakafkan namun hanya memutuskan hak
pengelolaannya. Mereka menjadikan dalil akan tetapnya kepemilikan
terhadap harta yang diwakafkan pada hadis Umar, dimana Rasulullah
SAW. Bersabda kepadanya “Jika kamu ingin kamu bisa menahan tanah itu
dan menyedekahkan hasilnya.34
Selain definisi dari kelompok ulama mutaqaddimin di atas ditemukan
pula definisi dari ulama mutaakhirin. Di antaranya Abdul Wahab Khalaf
merumuskan wakaf dengan menahan sesuatu baik materil maupun
maknanya (maknawi). Selain itu, menurutnya, kata waqaf juga sering
digunakan untuk objek, maksudnya sesuatu yang ditahan.[19] Pengertian
ini menunjukkan bahwa pada wakaf yang ditahan itu ada pula manfaatnya.
Sementara itu al-Shanani mensyaratkan bahwa benda yang diwakafkan itu
adalah benda yang dapat diambil manfaatnya selamanya dan benda itu
tidak mudah habis dan rusak. Di samping itu dia juga mensyaratkan bahwa
benda yang diwakafkan itu harus digunakan untuk kepentingan kebaikan.

34. El- Madani Tim, Tata Cara Pembagian Waris dan Pembagian Wakaf ( Yogyakarta:
Medpress Digital, 2014) hlm 102- 103-103- 108
22

Syarat ini dikemukakannya ketika merumuskan pengertian wakaf, di mana


menurut al-Shanani wakaf dalam menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya selamanya serta bendanya itu tidak cepat habis dan rusak, dan
digunakan untuk kebaikan.35
Berdasarkan definisi di atas terlihat bahwa para ulama telah sepakat
bahwa wakaf mengalami perubahan struktur kepemilikan. Kecuali pendapat
yang dikemukan ulama Hanafiyah, jumhur ulama sepakat menyatakan
bahwa benda atau harta yang semula milik pribadi, setelah diwakafkan
menjadi milik publik (Allah) dan harus tetap dikekalkan (dipertahankan)
sebagaimana semula. Di samping masalah kepemilikan ulama juga sepakat
bahwa unsur pokok lainnya dari wakaf adalah manfaatnya. Mereka sepakat
bahwa benda atau harta yang diwakafkan itu mestilah dapat memberikan
manfaat selamanya (tidak sementara) terhadap kemashlahatan umat.
Manfaat yang dimaksudkan di sini adalah hasil yang diperoleh dari
pengelolaan atau pengolahan harta atau benda wakaf itu. Sementara itu
meskipun tidak semua mengemukakan secara eksplisit, tujuan wakaf itu
sendiri disepakati untuk kebaikan dan kepentingan agama atau menjadi
salah satu bentuk ibadat kepada Allah.
Mencermati beberapa definisi wakaf di atas dapat dipahami beberapa
unsur yang menjadi ciri wakaf adalah penahanan terhadap suatu harta atau
benda, dapat dimanfaatkan, tidak melakukan tindakan kepada bendanya
untuk kepentingan pribadi, dan disalurkan kepada yang dibolehkan oleh
syara’.
Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu masih terdapat
perbedaan pendapat. Seperti ulama Hanafiyah lebih menekankan kepada
manfaat benda yang diwakafkan. Sedangkan status kepemilikannya tetap
menjadi milik wakif. Sementara itu, mazhab Syafi’i lebih menekankan
perubahan status hak milik dari wakif kepada yang menerima.

35 . Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul a-Salam, (Khairo: Muhammad Ali al-Shabih,
juz. II, hlm. 114
23

Berbedanya pendapat para ulama fikih dalam merumuskan definisi


wakaf disebabkan oleh berbeda penekanannya. Ada yang menekankan
status kepemilikan harta wakaf itu, ada pula yang justru lebih
mementingkan manfaat yang bia diperoleh dari harta tersebut serta ada
pula yang juga menekankan secara spesifik pentingnya penggunaannya
dalam rangka pendekatan diri kepada Allah. Kendatipun demikian, dapat
pula dikemukaan bahwa semua ulama sepakat bahwa harta wakaf itu
mestilah dipergunakan untuk kepentingan kemashalahatan umat, bukan
untuk kepentingan individual.
Memperhatikan beberapa pendapat ulama di atas, maka menurut
penulis, dalam hal status pemilikan harta wakaf itu, pendapat Syafi’iyah dan
Hanabilah nampaknya lebih sesuai dengan filosofi dasar wakaf yang
mementingkan kemashlahatan umum. Sebagaimana telah dijelaskan,
sebelumnya menurut kedua mazhab ini, salah satu implikasi wakaf ialah
terjadinya perubahan status pemilikan benda dari milik pribadi menjadi milik
publik dan digunakan untuk kepentingan umum (agama) tanpa adanya
batasan waktu tertentu. Hal ini didasari atas praktek yang dilakukan oleh
Umar ibn al-Khaththab ketika mewakafkan tanah di Khaibar dan tidak boleh
lagi diwariskan atau dihibahkan. Ini adalah konsekuensi logis dari
perubahan status dari milik peribadi menjadi milik publik. Penegasan
perubahan status kepemilikan ini, yaitu dari individu menjadi publik (umat)
sangat sejalan dengan perkembangan umat Islam dewasa ini. Umat Islam
akan dapat membangun suatu kerjasama dalam rangka melakukan
kegiatan roduktif untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kemashlahatan
umat dalam bentuk peningkatan ekonomi masyarakat Islam yang masih
menghadapi berbagai tantangan ketinggalan dibandingkan komunitas lain
bangsa Indonesia.
Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 1, Wakaf adalah perbuatan
hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk
selam- lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya
24

sesuai ajaran Islam. Dalam pasal 1 Undang-Undang No 41 Tahun 2004


tentang wakaf di rumuskan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif
untuk memisahkan dan atau menyerahkan menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau
kesejahteraan umum menurut syari’at.
Dari beberapa defenisi di atas, mengindikasikan sifat abadi wakaf atau
dengan ungkapan lain, istilah wakaf diterapkan untuk harta benda yang
tidak musnah dan manfaatnya dapat diambil tanpa mengonsumsi harta
benda itu sendiri. Oleh karenanya wakaf identik dengan tanah, kuburan,
masjid, langgar, meskipun adapula wakaf buku-buku, mesin pertanian,
binatang ternak, saham dan aset, serta uang tunai/ cash wakaf). Dengan
demikian, secara garis besar wakaf dapat dibagi dalam dua kategori
pertama, direct wakaf dimana aset yang ditahan /diwakafkan dapat
menghasilkan manfaat / jasa yang kemudian dapat digunakan oleh orang
banyak (beneficiaries) seperti rumah ibadah, sekolah dan lain-lain. Kedua,
adalah wakaf investasi). Wakaf aset ini dikembangkan untuk menghasilkan
produk atau jasa yang dapat dijual untuk menghasilkan pendapatan,
dimana pendapatan tersebut kemudian digunakan untuk membangun
fasilitas- fasilitas umum seperti masjid, pusat kegiatan umat Islam dan lain-
lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi
wakaf adalah mengalihkan kepemilikan harta untuk kepentingan umum
dengan memberikan manfaat melalui nilai guna barang wakaf.

2. Dalil dan Hukum Wakaf


Dasar adanya dorongan memberi wakaf adalah firman allah :
.‫وافعلوا الخير لعلكم تفلحون‬
Artinya: “Berbuat baiklah semoga engkau bahagia (menang)”. (QS. Al-
Hajj: 77).
25

Allah SWT telah mensyariatkan wakaf, menganjurkannya, dan


menjadikannya sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri
kepadanya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW
bersabda,
‫ اذا مات االنسان انقطع عنه عمله اال من‬:‫عن ابي هريرة ان النبي صلعم قال‬
‫ (رواه الجماعة اال‬.‫ صدقة جارية او علم ينفع به او ولد صالح يدعوله‬:‫ثالثة اشياء‬
36 )‫البخاري وابن ماجه‬
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah semua (pahala) amal
perbuatannya kecuali dari tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
atau anak soleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Al-Imran:92,Allah berfirman:
‫لن تنالوا البر حتى تنفقوا مماتحبون‬
Akan mencapai kebaikan bila kamu menyedekahkan apa yang masih kamu
cintai.
‫ اصبت‬،‫ يارسول هللا‬: ‫ فقال‬،‫ ان عمر اصاب ارضا من ارض خيبر‬: ‫عن ابن عمر‬
‫ ان شئت حبست اصلها‬:‫ فما تامرني؟ قال‬، ‫ارضا بخيبر لم اصب ماال قط انفس عندي منها‬
‫ في الفقراء وذي القربى‬،‫ فتصدق بها على ان التباع وال توهب والتورث‬.‫وتصدقت بها‬
‫ الجناح على من وليها ان ياكل منها بالمعروف ويطعم غير‬.‫وال رقاب والضيف وابن السبيل‬
37 )‫ (رواه الجماعة‬.‫ غير متاثل ماال‬:‫ وفي لفظ‬،‫متمول‬
“ Dari Ibnu Umar: “ Bahwasanya Umar memperoleh bagian tanah di
Khaibar, lalu ia berkata, ‘ Wahai Rasulullah, aku mendapat tanah di Khaibar.
Aku tidak pernah mendapatkan harta yang lebih berharga daripada itu. Apa
yang engkau perintahkan kepadaku?’ Beliau bersabda,’ Bila mau engkau
mewakafkan pokoknya dan menyodaqohkan (hasilnya).’ Maka Umar pun
menyodaqohkannya dengan syarat tidak boleh dijual, tidak boleh
dihibahkan dan tidak boleh diwariskan, yaitu shadaqah untuk orang- orang

36. Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al Husaini, Kifayat Al Ahyar Terjemahan
Syarifuddin Anwar ( Surabaya, Bina Iman, 2007) hlm.720
37 . Al Imam Asy- Syaukani, Ringkasan Nailul Authar, (Jak-Sel: Pustaka Azzam, 2006).
hlm. 299
26

fakir, kaum kerabat dan mantan budak, golongan lemah dan ibnu sabil.
Tidak mengapa bagi yang mengurusinya untuk makan darinya dengan cara
yang baik, dan memberi makan orang lain tanpa menyimpannya.” (HR.
Jama’ah).
Berkata Ibnu hajar dalam Fathul baari hadis Umar ini adalah asal dan
landasan Syariah pada wakaf. Hadis Umar ini merupakan dasar
disyariatkannya wakaf. Imam Ahmad berkata: Hammat (Ibnu Kholid)
menceritakan kepada kami dari Nafi’ dari Ibnu Umar dia berkata
‫اول صدقة اي موقوفة كانت فى االسالم صدقة عمر‬
Artinya sedekah pertama yang diwakafkan adalah sedekah Umar 38
Kesimpulan Hadits:39
1. Makna wakaf diambilkan dari sabda Rasulullah SAW, “ Jika engkau
menghendaki, maka engkau dapat menahan tanahnya dan engkau
dapat mensedekahkan hasilnya”, yang artinya menahan asal harta
dan menyalurkan manfaatnya.
2. Dari perkataan, “ Tanahnya tidak djual dan diwariskan”, dapat diambil
hukum pemanfaatan wakaf, bahwa kepemilikannya tidak boleh
dialihkan dan juga tidak boleh diurus yang menjadi sebab pengalihan
kepemilikan, tapi ia harus dijaga seperti apa adanya, dapat diolah
menurut syarat yang ditetapkan orang yang mewakafkan, selagi tidak
ada penyimpangan dan kezaliman.
3. Kedudukan wakaf ialah suatu barang yang tetap ada setelah
dimanfaatkan. Adapun untuk sesuatu yang sirna telah diambil
manfaatnya, maka itu merupakan sedekah, tidak termasuk dalam
masalah wakaf dan hukumnya.
4. Dari perkataan, “ Maka Umar mensedekahkan hasilnya untuk orang-
orang fakir” dapat diambil kesimpulan tentang penyaluran wakaf
menurut syariat, yaitu untuk berbagai kebajikan yang bersifat umum

38. Ibnu hajar Al-asqolani, Fathul Baari (Penjelasn Kitab Shohih Al-Bukhori) Cet. 1
Terjemahan Amiruddin, Jakarta Pustaka Azzam 2006, hlm. 530-531
39. Mardani, Ayat- Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah.,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012). hlm. 155- 156
27

dan khusus, seperti untuk diberikan kepada kaum kerabat,


memerdekakan budak, jihad fi sabilillah, menjamu tamu, untuk orang-
orang fakir dan miskin, membangun sekolah, tempat penampungan,
rumah sakit, dan lain- lainnya.
5. Dari perkataan, “ Dan tidak ada salahnya bagi orang yang
mengurusnya untuk memakan dirinya secara ma’ruf, dapat
disimpulkan sahnya syarat yang ditetapkan orang yang mewakafkan,
selagi tidak menafikan keharusan wakaf dan tujuannya, yang
didalamnya tidak ada dosa dan kezaliman.
6. Didalam perkataan ini juga terkandung pembolehan bagi nadzirwakap
untuk memakan dari harta wakaf dengan cara yang ma’ruf dan
menurut kepatutan, yaitu mengambil sesuai kebutuhannya.
7. Disini terkandung fadhilah wakaf, yang termasuk sedekah yang
manfaatnya terus berkelanjutan dan kebaikannya tidak pernah
berhenti.
8. Yang paling utama ialah mewakafkan harta yang paling baik dan yang
paling berharga, sebagai ketamakan terhadap kebajikan disisi Allah
Swt, yang dijadikannya bagi orang yang menafkahkan harta yang
paling dicintai.
9. Disini mengandung musyawarah dengan orang yang memiliki
keutamaan, yaitu para ulama’ yang aktif beramal dan yang memiliki
pengeahuan untuk disampaikan.
10. Disini terkandung pengertian bahwa yang harus dilakukan orang yang
dimintai pendapat ialah memberi nasihat, yang menurutnya paling
utama dan paling baik, karena agama itu merupakan nasihat.
11. Disini juga terkandung kebajikan kepada kaum kerabat, karena
memberikan sedekah kepada mereka mendatangkan pahala sedekah
dan silaturrahmi.
12. Dari hadis ini dapat diambil kesimpulan bahwa syarat dalam wakaf
harus sah berdasarkan ketentuan syari’at, seperti berbuat baik, adil,
menjauhkan kezhaliman dan penyimpangan.
28

Wakaf telah disyariatkan dan telah diperaktekan oleh umat Islam


diseluruh dunia sejak zaman Nabi Muhammad s.a.w sampai sekarang,
termasuk masyarakat Islam di Negara Indonesia. Menurut Ameer Ali hukum
wakaf merupakan cabang yang terpenting dalam syari’at Islam , sebab ia
terjalin kedalam seluruh kehidupan ibadat dan perekonomian sosial kaum
muslimin.40
Sebagian ulama menerjemahkan sedekah jariyah sebagai wakaf,
sebab jenis sedekah yang lain tidak ada yang tetap mengalir namun
langsung dimiliki zat dan manfaatnya adapun wasiat manfaat walaupun
termasuk dalam hadits tetapi sangat jarang. dengan begitu menerjemahkan
sedekah dalam hadits dengan arti wakaf lebih utama.
Syaikh Al- Bujairimi dalam Hasyiyah- nya mengatakan bahwa tidak
ada larangan menerjemahkan sedekah jariyah terhadap sepuluh yang
mereka sebutkan tidak terputus dengan kematian anak manusia dan hal ini
sudah dipantunkan oleh Al- Jalal As- Sayuthi dengan ucapannya yang
artinya:41
Jika anak adam meninggal, maka tidak ada yang mengalir
Dari sikaf kebajikan selain sepuluh perkata
Ilmu diajarkan, doa yang baik
Menanam pohon kurma dan sedekah yang mengalir
Mewariskan mushaf dan berjaga dimedan jihad
Menggali sumur atau mengalirkan sungai
Rumah untuk orang asing atau rumah tempat kembali
Atau membangun rumah tempat dzikir
Mengajarkan Alquran Al- karim
Maka ambillah dari hadis- hadis yang diringkas
Adapun hukumnya adalah mandub (dianjurkan), dan mandub adalah
sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk mendekatkan diri kepada Allah
berupa perbuatan baik yang bukan wajib.

40 . Usman Suparman. Loc. Cit., hlm. 2


41 . Muhammad Azam Abdul Aziz, Op. cit., hlm. 397-398
29

Rasulullah telah memotivasi para sahabat untuk mewakafkan harta


dan menganjurkan serta menanamkan rasa cinta kebaikan dan kebajikan
seperti yang hadis yang ada dalam shahih Al-bukhari dan Muslim bahwa
Umar bin Khaththab mendapat tanah di Khaibar lalu dia mendatangi
Rasulullah SAW dan meminta kepada Nabi agar dia bertaqarrub kepada
Allah dengan tanah itu, kemudian Nabi berkata kepadanya: “Jika engkau,
maka kamu tahan yang asal dan kamu bersedekah dengannya.”
Hukum wakaf itu adalah sunat dan hikmahnya besar sekali, antara
lain:
a. harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin
kelangsungannya. tidak perlu khawatir barangnya hilang atau
pindah tangan, karena barang wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan,
atau diwariskan. Pada dasarnya, benda yang telah diwakafkan
tidak dapat dilakukan perubahan. Dalam sabda Rasulullahh SAW
telah dijelaskan bahwa benda wakaf tidak bisa diperjualbelikan,
dihibahkan, atau diwariskan dalam hadits Umar radhiyallahu’anhu:
(Sesungguhnya tanah wakaf tidak boleh dijual, tidak boleh
dihibahkan, dan tidak boleh diwaris [HR Bukhari])42
b. orang yang berwakaf sekalipun sudah meninggal dunia, masih
terus menerima pahala, sepanjang barang wakafnya itu masih
tetap ada dan masih dimanfaatkan.
Hal tersebut adalah sesuai dengan sabda nabi:
‫عن ابي هريررة رضي هللا عنه ان رسول هللا عليه وسلم اذا مات االنسان‬
.‫انقطع عمله اال من ثالثة صدقة جارية او علم ينفع به او ولد صالح يدعو له‬
43 ‫رواه مسلم وابواداود والنساي والترمزي‬
Artinya: Apabila Orang meninggal, akan terputuslah amalnya
(pahalnya), kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariah (wakaf), atau ilmu

42. Siah Khosyi’ah, Wakaf dan Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di
Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) hlm. 95.
43. I’anatuttholibin Juz 3 hlm. 157 Bab Waqof
30

yang dapat dimnfaatkan, atau anak yang saleh, yang berdo’a


untukya. (Hadis riwayat muslim, Abu Dawud, Al-nasai dan Tirmidzi
dari Abu hurairah).
c. Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang penting yang
besar sekali manfaatnya bagi kepentingan agama dan umat.
Antara lain untuk pembinaan kehidupan beragama dan
peningkatan kesejahteraan umat islam, terutama bagi orang-orang
yang tidak mampu, cacat mental/ fisik, orang-orang yang sudah
lanjut usia dan sebagainya yang sangat memerlukan bantuan dari
sumber dana seperti wakaf itu.44
Mengingat besarnya manfaat wakaf itu, maka nabi sendiri dan para
sahabat dengan ikhlas mewakafkan masjid, tanah, sumur, kebun dan kuda
milik mereka pribadi. Jejak (sunah) Nabi dan para sahabatnya itu kemudian
diikuti oleh umat islam sampai sekarang.
Hukum-hukum wakaf diantaranya:
a. Wakaf itu suatu ibadat yang disyariatkan dan telah berlaku dengan
sebutan lafad, walaupun tidak ditetapkan dan atau diakui oleh hakim,
dan hilang pemilikan si wakif daripadanya, walaupun barang itu masih
berada ditangannya. Beginilah pendapat Asy-syafii yang disetujui oleh
Maliki dan Ahmad. Kata Muhammad: baru dipandang sah menjadi
wakaf apabila telah dikeluarkan dari tangannya, yakni diserahkan
kepada seseorang yang mengurusi wakaf itu. Kata Abu Hanifah:
wakaf itu suatu pemberian yang benar, tetapi tidak lazim yakni tidak
terlepas dari milik si wakif, hingga hakim memberikan putusan sebagai
barang wakaf atau dita’liqkan dengan mati si wakif seperti ia katakan
apabila saya meninggal maka saya wakafkan rumah ini pada urusan
ini.

44 . Zuhdi Masjfuk., Op. Cit . hlm. 77- 78


31

b. Tidak sah wakaf jika barang yang diwakafkan itu tak dapat diambil
manfaatnya melainkan dengan merubahnya seperti emas, perak dan
makanan hukum ini disepakati
c. Sah kita mewakafkan binatang
Begini juga pendapat Ahmad dan menurut suatu riwayat dari malik.
Kata Abu Hanifah dan Abu Yusuf tidak sah
d. Milik barang yang diwakafkan itu menjadi kepunyaan Allah, bukan
kepunyaan si maukuf alaih. Kata Malik dan Ahmad berpindah kepada
si mauquf alaih sedangkan kata Abu Hanifah apabila telah sah wakaf
berpindah dari milik si wakif tetapi tidak masuk kedalam milik si
mauquf alaih
e. Mewakafkan harta Musya’ boleh, sama dengn menghibahkannya dan
menyewakannya. Hukum ini disepakati oleh imam empat. Kata
Muhammad Ibnu Hasan tidak boleh, sebagaimana tidak boleh
mempersewakan harta musya’ itu
f. Tidak sah wakaf dengan tidak diterangkan kepada siapa diwakafkan.
Kata Malik sah. Juga sah wakaf yang berpenghabisan akhirnya seperti
wakaf kepada anak-anakku dan anak-anaknya. Sesudah tidak ada
anak-anak lagi, diberikan kepada asobahnya, jika tidak ada diberikan
kepada umat Islam yang fakir.
g. Apabila barang wakaf sudah rusak tidaklah kembali kepada siwakif
tetapi dibiarkan demikian saja, dengan tidak dijual. Begini juga
pendapat Malik. kata Ahmad boeh dijual dan diprgunakan harganya
untuk barang wakaf sepertinya, kalau masjid maka harganya
dipergunakan untuk masjid juga. kata Abu Yusuf tidak boleh dijual.
kata Muhammad kembali kepada pemiliknya yang pertama 45

Sebaiknya mewakafkan itu pada saat seseorang masih dalam


keadaan sehat walafiat. Apabila seseorang mewakafkan harta bendanya
dalam keadaan sakit menjelang kematiannya, maka tidak sah. Demikian

45. Tengku Muhammad Hasbi Ash shiddieqy, Hukum-hukum Fiqih Islam (Semarang:PT
Pustaka Rizki Putra 1997) hlm.46
32

pula tidak sah wakaf seseorang, apabila harta yang diwakafkan melebihi
sepertiga dari seluruh harta bendanya, baik diwakafkan kepada keluarga /
ahli waris atau kepada orang lain/ badan. kecuali atas persetujuan ahli
waris. Ketentuan maksimal (sepertiga dari harta kekayaan) untuk wakaf,
seperti halnya untuk wasiat itu adalah untu kepentingan keluarga/ahli
warisnya yang harus diperhatikan kesejahteraan hidupnya, setelah orang
itu meninggal.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan wakaf sebagai berikut:
1. Pihak pewakaf adalah orang yang sah bertindak (pada harta
bendanya), berakal, dwasa, merdeka, dan bertindak lurus.
2. Status harta wakaf adalah harta yang mungkin diambil manfaatnya
terus menerus dengan tetapnya wujud harta itu (tidak habis atau
punah), dan hendaklah pihak pewakaf menentukannya.
3. Hendaklah harta wakaf itu diperuntukkan bagi jalan kebaikan dan
ma’ruf, seperti; masjid, orang-orang miskin, dll,karena wakaf adalah
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga harta wakaf
haram diperuntukkan bagi tempat ibadah orang-orang kafir atau untuk
membeli sesuatu yang haram.
4. Bila manfaat harta wakaf berhenti dan tidak bisa lagi diambil
manfaatnya, maka ia boleh dijual, dan harganya untuk membeli
barang semisalnya.
5. Wakaf adalah akad yang mengikat, sah dengan sekedar kata-kata,
dan tidak boleh membatalkan dan menjualnya.
6. Barang wakaf harus ditentukan, maka tidak sah wakaf barang barang
yang tidak ditentukan.
7. Wakaf harus langsung ditunaikan, sehingga tidak sah wakaf yang
bergantung (pada syarat tertentu) dan tidak sah pula wakaf yang
terbatas waktu (temporal), kecuali bergantung kepada kematian sang
pewakaf.
8. Wajib mengikuti syarat pemberi wakaf selam tidak menyelisihi syariat.
33

9. Bila pewakaf memberikan wakafnya (disalurkan) kepada anak-


anaknya, maka samalah kedudukan antara laki-laki dan permpuan
didalamya.46
Dengan demikian, wakaf merupakan tindakan hukum seseorang
dalam bentuk pemisahan sebagian hartanya dan kelembagaannya
digunakan untuk keperluan ibadah atau keperluan lainnya sesuai dengan
ajaran Islam.
Benda yang diwakafkan dipandang sah apabila memenuhi syarat-
syarat berikut.
1. Benda harus memenuhi nilai guna
Tidak sah hukumnya sesuatu yang bukan benda, misalnnya hak- hak
yang bersangkut paut dengan benda, seperti hak irigasi, hak lewat,
hak pakai dan sebagainya.
2. Benda tetap dan benda bergerak
Secara garis umum yang dijadikan sandaran golongan syafi’iyyah
dalam mewakafkan hartanya dilihat dari kekekalan fungsi atau
manfaat dari harta tersebut, baik berupa barang tak bergerak, barang
bergerak maupun barang kongsi (milik bersama).
3. Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi akad
wakaf Penentuan benda tersebut bisa ditetapkan dengan jumlah
seperti seratus juta rupiah, atau bisa juga menyebutkan dengan
nisbah terhadap benda tertentu, misalnya separuh tanah yang dimiliki
dan lain sebaganya.
4. Benda yang diwakafkan benar- benar telah menjadi milik tetap (al- milk
at- tamm) si wakif (orang yang mewakafkan) ketika terajadi akad
wakaf
Dengan demikian, Jika seseorang mewakafkan benda yang bukan
atau belum menjadi miliknya, walaupun nantinya akan menjadi

46. Syaikh Shalih Bin Abdul Aziz Alu Asy- Syaikh, Fikih Muyassar ( Jakarta: Darul Haq,
2016), hlm. 425-426
34

miliknya maka hukumnya tidaak sah, seperti mewakafkan tanah yang


masih dalam sengketa atau jaminan jual beli dan lain sebagainya. 47
5. Tujuan/tempat diwakafkan harta itu adalah penerima wakaf (mauquf
‘alaih)
Tidak boleh bertentangan dengan nilai- nilai ibadah, hal ini sesuai dengan
sifat amalan wakaf sebagai salah satu bagian dari ibadah.
Di dalam Pasal 22 Undang- undang Nomor 41 Tahun 2004,
disebutkan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda
hanya dapat diperuntukkan bagi
a. sarana dan kegiatan ibadah
b. sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan ,
c. bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa
d. kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan/atau
e. kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan
dengan syariah dan peraturan perundang- undangan.
6. Pernyataan/ Lafaz penyerahan wakaf (sighat) ikrar wakaf
Sighat (Lafdz) atau pernyataan wakaf dapat dikemukakan dengan
tulisan, lisan atau dengan suatu iyarat yang dapat dipahami maksudnya.
Pernyataan dengan tulisan atau lisan dapat digunakan menyatakan wakaf
oleh siapa saja, sedangkan cara isyarat hanya bagi orang yang tidak dapat
menggunakan dengan cara tulisan atau lisan. Tentu pernyataan dengan
syarat tersebut harus sampai benar- benar di mengerti pihak penerima
wakaf agar dapat menghindari persengketaan dikemudian hari.
7. Ada Pengelola wakaf (nazhir)
Nazhir wakaf adalah orang yang memegang amanat untuk
memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan
perwakafan. Megurus atau mengawasi harta wakaf pada dasarnya
menjadi hak wakif, tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak

47. Elsi kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf ( Jakarta: PT Grasindo, 2006)
hlm. 59- 61
35

pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun


organisasi.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi menjadi nadzir, yaitu beragama
Islam, dewasa dapat dipercaya (amanah) serta mampu secara
jasmani dan rohani untuk menyelenggarakan segala urusan yang
berkaitan dengan harta wakaf serta tidak terhalang melakukan
melakukan perbuatan hukum dan bertempat tinggal di kecamatan
tempat letak benda yang diwakafkannya (Pasal 219 kompilasi Hukum
Islam).
8. Ada jangka waktu yang tak terbatas
Dalam pasal 215 Kompilasi Hukum Islam bahwa wakaf adalah
perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum
yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakan
untuk selama- lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan
umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam maka berdasarkan pasal di
atas wakaf sementara adalah tidak sah, sedangkan dalam Pasal 1
Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 dinyatakan bahwa wakaf
adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syariah maka berdasarkan pasal diatas wakaf
sementara diperbolehkan asalkan sesuai dengan kepentingannya.
a. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan kepada akan
terjadinya sesuatu peristiwa di masa yang akan datang, sebab
pernyataan wakaf berakibat lepasnya hak milik seketika setelah wakif
menyatakan berwakaf dapat diartikan memindahkan hak milik pada
waktu teradi wakaf.
b. Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf di-sebutkan
dengan terang kepada siapa wakaf tersebut ditujukan, apabila tanpa
36

menyebutkan tujuan sama sekali peruntukkan-nya maka wakaf


dipandng tidaak sah.
c. Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh
khiyas, artinya tidak boleh membatalkan atau me-langsungkan wakaf
yang telah dinyatakan sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan
untuk selamanya.48
Dibolehkan mewakafkan harta tak bergerak dan harta bergerak,
seperti perkakas, mushap, kitab, senjata, dan seterusnya. diperbolehkan
juga mewakafkan sesuatu yang bernilai dan memiliki kegunaan dengan
tetapnya zat barang (atau barang yang diwakafkan). jadi, wakaf tidak
diperbolehkan pada harta atau barang yang rusak atau habis jika diambil
manfaatnya, seperti wewangian dan semisalnya, serta pada barang yang
tidak boleh diperjual-belikan, seperti barang gadai, anjing, dan babi.
1. Wakaf pada orang tak dikenal
Wakaf tidak dianggap sah kecuali ditujukan untuk orang yang dikenal,
seperti anak, kerabat dekat, dan orang tertentu, atau untuk
kepentingan umum, seperti bangunan masjid, kitab- kitab fikih, kitab-
kitab ilmu pengetahuan, dan mushaf Al- Quran.
2. Wakaf untuk anak
Wakaf seseorang yang ditujukan kepada anaknya juga berlaku untuk
cucu- cucunya dan setelahnya selama masih satu keturunan. begitu
pula cucu- cucu perempuannya.
3. Wakaf untuk ahli dzimmah
Wakaf boleh diperuntukan bagi ahli dzimmah, seperti kaum nashrani.
ini sebagaimana dibolehkan sedekah kepada mereka. Shafiyah binti
Huyay, istri Nabi, pernah memberi wakaf kepada saudara lelakinya
yang beragama yahudi.

48. Ibid., hlm. 65


37

4. Wakaf jadi hak milik bersama


Dibolehkan mewakafkan hak milik bersama. sebab, umar pernah
mewakafkan tanah yang masih menjadi milik beberapa orang dan
belum dibagikan.
5. Wakaf untuk diri sendiri
Sebagian ulama membolehkan wakaf untuk diri sendiri. dasarnya
adalah sabda Nabi SAW kepada seorang lelaki yang berkata, “ aku
hanya mempunyai satu dinar ”, lalu Nabi bersabda,
‫تصدق به على نفسك‬
“sedekahkanlah itu untuk dirimu sendiri. ” (HR. Abu Dawud dan An-
Nasa’i).
6. Wakaf mutlak
Jika seseorang mewakafkan suatu wakaf mutlak, lalu tidak
menentukan sasaran wakafnya dengan berkata, “ Rumah ini
wakafku,” maka wakaf tetap dianggap sah menurut Malik. tapi
menurut Syafi’i, wakaf tersebut tidak dianggap sah karena tidak
dianggap sah karena tidak adanya kejelasan sasaran wakaf.
7. Wakaf saat sekarat
Jika seseorang yang tengah sakit parah memberi wakaf untuk orang
asing, maka wakafnya dianggap sepertiga dari hartanya dan itu tidak
membutuhkan izin dari ahli warisnya. jika lebih dari sepertiga harta,
maka wakafnya harus persetujuan ahli waris.
8. Mewakafkan sebagian harta waris
Adapun mewakafkan separuh harta waris saat tengah sakit parah,
Asy-syafi’i dan Ahmad dalam salah satu riwayatnya tidak
membolehkan. Tetapi para fuqaha lain selain Asy-Syafi’i dan Ahmad
membolehkan wakaf separuh harta warisan saat seseorang sedang
sakit parah dan sekarat.
9. Wakaf Untuk Orang Kaya
Jika si waqif mensyaratkan sasaran wakaf untuk qurbah
(mendekatkan diri kepada Allah), seperti jika dia mensyaratkan bahwa
38

wakafnya diperuntukkan bagi orang-orang kaya, maka kalangan


fuqaha berbeda pendapat mengenai wakaf seperti ini. Sebagian dari
mereka membolehkannya karena itu bukan untuk kemaksiatan. Tetapi
sebagian fuqaha melarangnya karena pensyratan semacam itu
dianggap batil, karena si wakif memperuntukkan harta wakafnya bagi
sesuatu yang tidak bermanfaat, baik untuk agama maupun dunianya.
10. Pengelola Wakaf Boleh Memakan Hasil Harta Wakaf
Orang yang mengurusi dan mengelola harta wakaf diperbolehkan
memakan hasil harta wakaf tersebut. Dalilnya adalah hadist Ibnu
Umar yang telah disebutkan diawal, yaitu: “Tidak berdosa bagi
pengelola tanah untuk memakan hasil tanah secara wajar, atau
memberi makan orang lain tanpa menjadikan tanah itu sebagai hak
milik.”
11. Mewakafkan Kelebihan Hasil Harta Wakaf
Dalam masalah ini, Ibnu Taimiyah berkata, “Kelebihan dari hasil harta
wakaf boleh ditasharufkan dan disalurkan kepada sasaran yang sama.
Misalnya, penghasilan masjid wakaf yang berlebih boleh diberikan
kepada masjid lain, Sebab, tujuan wakif saat mewakafkan masjid
adalah untuk kepentingan masjid.”
12. Mengganti Harta Wakaf dengan yang Lebih Baik
Menyangkut permasalahan ini, Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun
mengganti harta wakaf dengan sesuatu yang lebih baik, sebagaimana
mengganti hadiah, mempunyai dua bentuk. Pertama, penggantian itu
dilakukan karena memang diperlukan. Misalnya ialah menjual harta
wakaf yang sudah rusak, lalu hasil penjualannya dibuat untuk membeli
harta wakaf dari jenis yang sama seperti harta wakaf yang dijual
tersebut. kedua, penggantian dilakukan demi kemaslahatan yang
kemungkinan besar pasti diperoleh, seperti mengganti hadiah dengan
hadiah yang lebih baik.
13. Wakaf yang Mendatangkan Madharat Bagi Ahli Waris
39

Seseorang diharamkan mewakafkan sesuatu yang bisa berakibat


buruk bagi ahli warisnya dikemudian hari. ini didasarkan pada sabda,
‫الضرر والضرار فى في االسالم‬
“ tidak boleh membahayakan diri sendiri atau orang lain didalam
Islam.” (HR. Ahmad, Al- Baihaqi, dan Ibnu Majah)
Apabila dia tetap melakukan wakaf, maka wakafnya dianggap tidak
sah dan batal.49
Secara khusus, nash yang menunjukan pensyariatan wakaf dalam Al-
Qur’an dan Hadits tidak ditemukan. tetapi secara umum banyak ditemukan
ayat maupun hadits yang menganjurkan agar orang beriman menafkahkan
sebagian rezekinya untuk kebaikan. Kata- kata wakaf ditemukan dalam Al-
Qur’an empat kali dalam tiga surat, yaitu QS Al- an’am (6: 27), QS As- Saba’
(34: 31) QS As- Safat (37: 24), dengan makna tahan, “ dan tahanlah mereka
karena mereka akan ditanya”. Cuma ayat ini berada dalam konteks proses
ahli neraka ketika akan dimasukkan ke neraka.50
Sumber hukum perwakafan selain Al-quran dan al- Hadist, maka
Ijtihad (Interpretasi Mujtahid) merupakan sumber ketiga. Peranan ulama
mujtahid akan mampu memperjelas hukum sekiranya dalam dua sumber
utama kurang jelas atau membutuhkan pemikiran. Maka dalam hal ini
seperti Ijtihad Abu Hanifah, Malik, As-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Daud
Dhahiri, Muhammad dan Abu Yusuf Hanafi. Dari hasil usaha pemikiran
mereka, lalu dipakai sebagai acuan dalam perwakafan.
Menurut pendapat Abu Hanifah maka harta yang telah diwakafkan
menurut mazhab ini tetap berada pada milik wakif dan boleh ditarik kembali
oleh siwakif. Jadi harta itu tidak berpindah hak milik, hanya hasil
pemanfaatnnya yang diperuntukkan pada tujuan wakaf. Dalam hal ini Imam
Abu Hanifah memberikan pengecualian pada tiga hal, yakni wakaf masjid,
wakaf yang ditentukan keputusan pengadilan dan wakaf wasiat. Selain tiga

49 . Ahmad Yahya Sulaiman Ibid. hlm. 934- 937


50 . Rozalinda.,Op. Cit. hlm. 311
40

hal tersebut yang dilepaskan hanya hasil manfaatnya saja bukan benda itu
secara utuh.
Abu Hanifah berpendirian seperti itu dengan menggunakan dalilnya
dari sebuah hadist Rasulullah yang diriwayatkan Darul Quthni dari Ibnu
Abbas “la habasa ‘an faraidillah”, tidak ada penahanan harta dalam hal yang
sudah ada ketentuan dari Allah.
Alasan lain bagi Abu Hanifah sebagaiman yang pernah diriwayatkan
dari Hakim Suraih yang menyebutkan bahwa nabi SAW pernah datang
dengan menjual harta yang diwakafkan, kalau nabi SAW saja pernah
berbuat dengan menual harta wakaf, kenapa kita tidak kata Abu Hanifah.
Menurut Malikiah harta yang diwakafkan itu tetap menjadi milik si
wakif. dalam hal ini sama dengan Abu Hanifah akan tetapi, Maliki
menyatakan tidak diperbolehkan mentransaksikannya, baik dengan
menjualnya, mewariskannya atau menghibahkannya. Menurutnya, boleh
wakaf untuk waktu tertentu bukan sebagai syarat bagi Maliki selama-
lamanya. Bila habis jangka waktu yang telah ditentukan maka boleh
mengambilnya lagi walaupun benda itu untuk masjid. Maliki beralasan
dengan hadis Ibnu Umar. Ketika Rasulullah menyatakan, “Jika kamu mau,
tahanlah asalnya dan sedekahkanlah hasilny”, ini kata Maliki sebagai syarat
dari rasul kepada ummat untuk mensedekahkan hasilnya saja.
Sementara menurut Mazhab Syafi’i, harta yang diwakafkan terlepas
dari siwakif mnjadi milik Allah dan berarti menahan harta untuk selama-
lamanya. Karena tidak boleh wakaf yang ditentukan jangka waktunya
seperti yang dibolehkan Maliki. Alasannya ialah seperti hadis yang
diriwayatkan Ibnu Umar mengenai tanah Khaibar. As-Syafi’i memahami
tindakan Umar mensedekahkan hartanya dengan tidak menjualnya,
mewariskannya, dan tidak menghibahkannya, juga sebagi hadis karena
Nabi melihat tindakan Umar itu dan Rasulullah ketika itu hanya diam. Maka
tergolong diamnya Rasul sebagai hadis Taqriry, walaupun telah didahului
hadist Qauly.
41

Ahmad bin Hambal mengatakan wakaf terjadi karena dua hal.


Pertama karena kebiasaan perbuatan bahwa dia itu dapat dikatakan
mewakafkan hartanya. Seperti seseorang mendirikan masjid, kemudian
mengizinkan orang shalat didalamnya secara spontanitas bahwa ia telah
mewakafkan hartanya itu menurut kebiasaan (uruf) Walaupun secara lisan
ia tidak menyebutkannya, dapat dikatakan wakaf karena sudah kebiasaan.
Kedua, dengan lisan baik dengan jelas (sariih) atau tidak. Atau ia memakai
kata-kat habastu, wakaftu, sabaltu tasadqtu, abdadtu, harramtu. Bila
menggunakan kalimat seperti ini ia harus mengiringnya dengan niat wakaf.
Bila telah jelas seeorang mewakafkan hartanya, maka si wakif tiidak
mempunyai kekuasaan bertindak atas benda itu dan juga menurut Hambali
tidak bisa menariknya kembali. Hambali menyatakan, benda yang
diwakafkan itu harus benda yang dapat dijual, walaupun setelah jadi wakaf
tidak boleh dijual dan harus benda yang kekal zatnya karena wakaf bukan
untuk waktu tertentu, tapi buat selama-lamanya.51

3. Implementasi Wakaf
a. Rukun Dan Syarat Wakaf
Dalam terminologi Fikih, rukun adalah sesuatu yang dianggap
menentukan suatu disiplin tertentu atau dengan perkataan lain rukun adalah
penyempurnaan sesuatu dimana ia merupakan bagian dari sesuatu itu.
Oleh karena itu, sempurnah atau tidak sempurna wakaf telah dipengaruhi
oleh unsur- unsur yang ada dalam perbuatan wakaf itu sendiri.
Adapun unsur- unsur wakaf menurut sebagian besar sebagian Ulama
dan fiqh Islam, telah dikenal ada 6 (enam) rukun atau unsur wakaf adalah
seperti diuraikan di bawah ini.
1. Orang yang berwaqaf (waqif)
Adapun syarat- syarat orang yang mewakafkan (waqif) adalah setiap
wakif harus mempunyai kecakapan melakukan tabarru, yaitu

51. Halim Abdul, Hukum Perwakafan di Indonesia (Ciputat: CIPUTAT PRESS, 2005)
hlm.73
42

melepaskan hak milik tanpa imbangan materiil, artinya mereka telah


dewasa (baligh), berakal sehat, tidak dibawah pengampunan dan
tidak karena terpaksa berbuat.
2. Benda yang diwaqafkan (mauquf)
Mauquf dipandang sah apabila merupakan harta bernilai, tahan lama
dipergunakan , dan hak milik wakif murni.
Barang yang diwakafkan harus memenuhi 3 syarat, yaitu: (1) Barang
yang bisa diambil manfaatnya, dan keadaannya masih tetap (tidak
berkurang , tidak habis), (2) Barang hak miliknya, (3) Untuk tujuan
yang baik.52

b. Tujuan dan Manfaat Wakaf


Fungsi wakaf menurut PP itu adalah mengekalkan manfaat benda
wakaf, sesuai dengan tujuan wakaf, yakni untuk kepentingan peribadatan
dan kepentingan umum lainnya. Agar wakaf dapat berfungsi sebagaiman
mestinya, maka pelembagaannya haruslah untuk selam- lamanya. Agar
benda itu tetap dapat bermanfaat bagi peribadatan dan kepentingan umum
lainnya, ia harus dikelola oleh suatu badan yang bertanggung jawab, baik
kepada wakif, masyarakat maupun kepada Allah. Itulah sebabnya, dalam
sistem perwakafan di Indonesia ditentukan pula kedudukan nadzir yaitu
kelompok orang atau badan yang diserahi tugas pemeliharaan dan
pengurusan benda wakaf. Nadzir wakaf menurut PP ini merupakan salah
satu unsur wakaf.53
Fungsi wakaf telah disebutkan secara jelas dalam Kompilasi Hukum
Islam pasal 216 yang berbunyi bahwa fungsi wakaf adalah mengekalkan
manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf. Melihat hal tersebut,
ternyata saat ini manfaat wakaf sudah banyak yang dinikmati oleh
masyarakat, baik itu dibidang peribadatan, pendidikan, kesehatan,sosial

52 . Fatah Idris Abdul dan Ahmadi Abu, Fikih Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta 2004) hlm.
195
53. Ali Muhammad Daud, Lembaga- Lembaga Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grapindo
Persada, 1995) hlm.271
43

dan lainnya dengan tetap menjadi kekekalan nilainya. Oleh karena itu fungsi
utama dari wakaf yaitu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta
benda untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan
umum.54
Dalam tujuan wakaf setidaknya disyaratkan beberapa hal berikut,
tentunya tujuannya juga harus baik dan sesuai dengan syariah, hal ini agar
tujuan wakaf yang sebenarnya dapat tercapai, tujuan- tujuan tersebut
55
adalah:
a. Membantu yayasan pendidikan umum atau khusus, Kelompok profesi,
Yayasan Islam, Perpustakaan umum atau khusus.
b. Membantu pelajar dan mahasiswa untuk belajar didalam dan luar
negeri
c. Membantu yayasan riset ilmiah Islam.
d. Memelihara anak yatim, Janda dan orang- orang lemah.
e. Memelihara orang tua jompo dan yayasan yang memberi pelayanan
kepada masyarakat.
f. Membantu fakir miskin dan semua keluarga yang berpenghasilan pas-
pasan.
g. Memberikan pelayanan umum berupa air dan listrik, pelayanan
kesehatan, penyeberangan dan lainnya baik di kota maupun didesa
h. Membangun mesjid dan memberi perlengkapannya, serta Mengisinya
dengan Mushaf Al- Qur’an dan Kitab- kitab, juga berinfak untuk
keperluan masjid.
i. Memberi bantuan keuangan dengan syarat yang ringan kepada
pengusaha kecil yang memerlukan tanaman modal.

54. Aris Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah bagi bangsa,Konsef Sistem Ekonomi
Syariah,( Jakarta: MES, 2009), hlm. 213
55. Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah Muhyidin Mas Rida,(
Jakarta: Khalifah 2004), hlm. 159- 160
44

c. Macam- Macam Wakaf


Menurut para ulama secara umum wakaf dibagi menjadi dua bagian:
1. wakaf ahli (khusus)
2. wakaf khairi (umum)
Wakaf ahli disebut juga wakaf keluarga atau wakaf khusus. Maksud
wakaf ahli ialah wakaf yang ditujukan kepada orang- orang tertentu,
seorang atau terbilang, baik keluarga wakif maupun orang lain. Misalnya,
seseorang mewakafkan buku- buku yang ada diperpustakaan pribadinya
untuk turunannya yang mampu menggunakan.
Wakaf semacam ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta
wakaf itu adalah orang- orang yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf.
Masalah yang mungkin akan timbul dalam wakaf ini apabila turunan
atau orang- orang yang ditunjuk tidaak adaa lagi yang mampu
mempergunakan benda- benda wakaf, mungkin juga yang ditunjuk atau
disebut untuk memanfaatkan benda- benda wakaf telah punah.
Bila terjadi hal- hal tersebut, dikembalikan pada syarat umum, yaitu
wakaf tidak boleh dibatasi dengan waktu. Dengann demikian, meskipun
orang- orang yang dinyatakan berhak memanfaatkan benda- benda wakaf
telah punah, buku- buku tersebut tetap berkedudukan sebagai benda wakaf
yang digunakan oleg keluarga yang lebih jauh atau bila tidak ada lagi
digunakan oleh umum.
Berdasarkan pengalaman, wakaf Ahli setelah melampaui ratusan
tahun mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya sesuai dengan tujuan
wakaf yang sesungguhnya, terlebih bila turunannya dimaksud telah
bekembang dengan sedemikian rupa. Berdasarkan hal ini di Mesir wakaf
ahli dihapuskan dengan Undang- Undang No. 180 Tahun 1952 .
Wakaf Kahiri ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk
kepentingan- kepentingan umum dan tidk ditujukan kepada orang- orang
tertentu
Wakaf Khairi inilah yang benar- benar sejala dengan amalan wakaf
yang amat digembirakan dalam ajaran Islam, yang dinyatakan pahalanya
45

akan terus mengalir hingga wakif meninggal dunia, selama harta masih
dapat diambil manfaatnya. 56

d. Terjadinya Wakaf
Wakaf bisa terjadi dengan jalan:
1. perbuatan yang menunjukan bahwa seseorang telah mewakafkan
harta bendanya. misalnya seseorang membangun masjid/ musholla,
kemudian ia mengizinkan kepada masyarakat untuk
menggunakannya guna keperluan sholat dan kegiatan keagamaan
lainnya.
2. ucapan/ pernyataan. misalnya seseorang berkata, “ rumah saya ini,
saya wakafkan untuk lembaga pendidikan agama Islam”.
Barang yang boleh dan sah diwakafkan ialah semua barang yang
dapat diperjualbelikan, baik barang tak bergerak seperti tanah, maupun
barang yang bergerak, termasuk binatang, dan semua barang yang dapat
dimanfaatkan tanpa menghabiskan barangnya (barang yang diwakafkan itu
masih tetap ada).
Karenanya, barang yang tidak boleh diperjualbelikan oleh agama,
seperti babi, dan barang yang bisa habis kalau dimanfaatkan, seperti bahan
makanan atau minuman, serta barang yang cepat rusak/ membusuk,
tidaklah sah diwakafkan. 57
Menurut Abu Hanifah wakaf adalah menahan harta dari otoritas
kepemilikan orang yang mewakafkan, dan menyedekahkan kemanfaatan
barang wakaf tersebut untuk tujuan kebaikan.
Wakaf hanya mempunyai hukum lazim karena salah satu dari tiga
perkara.

56. Suhendi hendi Op Cit., hlm. 245


57 . Zuhdi Masjfuk., Studi Islam Jilid III Muamalah, Cet II, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1993). hlm. 78
46

1. Jika yang memutuskan adalah hakim al-Muwalla (hakim yang diberi


wewenang untuk menangani urusan umat), bukan hakim al-
Muhakkam (hakim penengah persengketaan)
2. Atau jika orang yang mewakafkan mengkaitkan wakaf tersebut
dengan kematiannya
3. Jika orang yang mewakafkan menjadikan barang tersebut wakaf untuk
masjid, memisahkan dari kepemilikannya, mengizinkan untuk
dijadikan shalat di dalamnya. Jika ada seseorang yang telah shalat
didalamnya maka kepemilikan barang tersebut menjadi hilang dari
pemiliknya menurut Abu Hanifah.
Wakaf telah dipraktikkan oleh Nabi. Begitu juga para sahabat. Mereka
mewakafkan masjid-masjid, tanah, kebun, kuda dan sebagainya. Orang-
orang pun masih mempraktikkan wakaf hingga sekarang ini. Diriwayatkan
dai ibnu umar bahwa umar pernah mendapatkan sebidang tanah di Khaibar.
Ia datang menemui Nabi untuk meminta petunjuk, lalu berkata,“ Aku
memperoleh sebidang tanah di Khaibar. Aku belum pernah mendapatkan
harta dari tanah itu. Apa saranmu kepadaku mengenainya, wahai
Rasulullah?” Nabi pun bersabd, “ Jika mau, engkau tahanlah pokoknya dan
sedekahkan hasilnya,” Umar kemudian menyedekahkan tanah tersebut
dengan mensyaratkan bahwa tanah itu tidak boleh dijual, tidak boleh
dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan. Ia menyedekahkan hasilya kepada
kaum fakir, kerabat, para budak, orang yang bejihad dijalan Allah, ibnu sabil
dan para tamu. Tidaklah berdosa bagi pengelola tanah itu untuk memakan
hasil tanah secara wajar, atau memberi makan orang lain tanpa menjadikan
tanah itu sebagai hak milik. At-Tirmidzi berkata,” Atas dasar hadis ini, ahli
ilmu dari kalangan para sahabat dan yang lainnya bersepakat atas
pensyariatan wakaf. Tidak ada satupun ulama yang datang belakangan
yang tidak menyetujuinya.
Pendapat lain yang lebih kurang sama wakaf menjadi sah dan berlaku
dengan salah salah satu hal di bawah ini:
47

1. Perbuatan yang menunjukkan hal tersebut. Misalnya membangun


masjid dan lalu mengizinkan orang-orang untuk menempainya shalat,
tanpa harus menunggu izin dari hakim atau penguasa.
2. Perkataan yang jelas dari orang yang wakaf (wakif), seperti, “Aku
wakafkan,” “ Aku tahan,” “ Aku alirkan” dan “Aku kekalkan,” atau kata-
kata kinayah darinya, seperti “Aku sedekahkan” dengan niat wakaf.
Adapun wakaf yang digantungkan pada kematian, seperti ketika
seseorang berkata, “Jika aku sudah meninggal dunia, rumahku atau
kudaku ini menjadi harta wakaf,” maka itu tetap dibolehkan menurut
Madzhab Ahmad, sebagaimana dikatakan oleh Al-kharaqi dan
selainnya. Sebab, semua ini merupakn bentuk dari wasiat. Saat wakif
berkata seperti itu, berarti dia telah mewakafkan. 58
e. Keabsahan Wakaf
Syarat Sighat (Ikrar wakaf)
Salah satu pembahasan yang sangat luas dalam buku-buku fiqih ialah
tentang sighat wakaf. Sebelum menjelaskan syarat-syaratnya, perlu
diuraikan lebih dahulu pengrtian, status dan dasar sighat.
1. Pengertian Sighat
Sighat wakaf ialah segal ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang
berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang
diinginkannya. Namun sighat wakaf cukup dengan ijab saja dari wakif
tanpa memerlukan qabul dari muquf ‘alaih. Begitu juga qabul tidak
menjadi syarat sahnya wakaf dan juga tidak menjadi syarat untuk
berhaknya mauquf ‘alaih memperoleh manfaat harta wakaf, kecuali
pada wakaf yang tidak tertentu. Ini menurut pendapat sebagian
madzhab.

58. Ahmad Yahya Sulaiman, Fikih Sunnah Sayyid Sabiq ( Jakarta: Pustaka Al-kautsar,
2013), hlm, 932-933
48

2. Status Sighat
secara umum adalah salah satu rukun wakaf. Wakaf tidak sah tanpa
sighat. Setiap sighat mengandung ijab, dan mungkin mengandung
qabul juga.
3. Dasar Sighat
Dasar (dalil) perlunya sighat (pernyataan) ialah karena wakaf adalah
melepaskan hak milik dan benda dan manfaat atau dari mabfaat saja
dan memilikkan kepada yang lain. Mksud tujuan melepaskan dan
memilikkan adalah urusan hat . Tidak ada yang menyelami isi hati
orang lain secara jelas, kecuali melalui pernyataanyya sendiri. Karena
itu pernyataannyalah jalan untuk mengetahui maksud tujuan
seseorang. Ijab wakif tersebut mengungkapkan dengan jelas
keinginan wakif memberi wakaf. Ijab dapat berupa kata-kata. Bagi
wakaf yang tidak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata,
maka ijab dapat berupa tulisan atau isyarat.59
Lafal atau ungkapan yang merupakan rukun wakaf itu bisa
dilakukakan secara lafdzi (ucapan) maupun fi’li (perbuatan)
Keabsahan wakaf secara lafdzi (ucapan)
Lafal yang menjadikan sahnya wakaf adalah lafal-lafal yang
menunjukkan makna penahanan benda serta makna manfaat dari benda
tersebut. Lafal ini terbagi menadi dua macam:
a. Lafal jelas
Dalam kitab Raudhah Al-Thalibin. Imam nawawi berkata. “Perkataan
wakaftu (saya mewakafkan). habistu (saya menahan harta) . atau
sabbaitu (saya berderma). atau tanahku diwakafkan, ditahan, atau
didermakan. Semua itu merupakan lafal yang jela. dan yang demikian
ini adalah yang paling benar. dinilai sebagai lafal yang jelas.”

59. Direktorat pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf (Direktorat Pemberdayaan Wakaf


Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2007), hlm. 55-
56
49

b. Lafal kinayah (samar)


Lafal kinayah (samar) merupakan lafal yang menunjukkan beberapa
kemungkinan makna. bisa berarti wakaf dan bisa juga bermakna lain.
Lafal sedekah atau atau sedekah atau nazar adalah lafal kinayah
(samar) jika tidak disertai dengan qarinah (indikasi) yang
mengisyaratkan makna wakaf. Lafal ini memiliki banyak contoh seperti
tashadduq (bersedekah). memberikan harta kepada orang fakir atau
dijalan Allah. dan lafal lainnya yang samar dan mengandung banyak
makna. Hal ini dapat dilihat banyak dalam kitab fiqih.
Oleh karena kesamaran yang terkandung didalamnya. lafal kinayah
(samar) itu belum bisa menunjukkan keabsahan wakaf. selama lafal
tersebut tidak diiringi dengan suatu indikasi yang mengisyaratkan makna
wakaf. Sebalikya. meski menggunakan lafal kinayah (samar). ia bisa
menunjukkan keabsahannya apabila diucapkan dengan niat berwakaf.
Keabsahan wakaf secara fi’li (perbuatan)
Para fuqaha berbeda pendapat dalam hal wakaf yang diberikan
melalui perbuatan. semisal pemberian yang tidak mengindahkan sighat
(lafal). Pengikut Syafi’iyah berpendapat bahwa wakaf tidak sah. kecuali
dengan perkataan dari orang yang sanggup mengucapkan dengan ucapan
yang bisa dipahami. Dalam kitab Rudhah Al-Thalibin disebutkan. “Wakaf
tidak sah kecuali dengan perkataan. Sebab. ia adalah transaksi suatu
barang dan kemanfaatannya . Ia seperti transaksi-transaksi lainnya yang
membutuhkan sighat (lafal).60
f. Syakhshiyah Wakaf
Nidham wakaf dalam Islam yang dimulai di masa Nabi sendiri berdiri
atas dasar memandangnya mempunyai syakhshiyah hukmiyah. Wakaf
adalah milik yang mahjur, tidak boleh memiliki dan tidak boleh dimilikkan,
tidak boleh dipusakakan dan tidak boleh dihibahkan. Dia harus

60. Abid Abdullah Al-Kabisi Muhammad , Hukum Wakaf, kajian kontemporer pertama dan
terlengkap tentang fungsi dan pengelolaan wakaf serta penyelesaian atas sengketa wakaf,
( Cinere depok: dompet dhuafah republika, 2004). hlm.88-91
50

dipergunakan untuk maksud- maksud wakaf sendiri. Badan wakaf dapat


menunutut dan dapat dituntut hak dari padanya dan berlaku akad antara
badan wahab dengan perorangan, seperti disewakannya dan dijual
hasilnya, atau kalau sudah rusak tak dapat dipakai lagi, dijual, dicari ganti.
Semua hal ini dilakukan oleh peengurus wakaf yang dinamakan qayyim
atau nadhir atau mutawali. Si Mutawali dapat membeli untuk “harta wakaf“
segala yang diperlukan, lalu yang dibeli itu menjadi milik wakaf dan
dibayarkan harganya untuk penghasilan wakaf. Si Mutawali dapat
berhutang untuk kepentingan wakaf dengan izin hakim. Dengan demikian
harta wakaf (lembaga wakaf) dapat menjadi dain, dan dapat menjadi madin.
Yang dain dan madin bukan pribadi si Mutawali , tetapi badan wakaf itu
sendiri. Hal ini telah dibicarakan dengan panjang lebar dalam hukum wakaf.
Maka perlu hal ini juga dipelajari sebaik- baiknya. Para fuqaha memisahkan
Syakhshiyah wakaf dari Syakhshiyah wakif, walaupun wakif sendiri yang
menjadi qayyim atau nadhirnya. Para fuqaha menetapkan apabila si wakif
berkhianat dalam mengurus harta wakaf, atau tidak menjaga dengan baik,
atau menyalahi syarat- syarat wakaf yang sudah dibuat, maka harus dicabut
wakaf dari padanya, dan diminta kerugian wakaf lantaran kesalahan-
kesalahan itu walaupun dia itu si waqif sendiri. Apalagi kalau yang
mengurus itu bukan waqif.61
g. Nazhir wakaf
Dokumen wakaf yang ditulis Umar radhiyallahu’anhu mengisyaratkan
beberapa unsur produksi, yaitu: tanah, pengelola wakaf (nazhir), dan
hamba sahaya yang mengerjakan lahan tanah. tidak diragukan lagi, bahwa
demikian itu harus dengan adanya unsur modal, karena tidak
disebutkannya unsur ini bukan berarti ketiadaannya. sebab bekerja dalam
pertanian membutuhkan alat bajak, benih, sapi, dan lain- lain, yang masuk
dalam kategori modal.

61. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah ( Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra, 1997) hlm.200-201
51

Sesungguhnya nazhir wakaf dinilai sebagai unsur dasar dari beberapa


unsur kegiatan ekonomi tersebut (wakaf). karena itu keberadaan nazhir itu
menjadi keharusan jika ditentukan oleh pewakaf. jika tidak, pengawasan
wakaf berada ditangan orang yang diwakafi, atau pemerintah. bahkan
sebagian ulama berpendapat bahwa bila pewakaf mensyaratkan agar
wakafnya tidak dikelolah oleh nazhir sama sekali, maka syarat ini tidak
62
bernilai.
Penerima wakaf hendaklah orang yang sudah dapat melakukan
perbuatan hukum, dengan kata lain dewasa, berakal, dan tidak terhalang
oleh hukum untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum.
Apabila si pewakaf bermaksud agar wakafnya tersebut dipergunakan
untuk kepentingan umum, maka penerima wakaf dapat saja fakir miskin,
ulama- ulama, murid- murid sekolah, mesjid-mesjid, sekolah- sekolah,
bahkan wakaf itu dapat juga dipergunakan untuk membuat jalan, jembatan-
jembatan dan lain- lainnya untuk kemaslahatan umum.
Dalam pasal 6 PP. Nomor 28 Tahun 1977, apabila wakaf diberikan
kepada nadzir ( kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas
untuk dan memilahara dan mengurus benda wakaf ), maka hendaklah
nadzir tersebut memenuhi syarat- syarat sebagai mana ditentukan dalam
63
pasal 6 ( mengenai nadzir akan dibicarakan tersendiri ).
Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa wakaf yang diberikan
untuk kepentingan masyarakat banyak maka pengelolaannya harus
diserahkan kepada badan pengelola wakaf atau yang diistilah dengan
nadzir, dalam ketentuan pasal 6 PP. 28 Tahun 1977 dikemukakan sebagai
berikut:
1. Nadzir sebagaimana dikemukakan dalam ayat 4 Pasal 1 yang terdiri
dari perorangan harus memenuhi syarat- syarat berikut:

62 . Al- haritsi Jaribah bin Ahamad., Fikih Ekonomi Umar Bin Al- Khatab Edisi Indonesia,
Cet. III (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2014). hlm. 78
63 . Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis., Hukum Perjanjian dalam Islam, ( Jakarta:
Sinar Grafika 2004 ). hlm. 109
52

a. Warga negara Republik Indonesia


b. Beragama Islam
c. Sudah dewasa
d. Sehat Jasmaniah dan Rohaniah
e. Tidak berada di bawah pengampunan
f. Bertempat tinggal di Kecamatan tempat letaknya tanah yang
diwakafkan.
2. Jika berbentuk badan hukum, maka nadzir harus memenuhi syarat
berikut:
a. Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
b. Mempunyai perwakilan di kecamatan tempat letaknya tanah
yang di wakafkan.
3. Nadzir yang di maksud di dalam ayat ( 1 ) dan ( 2 ) harus di daftarkan
pada kantor urusan agama kecamatan setempat untuk
mendapatkan pengesahan.
4. Jumlah Nadzir yang di perbolehkan untuk suatu daerah seperti yang
di maksud dalam ayat ( 3 ), di tetapkan oleh Menteri Agama
berdasarkan kebutuhan.
Adapun yang menjadi hak dan kewajiban nadzir lebih lanjut diatur
dalam ketentuan pasal 7 dan 8, yang mana di kemukakan bahwa:
1. Nadzir mempunyai kewajiban untuk mengurus dan mengawasi
kekayaan wakaf serta hasilnya menurut ketenuan- ketentuan
yang di atur oleh Menteri Agama sesuai dengan tujuan wakaf.
2. Nadzir diwajibkan membuat laporan secara berkala atas semua
hal yang menyangkut kekayaan wakaf.
3. Nadzir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang
besarnya ditentukan oleh Menteri Agama. 64
Kemudian pada pembaharuan hukum wakaf di Pasal 9 - 14 PP. No 41
Tahun 2004 dijelaskan sebagai berikut:

64 . Ibid., hlm. 110-111


53

Pasal 9 Nazhir meliputi Perorangan, Organisasi dan badan hukum.


Pasal 10
1. perseorangan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 huruf a
hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi syarat: (a). Warga
Negara Indonesia (b). Beragama Islam (c). Dewasa (d). Amanah
(e). Mampu secara jasmani dan rohani (f). Tidak terhalang
melakukan perbuatan hukum
2. Organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b hanya
dapat menjadi nazhir apabila memenuhi syarat: (a). Pengurus
Organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir
Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1(b). Organisai
yang bergerak dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan
keagamaan Islam
3. Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c
hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi syarat: (a).
Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 (b). Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (c). Badan hukum
yang bersangkutan yang bergerak dibidang sosial, pendidikan,
kemasyarakat, dan keagamaan Islam
Pasal 11
Nazhir mempunyai tugas:
a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf
b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai
dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan.
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf
Indonesia
54

Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11, nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang
besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11, nazhir memperoleh pembinaan dari Menteri dan
Badan Wakaf Indonesia.
Pasal 14
1. Dalam rangka pembinaan sebagaiman dimaksud dalam
pasal 13, nazhir harus terdaftar pada Menteri dan Badan
Wakaf Indonesia
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai nazhir sebagaiman
dimaksud pada pasal 9, pasal 10, pasal 11, pasal 12, dan
pasal 13, diatur dengan aturan pemerintah.65
Disetiap negara berkembang seperti Indonesia, pembangunan selalu
dilaksanakan secara bertahap, konsekuensinya (walaupun pembangunan
diadakan secara berencana), terkadang mengakibatkan harta benda wakaf
terganggu kepentingannya, misalnya untuk kepentingan pembangunan
perluasan jalan, sehinggah masjid (pekarangan) yang ada dipinggir jalan
tersebut terpaksa dipergunakan untuk kepentingan pembangunan jalan.
Yang menjadi persoalan sekarang, apakah masjid (pekarangannya)
dapat dialih dan dipindah tangankan, misalnya dengan cara menjualnya
kepada pihak proyek, kemudian menggantikannya ditempat yang lain.
Menurut Mazhab atau aliran Ahmad bin Hambal, apabila wakaf tidak
dapat lagi dipergunakan sebagaimana mestinya, maka wakaf itu boleh
dijual, dan uang yang diperoleh dari hasil penjualan benda wakaf tersebut
lebih lanjut dipergunakan untuk membeli benda yang pemanfaatannya

65. Undang-Undang Republik Indonesia No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf


55

dapat dipergunakan sebagaimana penamfaatn benda wakaf yang telah


dijual.
Misalnya sebuah Mesjid yang pada awalnya berada ditengah- tengah
pemukiman penduduk muslim, namun belakangan penduduk disekitar
mesjid tersebut bukan lagi penduduk muslim, dan tentunya mesjid tersebut
tidak dapat dipergunakan sebagaimana dimaksudkan oleh si pewakaf
(kecuali mesjid tersebut masih dimanfaatkan sebagaimana mestinya oleh
orang lain yang datang kesitu ) maka mesjid dan pekarangannya dijual,
kemudian hasil penjualannya diperuntukkan kembali untuk membangun
sebuah mesjid ditempat lain yang membutuhkan. 66
Dengan banyaknya kasus- kasus yang terjadi terhadap benda- benda
wakaf maka timbullah pertanyaan sebagian umat Islam kepada MUI
Propinsi DKI tentang boleh atau tidaknya memperjualbelikan benda- benda
wakaf menurut hukum Islam.
Untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang boleh
atau tidaknya memperjualbelikan benda wakaf, maka Komisi Fatwa MUI
Provinsi DKI Jakarta memfatwakan:
1. Wakaf adalah menyerahkan ( menyedekahkan ) tanah atau benda-
benda lain yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam tanpa merusak
atau menghabiskan pokok ( asal )-nya kepada seseorang atau suatu
badan hukum agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat
Islam. Seperti mewakafkan tanah untuk pembangunan masjid,
madrasah, pondok pesantren, asrama yatim piatu, tempat
pemakaman dan sebagainya. Sebagaimana dikatakan oleh Sayyid
Sabiq, sebagai berikut:
“ Wakaf adalah menahan asal ( pokok ) dan mendermakan
buah (hasil)-nya untuk sabilillah, yakni menahan harta dan
mendayagunakan manfaatnya untuk sabilillah”.

66 . Op cit., hlm. 112


56

2. Wakaf hukumnya adalah sunnah muakkadah. Karena wakaf


merupakan shodaqoh jariyah yang pahalanya terus mengalir,
meskipun waqif ( orang yang mewakafkan ) telah wafat. Hal ini
didasarkan pada Firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 92.
3. Pada dasarnya, wakaf dapat dilakukan oleh orang yang memiliki
suatu benda yang sah untuk diwakafkan dengan perbuatan, ucapan
atau lisan. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Qalyubi, Juz III,
halaman 105:
“ dan jika seseorang menjadikan ( membangun ) sebidang tanah (
yang dimiliki ) untuk masjid, pemakaman, mmarkas pertahanan,
madrasah, atau sumur, maka gugurlah segala hak- hak perorangan
atasnya”
Sungguh pun demikian, untuk menghindari hal- hal yang tidak
diinginkan dikemudian hari, maka seseorang yang bermaksud mewakafkan
tanah atau benda- benda lain untuk pembangunan masjid, madrasah,
pondok pesantren, asrama yatim piatu, tempat pemakaman dan
sebagainya harus mengikrarkannya dihadapan saksi sekurang- kurangnya
dua orang saksi. Bahkan sebaiknya dihadapan notaris dan sekaligus
disertifikatkan.
4. Pada dasarnya, tanah atau benda lain yang telah diwakafkan tidak
boleh dijual belikan, dihibahkan, atau diwariskan. Hal ini didasarkan
pada hadis Rasulullah SAW riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar r.a.
yang artinya:
“ Sahabat Umar ibn al-khattab telah berkata kepada Nabi
Muhammad SAW, Sesungguhnya saya mempunyai harta yang
berupa seratus saham tanah yang terletak di Khaibar. Tanah
tersebut sangat saya senangi dan tidak ada harta yang lebih saya
senangi daripada itu. Sesungguhnya saya bermaksud
menyedekahkannya. Nabi bersabda: Wakafkanlah tanah tersebut
dan sedekahkan buah hasilnya”.
57

5. Sungguh pun demikian jika ada tanah atau benda wakaf tersebut
telah rusak atau tidak berfungsi lagi, atau terkena gusur, maka tanah
atau benda wakaf tersebut boleh dijual dengan syarat uang hasil
penjualannya harus dibelikan tanah atau barang yang
penggunaannya sama seperti benda wakaf semula. Hal ini
didasarkan pada penjelasan Ibnu Qudama dalam Kitab Al- Mughny
Juz V halaman 368 sebagai berikut:
“ jika ada sesuatu benda/ harta wakaf telah rusak dan tidak berfungsi
lagi, maka benda/ harta wakaf tersebut boleh dijual dan uang hasil
penjualannya dibelikan barang yang dapat mendatangkan pahala
bagi pewakaf, dengan catatan barang tersebut dijadikan barang
wakaf sebagaimana semula. Demikian pula jika ada benda yang
diwakafkan untuk digunakan sebagai alat perang sudah tidak layak
lagi untuk digunakan perang, maka benda tersebut boleh dijual dan
uang hasil penjualannya dibelikan sesuatu yang layak digunakan
untuk perang.
6. Apabila ada tanah/ harta wakaf terpaksa dijual atau kena gusur,
maka uang hasil penjualannya harus dibelikan tanah atau benda lain
yang sejenis atau yang lebih baik dari pada tanah atau benda wakaf
semula. Jika sesudah dibelikan tanah atau benda lain uangnya
masih tersisah, maka sisah uang tersebut harus dipergunakan untuk
kepentingan atau kemaslahatan wakaf itu sendiri (seperti
pemeliharaan, penambahan, dan pemugaran), atau untuk
kemaslahatan umat Islam, karena statusnya adalah harta wakaf
juga. Sebab harta yang diperoleh dari wakaf atau dari hasil wakaf
adalah termasuk harta wakaf yang harus diserahkan untuk
kemaslahatan wakaf itu sendiri. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan beberapa pendapat ahli fiqh, sebagai berikut.
“ Imam Ahmad berpendapat dalam riwayat Abu Daud: Apabila dalam
masjid ada dua batang kayu yang berharga, kayu tersebut boleh
dijual dan uangnya diserahkan kepada masjid tersebut”. ‘Imam ath-
58

Thanbaradi ditanya tentang pohon yang tumbuh diatas kuburan,


tetapi tidak berbuah dan tidak mendatangkan manfaat. Hanya saja,
pohon tersebut bisa dibuat kayu dalam jumlah yang banyak dan
layak untuk dijadikan bahan bangunan, sedangkan kuburan tersebut
tidak mempunya nadzhir (pengelola) khusus. Bolehkah bagi hakim
(pejabat pemerintah) menjual dan memotong pohon tersebut dan
kemudian uangnya diserahkan untuk kepentingan kaum muslimin?
Beliau menjawab: Boleh. Hakim (pejabat pemerintah) tersebut boleh
menjual pohon diatas kuburan itu dan menyerahkan uangnya untuk
kepentingan umat Islam”.
Imam Nawawi dalam Kitab al- Majmu’ syarah al- Muhadzab Juz
III halaman 594 sebagai berikut artinya:
“Menurut pendapat yang unggul bahwa orang yang menerima wakaf
tidak berhak memiliki hasil atau harga wakaf, tetapi hendaknya hasil
atau harga dirupakan benda wakaf juga sebagai pengganti wakaf
yang semula, walaupun hasil/ uangnya lebih banyak”.
7. Berdasarkan hadits- hadits dan pendapat- pendapat para Ulama
diatas, Komisi Fatwa MUI Propinsi DKI Jakarta berkesimpulan,
bahwa penjualan tanah wakaf yang dilakukan oleh salah seorang
oknum pengurus Yayasan, tidak sah kecuali jika penjualan tersebut
dilakukan atas dasar keputusan rapat pengurus Yayasan sesuai
dengan anggaran dasar Yayasan dan uang hasil penjualan tersebut
dipergunakan untuk membeli tanah sejenis atau yang lebih baik dan
tanah tersebut berstatus sebagai wakaf sebagaimana tanah wakaf
semula.67

67 . Rashyid Hamdan., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa Fatwa Aktual, (Jakarta: PT Al-
Mawardi Prima 2003). hlm. 295- 302
59

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


1. Disertasi Oleh Bahrul Ma’ani Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2014 dengan judul Optimalisasi Pemanfaatan Tanah
Wakaf di Kota Jambi. Sedangkan pada penelitian ini penulis
membahas tentang Implementasi Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Tesis Oleh Muslimin Muchtar Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar 2012 yang berjudul Pemberdayaan Wakaf Produktif
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten Sidenreng
Rappang. Sedangkan pada penelitian ini penulis membahas tentang
Implementasi Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi. dan pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif.
3. Jurnal Ekonomi Islam Volume 7, Nomor 2, September 2016 Oleh
Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dengan judul
Pemberdayaan Asset Tanah Wakaf dan Non Wakaf Sebagai Sarana
Pendidikan di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jambi. Sedangkan
pada penelitian ini penulis membahas tentang Implementasi Wakaf di
Kabupaten Muaro Jambi.
4. Jurnal Bisnis dan manajemen Volume 6 (1), April 2016. Oleh Rahmat
Dahlan. yang berjudul Analisis Kelembagaan Bada Wakaf Indonesia.
Sedangkan pada penelitian ini penulis membahas tentang
Implementasi Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi.
5. Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2014. Oleh Ahmad Atabik Dosen STAIN Kudus
yang berjudul Managemen Pengelolaan Wakaf Tunai di Indonesia.
Sedangkan pada penelitian ini penulis membahas tentang
Implementasi Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi.
6. Jurnal kajian Ekonomi Islam Volume 2, Nomor 2, Juli- Desember 2017
Oleh Nur Hidayani, Muaidy Yasin, Usaini Universitas Mataram yang
berjudul Pengelolaan dan Pemanfaatan Wakaf Tanah dan Bangunan.
Sedangkan pada penelitian ini penulis membahas tentang
Implementasi Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi.
60

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah penyelidikan yang hati- hati dan kritis dalam mencari
fakta dan prinsip- prinsip, suatu penyelidikan yang sangat cerdik untuk
menetapkan sesuatu.
Banyak para ilmuwan terkemuka yang memberikan tanggapan
tentang definisi penelitian, diantaranya:68
1. Hillway (1956) dalam bukunya introduction to research mengatakan,
bahwa penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati- hati dan sempurna terhadap
suatu masalah, sehinggah diperoleh pemecahan yang tepat terhadap
permasalahan tersebut.
2. Whitney (1960) dalam bukunya The Element of Research menyatakan,
disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus
dilakukan secara sungguh- sungguh dalam waktu yang lama.
3. Jhon (1949) penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode
objektif yang jelas untuk menentukan hubungan antar fakta dan
menghasilkan dalil atau hukum.
4. Dewey (1935) penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau
terarah dari situasi yang dikenal dalam kenyataan dan hubungannya,
seperti mengubah unsur dari situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan
yang bersatu padu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari
kejadian yang diteliti. Sehinggah memudahkan penulis untuk mendapatkan

68 . Arfa Faisar Ananda, Marpaung Watni, Metodologi Penelitian Hukum Islam,( Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP 2016). hlm. 12

60
61

data yang objektif dalam rangka mengetahui implementasi wakaf di


kabupaten Muaro Jambi.
Menurut Bogdan dan Taylor metode kualitatif itu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau
lisan dari orang- orang dan pelaku yang dapat diamati69.
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-
sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau gejala,
atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan
gejala yang lain dalam masyarakat. Penelitian ini terkadang berwal dari
hipotesis, tetapi juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-
teori baru atau memperkuat teori yang sudah ada, dan dapat menggunakan
data kualitatif atau kuantitatif.70

B. Jenis dan sumber data


Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan metode
penelitian ini agar tidak menimbulkan kerancuan, metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah71 dengan teknik pengumpulan data yang ada
penulis berusaha menggali data- data mengenai Tinjauan Hukum Islam
Tentang wakaf Dan Implementasinya Dikabupaten Muaro Jambi.
Data dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui pihak yang
disebut sumber primer. Dan data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui
pihak kedua atau tangan kedua disebut skunder, yaitu data yang diperoleh
melalui wawancara kepada pihak lain tentang objek dan subjek yang diteliti,
dan mempelajari dokumentasi- dokumentasi tentang objek dan subjek yang
diteliti. Dari kedua sumber data tersebut, tentu saja sumber dat primer lebih

69 . Meolog., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakaryya, 2011), hlm. 5


70 . Op Cit, Arfa Faisar Ananda, Marpaung Watni. hlm. 16
71 . Sugiono., Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Cv. Alfabeta, 2008), Cet Ke 4,
hlm.1
62

dapat dipertanggungjawabkan daripada data yang didapat melalui sumber


skunder.72
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
di peroleh73 jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data skunder.
1. Data primer
Sumber dat primer dalam penulisan ini adalah Al Quran dan Hadits
serta beberapa buku- buku yang berkaitan dengan permasalahan
yang di bahas. Adapun buku yang digunakan yaitu buku tentang
wakaf menurut hukum Islam.
2. Data skunder
Data skunder merupakan data- data yang berkaitan dengan objek
penelitian dan telah terdokumentasikan. Data- data tersebut di
peroleh dari studi pustaka, baik dari lembaran resmin pemerintah,
catatan, media masa, maupun dokomen- dokumen lain yang
bersangkutan dapat membantu dan mendukung penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data


Secara Fungsional kegunaan instrummen penelitian adalah untuk
meperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada
langkah pengumpulan informasi dilapangan. 74
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data primer dan
skunder. Data primer diperoleh melalui Al Quran dan Hadits serta beberapa
buku- buku yang berkaitan dengan permasalahan yang di bahas yang
berkaitan dengan wakaf menurut hukum Islam sedangkan data skunder
diperoleh dari lembaran resmin pemerintah, catatan, media masa, maupun

72 . Usman Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, pengantar statistika edisi II.,(Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2012) hlm 20
73 . Suharsimi Arikunto., Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktek), ( Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1998), Edisi ke 4, hlm. 144
74 . Sukardi., Metodolpgi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya ( Jakarta: PT
Bumi Aksara 2003 ), hlm. 75
63

dokomen- dokumen lain yang bersangkutan dapat membantu dan


mendukung penelitian ini.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:


1. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan
tanya jawab langsung kepada objek yang diteliti atau kepada perantara
yang mengetahui persoalan dari objek yang diteliti.
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih
mendalam. Alat- alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah
buku catatan, laptop dan kamera karena penulis menggunakan wawancara
catatan lapangan. Hal ini bermanfaat untuk mencatat dan
mendokumentasikan semua percakapan dengan sumber data, dimana
kesemuanya telah digunakan setelah mendapat izin dari sumber data.
Karena wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur. Dalam skripsi
ini, penulis menggunakan metode wawancara yang dilakukan kepada
subyek dengan menggunakan dokumentasi catatan lapangan.
2. Pengamatan ( Observasi )
Pengamatan atau observasi adalah cara pengumpulan data dengan
terjun dan melihat langsung kelapangan atau (Laboratorium) terhadap
75
objek yang diteliti (Populasi atau sampel ).
3. Dokumentasi
Analisis dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen yang ada hubungannya dengan
penelitian ini. Nasution menyatakan bahwa dokumentasi adalah
mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data- data dari
catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang

75 . Hasan Iqbal., Analisis data penelitian dengan statistik ( Jakarta: PT Bumi Aksara 2006
). hlm 23
64

diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen- dokumen


atau arsip- arsip dari sebuah lembaga.
Renier menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian (1) dalam
arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun
sumber lisan; (2) dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber
tertulis saja; (3) dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat- surat
resmi dan surat- surat negara, seperti surat perjanjian, undang- undang,
konsesi, hibah dan sebagainya. 76
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Teknik dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan dana. Dalam tesis ini penulis mengumpulkan data
mengenai jumlah harta atau barang wakaf atau hal yang bersangkutan
dengan wakaf di kabupaten Muaro Jambi.

D. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih yang penting dan yang ingin dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri atau orang lain.
Analisis data merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian,
keberhasilan analisis terhadap data yang diperoleh dapat menentukan
berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Analisis data dimulai dengan
menela’ah data yang terkumpul, baik yang berasal dari sumber primer,
maupun skunder.
Analisi data adalah pencarian atau pelacakan pola- pola. Analisis data
kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan

76 .Gunawan Imam., Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015). hlm 175
65

bagian- bagiannya, hubungan antar kajian, dan hubungannya terhadap


keseluruhannya. Artinnya, semua analisis data kualitatif akan mencakup
penelusuran data, melalui catatan catatan (pengamatan lapangan) untuk
menemukan pola-pola budaya yang dikaji oleh peneliti. teknik pengumpulan
data dan analisis data pada praktiknya tidak secaramudah dipisahkan.
Kedua kegiatan tersebut berjalan serempak. Artinya, analisis data memang
seharusnya dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data, dan
kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai dikerjakan.
Analisis data mencakup kegiatan dengan data mengorganisasikannya,
memilih, dan mengaturnya kedalam unit- unit, mengisentesiskannya,
mencari pola- pola menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
dan memutuskan apa yang dipaparkan kepada orang lain (pembaca
laporan penelitian).77
Melakukan analisis berarti melakukan kajian untuk mengenali struktur
fenomena, Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis analisis data
sebagai proses yang mencari usaha pormal untuk menemukan tema dan
merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha
untuk memberikan bantuan kepada tema dan ide itu. 78
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan maka hasil
penelitian akan penulis analisis dengan menggunakan analisis kualitatif.
Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan lain,
sehingga dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan kedalam unit- unit melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih semua yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan yang dapat diberitakan kepada orang lain.

77 . Ibid. hlm 210


78 . Iskandar., Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kuantitatif Dan Kualitatif ( Jakarta:
Gp Press, 2008), hlm. 254
66

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul selanjutnya penulis


akan menganalisa data-data tersebut dan menyusun dengan
menggunakan metode Komperatif, yaitu cara membandingkan antara dua
data yang berlainan untuk mengambil suatu pendapat yang logis, tepat dan
kuat untuk dijadikan rujukan dan pedoman dalam menetapkan masalah
yang dibahas.79

E. Uji Keterpercayaan Data (Trusthworthiness)


Untuk menetapkan keabsahan (trusthworthiness) data diperlukan
teknik pemeriksaan. pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat
kepercayaan (credibilitas), Keteralihan (transferability), kebergantungan (
dependability), dan kepastian ( confirmability).
1. Kepercayaan ( credibility)
Penerapan kepercayaan ( credibility) pada dasarnya menggantikan
konsep validitas internal dari non kualitatif. Uji kepercayaan ini
berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehinggah
tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. kedua,
mempertunjukan derajat kepercayaan hasil- hasil penemuan degan
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang
diteliti.
2. Keteralihan ( transferability)
Keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari non kualitatif.
Konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan
dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi
yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang
secara representatif mewakili populasi itu. Keteralihan sebagai
persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks
pengirim dan penerima. untuk melakukan pengalihan tersebut

79.Somadi Surta Brata, Metodologi penelitian, Cet ke-1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011)
hlm.84
67

seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian


empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti
bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya
jika ia ingin membuat keputusan tenta ng pengalihan tersebut. Untuk
keperluan itu peniliti harus melakukan penelitian kecil untuk
memastikan usaha menverifikasi tersebut.80
3. Kebergantungan (dependability)
Dalam penelitian kualitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu
penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian
kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan terhadap penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukann proses penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan
data. Peneliti seperti ini perlu diuji depenabilitynya. Kalau proses
penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut
tidak reliabel atau dependable. Untuk itu pengujian depenability
dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam
melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan
masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai
membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika
peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktivitas
lapangan”, maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan.
4. Kepastian (Konfirmability)
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji
obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil
penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif,

80 . Loc cit., hlm. 324- 325


68

uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga


pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitan tersebut telah memenuhi
standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak
ada, tetapi hasilnya ada.81
5. Tringulasi Data
Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan sumber yakni
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Adapun tujuan triangulasi data bukan untuk
kebenaran beberapa penomena tetapi lebih pada pendekatan
pemahaman penelitian terhadap apa yang telah ditemukan. Tujuan
penelitian kualitatif memeng bukan semata mencari kebenaran, tetapi
lebih pada pemahaman subjek terhadap dunia sekitarnya. Dalam
memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan subjek
bisa salah, karena tidak sesuai dengan teori, tidak sesuai dengan
hukum. 82

81 . Loc Cit. hlm. 377- 378


82. Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm 189.
69

F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pendahuluan,
2. Tahap turun ke lapangan, yaitu :
3. Tahap akhir yaitu :
Tabel : Jadwal Penelitian
Tahun 2017/2018Bulan/ Minggu
N
Kegiatan Oktober Desember April Juli Agustus Se
o
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. Pendahuluan
1 Pengajuan Judul X
2 Penyusunan X
Proposal
3 Pengajuan X
Proposal
4 Pengesahan X
Proposal
5 Seminar Proposal X
6 Pengurusan Izin X
Riset

B. Turun ke X
Lapangan
1 Penjajakan X
Lapangan
2 Pengumpulan x x X X X
data
3 Analisis data x x x X X X
4 Penyusunan draft

C. Tahap Akhir
1 Penyusunan
laporan
2 Perbaikan/
penjilidan

Jadwal ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai petunjuk pembimbing.


70

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Gambaran umum kabupaten Muaro Jambi
a. Historis, Geografis
Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Jambi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999
sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Batang Hari, secara resmi
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi mulai dilaksanakan pada tanggal 12
Oktober 1999. Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti sebagai ibu Kota
Kabupaten Muaro Jambi dengan Pusat Perkantoran di Bukit Baling
Kecamatan Sekernan. Kabupaten Muaro Jambi memiliki letak geografis
wilayah yang cukup strategis berada di hinterland Kota Jambi, hal ini
memberikan keuntungan bagi Kabupaten Muaro Jambi karena Kabupaten
ini memiliki peluang yang cukup besar sebagai daerah pemasok kebutuhan
kota Jambi, seperti pemasaran untuk hasil pertanian, perikanan, industri
dan jasa.
Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ± 5.246 KM2, secara administrasi
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
Secara Geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak antara 1 0 511
Lintang Selatan sampai dengan 20 011 Lintang Selatan dan diantara 1030
151 Bujur Timur sampai dengan 1040 301 Bujur Timur. Kabupaten Muaro

70
71

Jambi merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari


permukaan laut antara lain :
Termasuk daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan merata
sepanjang tahun rata-rata 186 mm per hari dengan Intensitas hujan rata-
rata 16 hari hujan. Temperatur rata-rata 32 C dengan variasi Temperatur
antara musim hujan dengan kemarau relatif kecil. Secara administratif
Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 11 (sebelas) Kecamatan, 150 Desa dan
5 Kelurahan, Jumlah Desa / Kelurahan pada masing-masing Kecamatan
yang ada di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Kecamatan Tahun 2016 83

No. Kecamatan Jumlah


Desa Kelurahan
1. Jambi Luar Kota 19 1
2. Mestong 14 1
3. Sekernan 15 1
4. Maro Sebo 11 1
5. Kumpeh 16 1
6. Kumpeh Ulu 18 -
7. Sungai Bahar 11 -
8. Sungai Gelam 15 -
9. Taman Rajo 10 -
10. Sungai Bahar Utara 11 -
11. Sungai Bahar Selatan 10 -
Jumlah 150 5

Pada tahun 2010 dilakukan pemekaran terhadap Kecamatan Sungai


Bahar menjadi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Bahar, Kecamatan
Sungai Bahar Utara dan Kecamatan Sungai Bahar Selatan, Kecamatan
Maro Sebo dimekarkan 1 Kecamatan yaitu Kecamatan Taman Rajo dan
pada Tahun 2011 ada beberapa desa yang dimekarkan diantaranya di
Kecamatan Kumpeh Ulu dibentuk 1 Desa baru yaitu Desa Kasang Kota

83 . Bappeda Kabupaten Muaro Jambi, 2016


72

Karang (Perda Nomor 06 Tahun 2011), di kecamatan Sungai Gelam 2 Desa


Baru yaitu Desa Sido Mukti (Perda Nomor 06 Tahun 2011) dan Desa
Gambut Jaya (Desa Persiapan), Selanjutnya di Kecamatan Jambi Luar
Kota dibentuk 2 Desa Baru yaitu Desa Mendalo Indah dan Desa Pematang
Gajah (Perda Nomor 06 Tahun 2011). Hal ini dilakukan dalam upaya
percepatan pembangunan antar wilayah sehingga pelayanan terhadap
masyarakat lebih optimal, sedangkan untuk kelurahan dari 4 kelurahan
pada tahun 2007 menjadi 5 kelurahan pada tahun 2008, bertambah 1
kelurahan yaitu kelurahan Jambi Kecil Kecamatan Maro Sebo. Dengan
adanya pemekaran ini merupakan cerminan kepedulian pemerintah untuk
meningkatkan palayanan secara merata dan diharapkan mampu
memperpendek rentang kendali dalam penyelenggaraan pemerintahahan
dan pelayanan kepada masyarakat.
Wilayah Kabupaten Muaro Jambi secara umum beriklim tropis, yang
dipengaruhi oleh angin musim. Sebagai daerah tropis, di Muaro Jambi
terdapat musim kemaru pada sekitar bulan April – September dan musim
hujan sekitar bulan November – Pebruari yang diselingi oleh musim
pancaroba. Rata-rata curah hujan per tahun dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir adalah 1.458 mm. Curah hujan yang relative tinggi terjadi pada
bulan Januari, Pebruari, Maret, November dan Desember. Wilayah
Kecamatan Payangan adalah yang terbanyak curah hujannya.
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Muaro Jambi mencapai 270C,
dengan suhu minimum rata-rata 240C dan suhu maksimum rata-rata 300 C.
Kelembaban udara rata-rata 75,50% berkisar 74% hingga 77%. Sedangkan
perkembangan keadaan iklim di Muaro Jambi, dalam kurun waktu lima
tahun, menunjukkan rata-rata suhu udara berkisar antara 27,000 C - 28,330
C dengan kelembaban udara yang mengalami penurunan dari 77,15%
menjadi 75,50%.
Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu Kabupaten dari
Sebelas Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Jambi. Kabupaten
Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999
73

sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Batang Hari, secara resmi


Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi mulai dilaksanakan pada tanggal 12
Oktober 1999. Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti sebagai ibu kota
Kabupaten dengan pusat perkantoran di Bukit Baling Kecamatan Sekernan.
Tabel. Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan

Luas Wilayah
Jumlah
Nama Kecamatan Kelurahan Administrasi Terbangun
/Desa (Ha) (%) thd
(Km2) (%)thd total
total
Kec. Mestong 15
474,700 9,02 12,61
5.126
Kec. Sungai Bahar 11
160,500 3,05 7,96
3.234
Kec. Bahar Selatan 10
195,690 3,72 4,47
1.817
Kec. Bahar Utara 11
167,260 3,18
2.777 6,83
Kec. Kumpeh Ulu 18
386,650 7,34 6,23
2.532
Kec. Sungai Gelam 15
654,410 12,45
9.643 23,73
Kec. Kumpeh 17
1.658,930 31,15
2.372 5,84
Kec. Maro Sebo 12
261,470 4,97 4,56
1.852
Kec. Taman Rajo 10
352,670 6,70
960 2,36
Kec. Jambi Luar Kota 20
280,120 5,32
7.471 18,38
Kec. Sekernan 16
671,600 12,76
2.857 7,03
TOTAL 155
5.264,000
100 40.641 100,00
74

Gambar Peta Wilyah Kabupaten Muaro Jambi


75

b. Geohidrologi
Kondisi geohidrologi di Kabupaten Muaro Jambi sebagian besar
tersusun dari batuan Lanau dengan potensi sumber daya air tanah secara
umum menunjang kebutuhan air wilayah lainya. Kondisi geohidrologi, akan
terdiri dari:
1. Kondisi Air Permukaan
Sungai yang ada di wilayah Kabupaten Muaro Jambi termasuk dalam
sub wilayah sungai (sub WS) 03.01.18 dan sub WS 03.01.19. Besarnya
limpasan permukaan sungai sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kondisi tanah, jenis batuan, tata guna lahan dan sistem pertanian.
Berdasarkan pengelompokkan, sungai-sungai yang ada di Kabupaten
Muaro Jambi seperti; Sungai Batang Hari, Sungai Musi, Sungai Mendahara
termasuk daerah aliran berbentuk bulu (pohon). DAS bentuk bulu (pohon),
anak-anak sungai tersusun menyerupai cabang pohon dan bentuk DAS
memanjang. Karakteristik dari puncak banjirnya tidak terpusat dengan
durasi banjir yang lama.
Karakteristik sungai yang ada di wilayah Kabupaten Muaro Jambi
sebagian besar merupakan aliran yang kontinyu sepanjang tahun (sungai
pharennial). Sumber mata air yang terdapat Kabupaten Muaro Jambi
mempunyai potensi yang berbeda dan penyebaran tidak sama. Kapasitas
sumber mata air sangat tergantung dari kondisi hidrologi, iklim, daerah
tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi.
Ada beberapa titik sumber mata air yang terdapat di Kabupaten Muaro
dengan penyebaran sumber mata air yang tidak merata dan sebagian lagi
potensi sumbernya kecil. Pemanfaatan sumber mata air eksisting untuk
penyediaan air bersih dan juga digunakan untuk air irigasi.
Hampir sebagian besar elevasi sumber mata air berada jauh dibawah
dan aliran mata air menyatu dengan aliran permukaan sungai. Kondisi
daerah aliran sungai (DAS) dengan vegetasi yang baik dan masih berfungsi
sebagai daerah resapan maka aliran yang terjadi adalah aliran kontinyu
76

pada sungai. Aliran mata air pada musim kemarau pada kondisi ini sebagai
aliran dasar (base flow).
Air tanah bebas (Hidrogeology) adalah air yang tersimpan dalam suatu
lapisan pembawa air tanpa lapisan kedap air di bagian atasnya. Kondisi air
tanah bebas sangat dipengaruhi oleh besarnya intensitas curah hujan
setempat dan penggunaan lahan di sekitarnya. Hasil penelitian hidrogeologi
yang dilakukan menunjukkan kondisi air tanah dan produktivitas akuifer
(lapisan pembawa air) yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi adalah
akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir yang terdiri dari :
 Akuifer produktivitas tinggi dan penyebarannya luas (Akuifer dengan
keterusan dan kedalaman muka air sangat beragam, debit air
umumnya lebih besar 5 lt/dt).
 Akuifer produktivitas sedang dan penyebaran luas Akuifer dengan
keterusan dan kedalaman muka air sangat beragam, debit air
umumnya lebih kecil 5 lt/dt).
 Setempat akuifer produktif (Akuifer dengan keterusan sangat
beragam, umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya
muka air tanah, setempat muka air tanah dapat diturap.
Sedangkan berdasarkan peta tinjauan Hidrogeologi Kabupaten Muaro
Jambi (MM Purbo Hadiwijoyo, 1972 dalam Inventarisasi Geologi Teknik,
2003), menujukkan bahwa kandungan air tanah di Kabupaten Muaro Jambi
dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
 Kandungan air tanah besar dengan debit 10 lt/dt terdapat di bagian
selatan,
 Kandungan air tanah sedang dengan debit 5 lt/dt terdapat dibagian
tengah,
 Kandungan air tanah rendah dengan debit kurang dari 1 lt/dt terdapat
dibagian utara daerah dataran tinggi.
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Muaro Jambi tergolong kedalam
tanah Regosol. Pada kategori macam tanah digolongkan kedalam Regosol
berhumus dan Regosol Coklat Kekuningan (Dai dan Rosman, 1970).
77

Bahan induk tanah di kawasan ini terdiri dari abu dan tufa volkan
intermedier. Menurut Puslittanak (1994), tanah-tanah di daerah ini
digolongkan kedalam ordo : Andisol, Inceptisol, Alfisol dan Mollisol.
Selanjutnya pada kategori great grup digolongkan ke dalam: tropaquepts,
fragiaquepts, placaquepts, epiaquands, duraquands, placaquands,
hapludands, argiudolls, epiaqualfs, dan hapludalfs.
c. Demografis
Komposisi penduduk menurut umur di Kabupaten Muaro Jambi tahun
2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berumur 0 – 14 tahun
sebanyak 108.436 jiwa (29,98%) dan jumlah penduduk berumur 65 tahun
keatas ± 10.756 jiwa (2,95%). Dengan demikian, penduduk Kabupaten
Muaro Jambi dapat digolongkan penduduk produktif.
Tabel Jumlah Penduduk dan Kepadatannya

Tingkat
Jumlah Penduduk Jumlah KK Kepadatan
Pertumbuhan (%)
Nama Kecamatan pddk
Tahun Tahun Tahun Tahun
2009 2011 2013 2009 2011 2013 2009 2011 2013 2011 2013
Kec. Mestong 34.776 38.430 39.790 8.694 10.288 10.464 0,95 3,54 1,15 80,9683,82
Kec.Sungai Bahar 12.59
50.359 24.499 6.246 7.097 0,95 3,54 1,15 152,64
158,04
25.365 0
Kec.Bahar Selatan- 13.749 14.236 - 3.835 4.043 0,95 3,54 1,15 70,2672,75
Kec. Bahar Utara - 14.205 14.706 - 3.650 4.438 0,95 3,54 1,15 84,9387,92
Kec. Kumpeh Ulu 36.450 47.144 9.113 12.145 12.359 0,95 3,54 1,15 121,93
126,25
48.814
Kec. Sungai Gelam 11.93
47.726 58.712 16.275 14.462 0,95 3,54 1,15 89,7292,89
60.788 2
Kec. Kumpeh 24.271 23.577 24.412 6.068 5.640 6.407 0,95 3,54 1,15 14,2114,72
Kec. Maro Sebo 30.583 18.890 7.646 4.459 4.704 0,95 3,54 1,15 72,2574,80
19.559
Kec. Taman Rajo - 11.750 12.167 - 2.841 3.240 0,95 3,54 1,15 33,3234,50
Kec. Jambi Luar
53.552 59.844 3.388 15.219 16.648 0,95 3,54 1,15 213,64
221,21
Kota 61.964
Kec. Sekernan 36.891 40.751 42.193 9.223 10.286 8.349 0,95 3,54 1,15 60,6862,82
TOTAL 314.598 351.553 363.994 78.652 90.884 92.211
78

Luas Wilayah Kabupaten Muaro Jambi adalah 526.400 Ha (5.264


Km2). Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Kumpeh yaitu
kurang lebih 1.658,93 km2 (31,51%), sedangkan kecamatan dengan
wilayah terkecil adalah Kecamatan Sungai Bahar yaitu 160,50km2 (3,05%).
Jarak antara Ibukota Kabupaten Muaro Jambi ke daerah kecamatan:
 Sengeti – Mestong (Sebapo) : 65 Km
 Sengeti – Sungai Bahar (Marga) : 135 Km
 Sengeti – Bahar Selatan (Tanjung Mulya) : 160 Km
 Sengeti – Bahar Utara (Talang Bukit): 120 Km
 Sengeti – Kumpeh Ulu (Pudak) : 42 Km
 Sengeti – Sungai Gelam (Sungai Gelam) : 60 Km
 Sengeti – Kumpeh (Tanjung) : 110 Km
 Sengeti – Maro Sebo (Jambi Kecil) : 14 Km
 Sengeti – Taman Rajo (Kemingking Dalam) : 55 Km
 Sengeti – Jambi Luar Kota (Pijoan) : 50 Km
 Sengeti – Sekernan(Sengeti) : 3 Km
Jarak antar ibu kota kabupaten muaro jambi dengan ibi kota kabupaten
lain 2017
1. Kerinci dengan jarak 439 KM
2. Sarolangun dengan jarak 204 KM
3. Merangin (Bangko) dengan jarak 278 KM
4. Batanghari (Muaro Bulian) dengan jarak 86 KM
5. Tanjabtim (Muaro Sabak) dengan jarak 120 KM
6. Tanjabbar (Kuala Tungkal) dengan jarak 95 KM
7. Tebo (Muara Tebo) dengan jarak 213 KM
8. Bungo (Muara Bungo) dengan jarak 261 KM
9. Sungai Penuh (Sungai Penuh) dengan jarak 438 KM
10. Kota Jambi (Jambi) dengan jarak 26 KM
Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2017 sebanyak
360.981 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 187.714 jiwa, dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 173.267 dengan rasio jenis kelamin
79

106,91. Persentase distribusi penduduk tahun 2017 menurut kecamatan:


 Kecamatan Mestong (10,26%)
 Kecamatan Sungai Bahar (7,14%)
 Kecamatan Bahar Selatan (4,80%)
 Kecamatan Bahar Utara (4,13%)
 Kecamatan Kumpeh Ulu (13,81%)
 Kecamatan Sungai Gelam (17,10%)
 Kecamatan Kumpeh (6,08%)
 Kecamatan Maro Sebo (5,39%)
 Kecamatan Taman Rajo (3,71%)
 Kecamatan Jambi Luar Kota (16,14%)
 Kecamatan Sekernan (11,45%)
Angka rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Muaro Jambi
tahun 2017 sebesar 31,12 %, artinya setiap 100 orang penduduk berusia
produktif (15-64 tahun) mempunyai tanggungan sebanyak 31 orang yang
belum produktif (0-14 tahun) dan dianggap tidak produktif lagi (64 tahun
keatas). Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Muaro Jambi pada
tahun 2017 adalah 69,95 jiwa/km2, dimana kepadatan penduduk tertinggi
berada di Kecamatan Jambi Luar Kota sebesar 208,06 jiwa/km2.
Sedangkan kepadatan penduduk terkecil berada di Kecamatan Kumpeh
(13,46 jiwa/km2) diikuti Kecamatan Taman Rajo (38,91 jiwa/km2) karena
sebagian besar wilayahnya adalah perkebunan dan hutan
Pada tahun 2017 jumlah penduduk terbesar di Provinsi Jambi terletak
di Kota Jambi yaitu sebesar 16,87 % dari keseluruhan jumlah penduduk
Provinsi Jambi. Sementara Kabupaten Muaro Jambi berada di urutan ke
lima dengan jumlah penduduk sebesar 11,85 % dari jumlah penduduk
Provinsi Jambi.
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2017 sebesar
5,17 persen. Kota Jambi memiliki angka laju pertumbuhan ekonomi
tertinggi, yaitu sebesar 6,81. Sementara laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Muaro Jambi sebesar 5,43 berada diurutan ke lima di Jambi.
80

Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi


Jambi. 201884

d. Kondisi Sosial dan Ekonomi


Pembangunan bidang kesehatan Kabupaten Muaro Jambi
dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada setiap individu masyarakat. Sarana pendukung
pembangunan bidang kesehatan tahun 2017 ini ada 3 Rumah Sakit, 18
Puskesmas, 89 Pustu dan 322 Posyandu. Sedangkan tenaga kesehatan
yang tersedia pada tahun 2017 terdiri dari 61 dokter, 517 bidan dan 419
perawat yang tersebar di 11 kecamatan. Banyaknya penduduk Kabupaten
Muaro Jambi pada tahun 2017 yang beragama Islam mendominasi
keseluruhan penduduk Kabupaten Muaro Jambi. Jumlah penduduk yang
beragama Islam adalah sebanyak 394.995 orang. Sementara penduduk
beragama Kristen Protestan sebanyak 7.469 orang, Kristen Katolik
sebanyak 3.429, Hindu sebanyak 316 orang dan Budha sebanyak 630
orang.
Selain itu di Kabupaten Muaro Jambi ada macam- macam pekerjaan
yang dilakukan masyarakat diantaranya:

84 . Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi dalam angka 2018


81

1. Tanaman Pangan
Luas panen padi sawah dan padi ladang dan Produksi Palawija pada
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel- tabel berikut ini.85

2. Perkebunan
Perkebunan di Kabupaten Muaro Jambi yang terbesar adalah
perkebunan kelapa sawit.
3. Peternakan
Populasi ternak di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut ini.86

85 Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi dalam angka 2018


86 . Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi dalam angka 2018
82

2. Gambaran Umum Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi


Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi diurus oleh BIMAS ISLAM
Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi, karena di Kabupaten Muaro
Jambi masih belum ada Organisasi yang secara langsung mengurus wakaf
ini.
Hal- hal yang menjadi kewenangan pengadilan agama dalam hal
wakaf adalah sebagai berikut.
1. Pengelolaan harta wakaf bertentangan dengan tujuan dan fungsi
wakaf
2. Sengketa harta benda wakaf
3. Sah atau tidaknya wakaf/sertifikasi harta wakaf
4. Pengalihan fungsi harta wakaf/ perubahan status harta benda
wakaf
5. Ketentuan- ketentuan lain yang telah diatur di dalam buku III
Kompilasi Hukum Islam dan UU No. 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf.87
Jika terjadi penyimpangan atau penggunaan barang wakaf dari tujuan
wakaf, maka kepala KUA Kecamatan sebagai Pejabat Pencatat Akta Ikrar
Wakaf (PPAIW) dan MUI Kecamatan selaku pengawas terhadap nadzir
dapat bertindak melakukan gugatan ke pengadilan agama. Hal ini sejalan
dengan ketentuan Pasal 227 Kompilasi Hukum Islam. 88
Adapun pengadilan agama yang berwenang mengadili, memeriksa
dan memutus sengketa wakaf tersebut meliputi pengadilan agama yang
mewilayahi:
a. Tempat kediaman tergugat (vide Pasal 118 ayat (1) HIR).
b. Tempat kediaman salah satu tergugat, bila tergugat lebih dari seorang
(vide Pasal 118 ayat (2) HIR).
c. Tempat terletak barang wakaf (vide Pasal 118 ayat (3) HIR). 89

87. Dokumentasi Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018


88. Dokumentasi Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018
89. Dokumentasi Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018
83

1. Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Organisasi Kementerian Agama


Kabupaten Muaro Jambi
a. Kedudukan
1) Kementerian Agama berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Presiden
2) Kementerian Agama dipimpin oleh Menteri Agama
b. Tugas
Kementerian agama mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
Pemerintahan di bidang Agama untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan Pemerintahan Negara
c. Fungsi
Pasal III Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2, Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan, Penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
bimbingan masyarakat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Khonghucu, penyelenggaraan haji dan umroh, dan pendidikan
Agama dan keagamaan
2) Koordinasi pelaksanaan tugas pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsure organisasi pada
Kementerian Agama
3) Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Agama
4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas pada kementerian Agama
5) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
urusan Kementerian Agama di didaerah
6) Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai kedaerah
7) Pelaksanaan Pendidikan, pelatihan, penelitian, dan
pengembangan dibidang Agama dan keagamaan
8) Pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal
84

90
9) Pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur
2. Organisasi pada Kementerian Agama
Biro Perencanaan
Pasal 9 Biro perencanaan mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, singkronisasi, dan penyusunan rencana strategis, program,
kegiatan dan anggaran, evaluasi, pelaporan perencanaan, pengembangan
system, data perencanaan, dan pemantauan pelaksanaan kebijakan pada
Kementerian Agama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Biro kepegawaian
Pasal 28 Biro kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan data dan administrasi kepegawaian dan penyusunan bahan
pembinaan, asesmen, dan pengembangan pegawai pada Kementerian
Agama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Biro keuangan dan Barang Milik Negara
Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan koordinasi
perbendaharaan, pelaksanaan anggaran, pengelolaan penerimaan Negara
bukan pajak dan badan layanan umum, barangmilik/kekayaan Negara,
akuntansi, dan pelaporan keuangan pada Kementerian Agama sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Biro Organisasi dan Tata Laksana
Pasal 66 Biro Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas
melaksanakan pengkajian, pembinaan, dan koordinasi penataan
organisasi, penataan tatalaksana, dan evaluasi kinerja organisasi, serta
fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi pada Kementerian Agama sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Biro Umum
Pasal 104 Biro umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
ketata usahaan, pengelolaan persuratan dan kearsifan, keprotokolan,

90. Dokumentasi Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018


85

perlengkapan, pemeliharaan barang milik negara Kementerian Pusat,


kerumah tanggaan, dan layanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan
Biro pendidikan Agama dan keagamaan Islam
Pasal 142 Pendidikan Agama dan keagamaan Islam mempunyai
tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi pada Direktorat
Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Biro pendidikan Madrasah
Pasal 165 Pendidikan Madrasah mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standarnisasi, bimbingan teknis,
dan evaluasi, serta pengawasan di bidang kurikulum, sarana,
kelembagaan, dan kesiswaan madrasah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Biro penyelenggaraan haji dan umroh
Pasal 277 Penyeleggaraan haji dan umrah mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan
administarasi kepada seluruh unit organisasi pada Direktorat Jenderal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
Biro bimbingan masyarakat Islam
Pasal 384 Bimbingan masyarakat Islam mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
bimbingan masyarakat Islam sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Biro Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
Pasal 411Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
standarnisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi, serta pengawasan di bidang
urusan agama Islam dan pembinaan syariah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
86

B. Temuan Penelitian
1. Pengelolaan dan penggunaan Harta Wakaf di Kabupaten Muaro
Jambi
a. Manajemen Pengelolaan Wakaf Muaro Jambi
Salah satu alasan pembentukan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 tentang Wakaf adalah praktik wakaf yang ada di masyarakat belum
sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, salah satu buktinya adalah di antara
harta benda wakaf tidak terpelihara dengan baik, terlantar, bahkan beralih
ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum. Di samping itu,
karena tidak adanya ketertiban pendataan, banyak benda wakaf yang
karena tidak diketahui datanya, jadi tidak terurus bahkan wakaf masuk
dalam siklus perdagangan. Keadaan demikian itu tidak selaras dengan
maksud dari tujuan wakaf yang sesungguhnya dan juga akan
mengakibatkan kesan kurang baik terhadap Islam sebagai akses
penyelewengan wakaf, sebab tidak jarang sengketa wakaf terpaksa harus
diselesaikan di Pengadilan.
Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek
penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau
dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya
pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan
paradigma baru wakaf lebih menitik beratkan pada aspek pemanfaatan
yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri. Untuk
mengembangkan aspek kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan
sentral adalah sistem manajemen pengelolaan yang diterapkan.
Berdasarkan observasi penulis bahwa Dikabupaten Muaro Jambi bagian
pengurus harta wakaf dilaksanakan oleh Bagian Bimas Islam. menurut
pengurus Bimas Islam mereka menyatakan bahwa mereka sudah
mengurus harta wakaf sesuai dengan hukum Islam maupun undang-
undang no 41 tahun 2004 tentang wakaf.
Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Kepala Bidang Bimas
Islam Bapak Baki S. Pd.I : Di bagian Bimas Islam ini kami terdiri dari lima
87

orang termasuk saya dan empat orang anggota saya yaitu Bapak Mukhsin
S. Ag, M.Pd.I, Saudara Supangat, Saudari Syarifah A.KH. S.ST dan
Saudara Abdul Hadi HS.S.PT. Manajemen pengelolaan wakaf Kabupaten
Muaro Jambi sudah kami jalankan dengan sebaik mungkin, sesuai dengan
UU No 41 tahun 2004. untuk pemanfaatan tanah wakaf juga sudah saya
jalankan dengan baik, walaupun menurut saya pasti masih ada juga
permasalahan wakaf yang terjadi diluar pengetahuann saya. tetapi secara
garis besar wakaf di muaro jambi sudah berjalan dengan baik dan
sebagaimana mestinya. 91
Jadi, menurut hasil wawancara dengan Bapak Kepala Bimas Islam
bahwa menejemen pengelolaan wakaf di Kabupaten Muaro Jambi sudah
dijalankan dengan baik dan sesuai dengan UU meskipun mungkin ada
permasalahan wakaf yang terjadi diluar pengetahuannya setidaknya
sebagian sudah berjalan dengan baik.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak H. Mastuan Surya
, M.Pd.I. Selaku Kepala Bagian Penyelenggaraan Syariah: Wakaf di
Kabupaten Muaro Jambi ini alhamdulillah sudah kami jalankan dengan
sebaik mungkin, meskipun masih banyak tanah wakaf yang bermasalah,
terakhir pendataan wakaf di Kabupaten Muaro Jambi ini pada tahun 2016.
harta wakaf di Kabupaten Muaro Jambi alhamdulillah sudah terurus
semuanya. dan juga kami sudah berusaha untuk mensosialisasikan
masalah wakaf ini ke masyarakat Kabupaten Muaro Jambi ini. Dengan
cara ceramah agama atau langsung terjun ke masyarakat supaya
masyarakat tahu penggunaan dari harta wakaf dan memanfaatkannya
dengan sebaik mungkin. 92
Penulis melihat dari hasil wawancara dengan Bapak Baki S. Pd.I.
Kepala Bagian Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian Agama

91 . wawancara dengan bapak Baki S. Pd.I. Kepala Bagian Bimbingan Masyarakat Islam
di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi. pada tanggal 3 September 2018
92 . Wawancara dengan Bapak H. Mastuan Surya , M.Pd.I. Kepala Bagian
Penyelenggaraan Syariah Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi. pada tanggal
3 September 2018
88

Kabupaten Muaro Jambi dan H. Mastuan Surya , M.Pd.I. Kepala Bagian


Penyelenggaraan Syariah di Kementerian Agama Kabupaten Muaro
Jambi bahwa manajemen pengurus harta wakaf sudah berusaha
menjalankan penyelenggaraan wakaf dengan sebaiknya, bahkan mereka
sudah mendata semua harta wakaf di Kabupaten Muaro Jambi dan juga
mereka sudah berusaha mensosialisasikan kepada masyarakat tentang
wakaf dengan cara ceramah atau langsung turun ke masyarakat .
walaupun masih banyak harta wakaf yang mungkin diluar
pengetahuannya masih ada yang bermasalah.
b. Prosedur / Tata Cara Perwakafan
Prosedur dan tata cara perwakafan sudah diatur di Kabupaten Muaro
Jambi dengan baik dan mudah sebagaimana yang tertulis didokumen
Bimas Islam di Kementerian Agama Muaro Jambi.
Syarat-syarat yang harus dilakukan ialah, wakif datang ke Kantor
Urusan Agama (KUA) dengan membawa bukti sertifikat asli dari tanah
yang akan di wakafkan beserta surat-surat yang akan diperlukan yang
kemudian menyerahkan identitas diri atau KTP wakif maupun nadzir yang
telah dilegalisir, membawa surat bukti kepemilikan tanah (sertifikat asli),
surat keterangan atau surat kepemilikan yang telah ditanda tangani oleh
Kepala Desa yang diketahui Camat bahwa tanah tersebut tidak dalam
sengketa, membawa surat pernyataan penguasaan fisik dan kepemilikan
tanah yang diberi materai, fotokopi SPPT/PBB terakhir (untuk dicocokan
dengan nama di Desa), kemudian wakif dan nadzir hadir di KUA untuk
melakukan Ikrar Wakaf di hadapan Kepala KUA selaku Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang juga disertai oleh dua (2) orang saksi,
Kepala KUA mengesahkan nadzir yang telah ditunjuk dan telah
melakukan ikrar wakaf, Kepala Kantor Urusan Agama selaku Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf ( PPAIW ) menerbitkan akta ikrar wakaf,
kemudian pendaftaran tanah wakaf ke Kantor Pertanahan Kabupaten
setempat dengan membawa sertifikat asli tanah yang akan diwakafkan,
akta ikrar wakaf, dan surat- surat yang akan diperlukan, dan pada sertifikat
89

hak milik dimatikan berdasarkan akta ikrar wakaf, pada halaman sebab
perubahan kemudian Mencoret nama atau nama-nama pemegang yang
lama dan menggantinya dengan menuliskan kata WAKAF dengan huruf
besar di belakang nomor hak milik tanah yang bersangkutan. Mengenai
sertifikat tanah wakaf pada nama pemegang hak tertulis nama nadzir :
ketua, sekretaris, bendahara, anggota 1 (satu) dan anggota 2 (dua). Pada
kolom petunjuk diberi keterangan :
Akta Ikrar Wakaf Tanggal………… Nomor……… Tahun….....Dibuat
oleh…………PPAIW Kecamatan… ........................... ”
Peruntukan atau penggunaan tanah : ……(kutipan Akta Ikrar Wakaf)
Penerbitan sertifikat tanah wakaf, sertifikat tanah wakaf yang sudah
ditandatangani Kepala Kantor Pertanahan, diserahkan kepada nazhir
sebagai surat tanda bukti, dan biaya peralihan atas tanah yang berupa
93
tanah wakaf bebas dari biaya yang diperlukan.
Begitu juga yang dikatakan oleh bapak Supangat Pelaksana
Pemberdayaan KUA Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi
Secara singkat Menjelaskan tentang tatacara perwakafan: Tata cara
perwakafan di Kabupaten Muaro Jambi yang pertama wakif membawa
bukti sertifikat asli tanah yang diwakafkan kemudian menyerahkan KTP
wakif maupun nadzir, membawa surat kepemilikan yang ditanda tangani
kades, kemudian wakif dan nazir datang ke KUA untuk ikrar wakaf dan
membawa dua orang saksi, kemudian kepala KUA menerbitkan akta ikrar
wakaf. begitulah secara singkat tata cara perwakafan di Kabupaten Muaro
Jambi terutama di kecamatan Jambi Luar Kota.94
Kemudian jika dalam pelaksanaan perwakafan susah atau wakif
tidak mengerti maka akan dibantu oleh pihak pengurus harta wakaf yaitu
oleh pengurus Bimas Islam sebagaimana perkataan salah satu pengurus
Bimas Islam: Dalam mengurus harta yang akan diwakafkan jika terjadi hal

93 . Dokumentasi Data Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama Kabupaten


Muaro Jambi. Pada Tanggal 5 September 2018
94 . Wawancara dengan Bapak Supangat Pelaksana Pemberdayaan Wakaf KUA
Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi Pada Tanggal 3 September 2018.
90

yang sulit atau tidak paham maka akan kami bantu dengan sebaik
mungkin supaya tidak ada kata sulit atau tidak paham dalam menjalankan
perwakafan. terutama bagi orang yang sudah tua yang tidak paham
dengan caranya atau orang yang buta huruf maka kami siap
membantunya. sudah banyak terjadi orang yang mau mewakafkan harta
tapi tidak paham caranya maka kami akan tuntun sampai semuanya
selesai.95
Jadi berdasarkan wawancara diatas bahwa tata cara berwakaf di
kabupaten muaro jambi sudah sesuai dengan Hukum Islam dan peraturan
Perundang- undangan. bahkan jika ada kesulitan bagi wakif untuk
mewakafkan hartanya maka akan dibantu oleh pengurus wakaf sampai
selesai, sehingga jangan sampai mempersulit bagi wakif untuk berwakaf.
c. Pengelolaan wakaf di Masjid
Melihat dari peruntukan tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi yang
lebih banyak untuk membangun masjid maka penulis tertarik melihat
bagaimana pengelolaan wakaf masjid di Kabupaten Muaro Jambi
Diantaranya adalah Masjid Miftahul Huda ini Diketuai Oleh Bapak Sutarjo,
Bendahara Bapak H. Jauhari, Bilal Bapak Sukardiono, Khatib Bapak
Ahsani. Tetapi Untuk Khatib setiap minggu diganti- ganti kata Bapak Ketua
Pengurus Masjid Miftahul Huda. Masjid ini bertempat di RT. 07 Desa
Simpang Sungai Duren, status tanah wakaf dengan luas tanah 250 m2.
Usaha yang dilakukan dalam pengelolaan tanah wakaf pada masjid Masjid
Miftahul Huda Simp. Sei Duren untuk pemberdayaan umat meliputi:
1. Bidang Pendidikan
Salah satu usaha yang dilakukan dalam pengelolaan tanah wakaf
Masjid Miftahul Huda Simp. Sei Duren yaitu di Bidang Pendidikan
dengan mengadakan Pengajian Antara Maghrib dan Isya’ (PAMI)
untuk anak-anak disekitarnya.

95 . Wawancara Dengan Bapak Abdul Hadi HS.SPT, Sebagai Pelaksana Pemberdayaan


Dan Pembinaan Wakaf Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tanggal 3
September 2018.
91

2. Bidang Ibadah
Amal usaha yang dilakukan melalui pengelolaan tanah wakaf dalam
bidang ibadah yaitu dengan menyediakan sarana peribadatan berupa
masjid yang berdiri di daerah Rt.07 Simp. Sei Duren Diatas tanah
seluas 121 m² berdiri sebuah Masjid yang bernama masjid Miftahul
Huda yang dipergunakan untuk beribadah dan kegiatan keagamaan
bagi masyarakat yang berdomisili disekitar.
Dibawah kepemimpinan Bapak Sutarjo yang menjabat sebagai Ketua
Pengurus Masjid Miftahul Huda. Bahwa Telah banyak kegiatan yang
dilakukan selama ini diantaranya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tahun.
Dalam ilmu fiqh tidak disebutkan secara intrinsik/ secara detail tentang
pengelolaan tanah wakaf, namun sebagaimana telah dilaksanakan oleh
tanah wakaf masjid Miftahul Huda, yaitu mendayagunakan tanah wakaf
untuk amal Ibadah, dan untuk kepentingan pendidikan.
Dalam prakteknya Masjid Miftahul Huda menggunakan sistem
pengelolaan, yang diberi tanggung jawab sepenuhnya kepada pengurus
harian yang mengelola langsung masjid itu sendiri.
Berdasarkan telaah diatas, karena makin besarnya harapan umat
Islam pengelolaan tanah wakaf dapat dilakukan sebaik-baiknya dan dikelola
semaksimal mungkin. Hal ini agar tanah wakaf yang sudah terkumpul dapat
dimanfaatkan secara maksimal sebagaimana keinginan pewakif, dan ini
adalah tanggung jawab yang mengelola baik itu perorangan maupun
berbadan hukum biasa di Indonesia. Setiap tanah wakaf hendaklah
diusahakan hasil dan pemanfaatannya secara maksimal sehingga disini
diperlukan adanya pengawasan, pemeliharaan, penjagaan, serta
pengelolaan tanah wakaf yang baik. Hal tersebut menurut penulis telah
dilakukan oleh Pengurus Miftahul Huda dalam mengelola tanah wakaf yakni
dibentuk penanggung jawab diberikan kewenangan secara penuh untuk
mengelola Masjid itu.
92

Pengelolaan dan pendayagunaan yang ada di Masjid Miftahul Huda


RT 07 Desa Simp. Sei Duren dapat penulis simpulkan sudah sesuai dengan
Hukum Islam , dalam arti bahwa si wakif yang mewakafkan tanahnya sudah
memberikan kata sighot kepada maukuf/ nadzir dan disertai penyerahan
barang yang akan di wakafkan (kecuali belum adanya sertifikat sebagai
bukti tanah wakaf), dan barang tersebut bisa diambil manfaatnya secara
terus menerus, dan menetapkan penggunaannya pada jalan yang benar.
Jika ditinjau dari Hukum Islam pengelolaan dan pendayagunaan tanah
wakaf Masjid Miftahul Huda sebenarnya sudah berjalan dengan baik dan
sesuai dengan syariat Islam, walaupun belum optimal, dikarenakan
kurangnya pengetahuan Nazdir mengenai pengelolaan dan
pendayagunaan tanah wakaf, kurangnya kerja sama nadzir dengan pihak
KUA, misalnya dalam hal untuk memperoleh sertifikat atas tanah wakaf
tersebut.
Berdasarkan Observasi yang penulis lakukan menurut penulis
Memang dalam akad wakafnya sudah sesuai dengan Hukum Islam maupun
UU No 41 Tahun 2004. Tetapi dalam hal pengelolaan masih belum optimal,
apalagi dalam hal memakmurkan masjid.
Dalam hal Ibadah dan kegiatan Agama di Mesjid ini masih kurang
optimal karena tidak ada kegiatan keagamaan lain yang dilakukan dimesjid
ini seperti Pengajian Ibu- Ibu, dzikir bersama dan kegiatan keagamaan
lainnya. Mesjid ini digunakan hanya untuk Sholat dan Pengajian Antara
Mesjid dan isya’(PAMI) untuk anak- anak saja. Menurut observasi penulis
melihat bahwa masyarakat di RT 07 Desa Simp. Sei Duren tergolong
banyak tetapi ketika sholat berjama’ah Hanya sedikit warga setempat yang
sholat dimesjid itu hanya sekitar 10- 15 orang warga setempat yang
membuat jama’ah menjadi banyak yaitu Mahasiwa/i karena Mesjid ini dekat
dengan Kampus. Dan dalam proses sertifikasi tanah wakaf nazir juga lalai
dimana hingga sekarang menurut data wakaf Kementerian Agama
Kabupaten Muaro Jambi bahwa tanah wakaf Masjid Miftahul Huda ini belum
bersertifikat.
93

Berbeda dengan Masjid Miftahul Huda di Desa Simp. Sei Duren,


Masjid Jami’ At- Taqwa di RT 20 Desa Mendalo Darat. Masjid Jami’ At-
Taqwa berdiri pada tahun 1987 dengan Luas tanah 1.218 M2 dan luas
bangunan masjid 480 M2. Masjid At- Taqwa di urus Oleh Amat Ashgari
selaku Ketum Pengurus, Drs. H. Ridwan sebagai Wakil Ketum, Sopia Budi
sebagai Sekretaris, Amat Toha sebagai Bedahara, Seksi Ibadah Dimiyati
Abdullah, Seksi Pendidikan Sukendro, Seksi Pembangunan Dwi Santoso,
Seksi Prasarana Haryono, Sosial Arbain, Remaja Mesjid Andi Pranata S.
kom. Masjid Jami’ At- Taqwa di RT 20 Desa Mendalo Darat Mempunyai
Organisasi Pemuda dan Remaja Mesjid yang diketuai oleh Andi Pranata,
Wakil Januariyanto dan Eka Agustina, Sekretaris Fitriyanti Aldo Pernando,
Bendahara Fitri Riyani dan Emelia Damayanti, Seksi PHBI Kusmoyo,
Humas Dedi Kurniawan, Seni dan Budaya Bahrul Ulum, An Nisa Deva
Mutiara.
Usaha yang dilakukan dalam pengelolaan tanah wakaf pada Masjid
Jami’ At- Taqwa di RT 20 Desa Mendalo Darat untuk pemberdayaan umat
meliputi:
1. Bidang Pendidikan
Salah satu usaha yang dilakukan dalam pengelolaan tanah wakaf
Masjid Jami’ At- Taqwa di RT 20 Desa Mendalo Darat yaitu di Bidang
Pendidikan dengan mengadakan Pengajian tepatnya Pengurus
Masjid mengadakan diskusi tentang agama antara Magrib dan Isya’
Bidang Ibadah seperti sama- sama belajar Fiqhi dan Lain- lain tentang
agama dan ibadah dan pengajian ini bisa dihadiri siapapun yang mau
belajar.
2. Bidang Ibadah
Amal usaha yang dilakukan melalui pengelolaan tanah wakaf
dalam bidang ibadah yaitu dengan menyediakan sarana
peribadatan berupa masjid yang berdiri di daerah RT 20 Desa
Mendalo Darat Diatas tanah seluas 1. 218 m² berdiri sebuah Masjid
yang bernama masjid Masjid Jami’ At- Taqwa yang dipergunakan
94

untuk beribadah dan kegiatan keagamaan bagi masyarakat yang


berdomisili disekitar.
Dibawah kepemimpinan Bapak Amat Ashgari yang menjabat sebagai
Ketum Pengurus Mesjid juga sekaligus merangkap sebagai nadzir dalam
tanah wakaf tersebut banyak kegiatan yang dilakukan selama ini diantanya
kegiatan yang rutin sebulan sekali yaitu Kegiatan Ibu- Ibu Badan Kontak
Majlis Taklim (BKMT) yang dilaksanakan setiap tanggal 18.
Di Masjid Jami’ At- Taqwa juga sudah di bentuk kelompok Ikatan
Pemuda dan Remaja Mesjid. Pengurus remaja Mesjid At- Taqwa bertugas
menjadi panitia PHBI dan juga jika mendekati hari raya idul Fitri dengan
mengadakan takbir keliling.
Hal ini dilakukan untuk usaha dakwah agar masyarakat desa Mendalo
Darat dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan syariat Islam.
Pada Observasi penulis dalam hal beribadah juga di Masjid Jami’ At-
Taqwa termasuk paling banyak orang yang sholat, hampir lima waktu
banyak orang yang sholat hal ini bukan disebabkan masjid ini dipinggir jalan
tetapi memang banyak penduduk yang berdomisili disitu yang sholat.
Berdasarkan telaah diatas, karena makin besarnya harapan umat
Islam pengelolaan tanah wakaf dapat dilakukan sebaik-baiknya dan
dikelola semaksimal mungkin. Hal ini agar tanah wakaf yang sudah
terkumpul dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagaimana keinginan
pewakif, dan ini adalah tanggung jawab yang mengelola baik itu perorangan
maupun berbadan hukum biasa di Indonesia. Setiap tanah wakaf hendaklah
diusahakan hasil dan pemanfaatannya secara maksimal sehingga disini
diperlukan adanya pengawasan, pemeliharaan, penjagaan, serta
pengelolaan tanah wakaf yang baik. Hal tersebut menurut penulis telah
dilakukan oleh Pengurus Masjid Jami’ At- Taqwa dalam mengelola tanah
wakaf. Adapun dari hasil penelitian penulis bahwa pengelolaan dan
pendayagunaan tanah wakaf pada Masjid Jami’ At- Taqwa sudah
terealisasi secara optimal hal ini karena tanah wakafnya sudah bersertifikat
95

dan dari observasi penulis dimesjid Jami’ At- Taqwa sudah dijalankan
kegiatan- kegiatan dengan sebaiknya oleh pengurus masjid.
Dari berbagai pengamatan yang telah dilakukan penulis, selama ini
pengelolaan wakaf di wilayah perkotaan memiliki berbagai macam
kelebihan yang menguntungkan serta mempunyai dampak positif terhadap
pengelolaan wakaf tersebut untuk terus bergerak kearah pengelolaan yang
profesional. Hal ini agak sedikit berbanding terbalik jika penulis melihat
pengelolaan wakaf yang ada di wilayah pedesaan yang mempunyai banyak
kesulitan dalam pengembangannya.
Hal ini disebabkan berbagai macam faktor, diantaranya yang paling
berpengaruh adalah kurang strategisnya lokasi wakaf yang berakibat pada
sulitnya mengembangkan asset wakaf itu sendiri untuk dikelola secara
professional dan lebih modern. Di perkotaan sangat memungkinkan tanah
wakaf tersebut dibangun untuk apartemen, ataupun membuat hotel, real
estate, pertokoan dan sebagainya yang tentunya hasilnya tidak sedikit. Dan
model pengelolaan seperti itu sangat memungkinkan jika wilayah tanah
wakaf tersebut berada di tempat yang strategis dalam hal ini adalah
perkotaan. Namun jika wilayah tanah wakaf tersebut berada ditempat yang
kurang strategis maka para nazhir harus memutar otak untuk memikirkan
cara apa yang harus ditempuh agar tanah wakaf tersebut bisa terus
produktif seperti di daerah yang jauh di Kabupaten Muaro Jambi seperti di
Kecamatan Maro Sebo di Desa Kunangan, Kemingking Dalam dan
Tanjung Katung masih ada tanah wakaf yang belum ada peruntukannya.
Namun, ada bebarapa kelemahan yang ada dalam pengelolaan tanah
wakaf ini, yaitu sebagai berikut:
a. Manajemen yang ada belum begitu baik, hal ini dapat dimengerti
karena memang nazhir kurang begitu mengerti dalam hal
manajemen. Para nazhir hanya ahli dibidang agribisnis dan kurang
menguasai masalah manajamen, pengelolaan yang ada belum
begitu sempurna. Solusi yang ada adalah harus ada nazhir yang
mengerti masalah manajemen agar pengelolaan wakaf dapat lebih
96

teratur lagi serta terarah targetnya.


b. Salah satu aspek manajemen yang juga belum dipenuhi adalah
masalah aspek akuntansi dan auditing. Para nazhir pun belum begitu
mengerti masalah ini. Yang penting bagi mereka adalah tanah wakaf
dikelola agar tidak menjadi lahan tidur yang tidak produktif. Namun
mereka cenderung mengabaikan masalah pencatatan keuangan ini.
Dikhawatirkan akan terjadi masalah dikemudian hari jika aspek ini
tidak dipenuhi. Karena hal yang menyangkut keuangan selalu cukup
sensitif.
c. Tanah wakaf yang ada masih banyak yang belum bersertifikat.
Masalah administrasi ini harus segera diselesaikan agar tidak
menjadi masalah besar dikemudian hari.
Seperti yang telah peneliti jelaskan pada kajian sebelumnya, bahwa
pada umumnya masyarakat yang mewakafkan tanahnya diserahkan
kepada orang yang dianggap menjadi panutan dalam lingkup masyarakat
seperti ulama, kiayi, ustadz dan yang lainnya. Biasanya masyarakat yang
mewakafkan harta bendanya hanya dengan secara lisan saja tanpa
mendaftarkannya kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).
Sehingga hal inilah yang menimbulkan adanya masalah persengketaan
pada masa-masa berikutnya. Masalah persengketaan ini muncul biasanya
ketika wakif telah meninggal dunia.
d. Penggunaan Harta Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi
Pada saat ini memang mayoritas tanah wakaf yang ada di Kabupaten
Muaro Jambi adalah tanah wakaf yang sudah lama diwakafkan, bahkan dari
sekitar tahun 1959. sedangkan untuk tahun-tahun sekarang praktis belum
muncul lagi tanah wakaf yang baru. Tentu saja hal ini menimbulkan 2
pertanyaan, pertama apakah jiwa berderma masyarakat Kabupaten
Muaro Jambi sudah semakin menurun atau yang kedua, kegiatan
ekonomi yang terjadi sekarang sedang mengalami masa sulit.
Tanah wakaf di Kabupten Muaro Jambi terhitung sangat banyak dan
juga sebagian dari tanah wakaf sudah dipergunakan walaupun sebagian
97

masih ada juga yang belum dipergunakan secara rinci dibawah ini statistik
tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi
Tabel 2.1 Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Jaluko
Penggunaan Harta Wakaf
No Kelurahan/ Desa Lain-
Masjid Sekolahan Musholla Kuburan
lainnya
1 Kel. Pijoan 2 2 5 5 -
2 Simp. Sei Duren 4 1 3 3 -
3 Pematang Jering 2 - 1 2 -
4 Mendalo Darat 2 3 2 2 2
5 Sungai Bartam 2 3 5 6 -
6 Penyengat Olak 1 3 1 1 -
7 Senaung 3 - 2 3 -
8 Semubuk 1 2 - 1 2
9 Mendalo Laut 1 1 1 1 2
10 Sarang Burung 2 4 3 1 -
11 Kedemangan 1 2 2 2 -
12 Rengas Bandung 3 - 1 - -

Dari tabel diatas nampak bahwa jumlah tanah wakaf di Kecamatan


Jambi Luar Kota berjumlah 106 tanah wakaf. Sebaran tanah wakaf ada
diseluruh desa di kecamatan jambi luar kota meskipun dengan tingkat
jumlah yang berbeda- beda. Bisa dilihat dimana dikecamatan Jaluko ini dari
106 tanah wakaf banyak digunakan diantaranya untuk Masjid 24,
Sekolahan (Madrasah, Ponpes,) dengan Jumlah 22, Langgar dengan
jumlah 26 Dan Kuburan dengan jumlah 27 Tanah wakaf. Dan khususnya di
Desa Mendalo Darat dan Semubuk ada tanah wakaf yang digunakan untuk
Puskesmas dan Balai Desa, begitu juga di Desa Mendalo Laut ada yang
digunakan untuk Lapangan Olah Raga dan Balai Desa Melihat dari tabel
diatas Penggunaan Tanah Wakaf ini memang sudah dipergunakan untuk
umat.
98

Tabel. 2.2 Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Mestong


Penggunaan Harta Wakaf
No Desa/ Kelurahan
Masjid Sekolah Musholla Kuburan Lain-Lainnya
1 Sebapo 4 2 4 3 -
2 Nagasari 4 1 1 1 -
3 Tempino 1 1 4 - -
4 Ibru 2 1 - 1 -
5 Sungai Landai 2 - 3 2 2
6 Suka Damai 1 2 3 1 2
7 Tanjung Pauh 32 39 5 - 1 3 -
8 Palempang 2 - - 2 -
9 Desa baru 4 1 3 3 1
10 Pondok Meja 3 - 3 7 -
11 Suka Maju 2 1 6 6 1

Dari tabel diatas nampak bahwa jumlah tanah wakaf di kecamatan


Mestong berjumlah 104 tanah waka. Sebaran tanah wakaf ada diseluruh
desa di kecamatan Mestong meskipun dengan tingkat jumlah yang
berbeda- beda. Tanah wakaf di kecamatan Mestong ini telah dipergunakan
diantaranya untuk membangun 30 Masjid, 19 Sekolahan (Madrasah,
Ponpes), 28 Langgar atau Surau dan 29 untuk tanah Kuburan. Kemudian
ada juga tanah wakaf yang digunakan untuk yang lain seperti di Desa Suka
Damai, Desa Baru Dan Suka Maju ada tanah wakaf yang dipergunakan
untuk membangun Kantor Balai Desa. Dan lebih khusus di Desa Sungai
Landai ada 2 tanah wakaf yang digunakan untuk Sumur Umum.

Tabel 2.3 penggunaan harta wakaf kecamatan kumpeh


Penggunaan Harta Wakaf
No Desa/ Kelurahan
Masjid Sekolah Musholla Kuburan Lain-Lainnya
1 Tanjung 2 4 2 4 1
2 Sogo - 1 - 1 -
3 Seponjen 3 1 1 1 -
4 Sei. Bungur 1 1 - 1 -
5 Petanang 1 - - 1 -
6 P. Raman 2 1 - 2 -
7 Betung 2 1 - 1 -
99

8 P. Mentaro 1 1 1 1 -
9 Puding 1 1 - 1 -
10 Rukam 1 1 1 1 -
11 Manis Mato 1 - - - -
12 Londeran 2 1 - 1 -
13 R. Panjang 1 1 1 1 -
14 Gd. Karya 1 1 1 - -
15 Jebus 1 1 - 1 -
16 Sei. Aur 1 - 2 2 1
17 Petanang - 2 - - -
18 Rukam 1 - - - -
19 Sungai Bungur 1 - - - -
20 Mekar Sari 1 - - - -

Dari tabel diatas nampak bahwa jumlah tanah wakaf di kecamatan


Kumpeh berjumlah 72 tanah wakaf diantaranya. Sebaran tanah wakaf
hampir diseluruh Desa di Kecamatan Kumpeh meskipun dengan tingkat
jumlah yang berbeda- beda. Tanah wakaf di kecamatan Kumpeh ini telah
dipergunakan diantaranya untuk membangun 24 Mesjid, 18 Sekolahan
(Madrasah, Ponpes) Khususnya di Desa Sei. Aur dibangun Satu TPA, 9
Langgar/ Surau dan 19 tanah Kuburan. Dan ada juga tanah wakaf yang
digunakan untuk Membangun KUA yaitu di Desa Tanjung.
Tabel 2.4 Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Maro Sebo
Penggunaan Harta Wakaf
No Desa/ Kelurahan
Masjid Sekolah Musholla Kuburan Lain-Lainnya
1 Danau Kedap 1 - 1 - -
2 Niaso 1 - 1 1 -
3 Mudung Darat 1 1 2 2 -
4 Bakung 1 1 - 1 -
5 Setiris 1 2 3 2 -
6 Desa Baru 1 - 1 1 -
7 Jambi Tulo 2 - 1 - -
8 Danau Lamo 1 1 1 1 -
9 Muaro Jambi 1 1 - 1 -
10 Talang Duku 1 1 3 1 -
11 Kunangan - - - 1 -
100

12 Kemingking Dalam 1 - - 4 -
13 Tebat Patah 1 - - - -
14 Jambi Kecil 2 - 4 - -
15 Teluk Jambu 1 - - - -
16 Tanjung Katung 2 4 - - -
17 Danau Kedap 1 - - 1 -
18 Suko Awin Jaya - 1 - - -

Dari tabel diatas nampak bahwa jumlah tanah wakaf di kecamatan


Maro Sebo berjumlah 91 tanah wakaf. Sebaran tanah wakaf ada diseluruh
Desa di Kecamatan Maro Sebo meskipun dengan tingkat jumlah yang
berbeda- beda. Tanah wakaf di Kecamatan Maro Sebo ini telah
dipergunakan diantaranya untuk membangun 19 Masjid, 12 Sekolahan
(Madrasah, Ponpes), 17 Mushollah/ Langgar dan 16 Tanah Kuburan. juga
ada 17 tanah wakaf yang belum Jelas Penggunaannya Yaitu di Desa
Kunangan, Dusun Mudo, Sekumbung, Bakung, Niaso, Setiris Kemingking
Dalam, Lubuk Raman dan Mudung Darat.

Tabel 2.5 penggunaan harta wakaf kecamatan sekernan


Penggunaan Harta Wakaf
No Desa/ Kelurahan
Masjid Sekolah Musholla Kuburan Lain-Lainnya
1 Kel. Sengeti 4 3 7 1 -
2 Kedotan 2 1 2 2 -
3 Tantan 2 1 - 2 -
4 Pematang Pulai - 1 - - -
5 Bukit Baling - - - 1 -
6 Pulau Kayu Aro 1 2 - 1 -
7 Gerunggung 1 - 1 2 -
8 Berembang 2 2 1 - -
9 Keranggan 1 1 1 1 -
10 Rantau Majo 1 - - - -
11 Tunas Baru - - 1 - -
12 Sekernan 3 - 2 - -
101

Dari tabel diatas nampak bahwa jumlah tanah wakaf di kecamatan


Sekernan berjumlah 65 tanah wakaf. Sebaran tanah wakaf ada disebagian
Desa di Kecamatan Sekernan meskipun dengan tingkat jumlah yang
berbeda- beda. Tanah wakaf di Kecamatan Sekernan ini telah
dipergunakan diantaranya untuk membangun 17 Masjid, 11 Sekolahan
(Madrasah, Ponpes), 15 Mushollah/ Langgar dan 10 Tanah Kuburan.

Tabel 2.6 Penggunaan Tanah Wakaf Kecamatan Sungai Gelam


Penggunaan Harta Wakaf
No Desa/ Kelurahan
Masjid Sekolah Musholla Kuburan Lain-Lainnya
1 Ladang Panjang 2 - - 3 1
2 Talang Kerinci - - 2 3 -
3 Kebon IX 1 4 4 3 -
4 Tangkit Baru 1 - - - -
5 Tangkit 5 3 7 - -
6 Sungai Gelam 3 1 1 4 -
7 Talang Belido 6 - - 1 1

Dari tabel diatas nampak bahwa jumlah tanah wakaf di kecamatan


Sungai Gelam berjumlah 56 tanah wakaf. Sebaran tanah wakaf ada
disebagian Desa di Kecamatan Sungai Gelam meskipun dengan tingkat
jumlah yang berbeda- beda. Tanah wakaf di kecamatan Sungai Gelam ini
telah dipergunakan diantaranya untuk membangun 18 Mesjid, 8 Sekolah
(Madrasah, Ponpes), 14 Mushollah Dan 14 Tanah Kuburan. Dan khusus di
Desa Ladang Panjang tanah wakaf dipergunakan untuk membangun
Kantor Balai Desa, dan juga di Desa Talang Belido ada tanah wakaf yang
dipergunakan untuk membuat Lapangan Olah Raga.

Penggunaan Harta Wakaf


No Desa/ Kelurahan
Masjid Sekolah Musholla Kuburan Lain-Lainnya
1 Pudak - - - - -
2 Muaro Kumpeh - - - - -
3 Kasang Pudak - - - - -
4 Kota Karang - - - - -
5 Sakean - - - - -
6 Solok - - - - -
102

7 Tarikan - - - - -
8 Sungai Terap - - - - -
9 Arang- Arang - - - - -
10 Sipin Teluk Duren - - - - -
11 Teluk Raya - - - - -
12 Pemunduran - - - - -

Tabel 2.7. Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Sungai Bahar


Penggunaan Harta Wakaf
No Desa/ Kelurahan
Masjid Sekolah Musholla Kuburan Lain-Lainnya
1 Suka Makmur - 1 - - -
2 Marga Mulya - - 3 - -

Dari tabel diatas nampak bahwa jumlah tanah wakaf di kecamatan


Bahar berjumlah 4 tanah wakaf. Menurut data di Kecamatan Sungai Bahar
tanah wakaf hanya ada di Desa Suka Makmur dan Desa Marga Mulya, yang
dipergunakan untuk membangun satu Sekolah ( Madrasah, Ponpes) dan 3
Mushollah/ Langgar.
Jadi dari data diatas dapat dilihat bahwa tanah wakaf di Kabupeten
Muaro Jambi mayoritas peruntukannya adalah untuk kegiatan keagamaan
seperti untuk masjid, pemakaman, maupun untuk kegiatan pendidikan
seperti untuk sekolah dan pesantren. Jika melihat data diatas tentunya hal
tersebut dapat dimaklumi karena memang pemikiran wakaf pada saat itu
lebih menekankan pada aspek ibadah saja. Bahkan pemikiran seperti
itupun sampai sekarang masih banyak ditemukan di masyarakat.
Dari hasil survei penulis tersebut wakaf di Kabupaten Muaro Jambi
memang mayoritas peruntukannya digunakan untuk kegiatan-kegiatan
ibadah dan pendidikan, seperti untuk masjid dan sekolah serta pesantren,
selain itu juga untuk pemakaman. Kebanyakan dari tanah wakaf tersebut
lahannya sudah dipakai untuk mesjid, sekolah atau pemakaman, sehingga
sisa lahan yang ada tidak memungkinkan untuk para nazhir
mengembangkan untuk tujuan produktif karena sudah terlalu sempit.
103

Dipandang dari sisi pemanfaatannya, maka wakaf dibagi dua yaitu


wakaf yang sifatnya tertuju pada keluarga individu orang yang
mewakafkan menginginkan agar manfaatnya diberikan kepada kalangan
kerabatnya. Dan wakaf untuk amalan-amalan kebaikan wakaf ini
diarahkan untuk kemaslahatan masyarakat, inilah jenis wakaf yang paling
banyak dilakukan seperti masjid, musholla, pondok pesantren dan lain-
lain.Dalam masalah ini Bapak Baki S.Pd.I. Kepala Bagian Bimbingan
Masyarakat Islam di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi
berkata: pemanfaatan tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi banyak
kami gunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan diantaranya untuk
membangun masjid, musholla, madrasah dan lainnya. Sejauh ini saya
rasa peruntukkan tanah wakaf di kabupaten muaro jambi sudah dijalankan
dan dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Untuk perawatan dan
pengawasan harta wakaf sudah kami serahkan kepada nadzir dari harta
wakaf tersebut untuk mengurusnya. 96
Jadi dari wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemanfaatan tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi sudah terealisasikan
dengan baik seperti pembangunan masjid, musholla dan lain-lain, dapat
juga dilihat dari tabel jumlah tanah wakaf diatas dan pemanfaatannya sudah
dirasakan oleh masyarakat begitupun dalam perawatan dan pengawasan
harta wakaf sudah diserahkan kepada nadzir.
2.Wakaf Pasca UU No 41 Tahun 2004
Sebelum berlakunya UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, wakaf di
Indonesia hanyalah berarti wakaf dari benda tak bergerak. Wakaf ini lebih
banyak menekankan aspek pelestarian benda wakaf daripada aspek
produktivitasnya. Apa yang disebut dengan wakaf produktif selama itu
barulah menjadi wacana dan belum mendapatkan kekuatan legalitas.
Tulisan ini mendeskripsikan pelaksanaan wakaf produktif di Indonesia
pasca berlakunya UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Wakaf produktif

96. Bapak Baki S. Pd.I. Kepala Bagian Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian
Agama Kabupaten Muaro Jambi, Pada Tanggal 3 September 2018
104

di Indonesia telah berkembang ke dalam dua model yaitu wakaf uang


melalui bank syariah dan bantuan modal pengembangan wakaf produktif
yang menjadi program Kementerian Agama Repubik Indonesia yang ber-
tujuan mengembangkan wakaf dari berbagai sektor ekonomi di seluruh
Indonesia. Akan tetapi dua model wakaf produktif tersebut belum mendapat
sambutan antusias dari masyarakat setidaknya di- karenakan dua faktor.
Pertama, persepsi masyarakat tentang wakaf sebagai semata ibadah yang
tidak memiliki kaitan dengan soal pengembangan ekonomi. Kedua,
rendahnya profesionalisme nazhir wakaf sehingga banyak wakaf di
Indonesia tidak produktif dari segi ekonomi.
Menurut data yang didapat di BIMAS ISLAM wakaf di Kabupaten
Muaro Jambi ini belum dikelola secara produktif, hal ini dikarenakan
masyarakat masih berpendapat bahwa wakaf itu hanya dengan benda tidak
bergerak seperti tanah. Hal ini terbukti bahwa harta wakaf dikabupaten
Muaro Jambi masih berupa tanah, masjid, madrasah, dan benda bergerak
lainnya.
Sebagaiman yang dikatakan oleh Bapak Baki S.Pd.I Kepala Bagian
BIMAS ISLAM Sejauh ini wakaf yang ada di Kabupaten Muaro Jambi
memang masih berupa benda tidak bergerak seperti tanah, langgar,
sekolah dan lainnya. Menurut saya hal ini terjadi karena masih kurangnya
pemahaman masyarakat tentang wakaf mereka berfikir wakaf hanya bisa
dengan berbentuk tanah. 97
Kehadiran Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
telah membawa paradigma baru perwakafan di Indonesia. Pasal 42 dan 43
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf tersebut
mewajibkan nazir untuk mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya dan harus dilakukan
secara produktif tanpa melanggar prinsip-prinsip syari’ah.

97 . Wawancara Dengan Bapak Baki S.Pd.I Sebagai Kepala BIMAS ISLAM di


Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi, Pada tanggal 3 September 2018
105

Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta


benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan
kesejahteraan umum Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf
sesuai dengan fungsinya. Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf,
harta benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi sarana dan kegiatan
ibadah; sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan, bantuan kepada
fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa, kemajuan dan
peningkatan ekonomi umat dan/ atau kemajuan kesejahteraan umum
lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-
undangan. Benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau
tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan
bernilai menurut ajaran Islam. Benda wakaf harus merupakan benda milik
yang bebas segala pembebanan, ikatan, sitaan dan sengketa. Harta benda
wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh Wakif
secara sah.
Di Kabupaten Muaro Jambi memang banyak wakaf yang berupa
benda tidak bergerak seperti tanah, langgar, sekolah, masjid dan lainnya.
Akan tetapi akhir- akhir ini sudah ada orang yang berwakaf dengan yang
lainnya, seperti Mobil, sapi dan lainnya. Hal ini senada yang dikatakan oleh
Dalam hal ini Wawancara Dengan Bapak Abdul Hadi HS.SPT,
Sebagai Pelaksana Pemberdayaan Dan Pembinaan Wakaf Di Kementerian
Agama Kabupaten Muaro Jambi: Harta benda wakaf di Kabupaten Muaro
Jambi tergolong sangat banyak karena banyaknya orang yang sadar akan
pentingnya berwakaf dan berbagi dengan sesama. Harta benda wakaf disini
banyak berbentuk tanah yang diwakafkan sampai saat ini masih jarang
orang yang berwakaf selain tanah meskipun ada juga yang berwakaf selain
tanah seperti mewakafkan motor dan mobil dimana dalam hal ini harta
wakaf kami pergunakan untuk kepentingan bersama contohnya mobil bisa
106

dipakai untuk membawa orang sakit kerumah sakit dan lainnya asalkan
untuk kepentingan ummat.98
Jadi harta benda wakaf di Kabupaten Muaro jambi ini tergolong sangat
banyak yang paling banyak berupa tanah, selain tanah Jarang tetapi
pernah ada yang mewakafkan benda seperti motor dan mobil yang
pemanfaatannya bisa digunakan untuk bersama contohnya mobil bisa
digunakan untuk membawa orang sakit kerumah sakit dan untuk
kepentingan lainnya.
Seperti sudah diketahui sebelumnya, bahwa memang persoalan
wakaf di Indonesia sangat kompleks, dari mulai masalah regulasi, hingga
masalah ketidak profesionalan nazhir dalam mengelola wakaf selalu
menjadi masalah selama ini. Oleh karena itu butuh keseriusan lebih dalam
mengelola wakaf ini agar bisa menjadi alat untuk memangkas kemiskinan
di negeri kita.
Selama ini yang paling sering mendapat sorotan dalam pengelolaan
wakaf adalah ketidak profesionalan nazhir dalam mengelola wakaf itu
sendiri. Bahkan kadang tidak jarang ada nazhir yang frustasi dalam
mengelola tanah wakaf karena berbagai masalah yang akhirnya
menyebabkan tanah wakaf itu terbengkalai tak terawat. Oleh karena itu
dibutuhkan kreasi-kreasi baru dalam mengelola wakaf tersebut agar tanah
wakaf tersebut bisa terus produktif.
3. Kendala- kendala dalam pemberdayaan harta wakaf
Wakaf telah dilaksanakan berdasarkan paham yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, yaitu paham Syafi`iyyah
sebagaimana mereka mengikuti madzhabnya, seperti tentang: ikrarnya,
harta yang boleh diwakafkan, dan boleh tidaknya tukar menukar harta
wakaf.

98. Wawancara Dengan Bapak Abdul Hadi HS.SPT, Sebagai Pelaksana Pemberdayaan
Dan Pembinaan Wakaf Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi, Pada tanggal 3
September 2018
107

Problemetika yang sering terjadi diantarnya karena:


1. Proses Sertifikasi Tanah Wakaf
Pembuatan Sertifikat Tanah
Dalam BAB III Undang- Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf
berisi tentang pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf.
diantaranya,
Pasal 32 PPAIW atas nama nazir mendaftarkan harta benda wakaf
kepada instansi yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
akta ikrar wakaf ditanda tangani.
Pasal 33 dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana
dimaksud dalam pasal 32, PPAIW menyerahkan salinan ikrar wakaf dan
surat- surat atau bukti- bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya
Pasal 34 Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran
harta benda wakaf
Pasal 35 Bukti pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana
dimaksud dalam pasal 34 disampaikan oleh PPAIW kepada nazhir
Pasal 36 dalam harta benda wakaf ditukar atau diperuntukkannya,
nazhir melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada instansi yang
berwenang dan badan wakaf indonesia atas harta benda wakaf yang
ditukar atau diubah peruntukannya itu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam tata cara mendaftarkan harta bendaa wakaf
Pasal 37 Menteri dan Badan wakaf Indonesia mengadmistrasikan
pendaftaran harta benda wakaf
Pasal 38 Menteri dan Badan wakaf Indonesia mengumumkan kepada
masyarakat harta benda wakaf yang telah terdaftar
Pasal 39 ketentuan lebih lanjut mengenai PPAIW, tata cara pendaftaran
dan pengumuman harta benda wakaf diatur dengan peraturan pemerintah
Di Kabupaten Muaro Jambi yang harus disiapkan dalam pembuatan
sertifikat wakaf.
Pembuatan sertifikat hak atas tanah (bagi yang sudah bersertifikat)
atau surat surat kepemilikan tanah bagi tanah hak milik yang belum
108

bersertifikat, surat pernyataan wakaf, asli dan foto copy, surat keterangan
dari lurah setempat, yang diakui camat bahwa tanah tersebut. foto copy
KTP wakif, apabila masih hidup, foto copy KTP nadzir wakaf, foto copy KTP
para saksi, menyerahkan matrai bernilai 6000 sebanyak 7 lembar, menanda
tangani ikrar wakaf (W1) bagi wakif yang masih hidup dan Akta Ikrar Wakaf
(AIW) Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (APAIW) setelah surat- surat
lengkap dan di ketik oleh petugas, membuat surat kuasa kepada PPAIW
untuk proses pendaftaran ke Badan Pertanahan Nasional (BPN). 99
Dari dokumen diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
pembuatan sertifikat wakaf ini memang banyak yang harus dipersiapkan
baik dari foto copy KTP wakif dan KTP saksi KTP Nadzir dan lainnya yang
tertulis di dokumen Bimas Islam diatas. Penulis melihat memang banyak
yang harus dipersiapkan sehingga sulit mengurus sertifikat wakaf apalagi
bagi wakif yang sudah lanjut usia dan masih awam. Maka penting bagi
pengurus wakaf membantu dan mempermudah proses pembuatan
sertifikat tanah wakaf.
No Nama Kecamatan Jumlah Tanah Wakaf Bersertifikat Belum Bersertifikat
1 Kec. Jaluko 106 Tanah Wakaf 87 Tanah 19 Tanah
2 Kec. Mestong 104 Tanah Wakaf 103 Tanah 1 Tanah
3 Kec. Kumpeh 72 Tanah Wakaf 66 Tanah 6 Tanah
4 Kec. Kumpeh Ulu 34 Tanah Wakaf 34 tanah 0 tanah
5 Kec. Maro Sebo 91 Tanah Wakaf 57 tanah 34 Tanah
6 Kec. Sekarnan 65 Tanah Wakaf 64 Tanah 1 Tanah
7 Kec. Sungai Gelam 56 Tanah Wakaf 48 Tanah 8 Tanah
8 Kec. Sungai bahar 4 Tanah wakaf 2 Tanah 2 Tanah
Jumlah Tanah Wakaf 532 Tanah Wakaf 461 Tanah 71 Tanah

Tabel Jumlah tanah wakaf yang bersertifikat dan belum bersertifikat

99 . Dokumentasi Data Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama Kabupaten


Muaro Jambi. Pada Tanggal 27 Agustus 2018
109

Dilihat dari tabel diatas bahwa Tanah wakaf di Kabupaten Muaro


Jambi berjumlah 532 Tanah Wakaf dimana di setiap Kecamatan memiliki
jumlah yang berbeda-beda, tanah wakaf yang paling banyak berada di
kecamatan jaluko yaitu 106 tanah wakaf dan mestong yaitu 104 tanah
wakaf begitupun dengan Tanah Wakaf yang paling sedikit yaitu
dikecamatan Sungai bahar yang berjumlah 4 Tanah Wakaf, dan sebagian
besar Tanah Wakaf di kabupaten Muaro Jambi sudah bersertifikat yaitu
461 tanah, sedangkan sebagian kecil yang belum bersertifikat berjumlah 71
tanah.
Jadi tanah wakaf di setiap Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi
memiliki Jumlah yang berbeda-beda yang mana Tanah Wakaf yang paling
banyak berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Jaluko dan kecamatan
Mestong dan Jumlah Tanah wakaf yang paling sedikit yaitu di Kecamatan
Sungai Bahar, Begitupun dengan Jumlah Tanah wakaf yang sebagian
besarnya sudah bersertifikat sedangakan yang belum bersertifikat hanya
sebagian kecilnya saja.
Dalam hal ini Bapak Drs. Zainal Arasy selaku Kepala KUA Jambi Luar
Kota mengatakan: Dikecamatan Jambi Luar Kota memang masih terhitung
banyak tanah wakaf yang belum bersertifikat hal ini terjadi diantaranya
karena masih banyak wakif yang tidak mau mengurus sertifikat wakaf
dengan alasan terlalu banyak yang akan diurus atau terlalu banyak
syaratnya. Disamping itu masih banyak wakif yang lebih memilih
mewakafkan hartanya kepada Ulama- Ulama setempat, seperti Ustadz,
Kiyai, Guru-Guru dan lain- lain.100
Jadi dari wawancara diatas bahwa memang tanah wakaf masih
banyak yang belum bersertifikat salah satu penyebab tanah belum
bersertifikat di kecamatan Jambi Luar Kota adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat akan pentingnya sertifikat wakaf ada yang mengatakan susah
mengurus sertifikatnya dan banyak alasan lainnya sehingga mereka tidak

100 . Wawancara dengan Drs. Zainal Arasy selaku Kepala KUA Jambi Luar Kota Pada
Tanggal 17 September 2018
110

mau mengurus sertifikat wakaf dengan berbagai alasan dan juga masih
banyak wakif yang memilih berwakaf dengan ulama ulama, ustadz dan lain-
lainnya dibandingkan langsung ke KUA. menurut penulis karena hal inilah
salah satu penyebab terjadinya sengketa atas tanah wakaf.

2. Sengketa Tanah Wakaf


Sengketa wakaf lebih banyak disebabkan oleh ketidakjelasan hukum
karena wakaf yang dilakukan tidak disertai alat-alat bukti yang autentik
(surat resmi yang sengaja dibuat sebagai alat bukti yang dibuat oleh pihak
yang berwenang secara hukum). Sengketa wakaf terjadi biasanya karena
administrasi wakaf yang dibuat dan dikelola tidak sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan wakaf sebenarnya berpotensi untuk melanggar. Para
pengelola (nazhir) dilarang menelantarkan tanah-tanah wakaf karena pada
tanah melekat fungsi sosial. Jika tanah yang dibebani hak milik, hak guna
bangunan, dan hak pakai yang dinyatakan terlantar dapat ditertibkan dan
dialihkan haknya kepada pihak lain, tanah wakaf yang dinyatakan terlantar
pun pada dasarnya dapat dialihkan kepada pihak lain.
Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hadi
HS.SPT, Selaku Pelaksana Pemberdayaan Dan Pembinaan Wakaf Di
Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi: Banyak hal yang bisa
membuat tanah wakaf menjadi sengketa diantaranya karena masih
banyaknya orang atau pihak- pihak yang tamak dan serakah dengan harta
sehingga banyak yang menuntut harta yang sudah lama diwakafkan oleh si
wakif, sehingga ada beberapa ahli waris yang menuntut tanah wakaf yang
sudah diwakafkan oleh orang tuanya atau keluarganya dikarenakan tidak
ada sertifikat tanah wakaf, oleh karena itu pentingnya pembuatan sertifikat
tanah wakaf, memang di Kabupaten Muaro Jambi masih tergolong banyak
harta wakaf yang belum bersertifikat padahal kami sudah menghimbau
kepada masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi agar mengurus sertifikat
wakaf supaya jika terjadi hal semacam ini agar mudah diselesaikan
111

sengketanya.101
Berdasarkan wawancara diatas bahwa banyak hal yang bisa
membuat sengketa wakaf diantaranya masih ada orang dan pihak-pihak
yang tamak dengan harta sehingga ingin menuntut harta yang sudah
diwakafkan, dan ada juga nadzir yang lalai dalam mengelola harta wakaf.
sehingga ada harta wakaf yang tidak dikelola dan digunakan dengan
semestinya seharusnya jika tidak mau mengurus harta wakaf itu lagi bisa
dialihkan kepada yang lain.
3. Penyelesaian Sengketa Wakaf
Apabila terjadi perkara atau sengketa yang berhubungan dengan
wakaf baik yang dikarenakan karena pelanggaran yang dilakukan wakif,
nazhir ataupun tidak adanya pengawasan yang efektif dari Pemerintah,
dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, apabila
penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk mencapai mufakat tidak
berhasil, sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi arbitrase, atau
pengadilan. Sudah jelas bahwa sengketa wakaf termasuk kompetensi
absolut pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. Oleh karena itu
sengketa wakaf ditangani (dalam arti diperiksa, diputuskan, dan
diselesaikan) di pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
Berdasarkan sejumlah putusan yang terdapat pada penggadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama sengketa wakaf pada umumnya berkisar
pada persoalan keabsaan wakaf karena administrasinya belum
didokumentasikan secara benar berdasarkan peraturan perundang
undangan. Dimana hal tersebut merupakan tugas seorang nazhir yang
dibina dan diawasi oleh pemerintah.
Dalam hal ini wawancara dengan Bapak H. Mastuan Surya , M.Pd.I.
Kepala Bagian Penyelenggaraan Syariah Di Kementerian Agama
Kabupaten Muaro Jambi: Penyelesaian sengketa wakaf Jika terjadi

101. Wawancara Dengan Bapak Abdul Hadi HS.SPT, Sebagai Pelaksana Pemberdayaan
Dan Pembinaan Wakaf Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi, Pada tanggal 3
September 2018
112

sengketa tanah wakaf maka akan diselesaikan secara kekeluargaan


terlebih dahulu kemudian akan dikeluarkan bukti bahwa tanah itu sudah
diwakafkan dengan cara mendatangkan nazhir wakaf, saksi- saksi wakaf
dan kami akan mencoba menjelaskan sebaik mungkin kepada orang yang
menuntut harta wakaf agar tidak ada rasa tersinggung kepada yang
menuntut harta wakaf agar bisa diselesaikan dengan baik. Jika memang
tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan maka masalah sengketa wakaf
ini bisa saja diangkat kepengadilan Agama bahkan bisa sampai
kepengadilan tinggi sampai masalah ini selesai. 102
Dari wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa Jika terjadi
sengketa tanah wakaf di Kabupaten Muaro jambi maka diselesaikan secara
kekeluargaan, disamping itu juga dengan mengeluarkan bukti-bukti dan
mendatangkan saksi-saksi, dan jika permasalahan belum terselesaikan
juga maka masalah sengketa wakaf ini diangkat Kepengadialan Agama dan
bahkan sampai kepengadilan tinggi sampai permasalahan ini selesai.

102. Wawancara dengan Bapak H. Mastuan Surya , M.Pd.I. Kepala Bagian


Penyelenggaraan Syariah Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi. pada tanggal
3 September 2018
113

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis bab diatas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Manajemen pengelolaan wakaf Kabupaten Muaro Jambi sudah kami
jalankan dengan sebaik mungkin, sesuai dengan UU No 41 tahun
2004. untuk pemanfaatan tanah wakaf juga sudah di jalankan dengan
baik, walaupun masih ada juga permasalahan wakaf yang terjadi
diluar pengetahuann menejemen. Tetapi secara garis besar wakaf di
Kabupaten Muaro Jambi sudah berjalan dengan baik dan
sebagaimana mestinya. Tata cara berwakaf di Kabupaten Muaro
Jambi sudah sesuai dengan Hukum Islam dan peraturan Perundang-
undangan. bahkan jika ada kesulitan bagi wakif untuk mewakafkan
hartanya maka akan dibantu oleh pengurus wakaf sampai selesai.
Pemanfaatan tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi sudah
terealisasikan dengan baik seperti pembangunan masjid, musholla
dan lain-lain, dan pemanfaatannya sudah dirasakan oleh masyarakat
begitupun dalam perawatan dan pengawasan harta wakaf sudah
diserahkan kepada nadzir. tetapi Menurut Penulis dalam
pengelolaannya masih belum optimal, karena setelah penulis
melakukan observasi di beberapa mesjid dimana masih kurang
pengelolaan masjid, seperti kurangnya kagiatan kegiatan dimesjid dan
masih ada juga masjid yang belum bersertifikat. Menurut penulis hal
ini terjadi karena bebarapa hal diantaranya kurangnya pengetahuan
nazhir dalam mengelola harta wakaf, dan ada juga dengan sebab
tanah itu terlalu jauh letaknya sehinggah sulit bagi nazhir
mengelolanya.
2. Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi Pasca UU No 41 Tahun 2004.
Sebelum adanya UU wakaf, Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi hanya

113
114

berupa tanah dan benda tidak bergerak lainnya. Tetapi setelah


adanya UU No 41 Tahun 2004 Maka sedikit demi sedikit sudah ada
yang berwakaf selain benda tidak bergerak seperti halnya di
Kabupaten Muaro Jambi sudah ada yang berwakaf Mobil, sapi dan
laiinya yang digunakan untuk kepentingan bersama seperti mobil
digunakan untuk ambulan. Hal ini bentuk nyata bahwa UU No 41
cukup berpengaruh kepada perkembangan wakaf di Kabupaten
Muaro Jambi walaupun masih banyak masyarakat yang belum tau.
3. Setelah melakukan riset ternyata ada beberapa kendala dalam
pemberdayaan harta wakaf diantaranya:
a. Proses sertifikasi tanah wakaf
b. Sengketa tanah wakaf
Dari banyak permasalahan dua permasalahan ini la yang menjadi
kendala besar dalam pemberdayaan tanah wakaf.

B. Implikasi
Adapun yang menjadi Implikasi dari penelitian ini adalah (1) Pengurus
BPH dakwah, wakaf dan kajian Islam perlu meningkatkan profesionalisme
sehingga pengelolaan tanah wakaf di Masjid al-Markaz sebagai potensi
ekonomi umat dapat terwujud. (2) Pengurus BPH dakwah, wakaf dan kajian
Islam perlu memaksimalkan fungsi-fungsi manajemen yaitu: Planning
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan)
serta Controling (Pengendalian dan Pengawasan) sehingga efesiensi dan
efektivitas dapat tercapai. (3) Perlu adanya usaha untuk dapat
menghadapai tantangan dan hambatan yang menghadang
program/kegiatan BPH dakwah, wakaf dan kajian Islam.

C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas ,serta untuk
lebih meningkatkan pengelolaan dan penggunaan harta wakaf lebih baik
115

lagi, maka selanjutnya penulis menyampaikan rekomendasi sebagai


berikut.
1. Kepada Pemerintah Kementrian Agama Kabupaten Muaro Jambi
Agar tetap memprioritaskan urusan wakaf karena dengan jumlah
wakaf yang banyak dikabupaten Muaro jambi maka akan sulit
memeliharanya. Dan jika tidak diperhatikan maka takutnya akan
terjadi hal- hal yang tak diinginkan seperti sengketa wakaf dan
lainnya.
2. Kepada Manajemen Pengurus Wakaf BIMAS Islam Kabupaten
Muaro Jambi.
Dengan semakin kurangnya pengetahuan nazir dalam mengelola
harta wakaf akan lebih baik anggota manajemen pengurus wakaf
membimbingnya supaya harta wakaf bisa dipergunakan dan dikelola
dengan sebaiknya. Dan supaya mendata kembali jumlah dan
penggunaan tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi.

D. Saran
1. Kepada Manajemen Pengurus wakaf BIMAS Islam Kabupaten Muaro
Jambi
Dalam rangka mewujudkan penggunaan dan harta wakaf menjadi
berguna maka KASI BIMAS Islam harus: Pertama pihak manajemen harus
sering mengontrol apakah nazhir wakaf sudah mengelola harta wakaf
dengan semestinya atau belum. Kedua, pihak BIMAS Islam harus
melakukan penyuluhan atau menyampaikan kepada semua nazhir tentang
hak dan kewajibannya dalam mengelola harta wakaf. Ketiga, BIMAS Islam
harus mendata ulang kembali jumlah tanah wakaf dan penggunaanya di
Kabupaten Muaro Jambi supaya tahu apakah ada penambahan harta wakaf
atau tidak.
2. Kepada Nazhir Wakaf
Dari kesimpulan diatas bahwa pengelolaan harta wakaf oleh nazhir
masih kurang optimal nazhir seharusnya melakukan: Pertama, nazhir
116

harus mengelola harta wakaf sesuai dengan yang wakif inginkan. Kedua,
nazhir harus terus berfikir dan belajar bagaimana supaya harta wakaf ini
menjadi lebih bermanfaat sesuai dengan tujuannya untuk kepentingan dan
kemaslahatan masyarakat. Ketiga, Jika amanat yang disampaikan wakif
untuk membuat masjid maka buatlah mesjid dan kelola mesjidnya dengan
sebaik mungkin. seperti membuat acara keagamaan dimesjid, pengajian
anak- anak dan kegiatan keagamaan lainnya yang intinya nazhir harus
berusaha memakmurkan masjidnya.
117

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Ahmad bin Husein bin Ali Al- Baihaqi, Kitabul Sunanil
Kubro, Kitabul Waqfi. Hadits 11574

Al Alabij Adijani., Perwakafan Tanah Di Indonesia Cet.III, (Jakarta:PT


Raja Grapindo Persada 1997)

Aris Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah bagi bangsa,Konsef


Sistem Ekonomi Syariah,( Jakarta: MES, 2009)

Al- haritsi Jaribah bin Ahamad., Fikih Ekonomi Umar Bin Al- Khatab
Edisi Indonesia, Cet. III (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2014).

Arfa Faisar Ananda, Marpaung Watni, Metodologi Penelitian Hukum


Islam,( Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP 2016).

.Al Imam Asy- Syaukani, Ringkasan Nailul Authar, (Jak-Sel: Pustaka


Azzam, 2006).

Ali Muhammad Daud, Lembaga- Lembaga Islam di Indonesia


(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1995)

Ahmad Yahya Sulaiman, Fikih Sunnah Sayyid Sabiq ( Jakarta:


Pustaka Al-kautsar, 2013),

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,


(Jakarta: PT Raja Gravindo Persada 2004),

Abid Abdullah Al-Kabisi Muhammad , Hukum Wakaf, kajian


kontemporer pertama dan terlengkap tentang fungsi dan pengelolaan wakaf
serta penyelesaian atas sengketa wakaf, ( Cinere depok: dompet dhuafah
republika, 2004)

Budi Utomo Setiawan ., Fiqhi Aktual Jawaban Tuntas Masalah


Kontemporer. (Jakarta, Gema Insani Press, 2003).,

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia,


2008,

Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis., Hukum Perjanjian dalam


Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika 2004 ).

Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama


RI, UU RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam
dan Penyelenggaraan Haji, 2004),
118

Direktur Pemberdayaan Wakaf., Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,


(jakarta: direktorat pemberdayaan wakaf direktorat jenderal bimbingan
masyarakat Islam, 2007).

Direktorat pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf (Direktorat


Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama RI, 2007)

Elsi kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf ( Jakarta: PT


Grasindo, 2006)

El- Madani Tim, Tata Cara Pembagian Waris dan Pembagian Wakaf (
Yogyakarta: Medpress Digital, 2014)

Faishal Haq dan A. Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di


Indonesia, (Pasuruan: PT Garoeda Buana Indaha, 2004),

Fatah Idris Abdul dan Ahmadi Abu, Fikih Islam (Jakarta: PT Rineka
Cipta 2004)

file:///D:/bie/Pengertian%20Wakaf.htm. di akses pada tanggal 6


Oktober 2018

Ghazali Abdul rahman, Fiqih Muamalat, ( Jakarta: Kencana Prenada


media group 2010 )

Gunawan Imam., Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (


Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015).

Hasbi Umar, Nalar Fiqih Kontemporer (Jakarta: Gaung Persada (GP)


Press Jakarta, 2008)

Hasan Iqbal., Analisis data penelitian dengan statistik ( Jakarta: PT


Bumi Aksara 2006 ).

Halim Abdul, Hukum Perwakafan di Indonesia (Ciputat: CIPUTAT


PRESS, 2005)

https://jambi.antaranews.com/berita/303769/tanah-wakaf-di-
muarojambi-diduga-banyak-bermasalah. Di Akses Pada Tanggal 13
Desember 2017

I’anatuttholibin Juz 3 hlm. 157 Bab Waqof

Iskandar., Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kuantitatif Dan


Kualitatif ( Jakarta: Gp Press, 2008),
119

Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al Husaini, Kifayat Al


Ahyar Terjemahan Syarifuddin Anwar

Ibnu hajar Al-asqolani, Fathul Baari (Penjelasn Kitab Shohih Al-


Bukhori) Cet. 1 Terjemahan Amiruddin

Lubis Suhrawardi K,dkk, Wakaf dan pemberdayaan umat, (Jakarta:


Sinar Grafika Offset 2010)

Muhammad Azam Abdul Aziz, Fiqh Muamalat Sistem Teransaksi


Dalam Islam cet II., (Jakarta: AMZAH, 2014).

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah (


Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997)

Mardani, Ayat- Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah.,(Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2012).

Muhammad Fadhillah dan B. Th. Brondgeest, Kamus Arab-Melayu,


jilid.I, (Weltevreden: Balai Pustaka, 1925),

Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul a-Salam, (Khairo:


Muhammad Ali al-Shabih),

Meolog., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja


Rosdakaryya, 2011)

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah Muhyidin


Mas Rida,( jakarta: Khalifah 2004)

Muhammad Amin Bin Umar( Ibnu Abidin), Furu’ul Fiqhi Hanafi Raddul
Mukhtar ‘Ala Daril Mukhtar,Juz IV, 1412 h 1992 M.

M,A Mannan., Sertifikat Wakaf Tunai ( Depok: Ciber Dengan PKTTI


UI),

Mahfud Rois., Al-Islam Pendidikan Agam Islam, ( Jakarta: Erlangga


2011 )

Rozalinda., Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Dan Implementasinya Pada


Sektor Keuangan Syari’ah.,(Jakarta: rajawali pers 2016)

Rashyid Hamdan., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa Fatwa Aktual,


(Jakarta: PT Al- Mawardi Prima 2003).

Shalih, Fikih Muyassar ( Jakarta: Darul Haq2016),


120

Suhendi hendi, Fiqh Muamalah ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2005)

Syaikh Shalih Bin Abdul Aziz Alu Asy- Syaikh, Fikih Muyassar (
Jakarta: Darul Haq, 2016),

Siah Khosyi’ah, Wakaf dan Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan


Perkembangannya di Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010)

Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Cet ke 1, (Jakarta:


PT Raja Grapindo Persada, 2007)

Somadi Surta Brata, Metodologi penelitian, Cet ke-1, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2011)

Sukardi., Metodolpgi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya


( Jakarta: PT Bumi Aksara 2003 ),

Sugiono., Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Cv. Alfabeta,


2008)

Shahih Muslim, Kitabul Wasiat bab Waqaf, Hadits No1633

Suharsimi Arikunto., Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan


Praktek), ( Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998),

Syaikh Muhammad bin Shalih al- ‘Utsaimin, Panduan Wakaf, Hibah


dan Wasiat., ( Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi’i, 2008 ).

.Shomad Abdul, Hukum Islam, Panorama Prinsip Syariah dalam


Hukum Islam.,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012).,

Thalib Sajuti., Lima Serangkai tentang Hukum,(Jakarta: PT Bina


Aksara 1983)

Tengku Muhammad Hasbi Ash shiddieqy, Hukum-hukum Fiqih Islam


(Semarang:PT Pustaka Rizki Putra 1997)

Undang-Undang Republik Indonesia No 41 Tahun 2004 Tentang


Wakaf

Umar bin Ali bin Ahmad Al- Ansori Ibnu Mulkin, I’lamu Bafawaidil
Umadatil Ahkam, Juz VII Kitabul Buyu

Usman Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, pengantar statistika edisi


II.,(Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012)
121

Usman Suparaman., Hukum Perwakafan di Indonesia, cet II, (Jakarta,


Darul Ulum Press 1999.)

Wadjdy Farid dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat.,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007).

Zuhdi Masjfuk., Studi Islam Jilid III Muamalah, Cet II, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1993).

Dokumentasi Data Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama


Kabupaten Muaro Jambi.

wawancara dengan bapak Baki S. Pd.I. Kepala Bagian Bimbingan


Masyarakat Islam di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi

Wawancara dengan Bapak H. Mastuan Surya , M.Pd.I. Kepala Bagian


Penyelenggaraan Syariah Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi

Wawancara dengan Bapak Supangat Pelaksana Pemberdayaan


Wakaf KUA Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi

Wawancara Dengan Bapak Abdul Hadi HS.SPT, Sebagai Pelaksana


Pemberdayaan Dan Pembinaan Wakaf Di Kementerian Agama Kabupaten
Muaro Jambi

Wawancara dengan Drs. Zainal Arasy selaku Kepala KUA Jambi Luar
Kota

Wawancara dengan bapak syahroni S.Ag Bidang Pembinaan Zakat,


Wakaf dan Ibadah Sosial di KUA Kecamatan Jambi Luar Kota

Wawancara dengan Bapak Drs. Sayuti Selaku Kepala KUA


Kecamatan Muaro Sebo

Wawancara dengan bapak Qomaruddin Anggota Pembinaan Zakat,


Wakaf dan Ibadah Sosial di KUA Kecamatan Jambi Luar Kota.
122

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Informasi Diri
Ahmad Mutawalli dilahirkan di Desa Mersam,
Kecamatan Mersam, Kabupaten Batang Han Jambi,
Jambi pada 28 Agustus 1992. Putra dari Husin dan
Rodia.

Riwayat Pendidikan
Memperoleh Ijazah Sarjana Ekonomi Syariah dari IAIN STS Jambi pada
tahun 2005, Ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) Ponpes Zulhijah pada
tahun 2010, Ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ponpes Zulhijah
pada tahun 2007, dan memperoleh Ijazah Sekolah Dasar (SD) No. 91/I
Mersam pada tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai