TESIS
OLEH:
AHMAD MUTAWALLI
NIM: MHI. 15.2.2387
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2
ii
3
iii
4
iv
5
PERSEMBAHAN
v
6
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741)60731
MOTTO
vi
7
ABSTRAK
vii
8
ABSTRACT
viii
9
KATA PENGANTAR
ix
10
Jambi., 2019
Penulis
Ahmad Mutawalli
MHI.15.2.23.87
x
11
DAFTAR ISI
xi
12
xii
13
DAFTAR TABEL
xiii
14
xiv
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabel-tabel
Lampiran 2 : Jumlah Tanah Wakaf Kabupaten Muaro Jambi
Lampiran 3 : Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
Lampiran 4 : PMA_42_Tahun_2016
Lampiran 5 : Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 6 : Data Riwayat Hidup
xv
16
xvi
17
ه Ha H Ha
ء Hamzah Apostrof
ي Ya Y Ye
Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
DAFTAR SINGKAT
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
2. عن ابن عمر رضى هللا عنه ان شئت حبست اصلها وتصدقت بها
1 . Usman Suparaman., Hukum Perwakafan di Indonesia, cet II, (Jakarta, Darul Ulum Press
1999.)., hlm. 2
2. Shahih Muslim, Kitabul Wasiat bab Waqaf, Hadits No1633
1
2
3. Syaikh Muhammad bin Shalih al- ‘Utsaimin, Panduan Wakaf, Hibah dan Wasiat., (
Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi’i, 2008 ). hlm. 6-7
4 .Ghazali Abdul rahman, Fiqih Muamalat, ( Jakarta: Kencana Prenada media group 2010
) hlm.176
3
5. Ibid, hlm.181
6 . Budi Utomo Setiawan ., Fiqhi Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. (Jakarta,
Gema Insani Press, 2003)., hal. 148
4
7 . Shomad Abdul, Hukum Islam, Panorama Prinsip Syariah dalam Hukum Islam.,(Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012)., hlm. 354
5
10 . Mahfud Rois., Al-Islam Pendidikan Agam Islam, ( Jakarta: Erlangga 2011 ). hlm. 171
7
Hal- hal yang menonjol dari lembaga wakaf adalah peranannya dalam
membiayai berbagai kegiatan agama (Islam), pendidikan Islam, dan
kesehatan. Sebagai contoh di Mesir, Saudi Arabia, Turki, dan beberapa
negara lainnya, pembangunan dan berbagai sarana dan prasarana ibadah,
pendidikan dan kesehatan dibiayai dari hasil pengembangan wakaf.
Kesinambungan manfaat hasil wakaf dimungkinkan karena digalakkannya
wakaf produktif untuk menopang berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
Meskipun dalam sejarah wakaf telah memainkan peranan yang
sangat penting dalam pembangunan masyarakat, namun kita juga
menjumpai berbagai kenyataan di beberapa negara yang tidak berhasil
mengola wakaf. disamping pengelolaannya yang tidak memadai, cukup
banyak wakaf yang diselewengkan. hal ini juga terjadi di Indonesia.
sebenarnya Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki harta
wakaf yang cukup banyak, tetapi sebagian besar belum di kelola secara
produktif. pada umumnya harta wakaf yang ada di Indonesia berupa tanah
dan peruntukannya antara lain untuk masjid, mushalla, sekolah, madrasah
dan lain- lain yang berkaitan dengan tempat peribadatan. di Indonesia
masih sedikit sekali wakaf yang di kelola secara produktif, wakaf yang
dikelola oleh yayasan badan wakaf UII, yayasan badan wakaf sultan agung,
yayasan pemeliharaan dan perluasan wakaf modern gontor, dan lain-lain.
agar kita dapat memiliki wawasan yang luas dalam pengelolaan wakaf.14
Dalam masalah ini dikabupaten Muaro Jambi masalah implementasi
wakaf ini masih banyak permasalahan- permasalahannya, Hal ini dapat di
lihat dalam sebuah artikel dijelaskan bahwa Wakaf atau harta wakaf di
Kabupaten Muaro Jambi banyak yang menuai persoalan, kata Kepala
Kementrian Agama Kabupaten Muara Jambi.15
14 . Lubis Suhrawardi K,dkk, Wakaf dan pemberdayaan umat, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset 2010), hlm, 21-22
15.https://jambi.antaranews.com/berita/303769/tanah-wakaf-di-muarojambi-diduga-
banyak-bermasalah. Di Akses Pada Tanggal 13 Desember 2017
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah
adalah:
1. Bagaimana pengelolaan dan Penggunaan wakaf di kabupaten Muaro
Jambi ?
2. Bagaimana wakaf di Kabupaten Muaro Jambi Pasca UU No 41 Tahun
2004?
3. Apa kendala-kendala dalam pemberdayaan harta wakaf di Kabupaten
Muaro Jambi?
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan pokok permasalahan
tersebut di atas, serta pertimbangan waktu, alat, dan biaya, maka dalam
penelitian ini penulis membatasi permasalahannya hanya Tinjauan Hukum
Islam Tentang Wakaf Dan Implementasinya Di Kabupaten Muaro Jambi.
16. Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada 2004), hlm. 39
10
2. Kegunaan Penelitian
a. Dapat dijadikan bahan bacaan atau sebagai penambah pengetahuan
tentang tinjauan hukum Islam tentang wakaf dan implementasinya.
b. hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi
penelitian selanjutnya, terutama yang mengkaji topik yang sama.
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. LANDASAN TEORI
1. Wakaf
Wakaf secara bahasa Arab berarti “al-Habsu”, yang berasal dari kata
kerja habasa-yahbisu-habsan, yang menjauhkan seseorang dari sesuatu
atau memenjarakan. Kemudian kata ini berkembang menjadi “habbasa”
dan berarti mewakafkan harta karena Allah SWT. Atau wakaf itu dapat
diartikan “menahan” dan “mencegah”17
Menurut istilah, wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah
(tidak dilarang oleh syara’) serta dimaksudkan untuk mendapat keridhaan
dari Allah SWT.18
Dari definisi ini terlihat bahwa harta yang boleh diwakafkan harus
berupa benda tertentu yang dimiliki dan bukan yang dimaksudkan harta
adalah uang dirham dan dinar sebab keduanya akan hilang jika sudah
ditukar dan tidak ada zatnya lagi dan syarat harta wakaf harus tetap terjaga
zatnya walaupun dimanfaatkan, jika pemanfaatan mengakibatkan
hilangnya zat seperti makanan, maka akad wakaf tidak sah sebab akad
wakaf untuk terus- menerus dan selama- lamanya, dan benda yang
diwakafkan ini jika diwakafkannya, maka tidak ada pemanfaatan pada
zatnya tidak boleh dijual dan digadaikan.19
Dalam Undang-undang yang dimaksud dengan wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
11
12
20 . Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, UU RI No.
41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2004), hlm.3.
13
ketaqwaan kepada Allah SWT. Ini diikuti pula dengan wakaf Masjid Nabawi
enam bulan selepas pembinaan Masjid Quba’. Diriwayatkan bahwa
Baginda SAW, membeli tanah bagi pembinaan masjid tersebut daripada
dua saudara yatim piatu yaitu Sahl dan Suhail dengan harga seratus
dirham. Padangan masyhur mengatakan individu pertama yang
mengeluarkan harta untuk diwakafkan adalah Umar bin Khaththab ra.
Dengan mewakafkan seratus bagian tanah khaibar kepada ummat Islam.
Anaknya Abdullah bin Umar bin khaththab ra mengatakan bahwa ayahnya
telah mendapat sebidang tanah di Khaibar, lalu dia datang kepada
Rasulullah SAW, untuk meminta pandangan tentang tanah itu. Ia pun
berkata, “ Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah
di Khaibar, dimana aku tidak mendapat harta yang lebih berharga bagiku
selain daripadanya, apakah yang engkau perintahkan kepadaku
dengannya?”
Rasulullah SAW pun bersabda,
“ Jika engkau mau, maka pertahankanlah tanah itu, dan sedekahkan agar
bermanfaat.“ Maka Umar telah mewakafkan hasil tanahnya itu,
sesungguhnya tanah itu tidak boleh dijual, tidak boleh di hibah dan diwarisi
kepada siapa pun.” Ia berkata,“ Umar telah menyedekahkannya kepada
orang- orang fakir, kaum kerabat, hamba yang baru merdeka, pejuang-
pejuang dijalan Allah, Ibn Sabil dan para mualaf. Tidaklah berdosa bagi
siapa pun yang mengurus tanah wakaf itu kemudian ia memakan sebagian
hasilnya sekedar yang patut.“
Sejak itu sistem wakaf berkembang sampai saat ini sehinggah
menjadi tulang belakang ekonomi pembangunan umat Islam. 21
22 . Thalib Sajuti., Lima Serangkai tentang Hukum,(Jakarta: PT Bina Aksara 1983). hlm.
39- 40
15
23. Suhendi hendi, Fiqh Muamalah ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) hlm. 240
17
24. Hasbi Umar, Nalar Fiqih Kontemporer (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta,
2008) hlm. 127-128
18
34. El- Madani Tim, Tata Cara Pembagian Waris dan Pembagian Wakaf ( Yogyakarta:
Medpress Digital, 2014) hlm 102- 103-103- 108
22
35 . Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul a-Salam, (Khairo: Muhammad Ali al-Shabih,
juz. II, hlm. 114
23
36. Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al Husaini, Kifayat Al Ahyar Terjemahan
Syarifuddin Anwar ( Surabaya, Bina Iman, 2007) hlm.720
37 . Al Imam Asy- Syaukani, Ringkasan Nailul Authar, (Jak-Sel: Pustaka Azzam, 2006).
hlm. 299
26
fakir, kaum kerabat dan mantan budak, golongan lemah dan ibnu sabil.
Tidak mengapa bagi yang mengurusinya untuk makan darinya dengan cara
yang baik, dan memberi makan orang lain tanpa menyimpannya.” (HR.
Jama’ah).
Berkata Ibnu hajar dalam Fathul baari hadis Umar ini adalah asal dan
landasan Syariah pada wakaf. Hadis Umar ini merupakan dasar
disyariatkannya wakaf. Imam Ahmad berkata: Hammat (Ibnu Kholid)
menceritakan kepada kami dari Nafi’ dari Ibnu Umar dia berkata
اول صدقة اي موقوفة كانت فى االسالم صدقة عمر
Artinya sedekah pertama yang diwakafkan adalah sedekah Umar 38
Kesimpulan Hadits:39
1. Makna wakaf diambilkan dari sabda Rasulullah SAW, “ Jika engkau
menghendaki, maka engkau dapat menahan tanahnya dan engkau
dapat mensedekahkan hasilnya”, yang artinya menahan asal harta
dan menyalurkan manfaatnya.
2. Dari perkataan, “ Tanahnya tidak djual dan diwariskan”, dapat diambil
hukum pemanfaatan wakaf, bahwa kepemilikannya tidak boleh
dialihkan dan juga tidak boleh diurus yang menjadi sebab pengalihan
kepemilikan, tapi ia harus dijaga seperti apa adanya, dapat diolah
menurut syarat yang ditetapkan orang yang mewakafkan, selagi tidak
ada penyimpangan dan kezaliman.
3. Kedudukan wakaf ialah suatu barang yang tetap ada setelah
dimanfaatkan. Adapun untuk sesuatu yang sirna telah diambil
manfaatnya, maka itu merupakan sedekah, tidak termasuk dalam
masalah wakaf dan hukumnya.
4. Dari perkataan, “ Maka Umar mensedekahkan hasilnya untuk orang-
orang fakir” dapat diambil kesimpulan tentang penyaluran wakaf
menurut syariat, yaitu untuk berbagai kebajikan yang bersifat umum
38. Ibnu hajar Al-asqolani, Fathul Baari (Penjelasn Kitab Shohih Al-Bukhori) Cet. 1
Terjemahan Amiruddin, Jakarta Pustaka Azzam 2006, hlm. 530-531
39. Mardani, Ayat- Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah.,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012). hlm. 155- 156
27
42. Siah Khosyi’ah, Wakaf dan Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di
Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) hlm. 95.
43. I’anatuttholibin Juz 3 hlm. 157 Bab Waqof
30
b. Tidak sah wakaf jika barang yang diwakafkan itu tak dapat diambil
manfaatnya melainkan dengan merubahnya seperti emas, perak dan
makanan hukum ini disepakati
c. Sah kita mewakafkan binatang
Begini juga pendapat Ahmad dan menurut suatu riwayat dari malik.
Kata Abu Hanifah dan Abu Yusuf tidak sah
d. Milik barang yang diwakafkan itu menjadi kepunyaan Allah, bukan
kepunyaan si maukuf alaih. Kata Malik dan Ahmad berpindah kepada
si mauquf alaih sedangkan kata Abu Hanifah apabila telah sah wakaf
berpindah dari milik si wakif tetapi tidak masuk kedalam milik si
mauquf alaih
e. Mewakafkan harta Musya’ boleh, sama dengn menghibahkannya dan
menyewakannya. Hukum ini disepakati oleh imam empat. Kata
Muhammad Ibnu Hasan tidak boleh, sebagaimana tidak boleh
mempersewakan harta musya’ itu
f. Tidak sah wakaf dengan tidak diterangkan kepada siapa diwakafkan.
Kata Malik sah. Juga sah wakaf yang berpenghabisan akhirnya seperti
wakaf kepada anak-anakku dan anak-anaknya. Sesudah tidak ada
anak-anak lagi, diberikan kepada asobahnya, jika tidak ada diberikan
kepada umat Islam yang fakir.
g. Apabila barang wakaf sudah rusak tidaklah kembali kepada siwakif
tetapi dibiarkan demikian saja, dengan tidak dijual. Begini juga
pendapat Malik. kata Ahmad boeh dijual dan diprgunakan harganya
untuk barang wakaf sepertinya, kalau masjid maka harganya
dipergunakan untuk masjid juga. kata Abu Yusuf tidak boleh dijual.
kata Muhammad kembali kepada pemiliknya yang pertama 45
45. Tengku Muhammad Hasbi Ash shiddieqy, Hukum-hukum Fiqih Islam (Semarang:PT
Pustaka Rizki Putra 1997) hlm.46
32
pula tidak sah wakaf seseorang, apabila harta yang diwakafkan melebihi
sepertiga dari seluruh harta bendanya, baik diwakafkan kepada keluarga /
ahli waris atau kepada orang lain/ badan. kecuali atas persetujuan ahli
waris. Ketentuan maksimal (sepertiga dari harta kekayaan) untuk wakaf,
seperti halnya untuk wasiat itu adalah untu kepentingan keluarga/ahli
warisnya yang harus diperhatikan kesejahteraan hidupnya, setelah orang
itu meninggal.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan wakaf sebagai berikut:
1. Pihak pewakaf adalah orang yang sah bertindak (pada harta
bendanya), berakal, dwasa, merdeka, dan bertindak lurus.
2. Status harta wakaf adalah harta yang mungkin diambil manfaatnya
terus menerus dengan tetapnya wujud harta itu (tidak habis atau
punah), dan hendaklah pihak pewakaf menentukannya.
3. Hendaklah harta wakaf itu diperuntukkan bagi jalan kebaikan dan
ma’ruf, seperti; masjid, orang-orang miskin, dll,karena wakaf adalah
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga harta wakaf
haram diperuntukkan bagi tempat ibadah orang-orang kafir atau untuk
membeli sesuatu yang haram.
4. Bila manfaat harta wakaf berhenti dan tidak bisa lagi diambil
manfaatnya, maka ia boleh dijual, dan harganya untuk membeli
barang semisalnya.
5. Wakaf adalah akad yang mengikat, sah dengan sekedar kata-kata,
dan tidak boleh membatalkan dan menjualnya.
6. Barang wakaf harus ditentukan, maka tidak sah wakaf barang barang
yang tidak ditentukan.
7. Wakaf harus langsung ditunaikan, sehingga tidak sah wakaf yang
bergantung (pada syarat tertentu) dan tidak sah pula wakaf yang
terbatas waktu (temporal), kecuali bergantung kepada kematian sang
pewakaf.
8. Wajib mengikuti syarat pemberi wakaf selam tidak menyelisihi syariat.
33
46. Syaikh Shalih Bin Abdul Aziz Alu Asy- Syaikh, Fikih Muyassar ( Jakarta: Darul Haq,
2016), hlm. 425-426
34
47. Elsi kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf ( Jakarta: PT Grasindo, 2006)
hlm. 59- 61
35
hal tersebut yang dilepaskan hanya hasil manfaatnya saja bukan benda itu
secara utuh.
Abu Hanifah berpendirian seperti itu dengan menggunakan dalilnya
dari sebuah hadist Rasulullah yang diriwayatkan Darul Quthni dari Ibnu
Abbas “la habasa ‘an faraidillah”, tidak ada penahanan harta dalam hal yang
sudah ada ketentuan dari Allah.
Alasan lain bagi Abu Hanifah sebagaiman yang pernah diriwayatkan
dari Hakim Suraih yang menyebutkan bahwa nabi SAW pernah datang
dengan menjual harta yang diwakafkan, kalau nabi SAW saja pernah
berbuat dengan menual harta wakaf, kenapa kita tidak kata Abu Hanifah.
Menurut Malikiah harta yang diwakafkan itu tetap menjadi milik si
wakif. dalam hal ini sama dengan Abu Hanifah akan tetapi, Maliki
menyatakan tidak diperbolehkan mentransaksikannya, baik dengan
menjualnya, mewariskannya atau menghibahkannya. Menurutnya, boleh
wakaf untuk waktu tertentu bukan sebagai syarat bagi Maliki selama-
lamanya. Bila habis jangka waktu yang telah ditentukan maka boleh
mengambilnya lagi walaupun benda itu untuk masjid. Maliki beralasan
dengan hadis Ibnu Umar. Ketika Rasulullah menyatakan, “Jika kamu mau,
tahanlah asalnya dan sedekahkanlah hasilny”, ini kata Maliki sebagai syarat
dari rasul kepada ummat untuk mensedekahkan hasilnya saja.
Sementara menurut Mazhab Syafi’i, harta yang diwakafkan terlepas
dari siwakif mnjadi milik Allah dan berarti menahan harta untuk selama-
lamanya. Karena tidak boleh wakaf yang ditentukan jangka waktunya
seperti yang dibolehkan Maliki. Alasannya ialah seperti hadis yang
diriwayatkan Ibnu Umar mengenai tanah Khaibar. As-Syafi’i memahami
tindakan Umar mensedekahkan hartanya dengan tidak menjualnya,
mewariskannya, dan tidak menghibahkannya, juga sebagi hadis karena
Nabi melihat tindakan Umar itu dan Rasulullah ketika itu hanya diam. Maka
tergolong diamnya Rasul sebagai hadis Taqriry, walaupun telah didahului
hadist Qauly.
41
3. Implementasi Wakaf
a. Rukun Dan Syarat Wakaf
Dalam terminologi Fikih, rukun adalah sesuatu yang dianggap
menentukan suatu disiplin tertentu atau dengan perkataan lain rukun adalah
penyempurnaan sesuatu dimana ia merupakan bagian dari sesuatu itu.
Oleh karena itu, sempurnah atau tidak sempurna wakaf telah dipengaruhi
oleh unsur- unsur yang ada dalam perbuatan wakaf itu sendiri.
Adapun unsur- unsur wakaf menurut sebagian besar sebagian Ulama
dan fiqh Islam, telah dikenal ada 6 (enam) rukun atau unsur wakaf adalah
seperti diuraikan di bawah ini.
1. Orang yang berwaqaf (waqif)
Adapun syarat- syarat orang yang mewakafkan (waqif) adalah setiap
wakif harus mempunyai kecakapan melakukan tabarru, yaitu
51. Halim Abdul, Hukum Perwakafan di Indonesia (Ciputat: CIPUTAT PRESS, 2005)
hlm.73
42
52 . Fatah Idris Abdul dan Ahmadi Abu, Fikih Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta 2004) hlm.
195
53. Ali Muhammad Daud, Lembaga- Lembaga Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grapindo
Persada, 1995) hlm.271
43
dan lainnya dengan tetap menjadi kekekalan nilainya. Oleh karena itu fungsi
utama dari wakaf yaitu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta
benda untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan
umum.54
Dalam tujuan wakaf setidaknya disyaratkan beberapa hal berikut,
tentunya tujuannya juga harus baik dan sesuai dengan syariah, hal ini agar
tujuan wakaf yang sebenarnya dapat tercapai, tujuan- tujuan tersebut
55
adalah:
a. Membantu yayasan pendidikan umum atau khusus, Kelompok profesi,
Yayasan Islam, Perpustakaan umum atau khusus.
b. Membantu pelajar dan mahasiswa untuk belajar didalam dan luar
negeri
c. Membantu yayasan riset ilmiah Islam.
d. Memelihara anak yatim, Janda dan orang- orang lemah.
e. Memelihara orang tua jompo dan yayasan yang memberi pelayanan
kepada masyarakat.
f. Membantu fakir miskin dan semua keluarga yang berpenghasilan pas-
pasan.
g. Memberikan pelayanan umum berupa air dan listrik, pelayanan
kesehatan, penyeberangan dan lainnya baik di kota maupun didesa
h. Membangun mesjid dan memberi perlengkapannya, serta Mengisinya
dengan Mushaf Al- Qur’an dan Kitab- kitab, juga berinfak untuk
keperluan masjid.
i. Memberi bantuan keuangan dengan syarat yang ringan kepada
pengusaha kecil yang memerlukan tanaman modal.
54. Aris Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah bagi bangsa,Konsef Sistem Ekonomi
Syariah,( Jakarta: MES, 2009), hlm. 213
55. Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah Muhyidin Mas Rida,(
Jakarta: Khalifah 2004), hlm. 159- 160
44
akan terus mengalir hingga wakif meninggal dunia, selama harta masih
dapat diambil manfaatnya. 56
d. Terjadinya Wakaf
Wakaf bisa terjadi dengan jalan:
1. perbuatan yang menunjukan bahwa seseorang telah mewakafkan
harta bendanya. misalnya seseorang membangun masjid/ musholla,
kemudian ia mengizinkan kepada masyarakat untuk
menggunakannya guna keperluan sholat dan kegiatan keagamaan
lainnya.
2. ucapan/ pernyataan. misalnya seseorang berkata, “ rumah saya ini,
saya wakafkan untuk lembaga pendidikan agama Islam”.
Barang yang boleh dan sah diwakafkan ialah semua barang yang
dapat diperjualbelikan, baik barang tak bergerak seperti tanah, maupun
barang yang bergerak, termasuk binatang, dan semua barang yang dapat
dimanfaatkan tanpa menghabiskan barangnya (barang yang diwakafkan itu
masih tetap ada).
Karenanya, barang yang tidak boleh diperjualbelikan oleh agama,
seperti babi, dan barang yang bisa habis kalau dimanfaatkan, seperti bahan
makanan atau minuman, serta barang yang cepat rusak/ membusuk,
tidaklah sah diwakafkan. 57
Menurut Abu Hanifah wakaf adalah menahan harta dari otoritas
kepemilikan orang yang mewakafkan, dan menyedekahkan kemanfaatan
barang wakaf tersebut untuk tujuan kebaikan.
Wakaf hanya mempunyai hukum lazim karena salah satu dari tiga
perkara.
58. Ahmad Yahya Sulaiman, Fikih Sunnah Sayyid Sabiq ( Jakarta: Pustaka Al-kautsar,
2013), hlm, 932-933
48
2. Status Sighat
secara umum adalah salah satu rukun wakaf. Wakaf tidak sah tanpa
sighat. Setiap sighat mengandung ijab, dan mungkin mengandung
qabul juga.
3. Dasar Sighat
Dasar (dalil) perlunya sighat (pernyataan) ialah karena wakaf adalah
melepaskan hak milik dan benda dan manfaat atau dari mabfaat saja
dan memilikkan kepada yang lain. Mksud tujuan melepaskan dan
memilikkan adalah urusan hat . Tidak ada yang menyelami isi hati
orang lain secara jelas, kecuali melalui pernyataanyya sendiri. Karena
itu pernyataannyalah jalan untuk mengetahui maksud tujuan
seseorang. Ijab wakif tersebut mengungkapkan dengan jelas
keinginan wakif memberi wakaf. Ijab dapat berupa kata-kata. Bagi
wakaf yang tidak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata,
maka ijab dapat berupa tulisan atau isyarat.59
Lafal atau ungkapan yang merupakan rukun wakaf itu bisa
dilakukakan secara lafdzi (ucapan) maupun fi’li (perbuatan)
Keabsahan wakaf secara lafdzi (ucapan)
Lafal yang menjadikan sahnya wakaf adalah lafal-lafal yang
menunjukkan makna penahanan benda serta makna manfaat dari benda
tersebut. Lafal ini terbagi menadi dua macam:
a. Lafal jelas
Dalam kitab Raudhah Al-Thalibin. Imam nawawi berkata. “Perkataan
wakaftu (saya mewakafkan). habistu (saya menahan harta) . atau
sabbaitu (saya berderma). atau tanahku diwakafkan, ditahan, atau
didermakan. Semua itu merupakan lafal yang jela. dan yang demikian
ini adalah yang paling benar. dinilai sebagai lafal yang jelas.”
60. Abid Abdullah Al-Kabisi Muhammad , Hukum Wakaf, kajian kontemporer pertama dan
terlengkap tentang fungsi dan pengelolaan wakaf serta penyelesaian atas sengketa wakaf,
( Cinere depok: dompet dhuafah republika, 2004). hlm.88-91
50
61. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah ( Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra, 1997) hlm.200-201
51
62 . Al- haritsi Jaribah bin Ahamad., Fikih Ekonomi Umar Bin Al- Khatab Edisi Indonesia,
Cet. III (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2014). hlm. 78
63 . Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis., Hukum Perjanjian dalam Islam, ( Jakarta:
Sinar Grafika 2004 ). hlm. 109
52
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11, nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang
besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11, nazhir memperoleh pembinaan dari Menteri dan
Badan Wakaf Indonesia.
Pasal 14
1. Dalam rangka pembinaan sebagaiman dimaksud dalam
pasal 13, nazhir harus terdaftar pada Menteri dan Badan
Wakaf Indonesia
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai nazhir sebagaiman
dimaksud pada pasal 9, pasal 10, pasal 11, pasal 12, dan
pasal 13, diatur dengan aturan pemerintah.65
Disetiap negara berkembang seperti Indonesia, pembangunan selalu
dilaksanakan secara bertahap, konsekuensinya (walaupun pembangunan
diadakan secara berencana), terkadang mengakibatkan harta benda wakaf
terganggu kepentingannya, misalnya untuk kepentingan pembangunan
perluasan jalan, sehinggah masjid (pekarangan) yang ada dipinggir jalan
tersebut terpaksa dipergunakan untuk kepentingan pembangunan jalan.
Yang menjadi persoalan sekarang, apakah masjid (pekarangannya)
dapat dialih dan dipindah tangankan, misalnya dengan cara menjualnya
kepada pihak proyek, kemudian menggantikannya ditempat yang lain.
Menurut Mazhab atau aliran Ahmad bin Hambal, apabila wakaf tidak
dapat lagi dipergunakan sebagaimana mestinya, maka wakaf itu boleh
dijual, dan uang yang diperoleh dari hasil penjualan benda wakaf tersebut
lebih lanjut dipergunakan untuk membeli benda yang pemanfaatannya
5. Sungguh pun demikian jika ada tanah atau benda wakaf tersebut
telah rusak atau tidak berfungsi lagi, atau terkena gusur, maka tanah
atau benda wakaf tersebut boleh dijual dengan syarat uang hasil
penjualannya harus dibelikan tanah atau barang yang
penggunaannya sama seperti benda wakaf semula. Hal ini
didasarkan pada penjelasan Ibnu Qudama dalam Kitab Al- Mughny
Juz V halaman 368 sebagai berikut:
“ jika ada sesuatu benda/ harta wakaf telah rusak dan tidak berfungsi
lagi, maka benda/ harta wakaf tersebut boleh dijual dan uang hasil
penjualannya dibelikan barang yang dapat mendatangkan pahala
bagi pewakaf, dengan catatan barang tersebut dijadikan barang
wakaf sebagaimana semula. Demikian pula jika ada benda yang
diwakafkan untuk digunakan sebagai alat perang sudah tidak layak
lagi untuk digunakan perang, maka benda tersebut boleh dijual dan
uang hasil penjualannya dibelikan sesuatu yang layak digunakan
untuk perang.
6. Apabila ada tanah/ harta wakaf terpaksa dijual atau kena gusur,
maka uang hasil penjualannya harus dibelikan tanah atau benda lain
yang sejenis atau yang lebih baik dari pada tanah atau benda wakaf
semula. Jika sesudah dibelikan tanah atau benda lain uangnya
masih tersisah, maka sisah uang tersebut harus dipergunakan untuk
kepentingan atau kemaslahatan wakaf itu sendiri (seperti
pemeliharaan, penambahan, dan pemugaran), atau untuk
kemaslahatan umat Islam, karena statusnya adalah harta wakaf
juga. Sebab harta yang diperoleh dari wakaf atau dari hasil wakaf
adalah termasuk harta wakaf yang harus diserahkan untuk
kemaslahatan wakaf itu sendiri. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan beberapa pendapat ahli fiqh, sebagai berikut.
“ Imam Ahmad berpendapat dalam riwayat Abu Daud: Apabila dalam
masjid ada dua batang kayu yang berharga, kayu tersebut boleh
dijual dan uangnya diserahkan kepada masjid tersebut”. ‘Imam ath-
58
67 . Rashyid Hamdan., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa Fatwa Aktual, (Jakarta: PT Al-
Mawardi Prima 2003). hlm. 295- 302
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah penyelidikan yang hati- hati dan kritis dalam mencari
fakta dan prinsip- prinsip, suatu penyelidikan yang sangat cerdik untuk
menetapkan sesuatu.
Banyak para ilmuwan terkemuka yang memberikan tanggapan
tentang definisi penelitian, diantaranya:68
1. Hillway (1956) dalam bukunya introduction to research mengatakan,
bahwa penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati- hati dan sempurna terhadap
suatu masalah, sehinggah diperoleh pemecahan yang tepat terhadap
permasalahan tersebut.
2. Whitney (1960) dalam bukunya The Element of Research menyatakan,
disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus
dilakukan secara sungguh- sungguh dalam waktu yang lama.
3. Jhon (1949) penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode
objektif yang jelas untuk menentukan hubungan antar fakta dan
menghasilkan dalil atau hukum.
4. Dewey (1935) penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau
terarah dari situasi yang dikenal dalam kenyataan dan hubungannya,
seperti mengubah unsur dari situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan
yang bersatu padu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari
kejadian yang diteliti. Sehinggah memudahkan penulis untuk mendapatkan
68 . Arfa Faisar Ananda, Marpaung Watni, Metodologi Penelitian Hukum Islam,( Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP 2016). hlm. 12
60
61
72 . Usman Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, pengantar statistika edisi II.,(Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2012) hlm 20
73 . Suharsimi Arikunto., Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktek), ( Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1998), Edisi ke 4, hlm. 144
74 . Sukardi., Metodolpgi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya ( Jakarta: PT
Bumi Aksara 2003 ), hlm. 75
63
75 . Hasan Iqbal., Analisis data penelitian dengan statistik ( Jakarta: PT Bumi Aksara 2006
). hlm 23
64
76 .Gunawan Imam., Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015). hlm 175
65
79.Somadi Surta Brata, Metodologi penelitian, Cet ke-1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011)
hlm.84
67
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pendahuluan,
2. Tahap turun ke lapangan, yaitu :
3. Tahap akhir yaitu :
Tabel : Jadwal Penelitian
Tahun 2017/2018Bulan/ Minggu
N
Kegiatan Oktober Desember April Juli Agustus Se
o
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. Pendahuluan
1 Pengajuan Judul X
2 Penyusunan X
Proposal
3 Pengajuan X
Proposal
4 Pengesahan X
Proposal
5 Seminar Proposal X
6 Pengurusan Izin X
Riset
B. Turun ke X
Lapangan
1 Penjajakan X
Lapangan
2 Pengumpulan x x X X X
data
3 Analisis data x x x X X X
4 Penyusunan draft
C. Tahap Akhir
1 Penyusunan
laporan
2 Perbaikan/
penjilidan
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS
HASIL PENELITIAN
70
71
Luas Wilayah
Jumlah
Nama Kecamatan Kelurahan Administrasi Terbangun
/Desa (Ha) (%) thd
(Km2) (%)thd total
total
Kec. Mestong 15
474,700 9,02 12,61
5.126
Kec. Sungai Bahar 11
160,500 3,05 7,96
3.234
Kec. Bahar Selatan 10
195,690 3,72 4,47
1.817
Kec. Bahar Utara 11
167,260 3,18
2.777 6,83
Kec. Kumpeh Ulu 18
386,650 7,34 6,23
2.532
Kec. Sungai Gelam 15
654,410 12,45
9.643 23,73
Kec. Kumpeh 17
1.658,930 31,15
2.372 5,84
Kec. Maro Sebo 12
261,470 4,97 4,56
1.852
Kec. Taman Rajo 10
352,670 6,70
960 2,36
Kec. Jambi Luar Kota 20
280,120 5,32
7.471 18,38
Kec. Sekernan 16
671,600 12,76
2.857 7,03
TOTAL 155
5.264,000
100 40.641 100,00
74
b. Geohidrologi
Kondisi geohidrologi di Kabupaten Muaro Jambi sebagian besar
tersusun dari batuan Lanau dengan potensi sumber daya air tanah secara
umum menunjang kebutuhan air wilayah lainya. Kondisi geohidrologi, akan
terdiri dari:
1. Kondisi Air Permukaan
Sungai yang ada di wilayah Kabupaten Muaro Jambi termasuk dalam
sub wilayah sungai (sub WS) 03.01.18 dan sub WS 03.01.19. Besarnya
limpasan permukaan sungai sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kondisi tanah, jenis batuan, tata guna lahan dan sistem pertanian.
Berdasarkan pengelompokkan, sungai-sungai yang ada di Kabupaten
Muaro Jambi seperti; Sungai Batang Hari, Sungai Musi, Sungai Mendahara
termasuk daerah aliran berbentuk bulu (pohon). DAS bentuk bulu (pohon),
anak-anak sungai tersusun menyerupai cabang pohon dan bentuk DAS
memanjang. Karakteristik dari puncak banjirnya tidak terpusat dengan
durasi banjir yang lama.
Karakteristik sungai yang ada di wilayah Kabupaten Muaro Jambi
sebagian besar merupakan aliran yang kontinyu sepanjang tahun (sungai
pharennial). Sumber mata air yang terdapat Kabupaten Muaro Jambi
mempunyai potensi yang berbeda dan penyebaran tidak sama. Kapasitas
sumber mata air sangat tergantung dari kondisi hidrologi, iklim, daerah
tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi.
Ada beberapa titik sumber mata air yang terdapat di Kabupaten Muaro
dengan penyebaran sumber mata air yang tidak merata dan sebagian lagi
potensi sumbernya kecil. Pemanfaatan sumber mata air eksisting untuk
penyediaan air bersih dan juga digunakan untuk air irigasi.
Hampir sebagian besar elevasi sumber mata air berada jauh dibawah
dan aliran mata air menyatu dengan aliran permukaan sungai. Kondisi
daerah aliran sungai (DAS) dengan vegetasi yang baik dan masih berfungsi
sebagai daerah resapan maka aliran yang terjadi adalah aliran kontinyu
76
pada sungai. Aliran mata air pada musim kemarau pada kondisi ini sebagai
aliran dasar (base flow).
Air tanah bebas (Hidrogeology) adalah air yang tersimpan dalam suatu
lapisan pembawa air tanpa lapisan kedap air di bagian atasnya. Kondisi air
tanah bebas sangat dipengaruhi oleh besarnya intensitas curah hujan
setempat dan penggunaan lahan di sekitarnya. Hasil penelitian hidrogeologi
yang dilakukan menunjukkan kondisi air tanah dan produktivitas akuifer
(lapisan pembawa air) yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi adalah
akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir yang terdiri dari :
Akuifer produktivitas tinggi dan penyebarannya luas (Akuifer dengan
keterusan dan kedalaman muka air sangat beragam, debit air
umumnya lebih besar 5 lt/dt).
Akuifer produktivitas sedang dan penyebaran luas Akuifer dengan
keterusan dan kedalaman muka air sangat beragam, debit air
umumnya lebih kecil 5 lt/dt).
Setempat akuifer produktif (Akuifer dengan keterusan sangat
beragam, umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya
muka air tanah, setempat muka air tanah dapat diturap.
Sedangkan berdasarkan peta tinjauan Hidrogeologi Kabupaten Muaro
Jambi (MM Purbo Hadiwijoyo, 1972 dalam Inventarisasi Geologi Teknik,
2003), menujukkan bahwa kandungan air tanah di Kabupaten Muaro Jambi
dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
Kandungan air tanah besar dengan debit 10 lt/dt terdapat di bagian
selatan,
Kandungan air tanah sedang dengan debit 5 lt/dt terdapat dibagian
tengah,
Kandungan air tanah rendah dengan debit kurang dari 1 lt/dt terdapat
dibagian utara daerah dataran tinggi.
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Muaro Jambi tergolong kedalam
tanah Regosol. Pada kategori macam tanah digolongkan kedalam Regosol
berhumus dan Regosol Coklat Kekuningan (Dai dan Rosman, 1970).
77
Bahan induk tanah di kawasan ini terdiri dari abu dan tufa volkan
intermedier. Menurut Puslittanak (1994), tanah-tanah di daerah ini
digolongkan kedalam ordo : Andisol, Inceptisol, Alfisol dan Mollisol.
Selanjutnya pada kategori great grup digolongkan ke dalam: tropaquepts,
fragiaquepts, placaquepts, epiaquands, duraquands, placaquands,
hapludands, argiudolls, epiaqualfs, dan hapludalfs.
c. Demografis
Komposisi penduduk menurut umur di Kabupaten Muaro Jambi tahun
2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berumur 0 – 14 tahun
sebanyak 108.436 jiwa (29,98%) dan jumlah penduduk berumur 65 tahun
keatas ± 10.756 jiwa (2,95%). Dengan demikian, penduduk Kabupaten
Muaro Jambi dapat digolongkan penduduk produktif.
Tabel Jumlah Penduduk dan Kepadatannya
Tingkat
Jumlah Penduduk Jumlah KK Kepadatan
Pertumbuhan (%)
Nama Kecamatan pddk
Tahun Tahun Tahun Tahun
2009 2011 2013 2009 2011 2013 2009 2011 2013 2011 2013
Kec. Mestong 34.776 38.430 39.790 8.694 10.288 10.464 0,95 3,54 1,15 80,9683,82
Kec.Sungai Bahar 12.59
50.359 24.499 6.246 7.097 0,95 3,54 1,15 152,64
158,04
25.365 0
Kec.Bahar Selatan- 13.749 14.236 - 3.835 4.043 0,95 3,54 1,15 70,2672,75
Kec. Bahar Utara - 14.205 14.706 - 3.650 4.438 0,95 3,54 1,15 84,9387,92
Kec. Kumpeh Ulu 36.450 47.144 9.113 12.145 12.359 0,95 3,54 1,15 121,93
126,25
48.814
Kec. Sungai Gelam 11.93
47.726 58.712 16.275 14.462 0,95 3,54 1,15 89,7292,89
60.788 2
Kec. Kumpeh 24.271 23.577 24.412 6.068 5.640 6.407 0,95 3,54 1,15 14,2114,72
Kec. Maro Sebo 30.583 18.890 7.646 4.459 4.704 0,95 3,54 1,15 72,2574,80
19.559
Kec. Taman Rajo - 11.750 12.167 - 2.841 3.240 0,95 3,54 1,15 33,3234,50
Kec. Jambi Luar
53.552 59.844 3.388 15.219 16.648 0,95 3,54 1,15 213,64
221,21
Kota 61.964
Kec. Sekernan 36.891 40.751 42.193 9.223 10.286 8.349 0,95 3,54 1,15 60,6862,82
TOTAL 314.598 351.553 363.994 78.652 90.884 92.211
78
1. Tanaman Pangan
Luas panen padi sawah dan padi ladang dan Produksi Palawija pada
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel- tabel berikut ini.85
2. Perkebunan
Perkebunan di Kabupaten Muaro Jambi yang terbesar adalah
perkebunan kelapa sawit.
3. Peternakan
Populasi ternak di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut ini.86
90
9) Pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur
2. Organisasi pada Kementerian Agama
Biro Perencanaan
Pasal 9 Biro perencanaan mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, singkronisasi, dan penyusunan rencana strategis, program,
kegiatan dan anggaran, evaluasi, pelaporan perencanaan, pengembangan
system, data perencanaan, dan pemantauan pelaksanaan kebijakan pada
Kementerian Agama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Biro kepegawaian
Pasal 28 Biro kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan data dan administrasi kepegawaian dan penyusunan bahan
pembinaan, asesmen, dan pengembangan pegawai pada Kementerian
Agama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Biro keuangan dan Barang Milik Negara
Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan koordinasi
perbendaharaan, pelaksanaan anggaran, pengelolaan penerimaan Negara
bukan pajak dan badan layanan umum, barangmilik/kekayaan Negara,
akuntansi, dan pelaporan keuangan pada Kementerian Agama sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Biro Organisasi dan Tata Laksana
Pasal 66 Biro Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas
melaksanakan pengkajian, pembinaan, dan koordinasi penataan
organisasi, penataan tatalaksana, dan evaluasi kinerja organisasi, serta
fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi pada Kementerian Agama sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Biro Umum
Pasal 104 Biro umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
ketata usahaan, pengelolaan persuratan dan kearsifan, keprotokolan,
B. Temuan Penelitian
1. Pengelolaan dan penggunaan Harta Wakaf di Kabupaten Muaro
Jambi
a. Manajemen Pengelolaan Wakaf Muaro Jambi
Salah satu alasan pembentukan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 tentang Wakaf adalah praktik wakaf yang ada di masyarakat belum
sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, salah satu buktinya adalah di antara
harta benda wakaf tidak terpelihara dengan baik, terlantar, bahkan beralih
ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum. Di samping itu,
karena tidak adanya ketertiban pendataan, banyak benda wakaf yang
karena tidak diketahui datanya, jadi tidak terurus bahkan wakaf masuk
dalam siklus perdagangan. Keadaan demikian itu tidak selaras dengan
maksud dari tujuan wakaf yang sesungguhnya dan juga akan
mengakibatkan kesan kurang baik terhadap Islam sebagai akses
penyelewengan wakaf, sebab tidak jarang sengketa wakaf terpaksa harus
diselesaikan di Pengadilan.
Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek
penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau
dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya
pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan
paradigma baru wakaf lebih menitik beratkan pada aspek pemanfaatan
yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri. Untuk
mengembangkan aspek kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan
sentral adalah sistem manajemen pengelolaan yang diterapkan.
Berdasarkan observasi penulis bahwa Dikabupaten Muaro Jambi bagian
pengurus harta wakaf dilaksanakan oleh Bagian Bimas Islam. menurut
pengurus Bimas Islam mereka menyatakan bahwa mereka sudah
mengurus harta wakaf sesuai dengan hukum Islam maupun undang-
undang no 41 tahun 2004 tentang wakaf.
Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Kepala Bidang Bimas
Islam Bapak Baki S. Pd.I : Di bagian Bimas Islam ini kami terdiri dari lima
87
orang termasuk saya dan empat orang anggota saya yaitu Bapak Mukhsin
S. Ag, M.Pd.I, Saudara Supangat, Saudari Syarifah A.KH. S.ST dan
Saudara Abdul Hadi HS.S.PT. Manajemen pengelolaan wakaf Kabupaten
Muaro Jambi sudah kami jalankan dengan sebaik mungkin, sesuai dengan
UU No 41 tahun 2004. untuk pemanfaatan tanah wakaf juga sudah saya
jalankan dengan baik, walaupun menurut saya pasti masih ada juga
permasalahan wakaf yang terjadi diluar pengetahuann saya. tetapi secara
garis besar wakaf di muaro jambi sudah berjalan dengan baik dan
sebagaimana mestinya. 91
Jadi, menurut hasil wawancara dengan Bapak Kepala Bimas Islam
bahwa menejemen pengelolaan wakaf di Kabupaten Muaro Jambi sudah
dijalankan dengan baik dan sesuai dengan UU meskipun mungkin ada
permasalahan wakaf yang terjadi diluar pengetahuannya setidaknya
sebagian sudah berjalan dengan baik.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak H. Mastuan Surya
, M.Pd.I. Selaku Kepala Bagian Penyelenggaraan Syariah: Wakaf di
Kabupaten Muaro Jambi ini alhamdulillah sudah kami jalankan dengan
sebaik mungkin, meskipun masih banyak tanah wakaf yang bermasalah,
terakhir pendataan wakaf di Kabupaten Muaro Jambi ini pada tahun 2016.
harta wakaf di Kabupaten Muaro Jambi alhamdulillah sudah terurus
semuanya. dan juga kami sudah berusaha untuk mensosialisasikan
masalah wakaf ini ke masyarakat Kabupaten Muaro Jambi ini. Dengan
cara ceramah agama atau langsung terjun ke masyarakat supaya
masyarakat tahu penggunaan dari harta wakaf dan memanfaatkannya
dengan sebaik mungkin. 92
Penulis melihat dari hasil wawancara dengan Bapak Baki S. Pd.I.
Kepala Bagian Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian Agama
91 . wawancara dengan bapak Baki S. Pd.I. Kepala Bagian Bimbingan Masyarakat Islam
di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi. pada tanggal 3 September 2018
92 . Wawancara dengan Bapak H. Mastuan Surya , M.Pd.I. Kepala Bagian
Penyelenggaraan Syariah Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi. pada tanggal
3 September 2018
88
hak milik dimatikan berdasarkan akta ikrar wakaf, pada halaman sebab
perubahan kemudian Mencoret nama atau nama-nama pemegang yang
lama dan menggantinya dengan menuliskan kata WAKAF dengan huruf
besar di belakang nomor hak milik tanah yang bersangkutan. Mengenai
sertifikat tanah wakaf pada nama pemegang hak tertulis nama nadzir :
ketua, sekretaris, bendahara, anggota 1 (satu) dan anggota 2 (dua). Pada
kolom petunjuk diberi keterangan :
Akta Ikrar Wakaf Tanggal………… Nomor……… Tahun….....Dibuat
oleh…………PPAIW Kecamatan… ........................... ”
Peruntukan atau penggunaan tanah : ……(kutipan Akta Ikrar Wakaf)
Penerbitan sertifikat tanah wakaf, sertifikat tanah wakaf yang sudah
ditandatangani Kepala Kantor Pertanahan, diserahkan kepada nazhir
sebagai surat tanda bukti, dan biaya peralihan atas tanah yang berupa
93
tanah wakaf bebas dari biaya yang diperlukan.
Begitu juga yang dikatakan oleh bapak Supangat Pelaksana
Pemberdayaan KUA Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi
Secara singkat Menjelaskan tentang tatacara perwakafan: Tata cara
perwakafan di Kabupaten Muaro Jambi yang pertama wakif membawa
bukti sertifikat asli tanah yang diwakafkan kemudian menyerahkan KTP
wakif maupun nadzir, membawa surat kepemilikan yang ditanda tangani
kades, kemudian wakif dan nazir datang ke KUA untuk ikrar wakaf dan
membawa dua orang saksi, kemudian kepala KUA menerbitkan akta ikrar
wakaf. begitulah secara singkat tata cara perwakafan di Kabupaten Muaro
Jambi terutama di kecamatan Jambi Luar Kota.94
Kemudian jika dalam pelaksanaan perwakafan susah atau wakif
tidak mengerti maka akan dibantu oleh pihak pengurus harta wakaf yaitu
oleh pengurus Bimas Islam sebagaimana perkataan salah satu pengurus
Bimas Islam: Dalam mengurus harta yang akan diwakafkan jika terjadi hal
yang sulit atau tidak paham maka akan kami bantu dengan sebaik
mungkin supaya tidak ada kata sulit atau tidak paham dalam menjalankan
perwakafan. terutama bagi orang yang sudah tua yang tidak paham
dengan caranya atau orang yang buta huruf maka kami siap
membantunya. sudah banyak terjadi orang yang mau mewakafkan harta
tapi tidak paham caranya maka kami akan tuntun sampai semuanya
selesai.95
Jadi berdasarkan wawancara diatas bahwa tata cara berwakaf di
kabupaten muaro jambi sudah sesuai dengan Hukum Islam dan peraturan
Perundang- undangan. bahkan jika ada kesulitan bagi wakif untuk
mewakafkan hartanya maka akan dibantu oleh pengurus wakaf sampai
selesai, sehingga jangan sampai mempersulit bagi wakif untuk berwakaf.
c. Pengelolaan wakaf di Masjid
Melihat dari peruntukan tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi yang
lebih banyak untuk membangun masjid maka penulis tertarik melihat
bagaimana pengelolaan wakaf masjid di Kabupaten Muaro Jambi
Diantaranya adalah Masjid Miftahul Huda ini Diketuai Oleh Bapak Sutarjo,
Bendahara Bapak H. Jauhari, Bilal Bapak Sukardiono, Khatib Bapak
Ahsani. Tetapi Untuk Khatib setiap minggu diganti- ganti kata Bapak Ketua
Pengurus Masjid Miftahul Huda. Masjid ini bertempat di RT. 07 Desa
Simpang Sungai Duren, status tanah wakaf dengan luas tanah 250 m2.
Usaha yang dilakukan dalam pengelolaan tanah wakaf pada masjid Masjid
Miftahul Huda Simp. Sei Duren untuk pemberdayaan umat meliputi:
1. Bidang Pendidikan
Salah satu usaha yang dilakukan dalam pengelolaan tanah wakaf
Masjid Miftahul Huda Simp. Sei Duren yaitu di Bidang Pendidikan
dengan mengadakan Pengajian Antara Maghrib dan Isya’ (PAMI)
untuk anak-anak disekitarnya.
2. Bidang Ibadah
Amal usaha yang dilakukan melalui pengelolaan tanah wakaf dalam
bidang ibadah yaitu dengan menyediakan sarana peribadatan berupa
masjid yang berdiri di daerah Rt.07 Simp. Sei Duren Diatas tanah
seluas 121 m² berdiri sebuah Masjid yang bernama masjid Miftahul
Huda yang dipergunakan untuk beribadah dan kegiatan keagamaan
bagi masyarakat yang berdomisili disekitar.
Dibawah kepemimpinan Bapak Sutarjo yang menjabat sebagai Ketua
Pengurus Masjid Miftahul Huda. Bahwa Telah banyak kegiatan yang
dilakukan selama ini diantaranya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tahun.
Dalam ilmu fiqh tidak disebutkan secara intrinsik/ secara detail tentang
pengelolaan tanah wakaf, namun sebagaimana telah dilaksanakan oleh
tanah wakaf masjid Miftahul Huda, yaitu mendayagunakan tanah wakaf
untuk amal Ibadah, dan untuk kepentingan pendidikan.
Dalam prakteknya Masjid Miftahul Huda menggunakan sistem
pengelolaan, yang diberi tanggung jawab sepenuhnya kepada pengurus
harian yang mengelola langsung masjid itu sendiri.
Berdasarkan telaah diatas, karena makin besarnya harapan umat
Islam pengelolaan tanah wakaf dapat dilakukan sebaik-baiknya dan dikelola
semaksimal mungkin. Hal ini agar tanah wakaf yang sudah terkumpul dapat
dimanfaatkan secara maksimal sebagaimana keinginan pewakif, dan ini
adalah tanggung jawab yang mengelola baik itu perorangan maupun
berbadan hukum biasa di Indonesia. Setiap tanah wakaf hendaklah
diusahakan hasil dan pemanfaatannya secara maksimal sehingga disini
diperlukan adanya pengawasan, pemeliharaan, penjagaan, serta
pengelolaan tanah wakaf yang baik. Hal tersebut menurut penulis telah
dilakukan oleh Pengurus Miftahul Huda dalam mengelola tanah wakaf yakni
dibentuk penanggung jawab diberikan kewenangan secara penuh untuk
mengelola Masjid itu.
92
dan dari observasi penulis dimesjid Jami’ At- Taqwa sudah dijalankan
kegiatan- kegiatan dengan sebaiknya oleh pengurus masjid.
Dari berbagai pengamatan yang telah dilakukan penulis, selama ini
pengelolaan wakaf di wilayah perkotaan memiliki berbagai macam
kelebihan yang menguntungkan serta mempunyai dampak positif terhadap
pengelolaan wakaf tersebut untuk terus bergerak kearah pengelolaan yang
profesional. Hal ini agak sedikit berbanding terbalik jika penulis melihat
pengelolaan wakaf yang ada di wilayah pedesaan yang mempunyai banyak
kesulitan dalam pengembangannya.
Hal ini disebabkan berbagai macam faktor, diantaranya yang paling
berpengaruh adalah kurang strategisnya lokasi wakaf yang berakibat pada
sulitnya mengembangkan asset wakaf itu sendiri untuk dikelola secara
professional dan lebih modern. Di perkotaan sangat memungkinkan tanah
wakaf tersebut dibangun untuk apartemen, ataupun membuat hotel, real
estate, pertokoan dan sebagainya yang tentunya hasilnya tidak sedikit. Dan
model pengelolaan seperti itu sangat memungkinkan jika wilayah tanah
wakaf tersebut berada di tempat yang strategis dalam hal ini adalah
perkotaan. Namun jika wilayah tanah wakaf tersebut berada ditempat yang
kurang strategis maka para nazhir harus memutar otak untuk memikirkan
cara apa yang harus ditempuh agar tanah wakaf tersebut bisa terus
produktif seperti di daerah yang jauh di Kabupaten Muaro Jambi seperti di
Kecamatan Maro Sebo di Desa Kunangan, Kemingking Dalam dan
Tanjung Katung masih ada tanah wakaf yang belum ada peruntukannya.
Namun, ada bebarapa kelemahan yang ada dalam pengelolaan tanah
wakaf ini, yaitu sebagai berikut:
a. Manajemen yang ada belum begitu baik, hal ini dapat dimengerti
karena memang nazhir kurang begitu mengerti dalam hal
manajemen. Para nazhir hanya ahli dibidang agribisnis dan kurang
menguasai masalah manajamen, pengelolaan yang ada belum
begitu sempurna. Solusi yang ada adalah harus ada nazhir yang
mengerti masalah manajemen agar pengelolaan wakaf dapat lebih
96
masih ada juga yang belum dipergunakan secara rinci dibawah ini statistik
tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi
Tabel 2.1 Penggunaan Harta Wakaf Kecamatan Jaluko
Penggunaan Harta Wakaf
No Kelurahan/ Desa Lain-
Masjid Sekolahan Musholla Kuburan
lainnya
1 Kel. Pijoan 2 2 5 5 -
2 Simp. Sei Duren 4 1 3 3 -
3 Pematang Jering 2 - 1 2 -
4 Mendalo Darat 2 3 2 2 2
5 Sungai Bartam 2 3 5 6 -
6 Penyengat Olak 1 3 1 1 -
7 Senaung 3 - 2 3 -
8 Semubuk 1 2 - 1 2
9 Mendalo Laut 1 1 1 1 2
10 Sarang Burung 2 4 3 1 -
11 Kedemangan 1 2 2 2 -
12 Rengas Bandung 3 - 1 - -
8 P. Mentaro 1 1 1 1 -
9 Puding 1 1 - 1 -
10 Rukam 1 1 1 1 -
11 Manis Mato 1 - - - -
12 Londeran 2 1 - 1 -
13 R. Panjang 1 1 1 1 -
14 Gd. Karya 1 1 1 - -
15 Jebus 1 1 - 1 -
16 Sei. Aur 1 - 2 2 1
17 Petanang - 2 - - -
18 Rukam 1 - - - -
19 Sungai Bungur 1 - - - -
20 Mekar Sari 1 - - - -
12 Kemingking Dalam 1 - - 4 -
13 Tebat Patah 1 - - - -
14 Jambi Kecil 2 - 4 - -
15 Teluk Jambu 1 - - - -
16 Tanjung Katung 2 4 - - -
17 Danau Kedap 1 - - 1 -
18 Suko Awin Jaya - 1 - - -
7 Tarikan - - - - -
8 Sungai Terap - - - - -
9 Arang- Arang - - - - -
10 Sipin Teluk Duren - - - - -
11 Teluk Raya - - - - -
12 Pemunduran - - - - -
96. Bapak Baki S. Pd.I. Kepala Bagian Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian
Agama Kabupaten Muaro Jambi, Pada Tanggal 3 September 2018
104
dipakai untuk membawa orang sakit kerumah sakit dan lainnya asalkan
untuk kepentingan ummat.98
Jadi harta benda wakaf di Kabupaten Muaro jambi ini tergolong sangat
banyak yang paling banyak berupa tanah, selain tanah Jarang tetapi
pernah ada yang mewakafkan benda seperti motor dan mobil yang
pemanfaatannya bisa digunakan untuk bersama contohnya mobil bisa
digunakan untuk membawa orang sakit kerumah sakit dan untuk
kepentingan lainnya.
Seperti sudah diketahui sebelumnya, bahwa memang persoalan
wakaf di Indonesia sangat kompleks, dari mulai masalah regulasi, hingga
masalah ketidak profesionalan nazhir dalam mengelola wakaf selalu
menjadi masalah selama ini. Oleh karena itu butuh keseriusan lebih dalam
mengelola wakaf ini agar bisa menjadi alat untuk memangkas kemiskinan
di negeri kita.
Selama ini yang paling sering mendapat sorotan dalam pengelolaan
wakaf adalah ketidak profesionalan nazhir dalam mengelola wakaf itu
sendiri. Bahkan kadang tidak jarang ada nazhir yang frustasi dalam
mengelola tanah wakaf karena berbagai masalah yang akhirnya
menyebabkan tanah wakaf itu terbengkalai tak terawat. Oleh karena itu
dibutuhkan kreasi-kreasi baru dalam mengelola wakaf tersebut agar tanah
wakaf tersebut bisa terus produktif.
3. Kendala- kendala dalam pemberdayaan harta wakaf
Wakaf telah dilaksanakan berdasarkan paham yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, yaitu paham Syafi`iyyah
sebagaimana mereka mengikuti madzhabnya, seperti tentang: ikrarnya,
harta yang boleh diwakafkan, dan boleh tidaknya tukar menukar harta
wakaf.
98. Wawancara Dengan Bapak Abdul Hadi HS.SPT, Sebagai Pelaksana Pemberdayaan
Dan Pembinaan Wakaf Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi, Pada tanggal 3
September 2018
107
bersertifikat, surat pernyataan wakaf, asli dan foto copy, surat keterangan
dari lurah setempat, yang diakui camat bahwa tanah tersebut. foto copy
KTP wakif, apabila masih hidup, foto copy KTP nadzir wakaf, foto copy KTP
para saksi, menyerahkan matrai bernilai 6000 sebanyak 7 lembar, menanda
tangani ikrar wakaf (W1) bagi wakif yang masih hidup dan Akta Ikrar Wakaf
(AIW) Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (APAIW) setelah surat- surat
lengkap dan di ketik oleh petugas, membuat surat kuasa kepada PPAIW
untuk proses pendaftaran ke Badan Pertanahan Nasional (BPN). 99
Dari dokumen diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
pembuatan sertifikat wakaf ini memang banyak yang harus dipersiapkan
baik dari foto copy KTP wakif dan KTP saksi KTP Nadzir dan lainnya yang
tertulis di dokumen Bimas Islam diatas. Penulis melihat memang banyak
yang harus dipersiapkan sehingga sulit mengurus sertifikat wakaf apalagi
bagi wakif yang sudah lanjut usia dan masih awam. Maka penting bagi
pengurus wakaf membantu dan mempermudah proses pembuatan
sertifikat tanah wakaf.
No Nama Kecamatan Jumlah Tanah Wakaf Bersertifikat Belum Bersertifikat
1 Kec. Jaluko 106 Tanah Wakaf 87 Tanah 19 Tanah
2 Kec. Mestong 104 Tanah Wakaf 103 Tanah 1 Tanah
3 Kec. Kumpeh 72 Tanah Wakaf 66 Tanah 6 Tanah
4 Kec. Kumpeh Ulu 34 Tanah Wakaf 34 tanah 0 tanah
5 Kec. Maro Sebo 91 Tanah Wakaf 57 tanah 34 Tanah
6 Kec. Sekarnan 65 Tanah Wakaf 64 Tanah 1 Tanah
7 Kec. Sungai Gelam 56 Tanah Wakaf 48 Tanah 8 Tanah
8 Kec. Sungai bahar 4 Tanah wakaf 2 Tanah 2 Tanah
Jumlah Tanah Wakaf 532 Tanah Wakaf 461 Tanah 71 Tanah
100 . Wawancara dengan Drs. Zainal Arasy selaku Kepala KUA Jambi Luar Kota Pada
Tanggal 17 September 2018
110
mau mengurus sertifikat wakaf dengan berbagai alasan dan juga masih
banyak wakif yang memilih berwakaf dengan ulama ulama, ustadz dan lain-
lainnya dibandingkan langsung ke KUA. menurut penulis karena hal inilah
salah satu penyebab terjadinya sengketa atas tanah wakaf.
sengketanya.101
Berdasarkan wawancara diatas bahwa banyak hal yang bisa
membuat sengketa wakaf diantaranya masih ada orang dan pihak-pihak
yang tamak dengan harta sehingga ingin menuntut harta yang sudah
diwakafkan, dan ada juga nadzir yang lalai dalam mengelola harta wakaf.
sehingga ada harta wakaf yang tidak dikelola dan digunakan dengan
semestinya seharusnya jika tidak mau mengurus harta wakaf itu lagi bisa
dialihkan kepada yang lain.
3. Penyelesaian Sengketa Wakaf
Apabila terjadi perkara atau sengketa yang berhubungan dengan
wakaf baik yang dikarenakan karena pelanggaran yang dilakukan wakif,
nazhir ataupun tidak adanya pengawasan yang efektif dari Pemerintah,
dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, apabila
penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk mencapai mufakat tidak
berhasil, sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi arbitrase, atau
pengadilan. Sudah jelas bahwa sengketa wakaf termasuk kompetensi
absolut pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. Oleh karena itu
sengketa wakaf ditangani (dalam arti diperiksa, diputuskan, dan
diselesaikan) di pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
Berdasarkan sejumlah putusan yang terdapat pada penggadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama sengketa wakaf pada umumnya berkisar
pada persoalan keabsaan wakaf karena administrasinya belum
didokumentasikan secara benar berdasarkan peraturan perundang
undangan. Dimana hal tersebut merupakan tugas seorang nazhir yang
dibina dan diawasi oleh pemerintah.
Dalam hal ini wawancara dengan Bapak H. Mastuan Surya , M.Pd.I.
Kepala Bagian Penyelenggaraan Syariah Di Kementerian Agama
Kabupaten Muaro Jambi: Penyelesaian sengketa wakaf Jika terjadi
101. Wawancara Dengan Bapak Abdul Hadi HS.SPT, Sebagai Pelaksana Pemberdayaan
Dan Pembinaan Wakaf Di Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi, Pada tanggal 3
September 2018
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis bab diatas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Manajemen pengelolaan wakaf Kabupaten Muaro Jambi sudah kami
jalankan dengan sebaik mungkin, sesuai dengan UU No 41 tahun
2004. untuk pemanfaatan tanah wakaf juga sudah di jalankan dengan
baik, walaupun masih ada juga permasalahan wakaf yang terjadi
diluar pengetahuann menejemen. Tetapi secara garis besar wakaf di
Kabupaten Muaro Jambi sudah berjalan dengan baik dan
sebagaimana mestinya. Tata cara berwakaf di Kabupaten Muaro
Jambi sudah sesuai dengan Hukum Islam dan peraturan Perundang-
undangan. bahkan jika ada kesulitan bagi wakif untuk mewakafkan
hartanya maka akan dibantu oleh pengurus wakaf sampai selesai.
Pemanfaatan tanah wakaf di Kabupaten Muaro Jambi sudah
terealisasikan dengan baik seperti pembangunan masjid, musholla
dan lain-lain, dan pemanfaatannya sudah dirasakan oleh masyarakat
begitupun dalam perawatan dan pengawasan harta wakaf sudah
diserahkan kepada nadzir. tetapi Menurut Penulis dalam
pengelolaannya masih belum optimal, karena setelah penulis
melakukan observasi di beberapa mesjid dimana masih kurang
pengelolaan masjid, seperti kurangnya kagiatan kegiatan dimesjid dan
masih ada juga masjid yang belum bersertifikat. Menurut penulis hal
ini terjadi karena bebarapa hal diantaranya kurangnya pengetahuan
nazhir dalam mengelola harta wakaf, dan ada juga dengan sebab
tanah itu terlalu jauh letaknya sehinggah sulit bagi nazhir
mengelolanya.
2. Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi Pasca UU No 41 Tahun 2004.
Sebelum adanya UU wakaf, Wakaf di Kabupaten Muaro Jambi hanya
113
114
B. Implikasi
Adapun yang menjadi Implikasi dari penelitian ini adalah (1) Pengurus
BPH dakwah, wakaf dan kajian Islam perlu meningkatkan profesionalisme
sehingga pengelolaan tanah wakaf di Masjid al-Markaz sebagai potensi
ekonomi umat dapat terwujud. (2) Pengurus BPH dakwah, wakaf dan kajian
Islam perlu memaksimalkan fungsi-fungsi manajemen yaitu: Planning
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan)
serta Controling (Pengendalian dan Pengawasan) sehingga efesiensi dan
efektivitas dapat tercapai. (3) Perlu adanya usaha untuk dapat
menghadapai tantangan dan hambatan yang menghadang
program/kegiatan BPH dakwah, wakaf dan kajian Islam.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas ,serta untuk
lebih meningkatkan pengelolaan dan penggunaan harta wakaf lebih baik
115
D. Saran
1. Kepada Manajemen Pengurus wakaf BIMAS Islam Kabupaten Muaro
Jambi
Dalam rangka mewujudkan penggunaan dan harta wakaf menjadi
berguna maka KASI BIMAS Islam harus: Pertama pihak manajemen harus
sering mengontrol apakah nazhir wakaf sudah mengelola harta wakaf
dengan semestinya atau belum. Kedua, pihak BIMAS Islam harus
melakukan penyuluhan atau menyampaikan kepada semua nazhir tentang
hak dan kewajibannya dalam mengelola harta wakaf. Ketiga, BIMAS Islam
harus mendata ulang kembali jumlah tanah wakaf dan penggunaanya di
Kabupaten Muaro Jambi supaya tahu apakah ada penambahan harta wakaf
atau tidak.
2. Kepada Nazhir Wakaf
Dari kesimpulan diatas bahwa pengelolaan harta wakaf oleh nazhir
masih kurang optimal nazhir seharusnya melakukan: Pertama, nazhir
116
harus mengelola harta wakaf sesuai dengan yang wakif inginkan. Kedua,
nazhir harus terus berfikir dan belajar bagaimana supaya harta wakaf ini
menjadi lebih bermanfaat sesuai dengan tujuannya untuk kepentingan dan
kemaslahatan masyarakat. Ketiga, Jika amanat yang disampaikan wakif
untuk membuat masjid maka buatlah mesjid dan kelola mesjidnya dengan
sebaik mungkin. seperti membuat acara keagamaan dimesjid, pengajian
anak- anak dan kegiatan keagamaan lainnya yang intinya nazhir harus
berusaha memakmurkan masjidnya.
117
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Ahmad bin Husein bin Ali Al- Baihaqi, Kitabul Sunanil
Kubro, Kitabul Waqfi. Hadits 11574
Al- haritsi Jaribah bin Ahamad., Fikih Ekonomi Umar Bin Al- Khatab
Edisi Indonesia, Cet. III (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2014).
El- Madani Tim, Tata Cara Pembagian Waris dan Pembagian Wakaf (
Yogyakarta: Medpress Digital, 2014)
Fatah Idris Abdul dan Ahmadi Abu, Fikih Islam (Jakarta: PT Rineka
Cipta 2004)
https://jambi.antaranews.com/berita/303769/tanah-wakaf-di-
muarojambi-diduga-banyak-bermasalah. Di Akses Pada Tanggal 13
Desember 2017
Muhammad Amin Bin Umar( Ibnu Abidin), Furu’ul Fiqhi Hanafi Raddul
Mukhtar ‘Ala Daril Mukhtar,Juz IV, 1412 h 1992 M.
Syaikh Shalih Bin Abdul Aziz Alu Asy- Syaikh, Fikih Muyassar (
Jakarta: Darul Haq, 2016),
Umar bin Ali bin Ahmad Al- Ansori Ibnu Mulkin, I’lamu Bafawaidil
Umadatil Ahkam, Juz VII Kitabul Buyu
Zuhdi Masjfuk., Studi Islam Jilid III Muamalah, Cet II, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1993).
Wawancara dengan Drs. Zainal Arasy selaku Kepala KUA Jambi Luar
Kota
Informasi Diri
Ahmad Mutawalli dilahirkan di Desa Mersam,
Kecamatan Mersam, Kabupaten Batang Han Jambi,
Jambi pada 28 Agustus 1992. Putra dari Husin dan
Rodia.
Riwayat Pendidikan
Memperoleh Ijazah Sarjana Ekonomi Syariah dari IAIN STS Jambi pada
tahun 2005, Ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) Ponpes Zulhijah pada
tahun 2010, Ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ponpes Zulhijah
pada tahun 2007, dan memperoleh Ijazah Sekolah Dasar (SD) No. 91/I
Mersam pada tahun 2004.