MANAJEMEN PENDIDIKAN
“RAPOR MERAH PENDIDIKAN”
NAMA : MERTHA W. A
NIM : 1931600645
DOSEN : Dr. Setyo Soedradjat, M.M, APU
1. Sering Diperbincangkan antara dunia pendidikan dan politik praktis. Apa maknanya?
2. Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sebutkan dan jelaskan apa saja dan sejauh mana
dunia pendidikan kita memenuhi standar tersebut (yang sudah standard an di bawah
standar)
3. Sejauh mana dampak Otonomi Daerah terhadap dunia pendidikan kita- elaborasi lebih
lanjut
JAWAB :
1. Dunia pendidikan tidak lepas dari kepentingan, baik itu oleh pengambil kebijakan, guru,
tenaga kependidikan dan para siswa. Kepentingan di sini tidak bermakna sempit.
Maksudnya dapat diartikan sebagai suatu unsur yang bisa menimbulkan keinginan untuk
melakukan suatu perbuatan. Khususnya dalam hal dunia pendidikan, kepentingan itu
berupa pengambilan keputusan yang dilakukan oleh satu pihak terhadap sesuatu yang
warna seragam atau jaket yang akan digunakan kontingen suatu daerah harus sama
dengan partai yang berkuasa di daerah tersebut. Masalah tentang kepentingan ini semakin
rumit ketika ada agenda pemilu atau pilkada, hampir semua peserta pemilihan selalu
menyelipkan masalah yang sangat rawan dalam pendidikan yaitu pendidikan gratis
sebagai bahan dan janji kampanyenya. Namun faktanya setelah semua selesai dan
pemimpin terpilih dilantik hampir di sebagian besar daerah pemilihan relalisasinya tidak
terwujud sama sekali. Pada tahun 2014 dalam lembar soal Ujian Nasional muncul nama
Joko Widodo sebagai calon presiden dari PDIP dan hal ini menuai krikitk yang sangat
keras dari berbagai kalangan terutama lawan politiknya.Apapun alasannya hal tersebut
sangat tidak dibenarkan, bagaimanapun lingkungan sekolah harus bersih dari praktik
dalih rapat sering dijadikan ajang kampanye oleh pihak-pihak berwenang yang memiliki
kepentingan.Layaknya dua sisi mata uang politik dan pendidikan sebenarnya tidak
politik memang selalu memiliki alasan untuk mendominasi, menghalalkan segala segala
cara, dan netralitas pendidikan dikorbankan. Beberapa kasus sering muncul bahwa warna
politik sering dijadikan alasan untuk pengangkatan dan pemberhentian seorang tenaga
Nasional Pendidikan mencakup delapan kriteria yang wajib terpenuhi dalam upaya
menuju pendidikan yang berkualitas. Delapan standar nasional tersebut terdiri dari:
1. Standar Isi
Standar Isi merupakan komponen materi dan tingkat kompetensi dalam rangka mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut
memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, KTSP, dan juga kalender
akademik.
2. Standar Proses
lulusan.
menyangkut kemampuan lulusan yang terbagi atas kemampuan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pada jenjang sekolah dasar, SKL tersebut bertujuan untuk meletakkan
Standar nasional lainnya di bidang pendidikan berkaitan dengan para pendidik dan tenaga
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik dan mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Kualifikasi akademik S1 dan 4 macam kompetensi yang wajib dikuasai guru adalah
beberapa poin yang mungkin sudah anda kenal terkait dengan standar nasional ini.
Patokan ini mencakup tentang kriteria minimal sarana dan media yang menyokong
Standar keenam yang diatur dalam peraturan pemerintah adalah berkaitan dengan
pengawasan kegiatan pendidikan secara efektif dan efisien, pada tingkat satuan
7. Standar Pembiayaan
Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pendidikan perlu diatur berdasarkan standar
tertentu. Standar Pembiayaan merupakan aturan yang merinci komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku dalam kurun satu tahun. Standar biaya
tersebut terbagi menjadi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Standar penilaian ini berkaitan dengan segala macam mekanisme, prosedur, instrumen
penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, penilaian pendidikan terdiri dari: penilaian hasil belajar oleh pendidik,
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan (sekolah), dan penilaian hasil belajar oleh
pemerintah.
sepenuhnya memenuhi standar yang ada, namun beberapa sudah berusaha semaksimal
mungkin memenuhi standar tersebut dalam upayanya mencapai kualitas peserta didik
yang baik. Berikut uraian standar yang sudah sesuai maupun yang belum tercapai terkait
akademik, dan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Standar isi mencakup lingkup
terdiri dari: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata
pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Setiap kelompok mata pelajaran sebagian
masih dilaksanakan secara terpisah kecuali untuk kelas 1, 2 dan 3 karena telah
mata pelajaran belum mewarnai pemahaman dan penghayatan peserta didik, hal ini
tampak dari beberapa peristiwa mengenai perselisihan yang mengkut hal SARA
masih sangat tajam bahkan selalu di bawa ke ranah hukum, sepertinya makna akhlak
makna dan penghayatan yang lebih mendalam, sedangkan Beban belajar pada
sekolah negeri yang diatur oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
per minggu per semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, sedangkan
mandiri menyusun beban secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan dan ciri khas
dalam pelaksanaannya terutama saat memasuki masa pandemi ini beban belajar yang
diberikan masih sangat berat walaupun tatap muka sulit dilakukan, jadi
Secara umum guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun pada
setiap mata pelajaran. RPP disusun untuk setiap pertemuan pembelajaran, walaupun
untuk perte-muan berikutnya terkadang sudah disusun juga pada saat ada waktu yang
lebih banyak dan memungkinkan. RPP disusun berdasarkan rencana tatap muka,
setiap pertemuan dipisah dan memiliki lembaran tersendiri karena disahkan dan
ditandatangani oleh kepala sekolah. RPP yang disusun menurut keterangan yang
oleh BSNP. RPP yang disusun digunakan untuk pelaksanaan proses pembelajaran di
kelas dan dilakukan sesuai dengan BSNP baik muatan yang dimasukkan maupun
melakukan upaya untuk mengawasi guru dalam penyusunan RPP. Akan tetapi
terdapat perbedaan yang berkenaan dengan muatan RPP yang disusun oleh sekolah
swasta terhadap sekolah negeri yang dalam skenarionya ditekan-kan untuk realitas
dan benar-benar yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Keadaan ini
dimaksudkan oleh sekolah swasta dalam mengevaluasi kinerja guru yang dapat
oleh guru yang menyusun RPP disesuaikan dengan skenario yang telah dirancangnya
dan dicantumkan sesuai dengan urutan pembelajaran yang sesungguhnya. RPP yang
langkah pembelajaran tersebut. Bagi kepala sekolah swasta dapat secara langsung
melakukan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan proses pembelajaran yang secara
dalam bentuk pembinaan intensif, pemberian reward, pemberian teguran atau pem-
Lain halnya dengan sekolah negeri yang tidak memungkinkan untuk melakukan
tindak lanjut secara maksimal kepada guru yang berstatus PNS karena proses dan
prosedurnya sangat panjang dan kewenangan kepala sekolahpun tidak sampai pada
tindakan, hal ini mengakibatkan beberapa sekolah negeri masih melakukan proses
belajar untuk menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
dalam pengambilan keputusan. Lain halnya dengan siswa di sekolah negeri memiliki
belajar yang baik, namun terkadang guru tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk
persamaan yang signifikan antara sekolah swasta dan sekolah negeri dalam
menyikapi kemampuan intelektual siswa. Akan tetapi pada sekolah swasta yang
kemampuan financial sekolahnya sudah baik tentu memiliki kemampuan yang lebih
disbanding sekolah negeri yang hanya bergantung pada dana pemerintah. Artinya
terdapat perbedaan yang terjadi pada sekolah negeri dan sekolah swasta dalam bentuk
kelengkapan alat peraga dan media pembelajaran, serta kemampuan sumber daya
manusia yang dimiliki, dan juga berkenaan dengan keleluasaan wewenang yang
diperankan oleh kepala sekolah dalam bertindak terhadap personal yang dipimpinnya.
bawah standar.
Guru yang mengajar di sekolah swasta maupun negeri sudah memiliki kualifikasi
akademik minimum sesuai dengan Undang-undang Guru dan Dosen yakni secara
umum sudah memiliki Akta Mengajar IV dengan kualifikasi pendidikan Sarjana (S1)
oleh karena itu guru secara umum sudah berpendidikan S1, tetapi ada beberapa yang
khusus masih memiliki kualifikasi pendidikan D-3, karena jurusan kekhususan ini
masih jarang yang ada. Artinya Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sudah
dan mau belajar mengenai Pembelajaran Jarak Jauh, yang biasanya melalui internet.
Berkenaan dengan lahan sekolah di swasta dan negeri rata-rata sama sudah memiliki
lahan yang cukup dan mampu menampung jumlah siswa baik saat baris berbaris,
senam, maupun upacara bendera. Artinya sekolah memiliki lahan yang memenuhi
ketentuan luas minimal sesuai dengan rasio jumlah siswa. Keadaan di sekitar sekolah
yang ideal adalah tidak terdapat adanya gejala pencemaran yang berbahaya, artinya
lahan sekolah berada di lokasi yang terhindar dari gangguan pencemaran air,
kerindangan, seperti banyak tanaman hijau, pagar, dan pohon pelindung yang sudah
besar, syarat ini sudah terpenuhi secara merata minus sekolah swasta dan negeri di
perkotaan yang sulit mendapatkan fasilitas ini karena lahan yang terbilang sempit dan
mahal. Fasilitas penunjang pembelajaran yang memadai seperti media, alat peraga,
meskipun sekolah negeri masih ada yang minim fasilitas tersebut terkendala masalah
biaya, yang dimodali sepenuhnya oleh pemerintah, serta buruknya pengelolaan dana
BOS berakibat tidak memiliki kelengkapan media dan sarana pembelajaran seperti
Sekolah merupakan suatu lembaga yang wajib memiliki visi-misi dan tujuan sekolah.
Hal demikian merupakan tuntutan yang mempermudah orang lain memahami bentuk
dan arah yang jelas dari lulusannya kelak. Artinya sekolah harus memiliki kesadaran
untuk memahami visi-misi yang dilakukan, setiap sekolah di Indonesia sejak sekolah
tersebut didirikan pasti sudah memiliki visi dan misinya, hanya saja input yang di
terima pihak sekolah berbeda-beda sesuai seleksi yang diberlakukan, baik itu siswa,
visi dan misi yang telah disepakati di awal, kekuatan kepemimpinan untuk
Sekolah negeri setiap awal tahun anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran
Sekolah (RKAS) hal ini berkenaan dengan kegiatan dan anggaran yang terutama dari
dana BOS. RKAS yang didokumentasikan leh sekolah memuat semua anggaran yang
bersumber dari seluruh sumber keuangan sekolah, seperti dari BOS, komite sekolah,
investasi lain yang ikut berpartisipasi dalam pengembangan sekolah. Sekolah swasta
mendapatkan donatur tetap dan donatur tidak tetap yang ikut berpartisipasi
dokumentasi yang diarsipkan oleh bendahara dan perangkat staf sekolah. Keyakinan
anggaran (RKAS) dan pelaporan penggunaan anggaran, sehingga arah dan tujuan
yang dapat dibiayai dan dikerjakan secara nyata oleh penyelenggara kegiatan.
Sekolah membelanjakan dana untuk kegiatan kesiswaan secara lebih besar dan lebih
banyak itemnya untuk mencapai kualitas kegiatan secara bersama-sama dan dapat
berjalan sesuai tujuan yang diharapkan oleh sekolah dalam mengemas kegiatan yang
dan melaksanakan tes, dilanjutkan dengan kegiatan koreksi dan analisis. Rancangan
kisi-kisi dan soal didokumentasikan secara jelas dan rapi oleh tim kerja. Hal ini
Hasil pelaksanaan evaluasi tersebut dilakukan analisis dan tindak lanjut sesuai dengan
hasil yang diperoleh, bisa berupa pengayaan bagi siswa yang sudah dianggap mampu,
dan bisa perbaikan atau remedial bagi siswa yang dianggap masih kurang dalam
mencapai hasil belajar dengan ketetapan KKM. Pelaksanaan penilaian yang dilakukan
oleh guru, dimulai dari penilaian kelas pada saat pembelajaran berlangsung sampai
dengan penilaian akhir semester dan penilaian kenaikan kelas, diatur dan dipandu
dalam BSNP tentang standar penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Setiap sekolah
memiliki penetapan tugas guru yang termasuk dalam tim perumus, penyusun dan
analisis hasil kerja yang dilakukan, sesuai dengan konsep dan sistematika BSNP.
manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi ruang gerak yang lebih luas
kepada pengelolaan pendidikan untuk menemukan strategi berkompetisi dalam era
yaitu:
1) Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah
lebih leluasa mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya yang dimiliki;
maupun sarana dan prasarana, berikut realita yang masih harus diperbaiki : anggaran
pendidikan yang digelontorkan dari APBN sangat besar, tercatat , alokasi anggaran
pendidikan mencapai Rp 444 triliun dan pada 2020 angka ini meningkat ke Rp 508
triliun. Di sisi lain, ranking PISA Indonesia turun dari urutan ke-65 (2015) menjadi ke-72
(2018) di antara 77, hal ini disebabkan dana yang besar tanpa pengelolaan dan
penggunaan dana yang disuntikkan juga perlu dievaluasi, memerlukan lembaga yang
serius melakukan pengawasan dan penyuluhan untuk pengelolaan yang efektif dan
efisien. Pemerataan pendidikan juga belum maksimal, padahal jumlah guru saat ini
surplus dibandingkan jumlah guru pada standar internasional sekitar 50 juta jumlah siswa
pendidikan dasar dan menengah dengan 4 juta guru (Kemdikbud, 20/12/2019), berarti
setiap guru hanya mengajar 12-13 siswa. Sementara rata-rata rasio internasional 20-21
siswa per guru. Jepang rasionya 27-28 siswa per guru (UNESCO 2017). Seharusnya
jumlah guru yang besar dapat menaungi jumlah siswa di Indonesia yang artinya
pemerataan dapat dilakukan dengan tunjangan yang layak sehingga guru-guru muda
2. Anggaran sertifikasi guru terus meningkat, tetapi dampaknya pada peningkatan mutu
pendidikan nasional ternyata belum terlihat, kesejahteraan guru meningkat namun tidak
sejalan dengan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, artinya program sertifikasi
yang sebenarnya sudah diikuti dengan pelatihan bagi guru-guru ternyata belum efektif,
evaluasi dan tenaga tutor juga harus diperhatikan, karena terbukti hasil sertifikasi yang di
3. Politisaai Pendidikan
UNESCO dan ILO (1966) yang merekomendasikan agar jabatan apa saja yang terkait
urusan pendidikan haruslah diprioritaskan pada urutan pertama kepada guru yang sudah
pendidikan, seperti pengawas, kepala dinas, direktur, termasuk menteri pendidikan, staf
khusus atau jabatan apa saja yang terkait urusan pendidikan, haruslah sesuai dengan
rekomendasi dua badan PBB. Keadaan yang paling nyata terjadi di tingkat provinsi,
terbawah. Bahkan terkesan urusan pendidikan telah direduksi para elite di pusat dan
daerah menjadi ”urusan kuitansi”. Dengan otonomi daerah, bupati/wali kota terpilih
dengan bebas menempatkan orang-orang dekatnya yang telah dinilai berjasa atas
kemenangannya di pilkada untuk mengisi semua pos pendidikan. Ada daerah yang
mempromosikan seseorang yang mengurus urusan pasar ke urusan pendidikan, ada pula