Anda di halaman 1dari 98

PENERAPAN TEKNIK CLIENT CENTER COUNSELING

DALAM MELATIH KEKUATAN MENTAL PECANDU NAPZA


(Studi Kasus di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Serang Banten)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Pada Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Oleh:
INAH IDOFAH
NIM: 161340110

FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTAN MAULANA HASANNUDIN BANTEN
TAHUN AJARAN 2018-2019
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Bimbingan Konseling Islam
pada Fakultas Dakwah Univeristas Islam Negeri Sultan Maualana Hasanuddin Banten ini
sepenuhnya asli merupakan hasil karya tulis ilmiah pribadi.

Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini telah saya
sebutkan kutipannya secara jelas sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di bidang penulisan
karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa sebagian atau seluruh isi skripsi ini merupakan
hasil pernuatan plagiarisme atau mencotek karya tulis orang lain, saya bersedia untuk menerima
sanksi akademik lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Serang, 20 November 2020


Penulis

Inah Idofah
NIM. 161340110

i
ABSTRAK
Nama: Inah Idofah, NIM: 161340110, Judul Skripsi: Penerapan Teknik Client Center
Conseling dalam melatih kekuatan mental pecandu NAPZA (Studi kasus di Yayasan Bani Syifa
Pamarayan Bendung Baru, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang Banten), Jurusan Bimbingan
Konseling Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Penyalahgunaan narkoba pada saat ini sudah menjadi masalah global yang mengakibatkan
dampak buruk pada sendi-sendi kehidupan masyarakat, di antaranya aspek kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, kehidupan sosial, dan keamanan. Narkotika yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai
akibat yang beraneka ragam salah satunya adalah dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-
baik, selain itu biasanya pecandu narkoba akan bersikap anti sosial. Dengan menggunakan teknik client
center counseling untuk membantu melatih mental pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa dalam
menghadapi stigma negatif keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana
gambaran umum Yayasan Bani Syifa? 2). Bagaimana kondisi pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani
Syifa? 3). Bagaimana penerapan dan dampak teknik Clien Center Counseling terhadap pecandu NAPZA
di Yayasan Bani Syifa?. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan pendekatan deskriptif,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian
dilapangan yaitu datanya diambil langsung dari lokasi penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan
desember 2019 sampai November 2020, Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 5 orang (Tiga
orang laki-laki, dan 2 orang perempuan). Responden adalah pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani
Syifa Bendung Baru Pamarayan Serang Banten.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: pertama, kondisi mental
pecandu NAPZA dari kelima responden ZDN, CC, RD, LD dan AB merasa tidak percaya diri, cemas, dan
depresi. Penerapan teknik client center counseling menggunakan 3 tahap yaitu pendekatan (attending),
menggali permasalahan responden dan bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah
yang dihadapi responden, menegaskan sikap yang harus di ambil oleh responden serta memberikan
arahan dan motivasi dengan sugesti yang baik untuk kehidupannya dalam menyelesaikan
permasalahannya. Selain itu ada proses konseling yang dilakukan oleh bidang sosial dan BNN melalui
proses penyuluhan yang dilaksanakan pada hari senin dan rabu, yang bertujuan untuk melatih mental
pasien agar lebih percaya diri dan bersabar.

Kata kunci: Teknik Client Center Counseling, Kekuatan Mental, Pecandu NAPZA

ii
ABSTRACT
Name: Inah Idofah, NIM: 161340110, Thesis Title: Application of Client Center Counseling
Technique in training the mental strength of drug addicts (Case study at the Bani Syifa Pamarayan
Bendung Baru Foundation, Cikeusal District, Serang Banten Regency), Islamic Counseling Department,
Faculty of Da'wah, Sultan Maulana Hasanuddin State Islamic University, Banten.
Currently, drug abuse has become a global problem that has a negative impact on the joints of
people's lives, including aspects of health, education, work, social life and security. abused narcotics can
have various and varied consequences, one of which is being excluded from society and the association of
good people. In addition, usually drug addicts will be anti-social. By using client center counseling
techniques to help mentally train patients with drug addicts at the Bani Syifa foundation in facing the
negative stigma of family and society.
Based on the description above, the problem formulations in this study are: 1). What is an
overview of the Bani Syifa Foundation? 2). How is the condition of a drug addict patient at the Bani Syifa
Foundation? 3). How is the application and impact of the Clien Center Counseling technique on drug
addicts at the Bani Syifa Foundation ?. The method used is a qualitative method and a descriptive
approach, using data collection techniques, interviews, observations, and documentation. Field research,
namely the data taken directly from the research location. The research was conducted from December
2019 to November 2020, the number of respondents in this study was 5 people (three men and 2 women).
Respondents were patients with drug addicts at the Bani Syifa Foundation Bendung Baru Pamarayan
Serang Banten.
Based on the research conducted, it can be concluded that: first, the mental conditions of drug
addicts from the five respondents ZDN, CC, RD, LD and AB feel insecure, anxious, and depressed. The
application of the client center counseling technique uses 3 stages, namely the approach (attending),
exploring the respondent's problems and jointly discussing and equating perceptions of the problems
faced by the respondent, emphasizing the attitude that the respondent must take and providing direction
and motivation with good suggestions for his life in solving the problem. In addition, there is a counseling
process carried out by the social sector and the National Narcotics Agency (BNN) through a counseling
process carried out on Monday and Wednesday, which aims to train patients' mental self-confidence and
be more patient.
Keywords: Client Center Counseling Technique, Mental Strength, Drug Addicts

iii
MOTTO HIDUP

‫َو ََل تَ ِہنُ ۡوا َو ََل تَ ۡح َزنُ ۡوا َو اَ ۡنتُ ُم ۡاَلَ ۡعلَ ۡو َن اِ ۡن ُک ۡنتُمۡ ُّم ۡؤ ِمنِ ۡی َن‬
“ Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman”.

(QS. Ali Imran: 139)

iv
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah terimakasih atas nikmat dan karuniamu ya Rabb-Ku. Skripsi ini saya
persembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta bapak Suwarto dan ibu Romlah.
Selesainya skripsi ini adalah sebagian dari harapan kedua orang tua saya. Teruntuk kedua orang
saya terimakasih telah menjadi penyemangat saya, yang tiada hentinya selalu mendoakan saya,
yang rela banting tulang bekerja demi masa depan anak-anaknya.
Terimakasih untuk seluruh keluarga besar Almarhum bapak Astaja yang selalu menyemangati
saya sampai selesainya skripsi ini, dan terimakasih kepada sahabat-sahabat saya yang selama ini
sudah memberi semangat, membantu dan mendukung saya semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan kalian.

‫آ ِم ْين‬

v
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Inah Idofah, lahir di Tangerang, 23 Februari 1998, penulis beralamat di
Kampung Sumur Waru, Desa Tamiang, RT/RW 008/002, Kecamatan Gunung kaler, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Suwarto dan Ibu Romlah.

Jenjang pendidikan formal yang ditempuh Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gandaria 1 lulus
pada tahun 2010, Madrasah Tsanawiyah (MTS) Miftahul Huda di Pesantren Modern Tarbiyatul
Mubtadiin Pasir Nangka Tigaraksa Tangerang Banten, lulus pada tahun 2013. Dan melanjutkan
Madrasah Aliyah (MA) Miftahul Huda di Pesantren Modern Tarbiyatul Mubtadiin Pasir Nangka
Tigaraksa Tangerang Banten, lulus pada tahun 2016. Kemudian penulis melanjutkan ke
perguruan tinggi Universitas Islan Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, mengambil
jurusan Bimbingan Konseling Islam pada Fakultas Dakwah. Selama menjadi mahasiswi di
perguruan tinggi tersebut, penulis pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Tangerang
(HIMATA) sebagai organisasi eksternal menjadi Bendahara Umum, dan di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) bagian Sarana Informasi Gema Mahasiswa (SIGMA) sebagai organisasi
internal menjadi anggota.

Demikian riwayat hidup penulis jalani selama menjadi mahasiswi Universitas Islam
Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten Fakultas Dakwah.

vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir
zaman.
Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: Penerapan Teknik Client Center Counseling Dalam
Melatih Kekuatan Mental Pecandu NAPZA (Studi Kasus Di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru
Pamarayan Serang Banten)
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, kelemahan dan masih
jauh dari kata kesempurnaan. Namun demikian penulis berharap semoga dengan adanya skripsi
ini mudah-mudahan dapat membawa manfaat yang besar dan beguna khususnya bagi diri penulis
sendiri, pembaca dan masyarakat pada umumnya sebagai bahan pertimbangan dan khazanah
ilmu pengetahuan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Fauzul Iman, M.A; Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten yang telah mengelola dan mengembangkan UIN Sultan Maualana
Hasanuddin Banten.
2. Bapak Dr. H. Suadi Sa’ad; Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin Banten, yang telah mendorong penyesuaian Program Studi dan
skripsi penulis.
3. Bapak H. Agus Sukirno, M.Pd; Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Islam
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, yang telah memberikan
arahan, mendidik, dan memberikan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Iwan Kosasih, S.Kom, M.MP.d, Sekretaris Program Studi Bimbingan Konseing
Islam yang telah memotivasi dan memberikan arahan kepada peneliti.
5. Bapak Dr, Erdi Rujikartawi, M.Si; Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikirannya dalam membantu penulis menyusun skripsi ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang direncakanan.

vii
6. Bapak Ahmad Fadil, Lc.,M.Hum; Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasinya kepada penulis dengan penuh kesabaran, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, terutama yang telah
mengajar dan mendidik penulis selama kuliah di sini, pengurus staf administrasi Program
Studi Bimbingan Konseling Islam, dan pengurus perpustakaan Umum yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada peneliti.
8. Seluruh keluarga, terutama Ayahanda dan ibunda tercinta terimakasih atas do’a yang tak
henti-hentinya dipanjatkan untuk saya.
9. Responden yang telah bersedia menjadi klien selama proses penelitian serta memberikan
informasi kepada peneliti.
10. Sahabat serta rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang selalu menemani
dan telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama penyusunan skripsi.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT peneliti memohon agar seluruh pihak yang
membantu dalam penyusunan skripsi ini dibalas dengan kebaikan serta keberkahan dalam
hidupnya agar senantiasa selalu berbuat kebaikan bagi sekitarnya. Peneliti berharap kiranya
karya tulis ini turut mewarnai khazanah ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Serang, 25 Januari 2021


Penulis

Inah Idofah
NIM. 161340110

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................................................................. i


ABSTRAK........................................................................................................................................................ ii
ABSTRACT..................................................................................................................................................... iii
MOTTO HIDUP ............................................................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... ix
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................................................ 5
E. Studi Pustaka..................................................................................................................................... 6
F. Kerangka Teori .................................................................................................................................. 8
G. Metode Penelitian .......................................................................................................................... 19
H. Sistematika Penulisan ..................................................................................................................... 23
BAB II ........................................................................................................................................................... 25
GAMBARAN OBJEKTIF YAYASAN BANI SYIFA .............................................................................................. 25
I. Sejarah Yayasan Bani Syifa .............................................................................................................. 25
J. Kondisi dan Jumlah Pasien Yayasan Bani Syifa .............................................................................. 26
BAB III .......................................................................................................................................................... 34
Kondisi Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa .................................................................................... 34
A. Profil dan Latar Belakang Responden ............................................................................................. 34
K. Kondisi Mental Pasien Pecandu NAPZA Sebelum Penerapan Teknik Client Center Counseling .... 39
L. Faktor Penyebab Penyalahguna NAPZA Pasien Pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa ................. 42
BAB IV.......................................................................................................................................................... 48
PENERAPAN TEKNIK CLIENT CENTER COUNSELING .................................................................................... 48

ix
TERHADAP PASIEN PECANDU NAPZA ........................................................................................................ 48
M. Penerapan Teknik Client Center Counseling Kepada Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa
48
N. Hasil Dan Dampak Penerapan Client Center Counseling Kepada Pasien Pecandu NAPZA ............. 63
O. Kendala Dalam Melakukan Penerapan Teknik Client Center Counseling Kepada Pasien Pecandu
NAPZA ..................................................................................................................................................... 68
BAB V........................................................................................................................................................... 70
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 70
A. Kesimpulan...................................................................................................................................... 70
B. Saran ............................................................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................................................................ 80

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkoba pada saat ini sudah menjadi masalah global yang
mengakibatkan dampak buruk pada sendi-sendi kehidupan masyarakat, di antaranya
aspek kesehatan, pendidikan, pekerjaan, kehidupan sosial, dan keamanan. Istilah narkoba
bukanlah istilah kedokteran atau psikologi. Istilah itu, walaupun sering digunakan
institusi resmi (termasuk pemerintah), bahkan digunakan dalam undang-undang, hanya
merupakan singkatan dari kata-kata “narkotika” dan obat-obat berbahaya”. Dalam ilmu
kedokteran narkotika dan obat-obat berbahaya justru sering digunakan untuk tujuan
pengobatan. Karena itu, yang berbahaya bukan narkoba itu sendiri, melainkan
penyalahgunaan narkoba untuk tujuan-tujuan lain di luar tujuan kedokteran.
Istilah “narkotika” berasal dari kata Yunani “narkosis” yang dikemukakan oleh
bapak ilmu kedokteran, Hipokreates, untuk zat-zat yang menimbulkan mati rasa atau rasa
lumpuh. Dalam undang-undang AS, yang dimaksud dengan narkotika adalah opium,
variasi dari opium (kodein, heroin, atau awam menyebutnya “putau”), termasuk zat
sintesis (morphin), dan kokain (disebut juga “koka”). Marijuana (awam “ganja”),
walaupun di Indonesia dilarang oleh undang-undang dan digolongkan sebagai narkotika,
sebetulnya bukan tergolong narkotika, baik dari sudut struktur kimia zat itu, maupun dari
dampak pemakaiannya (hanya menimbulkan ketergantungan, tidak mematikan). Belanda
adalah salah satu negara melegalkan marijuana. LSD (Lysergyc Acid Diethylamide)
dikenal juga dengan nama inex, sabu-sabu dan obat-obat psikedelik lain yang memberi
efek euphoria (perasaan senang, riang, nyaman yang semu) juga bukan termasuk jenis
narkotika, walaupun dampaknya lebih serius daripada ganja (bisa menimbulkan reaksi
paranoid jika berhenti menggunakannya). Di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat
dan beberapa negara lain, minuman keras (alkohol) juga dikontrol ketat karena
dampaknya bisa sangat berbahaya (alcoholism) jika digunakan secara berlebihan atau
dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Di Indonesia, walaupun ada undang-undang

1
anti alkohol, pengawasannya dalam praktik tidak terlalu ketat, karena dampak sosialnya
tidak segawat narkotika. 1
Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana dimaksud dalam lampiran undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Zat adiktif adalah obat
serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat
menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit
dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan
dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa atau zat yang bukan
narkotika dan psikotropika terapi menimbulkan ketagihan. 2
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), Provinsi Banten menempati
peringkat keenam jumlah pengguna narkoba terbanyak di Indonesia sepanjang tahun
2017. Jumlahnya mencapai 170.444 orang. “Berdasarkan data BNN, pengguna narkoba
di Indonesia mencapai 3,3 juta jiwa dan terus meningkat tiap tahunnya. Banten berada di
urutan keenam dari 34 provinsi,” kata Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
BNN Provinsi Banten AKBP Abdul Majid kepada Radar Banten, Senin (30/7). Banten,
lanjut Majid, termasuk daerah yang rawan peredaran narkoba di Indonesia. Lima provinsi
lain yang rawan peredaran narkoba, yaitu Provinsi Jawa Barat dengan jumlah pengguna
narkoba sebanyak 645.482 orang, disusul Jawa Timur jumlah pengguna narkoba
sebanyak 492.157 orang, Jawa Tengah jumlah pengguna narkoba sebanyak 284.186
orang, DKI Jakarta jumlah pengguna narkoba sebanyak 260.656 orang, dan Sumatera

1
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet, 4, h.
268.
2
Pekerja sosial, konselor adiksi dan tenaga kesejahteraan sosial pada rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan napza.

2
Utara jumlah pengguna narkoba sebanyak 256.657 orang. “Selama 2017 tercatat
ada 983 kasus yang berhasil diungkap di Banten, dengan 1.253 tersangka,” ujar Majid. Ia
mengungkapkan, dengan menempati urutan keenam daerah terbanyak penyalah guna
narkoba, Provinsi Banten termasuk daerah darurat narkoba di Indonesia. Dibandingkan
dengan tahun 2016, terjadi kenaikan pengguna narkoba sekitar 1,83 persen. “Jumlah
pengguna narkoba tahun 2016 di Banten sebanyak 155.693 orang. Tahun 2017
mengalami peningkatan. Target kita tahun ini bisa turun,” ungkap Majid. Berdasarkan
data pengungkapan kasus narkotika yang dilakukan kepolisian sepanjang 2017 di Banten,
wilayah Kabupaten Tangerang yang paling rawan peredaran narkotika. Data dari Polres
Metro Tangerang, ada 384 kasus dengan 465 tersangka, disusul Polres Kota Tangerang
dengan 210 kasus dan 247 tersangka, selanjutnya Polres Cilegon dengan 74 kasus dan 87
tersangka. “Adapun barang buktinya untuk ganja lebih dari 11 juta gram, sabu 744 gram,
tembakau Gorilla 637 gram,” ungkapnya.3 Penyalahgunaan narkotika di daerah paling
barat di Pulau Jawa tersebut, didominasi generasi muda dengan angka 170.000
pencandu narkoba. Hal itu dikatakan Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang saat
mendatangi Pondok Pesantren Al-Falahiyah, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang,
Senin (8/4/2019). "Provinsi Banten masuk dalam deretan sepuluh besar pada peringkat
penyalahgunaan narkotika. Dari data yang kami terima, Provinsi Banten itu berada
diperingkat keenam penyalahgunaan narkotika di Indonesia, yang didominasi
oleh generasi muda dengan angka 170 ribu pencandu narkoba," ujarnya.4
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Heru Winarko
menyebutkan, ada peningkatan peredaran narkoba selama tahun 2019 dari tahun
sebelumnya sebesar 0,03 persen. Pengguna paling banyak berusia 15 hingga 65 tahun dan
menembus angka tiga juta orang. "Jadi narkoba ini bukan hanya di Indonesia ya, di
seluruh dunia hampir sama. Tapi di Indonesia kita meningkat 0,03 persen. Lebih kurang

3
Radar Banten, 170 Ribu Penyalah Guna Narkoba Ada di Banten, https://www.radarbanten.co.id/170-ribu-
penyalah-guna-narkoba-ada-di-banten/, dikases pada Selasa 18 Agustus 2020, Pukul 20:07 wib
4
Kabar Banten, 17.000 Generasi Muda di Banten Jadi Pecandu Narkoba,
https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/seputar-banten/pr-59617551/17000-generasi-muda-di-banten-jadi-
pecandu-narkoba, diakses pada Rabu 19 Agustus 2020, Pukul 13:18 WIB.

3
jumlahnya 3.600.000 yang menggunakan (narkoba) di Indonesia ini," kata Heru di
Kantor Kemenko Polhukam, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis
(5/12/2019). Heru menjelaskan, sejauh ini jenis narkoba yang paling banyak digunakan di
Indonesia adalah ganja. Pengguna ganja mencapai 63 persen. Oleh karena itu, BNN saat
ini tengah fokus membabat habis ladang ganja di Aceh dan kawasan lainnya. "Kalau
jaringan lokalnya itu bisa macam-macam, kalau lokal biasanya di daerah tujuan
penyelundupan, di daerah pemasaran atau marketnya, Kalimantan kolaborasi dengan
Sulawesi, tetapi juga berkolaborasi dengan sindikat yang ada di Sumatera dan juga sangat
memungkinkan untuk menyebar terus ke Jawa Timur dan Jakarta," bebernya. Sedangkan
sindikat internasional, sumber barang narkoba banyak dari Myanmar, Laos, dan Thailand,
walaupun masuknya biasanya tetap transit Malaysia.5
ZDN adalah salah satu pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa, ia adalah
anak pertama dari dua bersaudara. Semenjak sekolah ia bergaul di lingkungan yang
‘negatif’, sehingga ia masuk ke lingkungan yang tidak baik yakni bergabung dengan
orang-orang pecandu NAPZA. Sejak keluarga mengetahui bahwa ZDN adalah seorang
pemakai narkoba, muncul perasaan ketidakpercayaan dan stigma-stigma negatif keluarga
terhadap anaknya ZDN. Hal ini akhirnya mempengaruhi mental ZDN selama proses
rehabilitasi, ZDN mengalami depresi, cemas, dan tidak percaya diri.6 Selain itu juga
dampak dari narkoba ini, pengguna dapat diasingkan dari lingkungan terdekat terutama
keluarga. Oleh kerena itu diperlukannya melatih mental seorang pecandu terhadap stigma
negatif keluarga. Dengan demikan penulis tertarik menerapkan teknik Client Centre
Counseling dalam melatih kekuatan mental pecandu NAPZA untuk dijadikan judul
skripsi.

5
Liputan 6, Kepala BNN: Pengguna Narkoba pada 2019 Tembus 3,6 Juta Orang,
https://www.liputan6.com/news/read/4127338/kepala-bnn-pengguna-narkoba-pada-2019-
tembus-36-juta-orang, diakses pada Rabu 19 Agustus 2020, Pukul 13:46 WIB.
6
Zdn, Pasien Rehabilitas Yayasan Bani Syifa Kecamatan Cikeusal Kab. Serang, Wawancara dengan Inah
Idofah di Yayasan,,. Tanggal 02 Oktober 2019.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditemukan di atas, selanjutnya penulis akan


merumuskan tentang permasalahan yang ada, antara lain yaitu:
1. Bagaimana gambaran umum Yayasan Bani Syifa?
2. Bagaimana kondisi pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa?
3. Bagaimana penerapan dan dampak penerapan teknik Client Center Counseling
terhadap pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran umum Yayasan Bani Syifa


2. Untuk mengetahui kondisi pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa
3. Untuk mengetahui penerapan dan dampak penerapan teknik Client Center Counseling
terhadap pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan
beberapa konstribusi dan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut
1) Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi keilmuan pada Jurusan
Bimbingan Konseling Islam, terutama berkaitan dengan psikologi pecandu
NAPZA di Yayasan Bani Syifa, serta melatih kekuatan mental pasien pecandu
NAPZA di Yayasan Bani Syifa terhadap stigma negatif keluarga.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan sebagai upaya melatih
kekuatan mental pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa.
c. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat luas dan
sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian
tentang melatih kekuatan mental seorang pecandu NAPZA terhadap stigma
keluarga.
2) Manfaat praktis

5
a. Penelitian ini diharapkan membantu Yayasan Bani Syifa dalam
mengembangkan dan melaksanakan program-programnya khususnya yang
berkaitan dengan melatih mental pasien pecandu NAPZA terhadap stigma-
stigma keluarga maupun lingkungan masyarakat.
b. Bagi lembaga Yayasan Bani Syifa hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan bekal untuk pengawasan program yang dibuat oleh pengurus.

E. Studi Pustaka

Pembahasan dan penelitian mengenai penerapan teknik Client Center Counseling


dalam melatih kekuatan mental pecandu NAPZA telah banyak di lakukan oleh penulis
sebelumnya, penelitian yang dimaksud antara lain:
Pertama, skripsi dengan judul “Terapi al-quran dalam proses pemulihan pecandu
narkoba. studi kasus di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Serang Banten”.
Peneliti ini ditulis oleh Husnul Maula mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling
Islam Fakultas Dakwah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten 2017. Pokok
permasalahan pada skripsi ini adalah: 1) Bagaimana kondisi psikologis pecandu narkoba
di Yayasan Bani Syifa? 2) Bagaimana penerapan terapi Al-Quran terhadap pecandu
narkoba di Yayasan Bani Syifa? 3) Bagaimana efektivitas terapi Al-Quran di Yayasan
Bani Syifa?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana
kondisi psikologis pecandu narkoba di Yayasan Bani Syifa, 2) Untuk mengetahui
bagaimana penerapan terapi Al-Quran terhadap pecandu narkoba di Yayasan Bani Syifa,
3) Untuk mengetahui bagaimana efektivitas terapi Al-Quran di Yayasan Bani Syifa
Dalam skripsi ini, Maula menjelaskan bahwa proses pemulihan dengan terapi Al-Quran
ini melakukan ruqiyah dengan menggunakan bacaan syar’i, perbanyak membaca
istighfar, doa, dan dzikir. Sedangkan penelitian yang saya akan lakukan adalah melatih
kekuatan mental pecandu napza terhadap stigma negative keluarga atau masyarakat
terdekat dengan menggunakan teknik Client Center Counseling. Tujuan Client Center
Counseling adalah membantu konseli untuk menemukan konsep dirinya yang positif
melalui komunikasi konseling. Dengan teknik ini peneliti akan menunjukkan kehangatan

6
dan penerimaan yang tulus sehingga klien dapat mengemukakan masalahnya atas
kesadarannya sendiri
Skripsi yang kedua ditulis oleh Lestri Nurratu mahasiswi Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang 2015, yang berjudul “Bimbingan Dan Konseling Dalam Pembinaan
Mental Remaja Eks Penyalahgunaan Narkoba Di Balai Rehabilitasi Sosial Eks
Penyalahgunaan Napza Mandiri Semarang”. Pokok masalah dalam penelitian skripsi
penulis adalah (1) bagaimana keadaan mental remaja eks penyalahguna narkoba? (2)
bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di Balai Rehabilitasi Sosial Eks
Penyalahguna Napza Mandiri Semarang? (3) bagaimana analisis bimbingan konseling
Islam dalam pembinaan mental remaja eks penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi
Sosial Eks Penyalahguna Napza Mandiri Semarang?. Penelitian ini bertujuan (1) untuk
mengetahui keadaan mental remaja eks penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi
Sosial Eks Penyalahguna Napza Mandiri Semarang. (2) untuk mendeskripsikan
pelaksanaan bimbingan konseling bagi remaja eks penyalahgunaan narkoba di Balai
Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahguna Napza Mandiri Semarang. (3) untuk menganalisis
pembinaan mental remaja eks peyalahguna narkoba dengan analisis bimbingan konseling
Islam. Skripsi ini membahas tentang penyalaguna narkoba yang mengalami beberapa
gangguan mental seperti keadaan emosi yang tidak terkendali, sering berkelahi, sering
mencuri, berbicara kasar, dan minat untuk belajar rendah. Upaya pembinaan mental
penyalahgunaan narkoba yang dilakukan meliputi materi sosial, metode langsung dan
tidak langsung antara pekerja sosial dan klien, serta melakukan Bimbingan Konseling
Islam yang ditekankan pada fungsi dan tujuan BKI, yaitu mencegah meluasnya
penyalahgunaan narkoba di masyarakat, membantu individu/korban agar kondisinya
menjadi lebih baik dan tidak menimbulkan masalah kembali. Bedanya dengan penelitian
yang akan saya lakukan adalah melatih kekuatan mental pecandu napza terhadap stigma
negatif keluarga maupun masyarakat.
Skripsi yang ketiga ditulis oleh Sofiah Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Ushuluddin Dakwah dan Adab Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten 2016, yang berjudul “Pendekatan Konseling Dengan Metode Zikir
Dan Deep Breathing Pada Pasien Penyalahguna Narkoba”. Pokok masalah dalam

7
penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pelaksanaan Konseling Islami dengan metode zikir
dan deep breathing pada pasien penyalahgunaan narkoba di Dhira? 2) Bagaimana hasil
konseling Islami di Dhira Sumantriwintoha terhadap pasien penyalahgunaan narkoba?.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pelaksanaan Konseling
Islami dengan metode dzikir dan deep breathing pada pasien penyalahgunaan narkoba di
Dhira Sumantriwintoha 2) Untuk mengetahui hasil eksperimen konseling Islami di Dhira
Sumantriwintoha terhadap pasien penyalahgunaan narkoba. Skripsi ini membahas
pendekatan konseling keislaman pasien penyalahguna narkoba, dalam penelitiannya
menggunakan materi konseling Islam yang bersumber dari Al-qur‟an dan As-sunnah.
Objek pendekatan konseling Islam adalah proses pertolongan yang tidak hanya
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan sosial, akan tetapi mencakup upaya
mengajak dan menyeru untuk membangkitkan kesadaran dan spiritual keislaman
penyalahguna narkoba, sehingga penyalahguna narkoba dapat mengambil hikmah akhirat
dan duniawi sehingga pasien mendapatkan makna kebahagiaan hidup yang hakiki di
dunia dan akherat. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah melatih kekuatan
mental pecandu napza terhadap stigma negatif keluarga dengan menggunakan teknik
Client Centre Counseling.

F. Kerangka Teori

a. Pengertian kekuatan mental

Kekuatan mental adalah membuat kita mampu bertahan dalam segala situasi dan
kondisi dalam mencapai tujuan kita. Kekuatan mental merupakan kombinasi unik antara
gairah, keuletan, dan stamina yang memungkinkan kita untuk tetap berpegang pada
tujuan hingga menjadi kenyataan. Kekuatan mental adalah mengembangkan kemampuan
menghadapi gangguan, ancaman dalam keadaan bagaimanapun juga, baik yang datang
dari dalam dirinya maupun dari luar.

Kekuatan mental merupakan istilah yang sudah lama dibicarakan tapi sering
disalahpahami. Untungnya, dalam 12 tahun terakhir, para peneliti mulai mempelajari
fenomena ini, meskipun ada perbedaan diantara para peneliti. Kekuatan mental

8
tampaknya mengandung 4 atribut penting termasuk motivasi, mengatasi tekanan,
konsentrasi, dan kepercayaan diri, dalam hal mengembangkan kekuatan mental, salah
satu cara untuk mendekati perkembangannya adalah dengan mempertimbangkan bahwa
hal itu terkadang diajarkan dan terkadang ditangkap. Mengajar kekuatan mental
melibatkan upaya yang disengaja untuk melatih keterampilan mental tertentu (misalnya,
penetapan tujuan, relaksasi, fokus) sedangkan kekuatan mental hanya ditangkap karena
pengaruh lingkungan (misalnya, memiliki saudara kandung yang usianya lebih tua tetapi
mendorong anda untuk lebih kompetitif dan untuk terus berusaha meningkatkan). (Jones,
Hanton, Connaughton). Secara kolektif, temuan dari studi ini menunjukkan cukup banyak
konsistensi tentang apa yang merupakan kekuatan mental (misalnya, mengatasi tekanan,
kepercayaan diri, dedikasi dan komitmen, tanggung jawab pribadi).

b. Dasar-dasar Kekuatan Mental

Seperti yang baru saja disebutkan, meskipun berbagai model dan kerangka
kekuatan mental telah dikembangkan, Jones dan Moorehouse memberikan kerangka kerja
praktis yang berguna berdasarkan atribut penelitian kekuatan mental yang
mengkategorikan berbagai atribut ke dalam 4 dasar kekuatan mental (yaitu, motivasi,
kepercayaan diri, fokus perhatian, mengatasi tekanan). Dari perspektif praktis, empat
dasar kekuatan mental dapat memberikan kerangka kerja terstruktur untuk
mengidentifikasi strategi mengajar dan membangun kekuatan mental. Keempat dasar
tersebut dijelaskan di bawah dan kemudian digunakan untuk menawarkan strategi praktis
tentang bagaimana membangun kekuatan mental dengan mengajarkan keterampilan
mental atau menciptakan lingkungan yang sesuai (misalnya, fisik, mental emosional,
sosial). Adapun 4 dasar tersebut sebagai berikut:

1. Motivasi
Menyadari bahwa jenis motivasi dan strategi motivasi tertentu lebih
kondusif daripada yang lain untuk kinerja yang optimal, dasar ini berpusat
pada tingkat dan jenis motivasi optimal yang diperlukan untuk mencapai
tujuan (Jones; Hanton; Connaughton, Weinberg; Butt; Culp).
2. Percaya Diri

9
Dianggap sebagai salah satu karakteristik kekuatan mental yang paling
penting (Gucciardi, Gordon, Dimmock, Jones; Hanton, Connaughyon). bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan mereka. Menurut Jones
dan Moorhouse, keyakinan yang kuat pada diri sendiri ini kuat secara mental
untuk mengambil risiko, belajar dari kritik, mengendalikan pikiran dan
perasaan yang tidak diinginkan, dan mengharapkan hal-hal baik akan terjadi
di masa depan.
3. Fokus Perhatian
Mampu memusatkan perhatian mereka pada isyarat yang relevan di
lingkungan dan mempertahankan fokus itu meskipun ada gangguan. (Jones,
Hanton, Connaughton, Gucciardi, Gordon, Dimmock).
4. Mengatasi Tekanan
Dasar ini berkaitan dengan kemampuan untuk bekerja dibawah tekanan
dengan mengontrol jumlah dan sifat stres yang dialami (Jones; Moorhouse).
Berbagai aspek tekanan yang berkaitan dengan kekuatan mental termasuk
mengatasi kesulitan secara efektif, tetap tenang dibawah tekanan dan
menerima bahwa kecemasan tidak bisa dihindari, berkembang di bawah
tekanan, dan menafsirkan kecemasan sebagai fasilitatif untuk kinerja
(Gucciardi, Gordon, Dimmock, Jones, Hanton, Connaughton, Weinberg, Butt,
Culp).7
c. Self Confidence (Percaya diri)
Percaya diri yang proporsional dan percaya diri yang optimal adalah seseorang
akan merasa menjadi begitu yakin dapat mencapai tujuan, akan berusaha keras untuk
dapat melakukannya. Seseorang tidak akan selalu tampil baik, tetapi penting untuk
mencapai potensi. Keyakinan yang kuat akan membantu mengurangi kesalahan dan
dengan kesalahan akan berusaha untuk memperbaiki dan dapat menuju kesuksesan,
serta setiap orang memiliki tingkat percaya diri yang optimal. Enung Fatimah
menyebutkan beberapa ciri atau karakterisrik individu yang mempunyai rasa percaya
diri yang proporsional (optimal) yakni:

7
Robert Weinberg, Mental Toughness: What Is It And How To Build It, jurnal, ssz1h. 1-3 , Diakses pada14
Maret 2020, Pukul 15:56 WIB.

10
1. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi
diri sendiri.
2. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah
3. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain,
dan situasi di luar dirinya.
4. Memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan
situasi yang terjadi.8
d. Depresi
Simtom depresi bisa tampak dalam keseluruhan pribadi penderita, baik emosi,
fungsi-fungsi badan, perilaku, maupun pemikiran. Seiring dengan gejala umum itu,
penderita depresi sering merasa tidak punya harapan, putus asa, pikiran sehari-harinya
lebih banyak diisi dan sangat memfokuskan perhatiannya pada cacat, kelemahan, atau
kekurangannya. 9
1. Depresi Ringan
Depresi ringan melibatkan lebih dari sekadar perasaan sedih sementara.
Depresi ringan dapat menyebabkan perasaan putus asa, mudah marah, rasa
bersalah, tak bersemangat, sulit konsentrasi, kurang motivasi, rasa kantuk di
siang hari, insomnia, perubahan nafsu makan hingga keteledoran
2. Depresi Sedang
Dalam hal keparahan gejala, depresi moderat atau sedang adalah tingkat
yang lebih berat dari depresi ringan. Depresi sedang dan ringan memiliki
gejala yang hampir sama. Namun, biasanya depresi sedang dapat

8
Prof. Dr. dr. James Tangkudung SportMed. M.Pd, dkk, Mental Training, h. 165-169,
http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/buku_mental_training.pdf, diakses pada Jumat 21 Agustus 2020, Pukul
16:29 WIB
9
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal, (PT Refika Aditama Jl. Mengger Girang No.
98. Bandung), Cet. 5, h. 187.

11
menyebabkan masalah dengan harga diri, mengurangi produktivitas, terlalu
sensitif, khawatir berlebihan hingga merasa diri tak berguna.
3. Depresi Berat
Depresi berat dapat menyebabkan delusi, pingsan, halusinasi hingga
keinginan bunuh diri. Jangan tunda untuk berkonsultasi pada ahli, karena hal
ini dapat mengancam keselamatan diri sendiri. Biasanya untuk menangani hal
ini dokter akan melakukan serangkaian terapi.
e. Kecemasan
Kecemasan merupakan pengalaman perasaan yang menyakitkan serta tidak
menyenangkan. Orang yang dilanda kecemasan bisa mengganggu keseimbangan
pribadi seperti tegang, resah, gelisah, takut, gugup, berkeringat dan sebagainya.
Orang yang cemas merasakan dirinya terkungkung dan jauh dari perasaan bebas,
sehingga untuk mendapatkan rasa bebas maka orang harus keluar dari kecemasan.
Menurut May (dalam Corey, 1996: 179) kebebasan dan kecemasan adalah dua sisi
dari sekeping mata uang, banyak orang tidak sadar akan gagasan-gagasan yang kreatif
yang dimiliki karena inspirasi mereka itu dihalangi oleh kecemasan sebelum gagasan-
gagasan itu sampai kepada tingkat kesadaran. Oleh sebab itu maka kecemasan ini
perlu dikendalikan sehingga kecemasan tidak mengganggu kepribadian tetapi
sebaliknya menjadi sumber motivasi menuju ke arah kemajuan yang positif. 10
f. Teknik Melatih Kekuatan Mental
1. Kembangkan keyakinan yang tidak kuat
Tidak ada yang dilahirkan dengan keyakinan yang tidak kuat. Siapa pun
yang anda temui akan memiliki sifat ini karena mereka telah bekerja tanpa
lelah untuk membangunnya. Ketika hidup membuat anda jatuh, itu bisa
membuat kepercayaan diri menurun drastis. Jika anda tidak percaya pada
kemampuan diri untuk mengatasi suatu masalah, anda akan menyerah dan itu
tanda kegagalan pertama.

10
Skripsi Abdul Hayat, Kecemasan Dan Metode Pengendaliannya, (Skripsi Institut Agama Islam Negeri
Antasari, Jl. Ahmad Yani Km. 45 Banjarmasin,
https://www.researchgate.net/publication/_Kecemasan_dan_Metode_Pengendaliannya/ Kecemasan-dan-Metode-
Pengendaliannya.pdf, h. 53, diakses pada 17 November 2020, Pukul 23:12 WIB.

12
2. Bertanggung jawab untuk hidup
Ketika rasanya dunia mengalah pada anda, mudah untuk menyalahkan
dunia atas masalah yang anda hadapi, namun mengadopsi pola pikir ini hanya
berfungsi untuk melemahkan anda. Jika anda terus-menerus berkata, "Hal-
hal buruk selalu terjadi pada saya", hidup akan terus-menerus terasa seperti
perjuangan. Semesta mendengarkan, jadi berhati-hatilah dengan kata-kata
yang anda ucapkan.
3. Jadikan kemunduran untuk bertumbuh
Kemunduran tidak fatal atau permanen. Kadang-kadang anda harus
mencapai ambang emosional atau dasar sebelum kamu akhirnya siap untuk
mengubah hidup. Jika kamu merasa berada di bawah sekarang, kabar baiknya
adalah anda tidak bisa lebih rendah. Satu-satunya cara adalah bangkit.
Kemunduran menawarkan peluang besar untuk mengarahkan dan
memfokuskan kembali hidup anda, tetapi terserah anda untuk melihatnya
seperti itu. Dorong diri anda untuk membingkai ulang tantangan pada diri
sebagai peluang untuk pertumbuhan.
4. Kuasai emosi
Ketika segalanya berantakan, bagaimana reaksi anda? apakah kamu panik
dan kehilangan kendali, atau apakah anda duduk, menilai situasi dan
mengambil tindakan? anda tidak selalu bisa mengendalikan perasaan.
Perasaan dimaksudkan untuk dirasakan dalam totalitasnya. Satu-satunya hal
yang dapat anda kendalikan adalah bagaimana merespons perasaan diri.11
g. Pengertian Client Centered Counseling
Teori ini dikembangkan oleh Carl Rogers. Rogers menyebut dirinya sebagai
orang yang berpandangan humanistik dalam pandangan psikologi kontemporer. Ia
yakin bahwa dalam diri setiap orang terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan
tumbuh secara kreatif. Kegagalan dalam mewujudkan potensi-potensi ini disebabkan
oleh pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari latihan yang diberikan oleh

11
Putu Elmira, Cara Jitu untuk Meningkatkan Kekuatan Mental,
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3889842/4-cara-jitu-untuk-meningkatkan-kekuatan-mental, diakses pada
Jumat 21 Agustus 2020, Pukul 15:35

13
orangtua, serta pengaruh-pengaruh yang merugikan ini dapat diatasi apabila individu
menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri. Rogers yakin apabila tanggung
jawab ini diterima, maka kita akan segera melihat kalau saja represi dan perbudakan
yang meliputi seluruh dunia dapat dicegah munculnya seorang pribadi yang baru
“yang penuh kesadaran, mengarahkan dirinya sendiri, seorang penjajah dunia batin
daripada dunia luar, yang memandang rendah sikap serba tunduk pada kebiasaan-
kebiasaan dan dogma tentang autoritas”.12
Teknik Client Centered Counseling merupakan teknik konseling dimana yang
paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka
sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Adapun menurut Prayitno dan
Eman Amti terapi Client Centered adalah klien diberikan kesempatan menemukan
persoalan, dan pikiran-pikiran secara bebas. Pendekatan ini juga mengatakan bahwa
seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya memiliki potensi dan mampu
mengatasi masalahnya sendiri. 13
Menurut Gerald Corey dalam bukunya Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi terapi Client Center Counseling adalah cabang khusus dari terapi
humanistik yang menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif
dan fenomenalnya. Terapis berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan pribadi
kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan-
kesanggupan untuk memecahkan masalah. Pendekatan Client Center Counseling
menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan
terapi dan menemukan arahnya sendiri.14
h. Langkah-langkah Teknik Client Center Counseling
1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual

12
Norma Lumongga Lubis Hasnida, Konseling Kelompok, (JL. Tambra Raya No. 23 Rawamangun Jakarta
2016) cet. 1, hal. 129.
13
Prayitno dan Eman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta PT Asti Mahasatya, 2004), p.
300.
14
Gerald Corey, Teori dana Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung PT Refiks Aditama, 2013),
p.91.

14
Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan
memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang
melalui pemanfaatan
2. potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas
dan mendapat tilikan perasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
3. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan,
mengkaji, dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelumnya ke dalam
konsep diri.
4. Dengan redevinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan
menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
5. Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan
hubungan timbal balik. 15
i. Peran dan fungsi
Pada hakikatnya Client Center Counseling lebih menekankan aspek sikap dari
pada teknik konseling, sehingga yang lebih diutamakan dalam konseling adalah sikap
konselor, sikap konselor inilah yang memfasilitasi perubahan pada diri klien.
Konselor menjadikan dirinya sebagai instrument perubahan. Konselor bertindak
sebagai fasilitator dan mengutamakan kesabaran dalam proses konseling. Konselor
berfungsi membangun iklim konseling yang menunjang pertumbuhan klien. Iklim
konseling yang menunjang akan menciptakan kebebasan dan keterbukaan pada klien
untuk mengeksplor masalahnya. Hal terpenting yang harus ada adalah seorang
konselor bersedia memasuki dunia klien dengan memberikan perhatian yang tulus,
kepedulian, penerimaan, dan pengertian. Jenis terapi ini memasukan konsep bahwa
fungsi terapis adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan
perhatian pada pengalaman disini-dan-sekarang yang tercipta melalui hubungan antar
klien dan terapis. Hubungan konselor dan konseli sangat penting, kualitas konselor

15
Ulfa Danni rosada, Model Pendekatan Client Center Counseling Dan Penerapannya Dalam Praktek,
Jurnal Bimbingan Dan Konseling, h. 18, Diakses pada 27 Februari 2020, Pukul 14:45 WIB.

15
seperti kehangatan, empati, kepedulian, dan kemampuan mengkomunikasikan sikap-
sikap tersebut sangat ditekankan pada pendekatan ini.16
Terapis dalam Client Center Counseling berfungsi terutama sebagai penunjang
pertumbuhan pribadi kliennya dengan jalan membantu klien dalam menemukan
kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan Client
Center Counseling menaruh kepercayaan yang besar pada klien untuk mengikuti jalan
terapi dan menemukan arahnya sendiri.17
j. Teknik Client Center Counseling
Teknik yang digunakan lebih kepada sikap konselor yang menunjukkan
kehangatan dan penerimaan yang tulus sehingga klien dapat mengemukakan
masalahnya atas kesadarannya sendiri. Adakalanya seorang konselor juga harus
mengomunikasikan penerimaan, kepedulian dan pengertiannya kepada klien. Hal ini
akan memperjelas kedudukan klien sebagai orang yang dapat dimengerti.18
Teknik Client Center Counseling ini adalah untuk membina kepribadian klien
secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan
masalahnya sendiri. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan beberapa syarat yakni:
1. Kemampuan dan keterampilan teknik konselor
2. Kesiapan klien menerima bimbingan
3. Taraf intelegensi klien yang memadai.19
Tujuan Client Center Counseling adalah membantu konseli untuk
menemukan konsep dirinya yang positif melalui komunikasi konseling.
Dalam hal ini konselor memposisikan konseli sebagai orang yang berharga,
orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan
penerimaan tanpa syarat yaitu menerima konseli apa adanya. 20 Terapis dalam
Client Center Counseling berungsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan

16
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Peraktik, (Jakarta
Prenada Media Grup 2011), P. 62
17
Corey, Teori Dan Peraktek Konseling Dan Psikoterapi, P. 91
18
Gantina Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta PT Indeks), hal. 66.
19
Sofyan S. Willis, Konseling Individual… h. 64
20
Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling, hal. 264-265

16
pribadi kliennya dengan jalan membantu klien dalam menemukan
kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan
Client Center Counseling menaruh kepercayaan yang besar pada klien

untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.21 Melalui terapi
Client Center ini diharapkan klien mengembangkan kepura-puraan tersebut dapat
mencapai tujuan terapi yaitu: keterbukaan penglaman, kepercayaan terhadap diri
sendiri, menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku dan bersikap lebih matang dan
teraktualisasi.22

k. Karakteristik Penerapan Teknik Client Center Counseling


1) Tanggung jawab dan kemampuan responden dalam menghadapi kenyataan.
Responden didorong untuk menentukan pilihan dan keputusannya serta
tanggung jawab atas pilihan dan keputusan yang diambil.
2) Pengalaman permasalahan sekarang. Konselor mendorong responden untuk
mengungkapkan pengalaman dan permasalahan yang di hadapinya saat ini.
3) Client Center Counseling menekankan persepsi responden. Konseling ini
mengutamakan dunia fenomena dari responden. Konselor berusaha
memahami keseluruhan pengalaman yang pernah dialami oleh responden dari
sudut pandang diri responden itu sendiri, apakah persepsi itu berupa persepsi
responden tentang dirinya sendiri atau lingkungannya.23
l. Pecandu NAPZA
Pecandu NAPZA adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dan dalam ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
Ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar
menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunanya dikurangi atau dihentikan
secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.24.

21
Corey, Teori Dan Peraktek Konseling Dan Psikoterapi, P. 91
22
Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Peraktik, P. 157
23
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Balai Aksara, 1985), h.71-72.
24
Equator, Ali, Muhammad, Rehabilitasi Sosial Pengguna Narkoba (Bitread Publishing, 2017), h. 6.

17
m. Penyebab penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan narkoba atau NAPZA umumnya terjadi karena adanya rasa ingin
tahu yang tinggi. Di sisi lain, kondisi ini juga dapat dialami oleh penderita gangguan
mental, misalnya gangguan bipolar atau skizofrenia. Seseorang yang menderita
gangguan mental dapat lebih mudah menyalahgunakan NAPZA yang awalnya
bertujuan untuk meredakan gejala yang dirasa. Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan
menderita gangguan mental, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat
meningkatkan resiko seseorang melakukan penyalahgunaan NAPZA, antara lain:
1. Memiliki teman yang seorang pecandu NAPZA.
2. Mengalami masalah ekonomi.
3. Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual.
4. Memiliki masalah hubungan dengan pasangan, kerabat, atau keluarga
n. Dampak narkoba
1. Gangguan pada sistem syaraf (Neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran dan kerusakan syaraf tepi.
2. Gangguan pada pembuluh jantung dan darah (Kordiovaskuler) seperti: infeksi
akut otot jantung dan gangguan peredaran darah.
3. Gangguan pada kulit (Dematologis) seperti: penahanan, alergi dan eskim.
4. Gangguan pada paru-paru (Pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernafasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru, sering sakit kepala, mual dan
muntah-muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
5. Gangguan pada kesehatan produksi (Padaendokrim) seperti: penurunan fungsi
hormone reproduksi, gangguan fungsi seksual, perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi dan amenorhoe (tidak haid). Bagi pengguna melalui
jarum suntik, khususnya secara bergantian resikonya tertular penyakit seperti
hepatitis B, C, dan HIV.25

Narkoba juga sangat diharamkan dalam agama islam, sebagaimana Surah Al


Baqarah Ayat 195 dan An Nisa Ayat 29, yang berbunyi:

25
Sumarlin Adam, “Dampak Narkotika Pada Psikologis dan Kesehatan Masyarakat”, Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam IAIN Amai Gorontalo, P.6, Minggu 02 Februari 2020, Pukul 13:23.

18
‫َو ََل تُ ْلقُوا بِأ َ ْي ِدي ُك ْم إِلَى التَّ ْهلُ َك ِة‬

Artinya: "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam


kebinasaan." (QS Al Baqarah: 195)
َ َّ ‫َو ََل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم إِ َّن‬
‫َللا َكانَ َر ِحی ًمابِ ُك ْم‬

Artinya: "Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya


Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS An Nisa: 29)

Dua ayat tersebut menunjukkan haramnya merusak atau membinasakan diri sendiri.
Narkoba sudah pasti memberikan dampak negatif terhadap tubuh dan akal seseorang.
Sehingga dari ayat inilah dapat dijelaskan bahwa narkoba haram.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.26 Metode penelitian adalah rencana pemecahan
bagi persoalan yang sedang diselidiki. Penelitian adalah suatu proses untuk mencapai
jawaban terhadap suatu pertanyaan, penyelesaian terhadap permasalahan, atau
pemahaman yang dalam terhadap suatu fenomena.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
kualitatif dan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk
menggambarkan dan menjelaskan peristiwa yang terjadi pada masa sekarang.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi

26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung, 2017, cet. 26, h. 2

19
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.27
2. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam sebuah penelitian terdiri dari data
primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi dan wawancara
lapangan. Data bersifat utama dan penting yang digunakan untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan
dilakukan
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka atas buku-
buku atau dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan.
Diantaranya buku-buku, karya ilmiah, dan jurnal ilmiah.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini ditunjukan kepada 5 pasien pecandu NAPZA dari 11
pasien pecandu NAPZA yang ada di Yayasan Bani Syifa, dan penulis memilih
responden berjumlah 5 orang pecandu NAPZA, yaitu responden ZDN,
responden CC, responden RD, responden LD, dan responden AB, mereka
yang datang ke Yayasan Bani Syifa pada bulan yang berbeda dan tahun yang
sama, responden ZDN sudah 7 bulan berada di Yayasan Bani Syifa,
responden CC baru 1 bulan, responden RD sudah 6 bulan, responden LD baru
2 bulan, dan responden AB sudah 8 bulan berada di Yayasan Bani Syifa. Ke-5
responden ini diambil dengan menggunakan metode Purposive Sampling yang
diambil didasarkan pada pertimbangan tertentu dari peneliti.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru
Pamarayan Kampung Panyabrangan Rt/Rw 015/003 Desa Panyabrangan
Kec. Cikeusal Kab. Serang Prov. Banten.
b. Waktu penelitian

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung, 2017, cet. 26, h. 9

20
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019 dan dilanjut pada bulan
November 2020
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi sebagai alat pengumpulan data harus sistematis yang
artinya observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan
aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain.
Data yang di peroleh pada saat itu. Data lebih objektif dan jujur. Sutrisno
Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. 28
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara berencana melalui pengamatan dan pencatatan terhadap apa yang
ada di Yayasan Bani Syifa serta memfokuskan pada penerapan teknik
client center counseling dalam melatih kekuatan mental pasien pecandu
NAPZA yang ada di Yayasan Bani Syifa.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun

28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung, 2017, cet. 26, h. 145

21
tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon. 29
Wawancara dilakukan kepada Toni Azhari sebagai konseling
adiksi yang ada di Yayasan Bani Syifa, dan wawancara kepada pasien
pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa. Wawancara yang dilakukan
berkaitan dengan kondisi mental pasien pecandu NAPZA, latar belakang
pasien pecandu NAPZA, dan faktor penyebab penyalahgunaan pecandu
NAPZA. Instrumen pengumpulan data pendukung yang digunakan adalah
pedoman wawancara, daftar pertanyaan wawancara, dan alat tulis.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah semua bahan baik yang tertulis atau berupa
gambar. Dalam metode dokumentasi ini penulis melakukan pengumpulan
data berupa gambar atau foto yang dilakukan selama proses penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data kualitatif adalah data yang diperoleh dari berbagai
sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-
macam (trigulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
30
orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum yaitu
meliputi, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung, 2017, cet. 26, h. 137-
138
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung, 2017, cet. 26, h. 243-
244

22
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan mempermudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Menarik kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah kegiatan terkahir dari proses analisis data,
penarikan kesimpulan diperoleh dari penyajian data yang sudah
tersusun yang dilakukan secara terus-menerus dama proses analisis
data hingga mencapai suatu kesimpulan akhir dari suatu penelitian.31

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian ini maka penulis


menyajikan sistematika penelitian sebagai berikut:
BAB I berisi pendahuluan, yang di dalamnya menjelaskan tentang: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian
Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Dan Sistematika Penelitian.
BAB II berisi tentang Gambaran umum Yayasan Bani Syifa Bendung Baru
Pamarayan sebagai lembaga Rehabilitasi Pasien Pecandu Narkoba dan pengobatan
ODGJ. Kondisi dan jumlah pasien di Yayasan Bani Syifa dan kegiatan program-
program Yayasan Bani Siyfa Bendung Baru Pamarayan.
BAB III membahas tentang Gambaran Umum pasien pecandu NAPZA di
Yayasan Bani Syifa Bendung baru Pamarayan yang meliputi: Profil, latar belakang

31
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), h. 192-195

23
pecandu narkoba, jenis-jenis narkoba, Kondisi kekuatan Mental Pecandu NAPZA,
dan Faktor penyebab pasien pecandu NAPZA
BAB IV menjelaskan tentang Penerapan dan Dampak Penerapan Teknik Client
Centered Counseling untuk pasien pecandu NAPZA, dan Kendala dalam melakukan
proses penerapan teknik Client Center Counseling di Yayasan Bani Syifa

BAB V berisi mengenai Kesimpulan dan Saran

24
BAB II
GAMBARAN OBJEKTIF YAYASAN BANI SYIFA
I. Sejarah Yayasan Bani Syifa

Yayasan Bani Syifa didirikan oleh seorang ulama bernama KH. Syahruddin. KH.
Syahruddin dilahirkan pada tanggal 05 Mei 1950 di Kampung Handam, RT/RW 03/01
Desa Cikarang, Kec. Muncang, Kab. Lebak Banten. KH. Syahruddin berasal dari
keluarga petani, putra ke-2 dari sebelas bersaudara, putra-putri pasangan H. Artamin dan
Hj. Saridah. Tokoh yang terkenal gigih dalam memperjuangkan generasi pondok
pesantren dalam membangun dan mewujudkan kemaslahatan umat ini terbukti setelah
KH. Syahruddin mendirikan yayasan pondok pesantren Bani Syifa Bendung Baru
Pamarayan. Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang Provinsi
Banten. Yayasan Bani Syifa berdiri pada tahun 2010. Awalnya Yayasan Bani Syifa hanya
melakukan pengobatan biasa saja, namun masyarakat luas pun mengetahui
keberadaannya yang biasa menangani pasien untuk pengobatan terapi.32
Selain pondok pesantren, KH. Syahruddin pun mengelola panti asuhan Bani
Syifa, Madrasah Diniyah, Pendidikan Dasar, mengurus anak-anak terlantar, pengobatan
tradisional, rehabilitasi expsikotik/kejiwaan dan korban penyalahgunaan narkoba serta
mengurus keberangkatan haji dan umroh, semua kegiatan tersebut bukanlah hasil serta
merta atau Bimsalabim, tapi melalui proses panjang yang harus dilalui. Perjalanan
panjang KH. Syahrudin di awali pada tahun 1965 setelah lulus sekolah rakyat, kemudian
melanjutkan pendidikan pondok pesantren Darul Islamiyah Kec. Muncang, Lebak-
Banten, pimpinan KH. Abdul Wafa bin Abdul Rojak. Tahun 1975 melanjutkan
pendidikan pondok pesantren di Kasunyatan Kec. Kasemen, Serang-Banten. Tahun 1976
belajar di pondok pesantren Kadukawung, Pandeglang pimpinan KH. Sanja, sampai
tahun 1977. KH. Syahruddin kemudian di ajak gurunya KH. Aria mengajar di Madrasah
Diniyah Al-Khariyah Kampung Salong Desa Panyandingan, Kec. Putihdoh, Kab.
Lampung Selatan sampai tahun 1981 akhir.33

32
Toni Azhari, bidang sosial di Yayasan Bani Syifa, “sarana dan prasarana di Yayasan Bani Syifa”
wawancara di kantor Yayasan Bani Syifa, 10 Oktober 2019 pukul 14.00 WIB
33
Toni, Azhari “Sejarah Yayasan Bani Syifa”, ditulis pada tangga l6 oktober 2016

25
Pada tahun 2015 Naimatussa’diati menjelaskan bahwa Yayasan Bani Syifa
menempati bangunan yang masih berdekatan dengan rumah ketua yayasan yaitu Baehaqi.
Yayasan Bani Syifa saat itu sedang membangun dengan tanah luas 3.000 m. yang masih
berdiri bangunan yang belum bisa ditempati untuk saat itu. Rencana untuk pembangunan
ini terdiri dari kantor, rumah singgah (untuk yang menjenguk pasien di Bani Syifa), pos
jaga, dan mushola. Saat ini bangunan yang dulu masih dibangun sudah menjadi bangunan
yang sangat bagus. Bangunan yang terdiri dari kantor rumah singgah, pos jaga dan
mushola dan masih ada sedikit bangunan yang belum jadi. Pembangunan ini hanya yang
berdekatan dengan rumah Baehaqi. Tetapi, kantor utama masih terletak di dekat rumah
Syahruddin yang tempatnya tidak jauh dari jembatan baru bendungan pamarayan. Di
kantor utama berhadapan dengan tempat pembuatan minyak VICO yang dibuat oleh
klien.34
Bangunan Yayasan Bani Syifa mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Pengurus Yayasan dan pemilik Yayasan Bani Syifa sudah menambahkan beberapa sarana
dan prasarana serta fasilitas yang ada di Yayasan Bani Syifa. Bangunan sudah terlihat
lebih rapih dan bersih. Bangunan antara tempat untuk pasien pecandu NAPZA dan pasien
ODGJ terpisah.

J. Kondisi dan Jumlah Pasien Yayasan Bani Syifa

Yayasan Pondok Pesantren Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Kp.


Penyabrangan Desa. Penyabrangan Kec. Cikeusal Kab Serang Banten, sebuah yayasan
yang bergerak di bidang kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan sosial (LKSA
Rehabilitasi expsikotik/kejiwaan, penyalahguna HIV/AIDS dan korban penyalahgunaan
narkoba (NAPZA). Keberadaannya di tengah tatanan masyarakat global sangat
berpengaruh penting strategi dalam proses pembentukan dan pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, disamping ia juga secara sosiologis dan sekaligus
sebagai lembaga yang bergerak dalam kesejahteraan sosial. Yayasan Bani Syifa

34
Naimatussa’diati, “Terapi Al-Quran Dalam Proses Pemulihan Pecandu Narkoba” (Skripsi, fakultas
Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,. h. 42.

26
Pamarayan berlokasi di Jalan Raya Baru Pamarayan Kp. Panyabrangan Desa.
Panyabrangan Kec. Cikeusal Kab. Serang Prov. Banten.
Mengingat proses dekadensi nilai-nilai moralitas bangsa, oleh karna itu tidak
hanya muatan adanya akumulasi nilai-nilai keislaman kedalam disiplin keilmuan
kemudian membentuk suatu sub kultur, tetapi secara langsung menyangkut soal sosial
sehingga selalu berupaya dan konsisten berusaha terus dalam meningkatkan SDM yang
berkualitas, berwawasan ke depan, berorientasikan kemasyarakat sehingga para anak
asuhnya dapat di harapkan menjadi insan kamil yang bermanfaat dan siap menghadapi
tantangan global dengan wawasan sosial untuk mengabdi pada masyarakat. Langkah ini
terbilang berani mengingat kondisi terkini Bani Syifa bukanlah lembaga yang
berkecukupan apalagi bila dikaitkan dengan pendanaan. Namun, atas dasar kemanusian
panti rehabilitasi korban narkoba (NAPZA) Bani Syifa haruslah dimaklumkan. Dari
semenjak berdirinya sampai saat ini, panti rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba
(NAPZA) Bani Syifa telah banyak membantu orang-orang yang menjadi korban narkoba
dan zat adiktif lainnya sehingga mereka dapat membaur kembali bersama keluarga dan
masyarakat sekitarnya secara normal. Yang tercatat pada tahun 2010-2018. Lebih dari
1.452 orang sudah disembuhkan dan 129 orang yang masih berada dalam program
rehabilitasi/penyembuhan gangguan kejiwaan. Usia mereka berkisaran antara 15 sampai
dengan 60 tahun, dimana usia-usia ini sangat potensial untuk disembuhkan.35
1. Metode Pengobatan
Panti rehabilitasi penyandang cacat mental dan korban penyalahgunaan
narkoba (NAPZA) Bani Syifa dalam pengobatannya menggunakan ramuan
tradisional yang sudah dimiliki guru besar, KH. Syahruddin, sebagai dasar
rehabilitasi para korban penyalahgunaan narkoba (NAPZA). Konsep dasar
tersebut intinya mengembalikan orang dari penyakit prilaku yang selalu
menentang kehendak Allah SWT, Kepada prilaku sesuai dengan perintah Allah
SWT (taubat). Dari sudut pandang tawasuf, orang yang sedang mabuk dan
jiwanya sedang tergoncang memerlukan metode pemulihan. Metode pemulihan

35
Toni, Azhari “Sejarah Yayasan Bani Syifa”, ditulis pada tangga l6 oktober 2016

27
tersebut, baik secara teoritis maupun aplikatif, didasarkan kepada Al-Qur’an,
Hadist dan Ijtihad ara Ulama.36

2. Payung hukum
Sejak tahun 2009, panti rehabilitasi ekpsikotik kejiwaan (ODGJ) Bani
Syifa yang telah didirikan keberadaan panti rehabilitasi ini akhirnya mendapatkan
izin di antaranya:
 Dinas Sosial (DINSOS) Kabupaten Serang dengan nomor :
220/06/Orsos/DINSOS/2010 - Dinas Sosial Provinsi Banten
dengan nomor : 460/04/Potensi/Orsos/VII/2010
 Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten Serang dengan nomor :
441.9/1126/Yankes/Batra/007/III/2011
 Kejaksaan Negeri Serang dengan nomor :
B05/0.6.10/Dsp.1/04/2012 - Notaris :H. Imam Triyono, SH, M .
Kn. NO. 1 TGL 02 AGUSTUS 2018
 SK MENKUM dan HAM R.I NO. AHU0010121.AH.01.01. tahun
2018
3. Sarana dan Prasarana
Dalam hal pengembangan propesionalitas, panti rehabilitasi korban
narkoba (NAPZA) Yayasan Bani Syifa berkeinginan memiliki panti rehabilitasi
yang lebih refresentative. Hal ini dilatar belakangi oleh beberapa sebab,
Diantaranya :
 Semakin banyaknya pasien korban penyalahgunaan narkoba
(NAPZA) di bawah bimbingan panti rehabilitasi Yayasan Bani
Syifa yang berasal dari keluarga kurang mampu.
 Semakin banyaknya pasien rawat inap yang memerlukan sarana
dan prasarana yang memadai.

Adapun sarana dan prasarana yang ada di Yayasan Bani Syifa yakni meliputi :

36
Toni, Azhari “Sejarah Yayasan Bani Syifa”, ditulis pada tangga l6 oktober 2016

28
1) Kamar tidur : 34 (tiga puluh empat) buah
2) Kamar mandi : 16 (enam belas) buah
3) Kloset : 24 (dua puluh empat) buah
4) Aula : 1 (satu) buah
5) Ruang serba guna : 1 (satu) buah
6) Mushola : 1 (satu) buah
7) Dapur : 1(satu) buah
8) Gudang : 1(satu) buah
9) Lapangan olahraga : 1(satu) buah
10) Gedung (2x10) : 4 (empat) buah

4. Struktur Organisasi Yayasan Bani Syifa

PEMBINA

PENGAWAS PENASIHAT

PENGURUS

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

BIDANG PENDIDIKAN BIDANG USAHA

BIDANG KEAGAMAAN BIDANG SOSIAL

BIDANG HUMAS29 BIDANG SARANA &


PRASARANA
SUSUNAN PENGURUS YAYASAN BANI SYIFA
(Sesuai SK Ketua Dewan Pembina No. 001/SK/YBS/2012)

PEMBINA
Ketua : KH. Syahruddin
Anggota : 1. Aman Sarip
2. H. Heri Sujatana, MT.

PENGAWAS : Hasan Bisri


PENASIHAT : 1. H. Agwani
2. Pepen Sucahruddin

PENGURUS
Ketua : Ust. Baehaqi
Sekretaris : Syifa Faujiah
Bendahara : Hj. Dzuriah

BIDANG-BIDANG
 Keagamaan : Hidayatul Itlaq
 Pendidikan : Umroh Maspupah
 Humas : Basri
 Usaha : Rohman
 Sosial : Toni Azhari
 Sarana & Prasarana : Abdullah
5. Sumber Daya Manusia (SDM)
Terdapat 28 orang Pengurus, 6 Konselor Adiksi, dan 1 orang Pekerja
Sosial (Peksos) di Yayasan Bani Syifa, berikut nama-namanya:
NO NAMA KETERANGAN
1. Abah Syahruddin PENGURUS
2. Ust. Enden PENGURUS

30
3. Dede Abo PENGURUS
4. M. Ridho PENGURUS
5. Doni PENGURUS
6. Arif Hidayat PENGURUS
7. Rohman PENGURUS
8. Suhirman PENGURUS
9. Bobi PENGURUS
10. Nana PENGURUS
11. Kusnedi PENGURUS
12. Mpok Yati PENGURUS
13. Yogi PENGURUS
14. Turwugi PENGURUS
15. Pahek PENGURUS
16. Kukuh PENGURUS
17. Riyad PENGURUS
18. Ust. Otik PENGURUS
19. Ahmad PENGURUS
20. Ust. Baihaqi PENGURUS
21. Siti Sholehah PENGURUS
22. Dani PENGURUS
23. Rijal PENGURUS
24. Yudi PENGURUS
25. Alan PENGURUS
26. Cecep PENGURUS
27. Danang PENGURUS
28. Siti Umroh PENGURUS
29. Toni Azhari KONSELOR ADIKSI
30. Syifa faujiah KONSELOR ADIKSI
31. Baehaqi KONSELOR ADIKSI

31
32. Safwani KONSELOR ADIKSI
33. Yosar KONSELOR ADIKSI
34. Ahyani KONSELOR ADIKSI
35. Ahmad Munajat PEKSOS

6. Sumber Dana
Berasal dari Kementrian Sosial Pemerintah Kabupaten Serang,
Pemerintah Provinsi Banten, BNN RI dan Provinsi.
7. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Bani Syifa
a. Visi “Mencetak generasi penerus bangsa yang islami kuat secara jasmani
dan rohani.”
b. Misi “Membentuk kepribadian yang agamis, berilmu dan berahlak mulia”
 Beriman dan taqwa.
 Berbudi luhur.
 Pengabdian pada masyarakat.
 Pelayanan pada masyarakat.
 Menjadi wirausaha yang mandiri.
Didirikannya panti rehablitasi ini memiliki tujuan untuk meminimalisir
korban narkotika dan zat adiktif lainnya dengan tujuan:

Preventif :Membantu pemerintah melakukan tindakan pencegahan


sosialisasi bahaya narkoba.

Kuartif :Membantu para korban narkoba dan juga orang-orang


penyandang cacat mental untuk melakukan proses
penyembuhan agar kembali bisa membaur bersama
masyarakat sebagai pribadi yang normatif.37

37
Toni, Azhari “Sejarah Yayasan Bani Syifa”, ditulis pada tangga l6 oktober 2016.

32
c. Program Kegiatan di Yayasan Bani Syifa
Pelaksanaan kegiatan dilakukan bersama pengurus, anak didik dan pasien. Oleh
karna itu Yayasan Bani Syifa, mempunyai kegiatan yang khusus untuk memberikan
keterampilan/keahlian kepada anak didik dan pasien agar dikemudian hari mempunyai
keahlian tertentu. Kegiatan-kegiatan yang diterapkan di Yayasan Bani Syifa diantaranya:
Pertanian :Tanaman jagung, kacang, bayam, sawi, kangkung dan
sesim. Pertanian dilakukan seminggu 3 kali dari jam
14:30-16:30.
Perikanan :Peternakan ikan lele dan udang. Perikanan dilakukan
setiap hari selama masa panen dari jam 09:00-10:00, jam
13:00-14:00, dan jam 16:00-17:00 pemberian pakan
ikan.
Peternakan :Peternakan Ayam Boiler
Olahraga :Senam dan jogging. Dilakukan setiap hari mulai dari
jam 07:00-08:30.
Pengajian Rutin :Membaca Al-quran. pembacaan ayat-ayat suci Al-quran
dilakukan seminggu 2 kali yaitu hari senin malam selasa
dari jam 19:30-20:30
Dakwah :Pembelajaran santapan rohani. Dilakukan setiap hari
sabtu malam minggu dari jam 19:30-10:30
Shalat Fardhu :Shalat lima waktu. Dilakukan setiap waktu shalat.

33
BAB III
Kondisi Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa

A. Profil dan Latar Belakang Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap pecandu NAPZA di yayasan Bani Syifa


Pamarayan Bendung Baru. Peneliti melakukan wawancara pada 5 orang pecandu
NAPZA, 2 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Untuk mengetahui secara umum
profil dari para subjek, di bawah ini terdapat beberapa identitas yang namanya berupa
inisal. Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan dari para subjek. Adapun profil 5
orang pecandu NAPZA di yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan yang
menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Responden ZDN
Nama : ZDN
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 19 Tahun
Alamat Asal : Serang Anyar
ZDN merupakan salah satu pasien pecandu NAPZA yang sedang melakukan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Serang Banten. ZDN
adalah seorang pemuda berumur 19 tahun, ZDN anak pertama dari dua bersaudara
dan dari keluarga yang berkecukupan. Latar belakang pendidikannya di SDN ANYR,
SMP ANYR, dan SMA ANYR. ZDN tidak meneruskan sekolah ke perguruan tinggi
karena orang tua ZDN mengetahui bahwa anaknya adalah seorang pecandu NAPZA.
ZDN memakai narkoba pada saat masihi duduk di kelas 2 SMP hingga saat ini
sebelum melakukan rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa. Sebelum ZDN melakukan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa ZDN pernah melakukan rehabilitasi yang berada di
daerah Bandung, namun bukannya membaik ZDN semakin nekat, ZDN sering kabur
dari yayasan untuk menemui temannya yang penjual NAPZA, setelah kedua orang
tuanya mengetahui bahwa ZDN semakin nekat dan tidak ada perubahan, orang tua
ZDN akhirnya membawa pulang ZDN dan mencari yayasan lain di sosial media,
setelah orang tua ZDN mengetahui Yayasan Bani Syifa adalah tempat untuk
rehabilitasi ZDN langsung dibawa ke Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan

34
Serang Banten. Sebelum ZDN dibawa ke Yayasan Bani Syifa, orang tua ZDN
memergoki ZDN dan teman-temannya yang sedang minum-minuman dan sedang
memakai narkoba di salah satu tempat yang berada di daerah ANYR, pada saat itu
juga kedua orang tua ZDN langsung membawa ZDN ke Yayasan Bani Syifa secara
paksa. ZDN sudah 7 bulan melakukan rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa, dia
mengaku dulu sempat ingin berhenti mengonsumsi NAPZA, tetapi lingkungan yang
tidak bisa dihindari, ZDN sadar apa yang dilakukannya adalah salah, tetapi ZDN
merasa dirinya lebih tenang ketika menggunakan sabu-sabu yang selama ini dia
konsumsi hampir 5 tahun. Ketika keluarga besar ZDN mengetahui bahwa ZDN
adalah seorang pecandu NAPZA, mereka langsung membatasi anak-anaknya untuk
bermain dengan ZDN, mereka mengucilkan ZDN dan kedua orang tuanya, tidak
hanya keluarganya saja yang mengucilkan ZDN dan kedua orang tuanya, tetapi
masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan rumah ZDN juga mengetahui hal itu
setelah ada beberapa orang ke rumah ZDN untuk menagih hutang. ZDN mengaku
bahwa hutang tersebut adalah bekas dia meminjam untuk membeli narkoba yang pada
saat itu ZDN sedang tidak punya uang akhirnya dia terpaksa meminjam kepada
38
temannya.
2. Responden CC
Nama : CC
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 14 Tahun
Alamat Asal : Tangerang
CC merupakan pasien pecandu NAPZA perempuan yang sedang melakukan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Serang Banten. CC
adalah seorang remaja berumur 14 tahun, CC anak kedua dari dua bersaudara dan dari
keluarga yang berkecukupan. CC masih menjadi seorang siswi kelas 2 SMP di salah
satu sekolah yang berada di daerah TGRG. CC memakai narkoba semenjak dia sering
bermain dengan teman kakaknya yang sering datang ke rumah CC, sudah hampir 3

38
ZDN, Pasien Pecandu NAPZA, wawancara oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 18 Desember 2019
pukul 19:30 WIB

35
bulan CC memakai NAPZA, CC sampai nekat mencuri uang kedua orang tuanya
untuk membeli narkoba. CC ditemukan di rumah teman kakaknya sedang keadaan
sakaw setelah 1 minggu tidak pulang ke rumah, kedua orang tua CC beserta kakaknya
langsung membawa CC pulang ke rumah. Orang tua CC meminta agar CC
melakukan rehabilitasi disuatu tempat agar CC bisa berhenti mengonsumsi NAPZA,
mau tidak mau CC harus menyetujui permintaan orang tuanya agar CC melakukan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa. CC adalah pasien pecandu NAPZA di Yayasan
Bani Syifa yang baru hampir 1 bulan berada di yayasan. Setelah masyarakat yang
rumahnya tidak jauh dengan rumah CC mengetahui bahwa CC adalah seorang
pecandu NAPZA, mereka seperti mengucilkan CC dan keluarga CC, mereka
melarang anak-anaknya bermain dengan CC. Hal ini dilakukan karena mereka tidak
mau jika anaknya terpengaruh dan menjadi seorang pecandu NAPZA seperti CC. 39
3. Responden RD
Nama : RD
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 26 Tahun
Alamat Asal : Rangkas Bitung
RD merupakan salah satu pasien pecandu NAPZA yang sedang melakukan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan. RD adalah seorang
kepala rumah tangga yang berumur 26 tahun, RD yang menjalani proses rehabilitasi
selama kurang lebih 6 bulan. Latar belakang pendidikan RD SMA di salah satu
sekolah yang berada di daerah RGKS, setelah lulus sekolah RD bekerja di salah satu
perusahaan. RD datang ke Yayasan Bani Syifa bersama kedua orang tuanya yang
masih bersaudara dengan KH. Syahruddin pemilik Yayasan Bani Syifa. RD terlahir
dari keluarga yang berkeckupan, tetapi RD tidak pernah menggunkan uang kedua
orang tuanya untuk membeli NAPZA, RD hanya mengandalkan uang dari hasil
kerjanya. RD mengonsumsi narkoba sejak dia menjadi karyawan, sudah lama sekali
RD ingin cepat sembuh dan tidak ketergantungan dengan NAPZA, karena dia selalu

39
CC, Pasien Pecandu NAPZA, wawancara oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 23 Desember 2019
Pukul 20:00 WIB

36
ingat dengan istri dan kedua orang tuanya, tetapi ketenangan itu ada ketika RD
memakai NAPZA dan rasa ngantuk RD pada jam kerja pun hilang.
Selama RD berada di yayasan Bani Syifa RD tidak pernah menghubungi istrinya,
dan istri RD pun tidak pernah menjenguk RD ke yayasan, maka dari itu RD
menerima jika istrinya meminta untuk pisah, karena RD menyadari bahwa ini adalah
kesalahannya, RD mengatakan “perempuan mana yang mau mempunyai suami
seorang pecandu NAPZA”. RD malu kepada kedua orang tuanya, RD malu kepada
orang tua dari istrinya, RD juga malu kepada istrinya, karena selama ini mereka
selalu menilai RD adalah seseorang yang baik. Masyarakat yang rumahnya
berdekatan dengan RD pun sangat tidak menyangka saat mengetahui bahwa RD
adalah seorang pecandu NAPZA, sekarang mereka seperti mengucilkan keluarga RD,
mereka tidak ingin jika keluarganya menjadi seorang pecandu NAPZA seperti RD.
RD berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi,
karena ia benar-benar menyesal, karna dampak dari narkoba selain tidak baik bagi
kesehatan istri pun menjadi seperti menjauhi RD dan tidak memperdulikannya lagi. 40
4. Responden LD
Nama : LD
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 Tahun
Alamat Asal : Tangerang
LD merupakan pasien pecandu NAPZA perempuan yang sedang melakukan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan. LD adalah seorang ibu
dari satu orang anak yang baru berusia 2 tahun, LD sudah bercerai dengan suaminya
pada saat anaknya berumur 1 tahun. Latar belakang pendidikan di SMP dan SMA
yang berada di daerah TGRG. LD terlahir dari keluarga yang berkecukupan, tetapi
LD selalu mengandalkan uang hasil kerjanya untuk membeli NAPZA. LD seorang
security perempuan di salah satu perusahaan yang berada di daerah TGRG. LD
datang ke Yayasan Bani Syifa bersama kedua orang tuanya dan juga anaknya, orang
tua LD mengetahui bahwa LD memakai narkoba dari salah satu teman LD, karena

40
RD, Pasien Pecandu NAPZA, wawancara oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 27 Desember 2019
Pukul 17:00 WIB

37
ada salah satu teman LD yang tertangkap oleh polisi ketika sedang menggunakan
NAPZA disalah satu kontrakan yang berada di daerah CKP. Sudah hampir 3 tahun
LD mengonsumsi NAPZA, LD menjalani proses rehabilitasi hampir 3 bulan, saat
keluarga dan tetangga LD mengetahui bahwa LD adalah seorang pecandu NAPZA,
mereka seperti menjauhi LD dan kedua orang tuanya. LD berjanji pada dirinya dan
kedua orang tuanya bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, selain badan
yang rusak dan dikucilkan oleh masyarakat akibat menjadi pecandu NAPZA, LD
tidak pernah berpikir jernih untuk masa depan anaknya karena selalu memikirkan
dirinya sendiri.41
5. Responden AB
Nama : AB
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 19 Tahun
Alamat Asal : Serang
AB merupakan salah satu pasien pecandu NAPZA yang sedang melakukan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Serang Banten. AB
adalah anak pertama dari dua bersaudara, AB terlahir dari keluarga yang sederhana,
tetapi dia selalu membohongi orang tuanya untuk bisa membeli NAPZA. AB adalah
seorang pemuda kampung yang berusia 19 tahun, AB baru lulus sekolah di SMA
negeri yang ada di daerah TMBK. Kegiatan AB setiap harinya adalah berkumpul
dengan teman-teman dikampungnya yang sebagian adalah seorang penyalahgunaan
NAPZA. AB memakai narkoba pada saat dia masih duduk di kelas 3 SMP sampai
sebelum AB masuk ke Yayasan Bani Syifa, setelah oraang tuanya mengetahui bahwa
AB adalah seorang pecandu NAPZA orang tua AB langsung menyerahkan AB
kepada pamannya. Orang tua AB menginginkan AB untuk di rehabilitasi, AB
awalnya menolak untuk di ajak ke Yayasan Bani Syifa, tetapi mau tidak mau AB
harus menuruti kemauan dari orang tuanya. AB sudah 8 bulan menjalankan
rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa, selama AB berada di Yayasan Bani Syifa sering
sekali masyarakat yang rumahnya dekat dengan rumah AB menyinggung perasaan

41
LD, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 30 Desember 2019
Pukul 17:00 WIB

38
orang tua AB, mereka mengatakan bahwa mereka tidak sudi jika anaknya bermain
dengan AB. Hal itu jelas membuat hati kedua orang tua AB sakit, namun orang tua
AB tidak pernah membalas apa yang mereka perbuat, karena orang tua AB menyadari
kesalahan dari anaknya tersebut. 42

K. Kondisi Mental Pasien Pecandu NAPZA Sebelum Penerapan Teknik Client Center
Counseling

Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses penelitian di lapangan, kondisi


mental dari masing-masing responden terdapat persamaan dan perbedaaan. Kondisi
mental 5 responden pecandu NAPZA yang menjadi fokus penelitian sebelum
penerapan teknik client center counseling dijelaskan di bawah ini:
1. Responden ZDN
Kondisi mental ZDN saat sebelum penerapan teknik client center
counseling cukup memprihatinkan. ZDN terlihat depresi saat mengetahui
keluarganya seperti mengucilkan kedua orang tuanya. ZDN mengaku dia
sangat menyesal, ZDN terlihat cemas dan depresi, ZDN tidak tahu cara
mengembalikan stigma positif dari keluarganya karena ZDN merasa apa yang
dia lakukan selalu dianggap salah, ZDN takut jika kedua orang tuanya sudah
tidak memberikan kepercayaan kembali pada ZDN, dan dia takut jika orang
tuanya tidak bisa memaafkan kesalahannya.
Menurut keterangan ZDN pada tanggal 22 Oktober 2020 selama 4 bulan
pertama ZDN berada di yayasan terkadang ZDN merasa bosan di dalam
yayasan, sering kali ZDN mempunyai niat untuk kabur dari yayasan, namun
ZDN selalu ingat niat awalnya yang ingin berubah menjadi lebih baik dari
sebelumnya.43
2. Responden CC

42
AB, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 01 Januari
2020,Pukul 17:00 WIB
43
ZDN, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 21 Oktober 2020, Pukul 14:00:15 WIB.

39
Kondisi mental CC saat sebelum penerapan teknik cient center counseling
sangat memprihatinkan, pada saat pertama kali bertemu dengan CC dia
terlihat sedih, setiap ditanya dia selalu menangis. CC merasa menyesal telah
mengenal barang haram tersebut. CC mengatakan “saya benci dengan teman-
teman kakak saya yang sudah memperkenalkan barang haram itu kepada
saya”. CC sedikit mengalami depresi dan cemas, seharusnya di usia CC saat
ini dia sibuk untuk belajar di sekolah dan juga bermain bersama teman-
temannya, CC merasa takut jika teman-temannya menjauhinya karena mereka
tahu bahwa CC adalah seorang pecandu NAPZA, dia takut jika teman-
temannya menjauhi dan tidak mau bermain lagi dengannya. CC juga takut jika
orang tuanya tidak bisa memaafkan kesalahannya, selama di yayasan CC
sering sekali melamun dan tiba-tiba menangis, CC belum bisa menerima
keadaannya saat ini.
3. Responden RD
Kondisi mental RD pada saat sebelum penerapan teknik client center
counseling terlihat depresi dan cemas, dia takut jika istrinya meminta pisah,
dia hanya bisa pasrah karena semenjak RD masuk ke yayasan Bani Syifa RD
sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan istrinya, RD hanya bisa
menyesali atas perbuatannya yang sudah sangat mengecewakan istri dan
kedua orang tuanya. RD khawatir jika kedua orang tuanya tidak bisa
memaafkan kesalahannya, dia takut tidak bisa mengembalikan kepercayaan
orang tuanya, RD juga takut mertuanya tidak bisa memaafkan kesalahannya
dan takut tidak menerimanya kembali.
Menurut keterangan RD pada tanggal 22 Oktober 2020, pada bulan
pertama masuk ke Yayasan Bani Syifa pikiran RD tidak karuan, RD tidak
memikirkan masa depannya bahkan tidak memikirkan istri dan keluarga. Pada
bulan kedua RD berada di Yayasan Bani Syifa muncul perasaan menyesal
yang mendalam, bahkan RD selalu menyalahkan diri sendiri atas perbuatan
yang telah dia lakukan. Melanjut pada bulan berikutnya timbul rasa bosan
berada di dalam Yayasan Bani syifa, namun RD selalu ingat niat awal dia
pada saat pertama kali masuk ke Yayasan Bani Syifa bahwa dia ingin benar-

40
benar berubah dan bisa membuktikan kepada keluarga dan masyarakat
disekitarnya yang telah mengucilkannya. RD mengatakan: “bagaimanapun
kondisinya saya harus menghargai sebuah proses dan terus bersabar, ini
sudah menjadi konsekuensi saya atas apa yang sudah saya perbuat dahulu”.44
4. Responden LD
Kodisi LD saat sebelum penerapan teknik client center counseling cukup
memprihatinkan. LD selalu ingat dengan anaknya yang baru berusia 2 tahun,
hampir setiap malam LD menangis karena dia rindu dengan anaknya. LD
malu ketika dia sudah kembali ke rumahnya, dia takut kepada tetangganya
yang mengetahui bahwa dia adalah seorang pecandu NAPZA, LD malu jika
seluruh keluarganya mengetahui hal tersebut. LD merasa bingung bagaimana
mengembalikan stigma positif kepada orang-orang yang berada
dilingkungannya termasuk kedua orang tuanya. Pada saat LD masuk ke
yayasan kedua orang tua LD selalu menutupinya agar tidak banyak orang
tahu, termasuk menyembunyikannya kepada seluruh keluarga LD. Jika
ditanya keberadaan LD pada saat itu, orang tua LD selalu bilang LD sedang
bekerja di Jakarta, namun ternyata tetangga LD yang rumahnya bersampingan
dengan LD sudah mengetahui hal tersebut, mereka seperti mengucilkan orang
tua LD.45
5. Responden AB
Kondisi AB saat sebelum penerapan teknik client center counseling sangat
memprihatinkan, dia terlihat sangat sedih, pada saat tetangga AB tahu bahwa
AB adalah seorang pecandu NAPZA mereka mengucilkan keluarga AB,
namun orang tua AB tidak menanggapi apa yang tetangganya katakan, yang
orang tua AB pikirkan adalah AB berubah menjadi manusia yang lebih baik
lagi. AB takut kedua orang tuanya tidak bisa memaafkan kesalahannya, AB
takut tidak bisa mengembalikan kepercayaan orang tuanya. Menurut
keterangan AB pada tanggal 23 Oktober 2020 bahwa AB merasa menyesal

44
RD, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 21 Oktober 2020, Pukul 21:16-23:09 WIB.
45
LD, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 02 November 2020, Pukul 20:30-22:00
WIB

41
dan merasa bahwa perbuatannya telah merugikan dirinya sendiri, apalagi
sangat merugikan bagi kesehatannya. AB sangat takut jika kedua orang tuanya
marah dan tidak mau memaafkan kesalahannya, AB merasa menyesal karena
dia sudah membuat malu kedua orang tuanya.46

Tabel 3.1

Kondisi Pasien Pecandu NAPZA Sebelum Penerapan

Teknik Client Center Counseling

NO RESPONDEN DEPRESI CEMAS TIDAK


PERCAYA DIRI
1. ZDN ✓ ✓ ✓
2. CC ✓ ✓ -
3. RD - ✓ -
4. LD - ✓ ✓
5. AB - ✓ ✓

Kondisi pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa sebelum penerapan


teknik client center counseling mayoritas ke-5 responden ini mengalami kecemasan,
karena mereka takut tidak bisa mengembalikan kepercayaan orang tuanya kembali
dan takut tidak bisa mengembalikan stigma positif terhadap keluarga dan masyarakat
disekitarnya.47

L. Faktor Penyebab Penyalahguna NAPZA Pasien Pecandu NAPZA di Yayasan Bani


Syifa

Berdasarkan penelitian di Yayasan Bani Syifa, peneliti mendapatkan 5 orang


responden untuk dilakukan proses konseling. Setelah mengetahui permasalahan

46
AB, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 23 Oktober 2020, Pukul 20:28-21:49 WIB
47
Responden, Pasien Pecandu NAPZA,wawancara oleh Inah Idofah, di Yayasan Bani Syifa

42
responden, terdapat faktor penyebab dalam penyalahgunaan NAPZA terhadap 5
responden pasien pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa. Adapun faktor dan
penyebab penyalahgunaan NAPZA pasien rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa sebagai
berikut:
1. Responden ZDN
ZDN terjerumus dalam pergaulan yang sangat bebas, orang tua ZDN yang
terlalu sibuk bekerja sehingga kurang memberikan pengawasan kepada ZDN
membuat ZDN merasa bebas dan tidak ada aturan. ZDN merasa penasaran ketika
melihat beberapa temannya sedang menggunakan narkoba dihadapannya, ZDN
tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, kepribadian ZDN yang
masih lemah, ZDN tidak mampu mengendalikan diri, dorongan ingin tahu dan
ingin mencoba, dan ZDN tidak memikirkan akibat dan bahaya dari narkoba.
Semenjak ZDN menjadi penyalahgunaan NAPZA, ZDN selalu bolos sekolah, dan
sering berbohong kepada orang tuanya, ZDN sampai nekat meminjam uang
kepada temannya untuk membeli barang haram tersebut. ZDN menggunakan
narkoba jenis sabu-sabu yang menggunakannya dengan cara menelan atau
menghirup, ZDN tidak hanya mengonsumsi narkoba tetapi ZDN juga suka
mabuk-mabukkan bersama teman-temannya.48
2. Responden CC
Menurut keterangan CC pada tanggal 23 Desember 2019, CC mengetahui
narkoba dari teman kakaknya yang berprofesi sebagai supir angkutan umum,
mereka sering main ke rumah CC. Pada suatu hari mereka mengajak CC ke suatu
tempat, mereka memperkenalkan barang haram tersebut kepada CC, mereka juga
menunjukkan cara memakai narkoba dihadapan CC, mereka memaksa CC untuk
memakainya juga. CC yang awalnya tidak mau dipaksa oleh teman kakaknya
tersebut, mereka marah-marah kepada CC saat CC menolak tidak mau
memakainya. Namun karna kepribadian CC yang masih lemah dan CC juga takut
jika dia menolaknya mereka akan melukai CC, akhirnya CC menuruti keinginan

48
ZDN, Pasien Pecandu NAPZA, wawancara oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 18 Desember 2019
pukul 19:30 WIB

43
mereka. Jenis narkoba yang CC gunakan adalah jenis sabu-sabu yang
menggunakannya dengan cara menelan atau menghirup. Setelah banyaknya sabu-
sabu yang CC hirup, CC mengalami sakaw, CC tidak sadarkan diri hampir 1
minggu, mereka melarang CC untuk pulang ke rumahnya sampai orang tua dan
kakak CC mencarinya. Setelah kejadian tersebut CC merasakan kecanduan pada
narkoba, CC diam-diam mencari dan menanyakan barang haram tersebut kapada
teman kakaknya yang kemarin sudah memperkenalkan dia dengan NAPZA, CC
sampai nekat mencuri uang kedua orang tuanya demi untuk membeli NAPZA.49
3. Responden RD
Menurut keterangan RD pada tanggal 22 Oktober 2020, RD mengetahui
narkoba dari temannya, adanya teman RD yang menjadi penyalahguna narkoba
dan mereka mengajak RD untuk memakai barang haram tersebut, akhirnya
dorongan ingin tahu membuat RD utuk mencobanya. RD yang awalnya
menggunakan NAPZA hanya untuk iseng-iseng saja akhirnya mengakui pada saat
pertama kali dia memakai narkoba RD merasakan kenyamanan dan kenikmatan
pada setiap meminum kopi dan menghisap rokok, RD sempat berhenti memakai
narkoba, namun RD merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya, dia merasa tidak
nikmat dan tidak nyaman pada saat meminum kopi dan pada saat mengisap rokok,
kenikmatan dan kenyamanan yang dia rasakan pada saat dia masih mengonsumsi
narkoba sudah tidak dia rasakan lagi. Akhirnya RD menanyakan barang haram
tersebut kepada temannya, RD merasakan kecanduan dan terus-menerus ingin
memakainya. Jenis narkoba yang RD konsumsi adalah jenis sabu-sabu yang
menggunakannya dengan cara mengisap dan menghirup.50
4. Responden LD
LD mempunyai pergaulan yang sangat bebas, LD mempunyai teman dari
berbagai kalangan, ada yang satu profesi dengan LD, ada yang bekerja di
perusahaan lain, dan ada pula yang pengangguran. Dari sekian banyak teman LD
ada beberapa yang menjadi penyalahguna NAPZA, ketidakmampuan

49
CC, Pasien Pecandu NAPZA, wawancara oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 23 Desember 2019
Pukul 20:00 WIB
50
RD, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 21 Oktober 2020, Pukul 21:16-23:09 WIB.

44
menyesuaikan diri, kepribadian LD yang masih lemah, dan LD yang tidak mampu
mengendalikan dirinya sendiri sehingga dorongan ingin tahu dan ingin
mencobanya ketika melihat beberapa teman LD yang menggunakan narkoba
dihadapannya membuat LD ingin mencobanya juga. LD menggunakan narkoba
jenis sabu-sabu yang menggunakannya dengan cara menelan dan menghirup.
Awal LD memakai narkoba hanya untuk bersenang-senang, selain dari faktor
lingkungan dan rasa penasaran LD, faktor dari keluarga juga yang semakin
mendorong LD untuk menggunakan barang haram tersebut. Komunikasi LD dan
orang tua yang kurang efektif, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga
merupakan faktor yang ikut mendorong LD pada gangguan penggunaan zat
adiktif, sehingga LD tidak berpikir panjang mengenai dampaknya. 51
5. Responden AB
AB yang kesehariannya hanya berkumpul dengan teman-teman
dikampungnya membuat salah satu faktor AB menjadi penyalahguna NAPZA.
Menurut keterangan AB pada tanggal 01 Januari 2020, teman AB yang sudah
memperkenalkan AB dengan barang haram tersebut. Ketidakmampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, kepribadian yang lemah, dan tidak mampu
mengendalikan diri membuat dorongan ingin tahu dan mencobanya ketika melihat
beberapa temannya yang menggunakan narkoba di depan AB. selain itu faktor
dari orang tua, kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua AB terhadapnya
ikut mendorong pada gangguan penggunaan zat adiktif. Faktor lingkungan teman
sebaya juga lebih sangat berpengaruh, adanya kebutuhan akan pergaulan teman
sebaya mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya.
Adakalanya menggunakan NAPZA merupakan suatu hal yang penting bagi
remaja agar diterima dalam kelompok dan dianggap sebagai orang dewasa. AB
menggunakan narkoba jenis pil dan jenis ganja. Narkoba jenis pil
menggunakannya dengan cara meminum seperti minum obat biasa, sedangkan

51
LD, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 02 November 2020, Pukul 20:30-22:00
WIB

45
narkoba jenis ganja menggunakannya dengan cara membakar disatukan dengan
rokok. 52

Tabel 3.2

Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Terhadap Pasien Rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa

NO RESPONDEN DIRI ORANG TUA TEMAN/


SENDIRI (KELUARGA) KELOMPOK
1. ZDN ✓ ✓ ✓
2. CC ✓ - ✓
3. RD ✓ - ✓
4. LD ✓ ✓ ✓
5. AB ✓ ✓ ✓
Faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Bani Syifa dari ke-5
responden ini mayoritas menggunakan NAPZA atas dasar diri sendiri, karena ke-5
responden ini juga mayoritas memiliki teman atau kelompok yang menggunakan
NAPZA, jadi rasa penasaran dari ke-5 responden ini karena sering melihat temannya
menggunakan NAPZA tersebut. Selain faktor dari diri sendiri dan lingkungan orang
tua juga menjadi faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA, rasa depresi dan kurang
perhatian orang tua karena terlalu sibuk bekerja, karena melihiat usia dari responden
yang mayoritas adalah seorang remaja awal mereka masih mencari jati diri yang
melakukan segala sesuatu dengan mencoba-mencoba yang tidak disalurkan kepada hal
yang positif.53

Tabel 3.3

Jenis-jenis NAPZA Yang Digunakan Pasien Pecandu NAPZA

Yayasan Bani Syifa

NO RESPONDEN JENIS NARKOBA LAMA PEMAKAIAN

52
AB, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 23 Oktober 2020, Pukul 20:28-21:49 WIB
53
Responden, pasien pecandu NAPZA, wawamcara oleh inah idofah, di yayasan Bani Syifa .

46
1. ZDN Sabu-sabu 4 Tahun
2. CC Sabu-sabu 2 Bulan
3. RD Sabu-sabu 6 Tahun
4. LD Sabu-sabu 3 Tahun
5. AB Pil Dextro dan Ganja 3 Tahun
Dari ke-5 responden ini mayoritas menggunakan NAPZA jenis sabu-sabu, yang
menggunakannya dengan cara menelan dan menghirup. Responden ZDN
menggunakan NAPZA jenis sabu-sabu dengan lama pemakaian selama 4 tahun,
responden CC menggunakan NAPZA jenis sabu-sabu dengan lama pemakaian 2
bulan, responden RD menggunakan NAPZA jenis sabu-sabu dengan lama pemakaian
selama 6 tahun, responden LD menggunakan NAPZA jenis sabu-sabu dengan lama
pemakaian selama 3 tahun, dan responden AB menggunakan NAPZA jenis pil dextro
dan jenis ganja dengan lama pemakaian selama 3 tahun. 54

54
Responden, Pasien Pecandu NAPZA, wawancara oleh Inah Idofah, di Yayasan Bani Syifa

47
BAB IV
PENERAPAN TEKNIK CLIENT CENTER COUNSELING
TERHADAP PASIEN PECANDU NAPZA

M. Penerapan Teknik Client Center Counseling Kepada Pasien Pecandu NAPZA


Yayasan Bani Syifa

Berdasarkan penelitian di Yayasan Bani Syifa, peneliti mendapatkan 5 orang


responden untuk dilakukan proses konseling. Setelah mengetahui permasalahan
responden, penerapan teknik client center counseling dalam melatih kekuatan mental
pecandu NAPZA terdapat tahapan dan langkah-langkah dalam pelaksanaan penerapan
teknik client center counseling dalam membantu meminimalisir permasalahan responden
dan membantu menguatkan mental pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa. Adapun
proses tersebut yaitu:
1. Responden ZDN
Responden ZDN melakukan proses konseling selama 1 minggu 2 kali
pertemuan setiap pertemuan menghabiskan waktu 30-40 menit. Ada 3 tahap
dalam proses penerapan teknik Client Center Counseling, diantaranya:
a) Tahap pertama
Pada tahap awal ini, peneliti melakukan pendekatan dengan
memperkenalkan diri kepada responden ZDN, dan begitu juga
sebaliknya, ZDN juga memperkenalkan identitas dirinya seperti
menyebutkan nama, usia, pekerjaan, status, dan tempat tinggal. Hal ini
dilakukan untuk menjalin keakraban dan membangun kepercayaan
antara peneliti dengan ZDN (attending). Peneliti melakukan
pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan ZDN, seperti mengetahui
keluarganya, kelebihan dan kekurangan dalam diri ZDN, dan
mengetahui tentang pekerjaannya (question), hal ini untuk
memudahkan membuka percakapan antara peneliti dan responden, dan
untuk menciptakan rasa nyaman dan kondusif.

48
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan ini masih banyak yang harus diperbaiki, dan
proses konseling kurang berjalan dengan lancar karena responden
masih terlihat malu saat bercerita, sehingga proses konseling berjalan
sangat kaku. Peneliti dan responden juga kurang menjalin kedekatan
sehingga responden belum bisa menceritakan permasalahannya lebih
dalam.
b) Tahap kedua
Pada tahap ini peneliti mencoba menggali perasaan dan
pengalaman terkait permasalahan yang sedang dialami oleh ZDN,
sehingga peneliti bisa mengetahui informasi yang lebih mendalam
tentang apa yang sedang dirasakan ZDN, dan untuk mempermudah
peneliti dalam proses konseling ke tahap selanjutnya. Peneliti dan
ZDN bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas
masalah yang dihadapi ZDN. Kemudian peneliti menerangkan dalam
mengatasi permasalahan harus adanya usaha untuk membantu diri
sendiri dalam menghadapi masalah.
ZDN di beri pemahaman bahwa kekecewaan dan hilangnya rasa
kepercayaan keluarga terhadap ZDN karena mereka tidak ingin
anaknya menjadi seorang pecandu NAPZA apalagi menjadi seorang
pengedar narkoba, jika kepercayaan keluarga sudah hilang maka akan
sulit untuk mengembalikannya, karena membangun kembali
kepercayaan orang tua tidak mudah dan membutuhkan waktu yang
cukup lama. Peneliti memberi pemahaman kepada ZDN bahwa ZDN
harus bisa menerima keadaannya saat ini, karena ini konsekuensi dari
perbuatannya, ZDN harus bisa merubah stigma negatif orang tua dan
keluarga dengan cara menunjukan sikap baik yang konsisten kepada
orang tua dan keluarga, yang harus ZDN saat ini lakukan adalah
bersabar dan terus berdoa agar semuanya kembali seperti semula.

49
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan kedua ini proses konseling sudah cukup
baik, karena responden sudah mulai terbuka terhadap permasalahan
yang dihadapinya kepada peneliti, walaupun belum sepenuhnya
terbuka, namun setidaknya responden sudah mengurangi rasa malu
dan kaku ketika proses konseling berjalan.
c) Tahap ketiga
Pada tahap ini peneliti dengan responden ZDN berdiskusi terkait
pendapat ZDN yang diinginkan untuk masa depannya dengan
menggunakan teknik client center counseling. setelah peneliti
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh ZDN, peneliti
menegaskan sikap yang harus di ambil oleh ZDN. Peneliti
memberikan arahan dan motivasi dengan sugesti yang baik untuk
kehidupannya dalam menyelesaikan permasalahannya. Hal ini agar
ZDN bisa mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya sendiri.
ZDN juga diarahkan agar menjauhi teman atau lingkungan yang
kurang baik dan menjauhi teman-teman yang akan menjerumuskan
dirinya terhadap obat-obatan terlarang (NAPZA).
Evaluasi:
Proses konseling berjalan dengan baik, responden juga sudah
mulai terbuka dengan semua permasalahan yang sedang dihadapi.
Responden sudah bisa menemukan caranya sendiri dalam mengambil
keputusan tentang permasalahannya, dan responden mulai mampu
memahami dirinya sendiri. Tetapi kedekatan peneliti dan responden
harus tetap ditingkatkan lagi.
d) Tahap keempat
Setelah melakukan proses konseling dengan menggunakan teknik
client center counseling dengan tujuan untuk memperkuat mental
pecandu NAPZA terhadap stigma negatif keluarga dan masyarakat
disekitarnya, tahapan selanjutnya melihat perkembangan pasien
pecandu NAPZA dari kondisi sebelumnya. seperti, hasil dari proses

50
konseling responden bisa lebih berpikir positif, responden sudah bisa
mengambil keputusan tentang permasalahannya dan juga sudah
mampu memahami dirinya sendiri. Responden juga sudah mulai
percaya diri bahwa dia mampu merubah keadaannya menjadi lebih
baik lagi. Sementara peneliti memberikan semangat dan pujian karena
responden sudah mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri dengan
kemampuan yang responden miliki. Kemudian proses konseling
ditutup dengan doa agar apa yang diharapkan bisa tercapai.
2. Responden CC
Responden CC melakukan proses konseling selama 1 minggu 2 kali
pertemuan setiap pertemuan menghabiskan waktu 30-40 menit. Ada 3 tahap
dalam proses penerapan teknik Client Center Counseling, diantaranya:
a) Tahap pertama
Pada tahap awal ini, peneliti melakukan pendekatan dengan
memperkenalkan diri kepada responden CC dan begitu juga
sebaliknya, CC juga memperkenalkan identitas dirinya seperti
menyebutkan nama, usia, pekerjaan, status, dan tempat tinggal. Hal
ini dilakukan untuk menjalin keakraban dan membangun
kepercayaan antara peneliti dengan responden. (attending). Pada
tahap ini juga peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan seputar
kehidupan CC, seperti mengetahui keluarganya, kelebihan dan
kekurangan dalam diri CC, dan mengetahui tentang pekerjaannya
(question), hal ini untuk memudahkan membuka percakapan antara
peneliti dan responden, dan untuk menciptakan rasa nyaman dan
kondusif.
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan ini masih banyak yang harus
diperbaiki, dan proses konseling kurang berjalan dengan lancar
karena responden masih terlihat malu saat bercerita, sehingga
proses konseling berjalan sangat kaku. Peneliti dan responden juga

51
kurang menjalin kedekatan sehingga responden belum bisa
menceritakan permasalahannya lebih dalam
b) Tahap kedua
Pada tahap ini peneliti mencoba menggali perasaan dan
pengalaman terkait permasalahan yang sedang di alami CC,
sehingga peneliti bisa mengetahui informasi yang lebih mendalam
tentang apa yang sedang dirasakan oleh CC, dan untuk
mempermudah peneliti dalam proses konseling ke tahap
selanjutnya. Peneliti dan CC bersama-sama membahas dan
menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi CC. Kemudian
peneliti menerangkan dalam mengatasi permasalahan harus adanya
usaha untuk membantu diri sendiri dalam menghadapi masalah.
Peneliti memberikan pemahaman kepada CC bahwa CC
harus bisa menerima semua yang terjadi saat ini, CC harus bisa
menerima keadaannya yang kini sedang di rehabilitasi di Yayasan
Bani Syifa, CC harus bisa menunjukan kepada orang tua dan
masyarakat bahwa CC tidak akan berubah menjadi lebih baik lagi.
Peneliti memberi pemahaman bahwa perbuatan yang sudah CC
lakukan merugikan orang-orang disekitarnya terutama orang tua
dan juga merugikan diri sendiri. Dampak dari kesalahan yang
sudah CC lakukan adalah dijauhi oleh taman, keluarga, dan
masyarakat, bukan hanya dampak sosial saja yang akan CC
dapatkan, tapi juga berdampak pada kesehatan, seperti gangguan
pada sistem syaraf (kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, dan kerusakan syaraf tepi), gangguan pembuluh jantung
dan darah, gangguan pada kulit, paru-paru, dan bagi pengguna
melalui jarum suntik khususnya secara bergantian resikonya
tertular penyakit seperti hepatitis B, C dan HIV.55

55
Sumarlin Adam, “Dampak Narkotika Pada Psikologis dan Kesehatan Masyarakat”, Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam IAIN Amai Gorontalo, P.6, Minggu 02 Februari 2020, Pukul 13:23.

52
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan kedua ini proses konseling sudah
cukup baik, karena responden sudah mulai terbuka terhadap
permasalahan yang dihadapinya kepada peneliti, walaupun belum
sepenuhnya terbuka, namun setidaknya responden sudah
mengurangi rasa malu dan kaku ketika proses konseling berjalan
c) Tahap ketiga
Pada tahap ini peneliti dengan responden CC berdiskusi
terkait pendapat CC yang diinginkan untuk masa depannya dengan
menggunakan teknik client centre counseling. Setelah peneliti
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh CC, peneliti
menegaskan sikap yang harus di ambil oleh CC. Peneliti
memberikan arahan dan motivasi dengan sugesti yang baik untuk
kehidupannya dalam menyelesaikan permasalahannya. Hal ini agar
CC bisa mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya
sendiri. CC juga diarahkan agar tetap berfikir positif dan terus
berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, dan
menjauhi perbuatan yang akan merugikan dirinya sendiri.
Evaluasi:
Proses konseling berjalan dengan baik, responden juga
sudah mulai terbuka dengan semua permasalahan yang sedang
dihadapi. Responden sudah bisa menemukan caranya sendiri dalam
mengambil keputusan tentang permasalahannya, dan responden
mulai mampu memahami dirinya sendiri. Tetapi kedekatan peneliti
dan responden harus tetap ditingkatkan lagi.
d) Tahap keempat
Setelah melakukan proses konseling dengan menggunakan
teknik client center counseling dengan tujuan untuk memperkuat
mental pecandu NAPZA terhadap stigma negative keluarga dan
masyarakat disekitarnya, tahapan selanjutnya melihat
perkembangan pasien pecandu NAPZA dari kondisi sebelumnya.

53
seperti, hasil dari proses konseling responden bisa lebih berpikir
positif, responden sudah bisa mengambil keputusan tentang
permasalahannya dan juga sudah mampu memahami dirinya
sendiri. Responden juga sudah mulai percaya diri bahwa dia
mampu merubah keadaannya menjadi lebih baik lagi. Sementara
peneliti memberikan semangat dan pujian karena responden sudah
mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri dengan kemampuan
yang responden miliki. Kemudian proses konseling ditutup dengan
doa agar apa yang diharapkan bisa tercapai.
3. Responden RD
Responden RD melakukan proses konseling selama 1 minggu 2 kali
pertemuan setiap pertemuan menghabiskan waktu 30-40 menit. Ada 3 tahap
dalam proses penerapan teknik Client Center Counseling, diantaranya:
a) Tahap pertama
Pada tahap awal ini, peneliti melakukan pendekatan dengan
memperkenalkan diri kepada RD dan begitu juga sebaliknya, RD
juga memperkenalkan identitas dirinya seperti menyebutkan nama,
usia, pekerjaan, status, dan tempat tinggal. Hal ini dilakukan untuk
menjalin keakraban dan membangun kepercayaan antara peneliti
dengan RD (attending). Pada tahap ini juga peneliti melakukan
pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan RD, seperti mengetahui
keluarganya, kelebihan dan kekurangan dalam diri RD, dan
mengetahui tentang pekerjaannya (question), hal ini untuk
memudahkan membuka percakapan antara peneliti dan RD, dan
untuk menciptakan rasa nyaman dan kondusif.
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan ini masih banyak yang harus
diperbaiki, dan proses konseling kurang berjalan dengan lancar
karena responden masih terlihat malu saat bercerita, sehingga
proses konseling berjalan sangat kaku. Peneliti dan responden juga

54
kurang menjalin kedekatan sehingga responden belum bisa
menceritakan permasalahannya lebih dalam.
b) Tahap kedua
Pada tahap ini peneliti mencoba menggali perasaan dan
pengalaman terkait permasalahan yang sedang di alami RD,
sehingga peneliti bisa mengetahui informasi yang lebih mendalam
tentang apa yang sedang dirasakan RD, dan untuk mempermudah
peneliti dalam proses konseling ke tahap selanjutnya. Peneliti dan
responden bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi
atas masalah yang dihadapi oleh RD. Kemudian peneliti
menerangkan dalam mengatasi permasalahan harus adanya usaha
untuk membantu diri sendiri dalam menghadapi masalah.
Peneliti memberi pemahaman bahwa perbuatan yang sudah
RD lakukan merugikan orang-orang disekitarnya terutama orang
tua dan juga merugikan diri sendiri. Dampak dari kesalahan yang
sudah mereka lakukan adalah dijauhi oleh taman, keluarga, dan
masyarakat, bukan hanya dampak dari sosial saja yang akan
mereka terima, tapi juga berdampak pada kesehatan mereka,
seperti gangguan pada sistem syaraf (kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, dan kerusakan syaraf tepi), gangguan
pembuluh jantung dan darah, gangguan pada kulit, paru-paru, dan
bagi pengguna melalui jarum suntik khususnya secara bergantian
resikonya tertular penyakit seperti hepatitis B, C dan HIV.56
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan kedua ini proses konseling sudah
cukup baik, karena responden sudah mulai terbuka terhadap
permasalahan yang dihadapinya kepada peneliti, walaupun belum

56
Sumarlin Adam, “Dampak Narkotika Pada Psikologis dan Kesehatan Masyarakat”, Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam IAIN Amai Gorontalo, P.6, Minggu 02 Februari 2020, Pukul 13:23.

55
sepenuhnya terbuka, namun setidaknya responden sudah
mengurangi rasa malu dan kaku ketika proses konseling berjalan.
c) Tahap ketiga
Pada tahap ini peneliti dengan responden berdiskusi terkait
pendapat responden yang diinginkan untuk masa depannya dengan
menggunakan teknik client centre counseling. setelah peneliti
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh RD, peneliti
menegaskan sikap yang harus di ambil oleh RD. Peneliti
memberikan arahan dan motivasi dengan sugesti yang baik untuk
kehidupannya dalam menyelesaikan permasalahannya. Hal ini agar
RD bisa mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya
sendiri. RD diarahkan agar menjauhi teman atau lingkungan yang
kurang baik dan menjauhi teman-teman yang akan menjerumuskan
dirinya terhadap obat-obatan terlarang (NAPZA). RD juga
diarahkan agar tetap berfikir positif dan terus berusaha untuk
menjadi manusia yang lebih baik lagi, dan menjauhi perbuatan
yang akan merugikan dirinya sendiri. RD harus bisa meyakinkan
dan menunjukan kepada keluarga maupun masyarakat disekitarnya
bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatan yang sama. Peneliti
juga mengarahkan agar RD harus lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT agar dijauhkan dengan hal-hal buruk yang akan
merugikan diri sendiri, serta peneliti memberikan dorongan
(encouragement) terhadap RD untuk mengambil keputusan tanpa
ada campur tangan peneliti.
Evaluasi:
Proses konseling berjalan dengan baik, responden juga
sudah mulai terbuka dengan semua permasalahan yang sedang
dihadapi. Responden sudah bisa menemukan caranya sendiri dalam
mengambil keputusan tentang permasalahannya, dan responden
mulai mampu memahami dirinya sendiri. Tetapi kedekatan peneliti
dan responden harus tetap ditingkatkan lagi.

56
d) Tahap keempat
Setelah melakukan proses konseling dengan menggunakan
teknik client center counseling dengan tujuan untuk memperkuat
mental pecandu NAPZA terhadap stigma negative keluarga dan
masyarakat disekitarnya, tahapan selanjutnya melihat
perkembangan pasien pecandu NAPZA dari kondisi sebelumnya.
seperti, hasil dari proses konseling responden bisa lebih berpikir
positif, responden sudah bisa mengambil keputusan tentang
permasalahannya dan juga sudah mampu memahami dirinya
sendiri. Responden juga sudah mulai percaya diri bahwa dia
mampu merubah keadaannya menjadi lebih baik lagi. Sementara
peneliti memberikan semangat dan pujian karena responden sudah
mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri dengan kemampuan
yang responden miliki. Kemudian proses konseling ditutup dengan
doa agar apa yang diharapkan bisa tercapai.
4. Responden LD
Responden LD melakukan proses konseling selama 1 minggu 2 kali
pertemuan setiap pertemuan menghabiskan waktu 30-40 menit. Ada 3 tahap
dalam proses penerapan teknik Client Center Counseling, diantaranya:
a) Tahap pertama
Pada tahap awal ini, peneliti melakukan pendekatan dengan
memperkenalkan diri kepada LD dan begitu juga sebaliknya, LD
juga memperkenalkan identitas dirinya seperti menyebutkan nama,
usia, pekerjaan, status, dan tempat tinggal. Hal ini dilakukan untuk
menjalin keakraban dan membangun kepercayaan antara peneliti
dengan responden. (attending). Pada tahap ini juga peneliti
melakukan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan LD, seperti
mengetahui keluarganya, kelebihan dan kekurangan dalam diri LD,
dan mengetahui tentang pekerjaannya (question), hal ini untuk
memudahkan membuka percakapan antara peneliti dan responden,
dan untuk menciptakan rasa nyaman dan kondusif.

57
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan ini masih banyak yang harus
diperbaiki, dan proses konseling kurang berjalan dengan lancar
karena responden masih terlihat malu saat bercerita, sehingga
proses konseling berjalan sangat kaku. Peneliti dan responden juga
kurang menjalin kedekatan sehingga responden belum bisa
menceritakan permasalahannya lebih dalam.
b) Tahap kedua
Pada tahap ini peneliti mencoba menggali perasaan dan
pengalaman terkait permasalahan yang sedang di alami LD,
sehingga peneliti bisa mengetahui informasi yang lebih mendalam
tentang apa yang sedang dirasakan LD, dan untuk mempermudah
peneliti dalam proses konseling ke tahap selanjutnya. Peneliti dan
LD bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas
masalah yang dihadapi responden. Kemudian peneliti
menerangkan dalam mengatasi permasalahan harus adanya usaha
untuk membantu diri sendiri dalam menghadapi masalah.
Peneliti memberi pemahaman kepada LD bahwa narkoba
sangat tidak baik bagi kehidupannya, baik bagi kesehatan maupun
bagi kehidupan sosialnya. Dampak dari narkoba tersebut
merugikan orang-orang yang ada disekitarnya terutama orang tua.
LD juga diberi pemahaman bahwa dia harus ingat dengan anaknya
yang masih butuh bimbingan dari seorang ibu, jika LD tidak bisa
membimbing dirinya sendiri, bagaimana dia bisa membimbing
anaknya.
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan kedua ini proses konseling sudah
cukup baik, karena responden sudah mulai terbuka terhadap
permasalahan yang dihadapinya kepada peneliti, walaupun belum
sepenuhnya terbuka, namun setidaknya responden sudah
mengurangi rasa malu dan kaku ketika proses konseling berjalan.

58
c) Tahap ketiga
Pada tahap ini peneliti dengan LD berdiskusi terkait
pendapat LD yang diinginkan untuk masa depannya dengan
menggunakan teknik client center counseling. setelah peneliti
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh LD, peneliti
menegaskan sikap yang harus di ambil oleh LD. Peneliti
memberikan arahan dan motivasi dengan sugesti yang baik untuk
kehidupannya dalam menyelesaikan permasalahannya. Hal ini agar
LD bisa mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya
sendiri. LD diarahkan agar menjauhi teman atau lingkungan yang
kurang baik dan menjauhi teman-teman yang akan menjerumuskan
dirinya terhadap obat-obatan terlarang (NAPZA). LD juga
diarahkan agar tetap berpikir positif dan terus berusaha untuk
menjadi manusia yang lebih baik lagi, dan menjauhi perbuatan
yang akan merugikan dirinya sendiri. LD harus bisa meyakinkan
dan menunjukan kepada keluarga maupun masyarakat disekitarnya
bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatan yang sama.
Evaluasi:
Proses konseling berjalan dengan baik, responden juga
sudah mulai terbuka dengan semua permasalahan yang sedang
dihadapi. Responden sudah bisa menemukan caranya sendiri dalam
mengambil keputusan tentang permasalahannya, dan responden
mulai mampu memahami dirinya sendiri. Tetapi kedekatan peneliti
dan responden harus tetap ditingkatkan lagi.
d) Tahap keempat
Setelah melakukan proses konseling dengan menggunakan
teknik client center counseling dengan tujuan untuk memperkuat
mental pecandu NAPZA terhadap stigma negative keluarga dan
masyarakat disekitarnya, tahapan selanjutnya melihat
perkembangan pasien pecandu NAPZA dari kondisi sebelumnya.
seperti, hasil dari proses konseling responden bisa lebih berpikir

59
positif, responden sudah bisa mengambil keputusan tentang
permasalahannya dan juga sudah mampu memahami dirinya
sendiri. Responden juga sudah mulai percaya diri bahwa dia
mampu merubah keadaannya menjadi lebih baik lagi. Sementara
peneliti memberikan semangat dan pujian karena responden sudah
mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri dengan kemampuan
yang responden miliki. Kemudian proses konseling ditutup dengan
doa agar apa yang diharapkan bisa tercapai.
5. Responden AB
Responden AB melakukan proses konseling selama 1 minggu 2 kali
pertemuan setiap pertemuan menghabiskan waktu 30-40 menit. Ada 3 tahap
dalam proses penerapan teknik Client Center Counseling, diantaranya:
a) Tahap pertama
Pada tahap awal ini, peneliti melakukan pendekatan dengan
memperkenalkan diri kepada AB dan begitu juga sebaliknya, AB
juga memperkenalkan identitas dirinya seperti menyebutkan nama,
usia, pekerjaan, status, dan tempat tinggal. Hal ini dilakukan untuk
menjalin keakraban dan membangun kepercayaan antara peneliti
dengan AB. (attending). Pada tahap ini juga peneliti melakukan
pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan AB, seperti mengetahui
keluarganya, kelebihan dan kekurangan dalam diri AB, dan
mengetahui tentang pekerjaannya (question), hal ini untuk
memudahkan membuka percakapan antara peneliti dan responden,
dan untuk menciptakan rasa nyaman dan kondusif.
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan ini masih banyak yang harus
diperbaiki, dan proses konseling kurang berjalan dengan lancar
karena responden masih terlihat malu saat bercerita, sehingga
proses konseling berjalan sangat kaku. Peneliti dan responden juga
kurang menjalin kedekatan sehingga responden belum bisa
menceritakan permasalahannya lebih dalam.

60
b) Tahap kedua
Pada tahap ini peneliti mencoba menggali perasaan dan
pengalaman terkait permasalahan yang sedang di alami AB,
sehingga peneliti bisa mengetahui informasi yang lebih mendalam
tentang apa yang sedang dirasakan AB, dan untuk mempermudah
peneliti dalam proses konseling ke tahap selanjutnya. Peneliti dan
AB bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas
masalah yang dihadapi oleh AB. Kemudian peneliti menerangkan
dalam mengatasi permasalahan harus adanya usaha untuk
membantu diri sendiri dalam menghadapi masalah.
AB di beri pemahaman bahwa kekecewaan dan hilangnya
rasa percaya keluarga terhadap AB karena mereka tidak ingin
anaknya menjadi pecandu NAPZA, karena untuk mengembalikan
kepercayaan itu kembali tidak mudah. AB juga di beri pemahaman
bahwa ketika keluarga ataupun masyarakat terdekat menjauhi
bahkan sampai mengucilkan itu karena mereka tidak ingin anaknya
terpengaruh bahkan sampai terjerumus dalam hal yang sama.
Tetapi pemikiran tersebut akan hilang dan akan kembali seperti
semula jika AB bisa menunjukan kepada orang-orang disekitarnya
bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Evaluasi:
Pada tahap pertemuan kedua ini proses konseling sudah
cukup baik, karena responden sudah mulai terbuka terhadap
permasalahan yang dihadapinya kepada peneliti, walaupun belum
sepenuhnya terbuka, namun setidaknya responden sudah
mengurangi rasa malu dan kaku ketika proses konseling berjalan.
c) Tahap ketiga
Pada tahap ini peneliti dengan AB berdiskusi terkait
pendapat AB yang diinginkan untuk masa depannya dengan
menggunakan teknik client center counseling. setelah peneliti
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh responden, peneliti

61
menegaskan sikap yang harus di ambil oleh AB. Peneliti
memberikan arahan dan motivasi dengan sugesti yang baik untuk
kehidupannya dalam menyelesaikan permasalahannya. Hal ini agar
AB bisa mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya
sendiri.
AB diarahkan agar menjauhi teman atau lingkungan yang
kurang baik dan menjauhi teman-teman yang akan menjerumuskan
dirinya terhadap obat-obatan terlarang (NAPZA). AB juga
diarahkan agar tetap berpikir positif dan terus berusaha untuk
menjadi manusia yang lebih baik lagi, dan menjauhi perbuatan
yang akan merugikan dirinya sendiri. AB harus bisa meyakinkan
dan menunjukan kepada keluarga maupun masyarakat disekitarnya
bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatan yang sama
Evaluasi:
Proses konseling berjalan dengan baik, responden juga
sudah mulai terbuka dengan semua permasalahan yang sedang
dihadapi. Responden sudah bisa menemukan caranya sendiri dalam
mengambil keputusan tentang permasalahannya, dan responden
mulai mampu memahami dirinya sendiri. Tetapi kedekatan peneliti
dan responden harus tetap ditingkatkan lagi.
d) Tahap keempat
Setelah melakukan proses konseling dengan menggunakan
teknik client center counseling dengan tujuan untuk memperkuat
mental pecandu NAPZA terhadap stigma negative keluarga dan
masyarakat disekitarnya, tahapan selanjutnya melihat
perkembangan pasien pecandu NAPZA dari kondisi sebelumnya.
seperti, hasil dari proses konseling responden bisa lebih berpikir
positif, responden sudah bisa mengambil keputusan tentang
permasalahannya dan juga sudah mampu memahami dirinya
sendiri. Responden juga sudah mulai percaya diri bahwa dia
mampu merubah keadaannya menjadi lebih baik lagi. Sementara

62
peneliti memberikan semangat dan pujian karena responden sudah
mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri dengan kemampuan
yang responden miliki. Kemudian proses konseling ditutup dengan
doa agar apa yang diharapkan bisa tercapai.

N. Hasil Dan Dampak Penerapan Client Center Counseling Kepada Pasien Pecandu
NAPZA

Hasil penerapan teknik client center counseling dalam menguatkan mental


pecandu NAPZA di yayasan Bani Syifa bisa dilihat dari perubahan dan perkembangan
responden setelah menjalankan proses konseling. Adapun perubahannya yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Responden ZDN
Setelah menjalani proses konseling selama 4 kali pertemuan, ZDN
mengalami perubahan yang sangat baik. ZDN sudah terlihat sangat tenang dan
sudah bisa berpikir positif bahwa dia mampu untuk bisa mengembalikan
kepercayaan orangtuanya kembali seperti dulu, dan dia sudah bisa mengambil
keputusan tentang permasalahannya. ZDN mengatakan:
“saya yakin bisa mengembalikan kepercayaan orangtua saya kembali, dan
saya akan menunjukan kepada kedua orangtua saya maupun kepada keluarga
besar saya bahwa saya akan benar-benar berubah dan tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama”.57
Menurut keterangan ZDN pada tanggal 25 Oktober 2020 ZDN sudah
keluar dari yayasan Bani Syifa, ZDN sekarang sudah bekerja di salah satu
perusahaan di tempat mamahnya bekerja. ZDN bisa membuktikan kepada
orang tuanya bahwa dia bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
ZDN juga sudah bisa membuktikan kepada seluruh keluargany bahwa dia
sekarang tidak seperti apa yang mereka pikirkan kemarin, sekarang hubungan
orang tua ZDN dan seluruh keluarganya sudah membaik, mereka sudah

57
ZDN, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 06 Januari 2020
pukul 19:00 WIB

63
menerima kehadiran ZDN kembali, mereka juga sudah tidak mengucilkan
kedua orang tua ZDN. Kini orang tua ZDN sudah memberi kepercayaan
kembali kepada ZDN, dan ZDN tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini
karena keinginan ZDN saat ini adalah membahagiakan kedua orang tuanya,
dia tidak mau membuat orang tuanya kecewa lagi karena perbuatannya.
ZDN mengatakan “semoga saya tidak masuk ke lubang yang sama”.
Selalu ada usaha diri untuk merubah sikap dan pikiran. Merubah sikap agar
menjadi pribadi yang lebih baik lagi, terutama agar bisa menghormati kedua
orang tua, dan yang kedua merubah pikiran agar tidak terpengaruh oleh
siapa pun, apalagi terpengaruh dalam hal negatif yang akan membuat diri
sendiri rugi”. 58
Menurut keterangan orang tua ZDN pada tanggal 26 Oktober 2020 bahwa
ZDN sekarang sudah lebih baik dari kemarin, mereka juga sudah memberi
kepercayaan kepada ZDN walaupun tidak sepenuhnya, hubungan dengan
keluarga besar juga sudah membaik, orang tua ZDN hanya bisa berharap jika
ZDN bisa menjadi manusia lebih baik lagi.59
2. Responden CC
Setelah melakukan proses konseling dengan CC selama 4 kali pertemuan,
sudah terlihat perubahan dan perkembangannya. CC sudah tidak menangis
lagi, CC sudah bisa berpikir dewasa dan positif, dia sudah bisa menerima
keadaannya saat ini, CC sekarang belajar untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT. CC mengatakan “sekarang aku lebih berhati-hati dengan
orang yang baru aku kenal, karena aku takut orang yang baru aku kenal
membawa hal buruk kepadaku seperti yang dilakukan oleh teman kakaku”.60
CC saat ini masih berada di yayasan Bani Syifa, karena orang tua CC
ingin CC benar-benar berhenti menggunakan NAPZA. Menurut keterangan
salah satu pengurus yayasan Bani Syifa kondisi CC saat ini cukup membaik,

58
ZDN, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 25 Oktober 2020, Pukul 14:23-16:01 WIB
59
Orang tua ZDN, Wawancara Oleh Inah Idofah, 26 Oktober 2020 Pukul 12:35-13:49 WIB
60
CC Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 06 Januari 2020
pukul 20:30 WIB

64
hanya saja terkadang CC merengek meminta pulang, tetapi pihak yayasan
belum mengizinkan karena kondisi CC belum sepenuhnya normal. CC masih
butuh bimbingan khusus, karena diusia CC saat ini pikiran CC masih labil dan
belum mempunyai pendirian, dan gampang terpengaruh. 61
3. Responden RD
Setelah melakukan proses konseling RD terlihat sudah percaya diri dan
berpikir positif bahwa semuanya tidak ada yang tidak mungkin, RD
mengatakan “saya harus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, dan saya
berusaha untuk meyakinkan orang-orang yang ada disekitar saya bahwa saya
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, saya juga sudah bisa menerima
jika istri saya meminta untuk berpisah dengan saya karena ini memang
kesalahan saya dan saya harus menerima konsekuensi dari perbuatan
saya”.62 RD kini lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan hanya bisa
berdoa agar apa yang dia harapkan bisa terwujud.
Menurut keterangan RD pada tanggal 22 Oktober 2020 bahwa RD kini
sudah menjadi orang kepercayaan di yayasan Bani Syifa, yang kebetulan juga
RD adalah salah satu keluarga dari pemilik yayasan tersebut. KH. Syahruddin
sudah sepenuhnya menyerahkan pekerjaan yayasan kepada RD dengan di
damping oleh Toni Azhari sebagai konselor adiksi di yayasan Bani Syifa. RD
di percaya untuk membimbing para pecandu NAPZA yang ada di yayasan,
RD juga di percaya oleh orang tua pasien untuk membimbing keluarganya
yang berada di yayasan Bani Syifa baik pasien dari ODGJ maupun pasien dari
pecandu NAPZA.
RD mengaku bahwa dulu pada saat dia masih menggunakan narkoba RD
selalu merasakan kenyamanan, ketenangan dan kebahagiaan, namun itu semua
hanya sesaat, sekarang RD mengaku walaupun dia sudah tidak menggunakan
NAPZA lagi hidupnya masih tetap nyaman, tenang dan bahagia yang
sesungguhnya. RD mengaku dulu dia adalah orang yang sering

61
Pengurus Yayasan Bani Syifa, Wawancara Oleh Inah Idofah, 25 Oktober 2020, Pukul 13:00-14:25 WIB
62
RD Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 07 Januari 2020
pukul 17:00 WIB

65
menggampangkan sesuatu tanpa memikirkan dampak panjangnya. RD
mengatakan “saya tidak menyesal pernah menjadi seorang pecandu NAPZA,
karena dari situ saya banyak mengambil pelajaran, jika tidak adanya
masalah kemarin mungkin saya tidak akan menjadi seperti saat ini, saya
benar-benar bersyukur”. RD sekarang merasa tenang dan sangat bahagia
karena dia sudah bisa kembali dengan istri dan keluarganya, apalagi sekarang
istrinya sedang mengandung anak pertamanya. RD benar-benar bersyukur
karena Allah SWT telah mengambulkan doa-doanya, ini adalah berkat dari
kesabaran RD dan kesungguhan RD menjadi manusia yang lebih baik lagi.63
4. Responden LD
Keadaan LD sekarang lebih membaik dari keadaan sebelumnya, LD sudah
bisa menerima apapun yang akan terjadi terhadapnya. LD lebih percaya diri
bahwa dia bisa mengembalikan kepercayaan orang tuanya. LD mengatakan
“saya sudah berjanji pada diri saya sendiri, bahwa saya akan berubah
menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, saya akan menjauhkan diri saya dari
hal-hal yang akan merugikan saya sendiri. Dan saya akan menunjukan
kepada orang-orang disekitar saya khususnya orangtua saya sendiri bahwa
saya akan menjadi orang yang jauh lebih baik”.64 LD ingin memfokuskan diri
untuk membesarkan anaknya, karena dia tidak mau anaknya melakukan hal
yang sama yang pernah LD lakukan. LD hanya bisa berdoa semoga apa yang
dia harapkan bisa terwujud.
Menurut keterangan LD pada tanggal 24 Oktober 2020, LD sekarang
sudah bekerja kembali di salah satu perusahaan yang berada di daerah dekat
rumahnya, selain sudah kembali bekerja LD juga ingin lebih memfokuskan
diri untuk mengurus anaknya. Tidak hanya itu, orang tua LD juga kini sudah
memberi kepercayaan kembali kepada LD walaupun tidak sepenuhnya. LD
mengatakan “saya bersyukur karena orang tua saya masih memberi saya
kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, saya senang karena

63
RD, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 22 Oktober 2020, Pukul 21:16-23:09 WIB.
64
LD Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah di Yayasan Bani Syifa, 07 Januari 2020
pukul 20:00 WIB

66
sekarang orang tua saya sudah memberikan kepercayaan kembali kepada
saya, saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, saya akan terus
membuktikan kepada kedua orang tua saya bahwa saya memang ingin
menjadi manusia yang lebih baik lagi”.65
5. Responden AB
Setelah melakukan proses konseling AB terlihat lebih baik dari
sebelumnya, AB lebih rajin melaksanakan ibadah shalat lima waktu, terlihat
ceria dan percaya diri bahwa semuanya tidak ada yang tidak mungkin, dia
meyakinkan diri bahwa dia pasti bisa merubah keadaan menjadi lebih baik
dari sebelumnya. AB sudah bisa berpikir positif. AB mengatakan “semua
orang mempunyai masa lalu, begitupun saya sendiri. Saya kemarin pernah
melakukan hal yang membuat kedua orangtua saya malu. Tapi semuanya
saya ambil hikmah dan pelajarannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik
lagi”.66
Menurut keterangan AB pada tanggal 23 Oktober 2020 bahwa kini AB
sudah kembali hidup normal seperti biasanya, tidak ada rasa khawatir dan
gelisah, AB sekarang merasa lebih tenang. AB sekarang sudah bekerja di
salah satu perusahaan yang ada di daerah dekat rumahnya. AB sudah bisa
membuktikan pada keluarganya bahwa dia mampu menjadi manusia yang
lebih baik lagi. AB sekarang sudah tidak pernah berkumpul dan bermain
dengan teman-teman yang ada di kampungnya, karena AB takut terpengaruh
oleh teman-temannya yang masih mengonsumsi NAPZA.67
Tabel 4.2
Keberhasilan Penerapan Teknik Client Center Counseling Terhadap Pasien
Pecandu NAPZA Di Yayasan Bani Syifa
NO RESPONDEN DEPRESI CEMAS TIDAK

65
LD, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 24, Oktober 2020, Pukul 20:19-21:22 WIB
66
AB Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Ina Idofah di Yayasan Bani Syifa, 08 Januari 2020
pukul 16:00 WIB
67
AB, Pasien Pecandu NAPZA, Wawancara Oleh Inah Idofah, 23 Oktober 2020, Pukul 20:28-21:49 WIB

67
PERCAYA DIRI
1. ZDN - - -
2. CC ✓ - -
3. RD - - -
4. LD - - -
5. AB - - -
Ke-5 responden tersebut mengalami perubahan yang baik, sehingga bisa
dikatakan bahwa proses pernerapan teknik client center counseling dalam melatih
kekuatan mental pecandu NAPZA dapat dikatakan “berhasil” walaupun masih ada 1
responden yang masih belum mengalami perubahan dengan baik, dan dalam proses
penerapan tersebut memerlukan waktu yang relatif cukup lama dan butuh
kekonsistenan dalam menerapkannya.68

O. Kendala Dalam Melakukan Penerapan Teknik Client Center Counseling Kepada


Pasien Pecandu NAPZA

Pada tahap konseling dilaksanakan, ada beberapa faktor kendala dalam proses
konseling bagi pasien pecandu NAPZA di yayasan Bani Syifa. Adapun kendala-kendala
yang dialami pada proses konseling berasal dari fasilitas di yayasan Bani Syifa.
1. Kurangngya fasilitas di Yayasan Bani Syifa
Sebagai yayasan rehabilitasi yang ada di Banten, yayasan Bani Syifa
terbilang mempunyai pasien cukup banyak, baik pasien ODGJ maupun
pasien pecandu NAPZA. Pasien ODGJ memang lebih banyak dari pasien
pecandu NAPZA, namun fasilitas untuk pasien pecandu NAPZA kurang
memadai. Seperti kurangnya kamar mandi dan tidak adanya ruang khusus
terapi. Terapi kesulitan mendapat tempat yang nyaman dan kondusif untuk
melakukan proses konsling, sehingga ini menjadi salah satu kendala dan
menjadi penghambat.
2. Pihak pengurus

68
Responden, Pasien Pecandu NAPZA, wawancara oleh Inah Idofah, di Yayasan Bani Syifa

68
Selain itu, jadwal tugas pengurus tidak teratur. Yayasan rehabilitasi
tentunya memiliki standar etika yang professional sebagai salah satu upaya
meningkatkan kualitas dan juga untuk mengurangi masalah-masalah yang
muncul nantinya. Namun dalam hal ini jadwal tugas yang ada di yayasan tidak
teratur bahkan belum dilakukan dengan baik. Sehingga peneliti kesulitan
untuk bertemu dengan pengurus dan pasien kurang mendapat perhatian dari
para pengurus di yayasan Bani Syifa. sehingga hal ini menghambat proses
penyembuhan mereka.

69
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan teknik client center counseling dalam
melatih kekuatan mental pecandu NAPZA di yayasan Bani Syifa Bendung Baru
Pamarayan, peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
Pertama, Yayasan Pondok Pesantren Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Kp.
Penyabrangan Desa. Penyabrangan Kec. Cikeusal Kab Serang Banten, sebuah yayasan
yang bergerak di bidang kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan sosial (LKSA
Rehabilitasi expsikotik/kejiwaan, penyalahguna HIV/AIDS dan korban penyalahgunaan
narkoba (NAPZA). Keberadaannya di tengah tatanan masyarakat global sangat
berpengaruh penting strategi dalam proses pembentukan dan pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, disamping ia juga secara sosiologis dan sekaligus
sebagai lembaga yang bergerak dalam kesejahteraan sosial. Yayasan Bani Syifa
Pamarayan berlokasi di Jalan Raya Baru Pamarayan Kp. Panyabrangan Desa.
Panyabrangan Kec. Cikeusal Kab. Serang Prov. Banten.
Kedua, responden ke 5 pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa dengan 2 orang
perempuan dan 3 orang laki-laki yang baru masuk ke yayasan pada bulan yang berbeda
dan tahun yang sama, dari masing-masing responden ada yang baru saja 3 bulan, lima
bulan, dua minggu, bahkan baru ada yang 2 hari di yayasan Bani Syifa. Lima responden
mengungkapkan masalahnya yaitu rasa penyesalan, depresi, cemas, dan rasa tidak
percaya diri
Ketiga, hasil penerapan teknik client center counseling dalam melatih kekuatan
mental pecandu NAPZA di Yayasan Bani Syifa, dilihat dari kondisi sebelum melakukan
proses konseling dan sesudah melakukan proses konseling. Kondisi responden ZDN, CC,
RD, LD, dan AB yang sebelumnya terlihat sangat sedih, ketakutan, tidak percaya diri,
bahkan putus asa. Setelah proses konseling dengan menggunakan teknik client center
counseling ke 5 responden tersebut menjadi lebih tenang, lebih percaya diri, dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kabar terbaru dari 5 responden tersbut saat ini ada

70
kemajuan, kondisi ZDN saat ini sudah bekerja di satu perusahaan dengan orang tuanya,
disamping itu juga ZDN mempunyai usaha kecil-kecilan yaitu berjualan madu.
Responden CC saat ini masih berada di yayasan Bani Syifa, namun kondisinya sudah
lebih membaik dari sebelumnya, sekarang CC lebih terlihat ceria dan sudah berpikir
dewasa bahkan dia terkadang sering berbagi cerita dan saling memotivasi dengan
pecandu yang baru masuk yayasan. Responden RD sekarang sudah menjadi orang
kepercayaan di yayasan Bani Syifa, hubungan RD dengan keluarga dan istri jga sudah
membaik, masyarakat di lingkungan RD juga sekarang sudah tidak mengucilkan RD dan
keluarganya. Responden LD sekarang sudah bekerja kembali di salah satu perusahaan
yang ada di daerah tangerang, hubungan LD dengan orang tuanya juga sudah membaik,
LD sudah diberi kepercayaan kembali oleh orang tuanya. Responden AB sekarang sudah
bekerja di salah satu perusahaan yang ada didekat rumahnya, masyarakat disekitar rumah
AB juga sekarang sudah tidak lagi memngucilkan dia dan keluarganya. Sehingga bisa
dikatakan bahwa proses penerapan teknik Client Center Counseling dalam menguatkan
mental pecandu NAPZA dapat dikatakan “berhasil” walaupun harus memerlukan waktu
yang relatif cukup lama dan butuh kekonsistenan dalam menerapkannya.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan melakukan proses konseling dengan


menggunakan teknik client center counseling dalam melatih kekuatan mental pecandu
NAPZA di Yayasan Bani Syifa, ada beberapa saran yang peneliti ajukan untuk mengatasi
problematika studi lanjut yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti berharap agar peneliti selanjutnya lebih mendalami terkait
penerapan teknik client center counseling dalam melatih kekuatan mental
pecandu NAPZA agar ada tingkatan yang lebih mendalam.
2. Bagi Yayasan Bani Syifa
Bagi Yayasan Bani Syifa disarankan untuk menambahkan ruangan khusus
untuk konseling agar memudahkan proses konseling dan menciptakan rasa

71
nyaman dan kondusif bagi peneliti maupun responden. Dan ada beberapa
fasilitas yang harus diperbaiki seperti menambahkan kamar mandi.
3. Keluarga pasien pecandu NAPZA
Kepada keliarga pecandu NAPZA seharusnya lebih rutin untuk menjenguk
pasien, dan mengerti dengan keadaan pasien. Karena pasien membutuhkan
semangat dan motivasi dari keluarganya.
4. Bagi akademisi
Bagi akademisi diharapkan untuk memperbaharui atau menambahkan
koleksi dan referensi buku-buku yang ada di perpustakaan pusat maupun
perpustakaan jurusan, hal ini untuk membantu mahasiswa dalam penulisan
skripsi maupun untuk penulisan tugas lainnya.

72
73
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sukirno, Pengantar Bimbingan Dan Konseling

Corey, Teori Dan Peraktek Konseling Dan Psikoterapi

Corey, Teori Dan Peraktek Konseling Dan Psikoterapi

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Balai


Aksara, 1985)

Equator, Ali, Muhammad, Rehabilitasi Sosial Pengguna Narkoba (Bitread


Publishing, 2017)

Gerald Corey, Teori dana Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung PT


Refiks Aditama, 2013).

Gantina Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta PT Indeks)

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2003)

Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling

Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Peraktik

Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Peraktik

Norma Lumongga Lubis Hasnida, Konseling Kelompok, (JL. Tambra Raya No.
23 Rawamangun Jakarta 2016)

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan


Peraktik, (Jakarta Prenada Media Grup 2011)

Prayitno dan Eman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta PT


Asti Mahasatya, 2004)

Sofyan S. Willis, Konseling Individual

74
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012)

Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal, (PT Refika Aditama Jl.


Mengger Girang No. 98. Bandung), Cet. 5, h. 187

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung,


2017, cet. 26, h. 145
Prof. Dr. dr. James Tangkudung SportMed. M.Pd, dkk, Mental Training, h.
165-169

Internet

Kabar Banten, 17.000 Generasi Muda di Banten Jadi Pecandu Narkoba,


https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/seputar-banten/pr-
59617551/17000-generasi-muda-di-banten-jadi-pecandu-narkoba,
diakses pada Rabu 19 Agustus 2020, Pukul 13:18 WIB.

Liputan 6, Kepala BNN: Pengguna Narkoba pada 2019 Tembus 3,6 Juta Orang,
https://www.liputan6.com/news/read/4127338/kepala-bnn-pengguna-
narkoba-pada-2019-tembus-36-juta-orang, diakses pada Rabu 19 Agustus
2020, Pukul 13:46 WIB.

Putu Elmira, Cara Jitu untuk Meningkatkan Kekuatan Mental,


https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3889842/4-cara-jitu-untuk-
meningkatkan-kekuatan-mental, diakses pada Jumat 21 Agustus 2020,
Pukul 15:35

Prof. Dr. dr. James Tangkudung SportMed. M.Pd, dkk, Mental Training, h.
165-169,
http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/buku_mental_training.pdf,
diakses pada Jumat 21 Agustus 2020, Pukul 16:29 WIB

75
Radar Banten, 170 Ribu Penyalah Guna Narkoba Ada di Banten,
https://www.radarbanten.co.id/170-ribu-penyalah-guna-narkoba-ada-di-
banten/, dikases pada Selasa 18 Agustus 2020, Pukul 20:07 wib

Robert Weinberg, Mental Toughness: What Is It And How To Build It, jurnal,
https://www.researchgate.net/publication/262665458_Mental_toughness_
What_is_it_and_how_to_build it, h. 1-3 , Diakses pada14 Maret 2020,
Pukul 15:56 WIB.

Sumarlin Adam,“Dampak Narkotika Pada Psikologis dan Kesehatan Masyarakat”,


Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Amai Gorontalo, P.6, Minggu
02 Februari 2020, Pukul 13:23 WIB.

Ulfa Danni rosada, Model Pendekatan Client Center Counseling Dan


Penerapannya Dalam Praktek, Jurnal Bimbingan Dan Konseling, h. 18,
Diakses pada 27 Februari 2020, Pukul 14:45 WIB.

DOKUMEN

Pekerja sosial, konselor adiksi dan tenaga kesejahteraan sosial pada rehabilitasi
sosial korban penyalahgunaan napza.

Skripsi Naimatussa’diati, “Terapi Al-Quran Dalam Proses Pemulihan Pecandu


Narkoba” (Skripsi, fakultas Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten,.

Skripsi Abdul Hayat, Kecemasan Dan Metode Pengendaliannya, (Skripsi Institut


Agama Islam Negeri Antasari, Jl. Ahmad Yani Km. 45 Banjarmasin,
https://www.researchgate.net/publication/_Kecemasan_dan_Metode_Peng
endaliannya/ Kecemasan-dan-Metode-Pengendaliannya.pdf.

76
WAWANCARA

Wawancara dengan Toni Azhari, Konselor Adiksi Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di kantor Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 10 Oktober 2019,
Pukul 14:00 WIB

Wawancara dengan Toni Azhari, Konselor Adiksi Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di kantor Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 12 Desember 2019,
Pukul 21:00 WIB

Wawancara dengan Toni Azhari, Konselor Adiksi Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di kantor Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 12 Desember 2019,
Pukul 21:31 WIB

Wawancara dengan ZDN, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 02 Oktober 2019

Wawancara dengan ZDN, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 18 Desember 2019, Pukul
19:30 WIB

Wawancara dengan CC, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 23 Desember 2019, Pukul
20:00 WIB

Wawancara dengan Orang tua CC, Orang tua Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa,
Wawancara dengan penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 22
Desember 2019, Pukul 18:42 WIB

Wawancara dengan RD, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 27 Desember 2019, Pukul
17:00 WIB

Wawancara dengan LD, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 30 Desember 2019, Pukul
17:00 WIB

77
Wawancara dengan AB, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 01 Januari 2020, Pukul 17:00
WIB

Wawancara dengan Orang tua ZDN, Orang tua Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa,
Wawancara dengan penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 22
Desember 2019, Pukul 22:00 WIB

Wawancara dengan Orang tua ZDN, Orang tua Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa,
Wawancara dengan penulis, Pada tanggal 01 November 2020, Pukul
13:24-14:48 WIB

Wawancara dengan RD, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis, Pada tanggal 22 Oktober 2020, Pukul 21:16-23:09 WIB

Wawancara dengan LD, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis, Pada tanggal 02 November 2020, Pukul 20:30-22:00 WIB

Wawancara dengan ZDN, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis, Pada tanggal 25 Oktober 2020, Pukul 14:23-16:01 WIB

Wawancara dengan Orang tua ZDN, Orang tua Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa,
Wawancara dengan penulis, Pada tanggal 26 Oktober 2020, Pukul 12:35-
13:49 WIB

Wawancara dengan Pengurus Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan penulis, Pada tanggal 25
Oktober 2020, Pukul 13:00-14:25 WIB

Wawancara dengan RD, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 02 Januari 2020, Pukul 17:00
WIB

Wawancara dengan LD, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis, Pada tanggal 24 Oktober 2020, Pukul 20:19-21:22 WIB

78
Wawancara dengan AB, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis di Yayasan Bani Syifa, Pada tanggal 08 Januari 2020, Pukul 16:00
WIB

Wawancara dengan AB, Pasien Pecandu NAPZA Yayasan Bani Syifa, Wawancara dengan
penulis, Pada tanggal 23 Oktober 2020, Pukul 20:28-21:49 WIB

79
LAMPIRAN-LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA
Topik :Gambaran umum kondisi pasien pecandu NAPZA sebelum dan setelah
penerapan teknik client center counseling
Tujuan umum :Memperoleh gambaran umum pasien pecandu NAPZA sebelum dan setelah
penerapan teknik client center counseling di Yayasan Bani Syifa
Tujuan khusus : Daftar pertanyaan

A. Mengetahui kondisi pasien pecandu NAPZA sebelum penerapan teknik client center
counseling
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGURUS YAYASAN
1. Apa yang menyebabkan pasien menjadi pecandu NAPZA?
Jawab : “dari banyaknya pasien pecandu NAPZA yang ada di Yayasan Bani Syifa
penyebab mereka menjadi pecandu NAPZA adalah karena faktor dari diri sendiri,
faktor dari orang tua/keluarga, dan faktor dari teman/kelompok.” Ujar Pak Toni
Azhari, bagian sosial Yayasan Bani Syifa.
2. Bagaimana kondisi pasien selama menjalani rehabilitasi di Yayasan Bani Syifa?
a. Apakah pasien sering melamun?
Jawab : “YA”
b. Apakah pasien sering menyendiri?
Jawab : “YA”
c. Apakah pasein depresi?
Jawab : “YA”
d. Apakah pasien mudah marah?
Jawab : “YA”
e. Apakah pasien mengalami halusinasi?
Jawab : “YA”
f. Apakah pasien merasa tidak percaya diri?
Jawab : “YA”
g. Apakah pasien merasa cemas?

80
Jawab : “YA

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PASIEN

1. Apakah yang anda pikirkan saat ini?


2. Apakah anda merasa menyesal?
3. Mengapa anda merasa menyesal?
4. Apakah anda merasa tidak percaya diri?
5. Mengapa anda merasa tidak percaya ?
6. Apakah anda merasa bersalah ?
7. Mengapa anda merasa bersalah?
8. Mengapa anda merasa cemas?
9. Mengapa anda merasa cemas?
10. Apakah anda merasa sedih?
11. Mengapa anda merasa sedih?
12. Mengapa anda menjadi seorang penyalahguna NAPZA?
13. Saat ini apa yang ingin anda lakukan?
14. Bagaimana cara mengembalikan stigma negatif masyarakat menjadi stigma yang positif?

a. Responden ZDN
1. Apakah yang anda pikirkan saat ini?
Jawab : “ Yang saya pikirkan saat ini hanyalah penyesalan.”
2. Mengapa anda merasa menyesal?
Jawab : “Karena akibat dari perbuatan yang telah saya lakukan orang tua saya
menjadi korban begitupun dengan masa depan saya.”
3. Apakah anda merasa sedih?
Jawab : “YA.”
4. Mengapa anda merasa sedih?
Jawab : “Karena setiap kali orang tua saya menjenguk saya mereka selalu
menangis, karena mereka merasa keluarga saya seperti mengucilkan kedua orang
tua saya.”
5. Apakah anda merasa cemas?

81
Jawab : “YA.”
6. Mengapa anda merasa cemas?
Jawab : “Karena saya takut jika kedua orang tua tidak bisa mempercayai saya
lagi.”
7. Mengapa anda menjadi penyalahguna NAPZA?
Jawab : “Karena saya merasa penasaran saat teman-teman saya memakai narkoba
dihadapan saya.”
8. Saat ini apa yang ingin anda lakukan?
Jawab : “saya ingin berubah menjadi lebih baik, saya tidak ingin mengecewakan
kedua orang tua saya lagi.”
9. Bagaimana cara mengembalikan stigma negatif masyarakat menjadi stigma yang
positif?
Jawab : “Saya hanya bisa menunjukan kepada mereka bahwa saya bisa menjadi
manusia yang lebih baik lagi.”

b. Responden CC
1. Apakah yang anda pikirkan saat ini?
Jawab : “Saya benci sama teman-teman kakak saya.”
2. Apakah anda merasa menyesal?
Jawab : “YA.”
3. Mengapa anda merasa menyesal?
Jawab : “Karena akibat dari perbuatan yang telah saya lakukan saya berhenti
sekolah.”
4. Apakah anda merasa sedih?
Jawab : “YA.”
5. Mengapa anda merasa sedih?
Jawab : “Saya ingin seperti teman-teman saya yang masih sekolah.”
6. Apakah anda merasa cemas?
Jawab : “YA.”
7. Mengapa anda merasa cemas?
Jawab : “Karena saya takut teman-teman saya menjahui saya.”

82
8. Mengapa anda menjadi penyalahguna NAPZA?
Jawab : “Karena saya diajak dan dipaksa oleh teman-teman kakak saya.”
9. Saat ini apa yang ingin anda lakukan?
Jawab : “Saya ingin berubah dan tidak menjadi NAPZA lagi, saya juga tidak akan
mendekati teman kakak saya lagi.”

c. Responden RD
1. Apakah yang anda pikirkan saat ini?
Jawab : “Saya merasa menyesal.”
2. Mengapa anda merasa menyesal?
Jawab : “Karena akibat dari perbuatan yang telah saya lakukan hubungan saya
dengan istri saya menjadi renggang.”
3. Apakah anda merasa sedih?
Jawab : “YA.”
4. Mengapa anda merasa sedih?
Jawab : “Karena saya sudah mengecewakan istri saya dan kedua orang tua saya,
dan akibat perbuatan yang telah saya lakukan masyarakat terdekat seperti
mengucilkan orang tua saya .”
5. Apakah anda merasa cemas?
Jawab : “YA.”
6. Mengapa anda merasa cemas?
Jawab : “Karena saya takut jika istri dan orang tua saya tidak bisa memaafkan
kesalahan saya.”
7. Mengapa anda menjadi penyalahguna NAPZA?
Jawab : “Karena saya ditawarkan oleh teman saya dan akhirnya saya merasa
penasaran.”
8. Saat ini apa yang ingin anda lakukan?
Jawab : “Saya ingin berubah menjadi lebih baik lagi, dan saya ingin menunjukan
kepada keluarga saya bahwa saya bisa menjadi manusia lebih baik lagi.”
9. Bagaimana cara mengembalikan stigma negatif masyarakat menjadi stigma yang
positif?

83
Jawab : “Menunjukan kepada mereka bahwa saya mampu berubah menjadi lebih
baik lagi .”

d. Responden LD
1. Apakah yang anda pikirkan saat ini?
Jawab : “Saya merasa menyesal, saya kangen sama anak saya.”
2. Apakah anda merasa menyesal?
Jawab : “YA.”
3. Mengapa anda merasa menyesal?
Jawab : “Karena akibat dari perbuatan yang telah saya lakukan sekarang saya
berpisah dengan anak saya.”
4. Apakah anda merasa sedih?
Jawab : “YA.”
5. Mengapa anda merasa sedih?
Jawab : “Karena saya sudah mengecewakan orang tua saya, dan akibat perbuatan
yang telah saya lakukan masyarakat terdekat seperti mengucilkan orang tua saya.”
6. Apakah anda merasa cemas?
Jawab : “YA.”
7. Mengapa anda merasa cemas?
Jawab : “Karena saya takut jika orang tua saya tidak memberikan kepercayaan lagi
kepada saya.”
8. Mengapa anda menjadi penyalahguna NAPZA?
Jawab : “Karena saya sering melihat teman-teman saya menggunakannya
dihadapan saya, lalu saya penasaran.”
9. Saat ini apa yang ingin anda lakukan?
Jawab : “Saya ingin berubah menjadi lebih baik lagi, dan saya ingin menunjukan
kepada keluarga saya bahwa saya bisa menjadi manusia lebih baik lagi.”
10. Bagaimana cara mengembalikan stigma negatif masyarakat menjadi stigma yang
positif?
Jawab : “Menunjukan kepada mereka bahwa saya mampu berubah menjadi lebih
baik lagi .”

84
e. Responden AB
1. Apakah yang anda pikirkan saat ini?
Jawab : “Saya merasa menyesal.”
2. Mengapa anda merasa menyesal?
Jawab : “Karena akibat dari perbuatan yang telah saya lakukan saya tidak diberi
kepercayaan lagi oleh kedua orang tua saya.”
3. Apakah anda merasa sedih?
Jawab : “YA.”
4. Mengapa anda merasa sedih?
Jawab : “Karena saya sudah mengecewakan orang tua saya, dan akibat perbuatan
yang telah saya lakukan masyarakat terdekat seperti mengucilkan orang tua saya.”
5. Apakah anda merasa cemas?
Jawab : “YA.”
6. Mengapa anda merasa cemas?
Jawab : “Karena saya takut jika orang tua saya tidak memberikan kepercayaan lagi
kepada saya.”
7. Mengapa anda menjadi penyalahguna NAPZA?
Jawab : “Karena saya sering melihat teman-teman saya menggunakannya
dihadapan saya, lalu saya penasaran.”
8. Saat ini apa yang ingin anda lakukan?
Jawab : “Saya ingin berubah menjadi lebih baik lagi, dan saya ingin menunjukan
kepada keluarga saya bahwa saya bisa menjadi manusia lebih baik lagi.”
9. Bagaimana cara mengembalikan stigma negatif masyarakat menjadi stigma yang
positif?
Jawab : “Menunjukan kepada mereka bahwa saya mampu berubah menjadi lebih
baik lagi .”

B. Mengetahui kondisi pasein pecandu NAPZA setelah penerapan teknik client center
counseling
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGURUS YAYASAN
1. Apakah pasien sudah mengalami perubahan?

85
Jawab : “ YA.”
2. Apakah pasien sudah tidak sedih lagi?
Jawab : “YA.”
3. Apakah pasien sudah mulai percaya diri?
Jawab : “YA.”
4. Apakah pasien sudah bisa menerima keadaan?
Jawab : “YA.”
5. Apakah pasien sudah bisa mengambil keputusan?
Jawab : “YA.”
6. Apakah pasien masih mengalami cemas?
Jawab : “YA.”

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

1. Apakah anda sudah merasa percaya diri?


Jawab : “YA.”
2. Apakah anda sudah tidak merasa cemas?
Jawab : “YA.”
3. Apakah anda sudah tidak sedih lagi?
Jawab : “YA.”
4. Apakah anda sudah bisa mengambil keputusan/
Jawab : “YA.”
5. Apakah anda sudah bisa meyakinkan kedua orang tua dan keluarga?
Jawab : “YA.”

Foto Proses Konseling dengan responden dan kegiatan

86
87

Anda mungkin juga menyukai