Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah 

                 : Pemberantasan Vektor dan Tikus


Dosen/Instrultur           : Sulasmi, SKM., M.Kes

MAKALAH PENGENDALIAN TIKUS


DI PELABUHAN

NUR REZKY MARISA


PO.71.3.221.18.1.079
DIII/ IIB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan


rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang membahas
mengenai Makalah Pengendalian Tikus Di Pelabuhan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Saya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang


telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.

                                                                                          Makassar , 15 Mei 2020

          Penyusun
Nur Rezky Marisa

i
DAFTAR ISI

Halaman judul..........................................................................................................i
Kata pengantar....................................................................................................... ii
Daftar isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ….........................................................................................  1
B.  Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan ..........................................................................................................  2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian tikus............................................................................................ 3
B. Jenis-jenis tikus............................................................................................ 4
C. Makanan tikus   ..........................................................................................  6
D. Indera pada Tikus......................................................................................... 7
E. Tanda-tanda keberadaan tikus    .................................................................  7
F. Penyakit yang di sebabkan oleh tikus    ......................................................  8
G. Pengertian dari fumigasi ............................................................................ 9
H. Fumigasi kapal  ...........................................................................................10
I. Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal................................................... 11
J.  Alat dan bahan yang digunakan dalam fumigasi......................................... 13
K. Prosedur kerja fumigasi kapal ................................................................... 14

BAB III PENUTUP


A.   Kesimpulan................................................................................................ 17
B.    Saran......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama
tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang
menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok
hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit
kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan.
           Tikus merupakan masalah rutin di pelabuhan terutama di kapal, karena itu
pengendaliannya harus dilakukan secara rutin. Hewan mengerat ini menimbulkan
kerugian ekonomi yang tidak sedikit, merusak bahan pangan, instalasi medik,
instalasi listrik, peralatan kantor seperti kabel-kabel, mesin-mesin komputer,
perlengkapan laboratorium, dokumen/file dan lain-lain, serta dapat menimbulkan
penyakit. Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain,
pes, salmonelosis, leptospirosis, murin typhus, untuk itu dibutuhkan pengendalian
tikus seperti pemberantasan dengan cara fumigasi.
            Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau
melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau kedapudara (gas
tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yangdapat mematikan
hama.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan tikus akan menggambarkan
lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta
adanya indikasi penatalaksanaan / manajemen kebersihan kapal yang kurang baik.
Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan tikus dan mencit di kapal,
maka kapal harus terbatas dari hewan ini.  
Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya
penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan
ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu dilakukan pengendalian tikus di kapal
dengan cara fumigasi.
B.    Rumusan masalah
1. Apakah  pengertian dari tikus?
2. Sebutkanlah  jenis-jenis tikus?
3. Apa sajakah makanan yang dimakan tikus?
4. Apa saja indera yang ada pada tikus ?

1
5. Sebutkanlah  tanda-tanda keberadaan tikus?
6. Apa sajakah penyakit yang di sebabkan oleh tikus?
7. Apakah pengertian dari fumigasi?
8. Bagaimana  pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal?
9. Apa sajakan alat dan bahan yang digunakan dalam fumigasi?
10. Bagaimanakah prosedur kerja fumigasi kapal?

C.  Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tikus
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis tikus
3. Mahasiswa dapat mengetahui makanan yang di makan oleh tikus
4. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangbiakan tikus
5. Mahasiswa dapat mengetahui tanda-tanda keberadaan tikus    
6. Mahasiswa dapat mengetahui penyakit yang di sebabkan oleh tikus  
7. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari fumigasi      
8. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk pelaksanaan pemberantasan tikus
di kapal
9. Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam
fumigasi
10. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur kerja fumigasi kapal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Tikus
1. Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo
Myormorpha, family muridae. family muridae ini merupakan family yang
dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi,
pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang sering ditemukan dihabitat
rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.
Adapun klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut :
Dunia                    : Animalia
Filum                     : Chordata
Sub Filum             : Vertebrata
Kelas                     : Mammalia
Subklas                  : Theria
Ordo                      : Rodentia
Sub ordo               : Myomorpha
Famili                    : Muridae
Sub family             : Muridae
Genus                    : Rattus dan Mus
Species                  : Rattus tanezumi
   Rattus norvegicus
   Rattus exulans
  Rattus tiomanicus
   Rattus argentiventer
   Rattus niniventer
   Bandicota
   Mus musculus

3
2.  Jenis-jenis Tikus
1.  Tikus Rumah  (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor 220-370
mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 13-23 mm,
sedangkan rumus mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas coklat tua dan
rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Yang terrnasuk dalam jenis tikus
rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus kapal (ship rat), dan black
rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan hubungan antara aktifitas tikus dengan
manusia, tikus rumah merupakan jenis domestik, yaitu aktifitas dilakukan di
dalam rumah manusia atau disebut juga tikus komensal (comensal rodent) atau
synanthropic.Tikus rurnah merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung .
Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala dibawab
sangat lihai, dan hila jatuh dari ketinggian 5,5 meter tidak akan menirnbulkan luka
yang berarti bagi tikus. Makanan yang dibutuhkan seekor tikus dalam sehari
sebanyak 10- 15% dari berat badannya. Perilaku makan tikus dengan memegang
makanan dengan kedua kaki depan, dan kebiasaan mencicipi makanan untuk
menunggu reaksi makanan tersebut dalam perutnya. Hal ini perlu diperhatikan
apabila kita memberantas tikus dengan racun. Tikus mempunyai kebiasaan
mencari makan dua kali sehari yaitu pada 1-2 jam setelah matahari tenggelam dan
pada l-2 jam sebelum fajar.
Umur tikus rumah rata-rata satu tahun dan mencapai dewasa siap kawin
pada umur 2-3 bulan baik pada tikus jantan maupun betina. Masa bunting selama
21-23 hari dan seek or tikus betina dapat melahirkan 6-12 (rata-rata 8) ekor anak
tikus. Setelah 24-48 jam melahirkan, tikus betina siap kawin lagi atau disebutpost
partum oestrus.
Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain (parasit) yang ada di
dalam tubuh (endoparasit) dan diluar/menempel di tubuh (ektoparasit) yang
merupakan penular atau penyebab banyak sekali jenis penyakit. Endoparasit tikus
antara lain cacing, virus, jamur, protozoa, bakteri, dan rickettsia yang mempunyai
tempat hidup di bati dan ginjal tikus. Sedangkan ektoparasit tikus meliputi: pinjal
(fleas) : Xenopsylla cheopsis, Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa,
Hoplopleura pasifica; larva tungau (chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks).
2. Tikus Got (Rattus norvegicus)
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 300-400 mm,
panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47 mm, telinga 18-22 mm dan
mempunyai rumus mamae 3+3=12. Warna rambut bagian atas coklat kelabu,
rambut bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai diseluruh air/roil/got di
daerah kota dan pasar.

4
3. Tikus Ladang (Rattus exulans)
Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 139-365 mm,
panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm dan ukuran telinga 11-28
mm dan mempunyai rumus mamae 2+2=8. Warna rambut badan atas coklat
kelabu rambut bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini banyak terdapat di semak-
semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan dan kadang-kadang
masuk ke rumah.
4. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer) merupakan hama yang dapat
menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian, yang dapat menyerang tanaman
padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-ubian.
Panjang tikus sawah dari ujung kepala sampai ujung ekor 270-370 mm,
panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki belakang 32-39 mm, telinga 18-21
mm sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas coklat muda
berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih atau coklat pucat. Tikus jenis ini
banyak ditemukan di sawah dan padang alang-alang. R. rattus argentiventer (tikus
sawah) adalah merupakan binatang pengerat.
Tanda karakteristik binatang pengerat ditentukan dari giginya. Gigi seri
berkembang sepasang dan membengkok, permukaan gigi seperti pahat. Selain itu
terdapat diastema (bagian lebar tidak bergigi yang memisahkan gigi seri dengan
geraham), serta tidak mempunyai taring. Gigi lainnya berada di bagian pipi terdiri
dari 1 geraham awal (premolar) dan  3 geraham atau hanya 3 geraham (Anonim,
1989). 
5. Tikus Wirok (Bandicota indica)
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-580 mm,
panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-32 mm
seangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas dan rambut bagian
perut coklat hitam, rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku
seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang
dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.
6.  Mencit (Mus musculus)
Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Mencit (Mus
musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit
mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena
kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang
di sudut-sudut lemari. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari

5
mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan
sebagai hewan peliharaan.
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175
mm, ekor 81-108 mm, kaki belakang 12-18 mm, sedangkan telinga 8-12 mm,
sedangkan rumus mamae 3+2=10. Warna rambut badan atas dan bawah coklat
kelabu.
3.  Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang
banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun
demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai
daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103
batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian
serperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah
serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan
sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang
rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai
sumber tenaga.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan
seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari
kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif
pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada
malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga
terhadap benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang
demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa
ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia
dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan
yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang
digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila
makanan yang dimakan tersebut membuat keracunan dengan cepat maka dia akan
mengeluarkan suara kesakitan dan tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka
dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang
membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari,
sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan
yang dimakannya ternyata beracun.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan
yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus
akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus
membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda

6
di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang
dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
4.  Indera Pada Tikus
1) Indera Penglihatan Tikus
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus
mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta
warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih.
Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam.
Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi
yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam
merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam
melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.
2) Indera Penciuman Tikus
Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau
makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi
untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari
sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
3) Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan
frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara
yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
a. Suara-suara pada saat akan melakukan perkawina
b. Suara-suara menandakan adanya bahaya
c. Suara-suara pada saat menemukan makanan
d. Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan

5. Tanda-tanda Keberadaan Tikus


Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah
kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai
berikut :
1. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang
diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas,
tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang
dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak), makin lama maka tinja
akan semakin keras.

7
2. Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat
disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama,
bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya
lambat laun menjadi hitam.
3. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam
aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat
jalan misalnya lubang dinding.
4. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus
seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.
5. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau
urinnya.
6. Tikus hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
Ditemukannya Bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.
6.  Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus
Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit
yang dikenal Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong Rodent
Borne Disease adalah :
1. Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis
yang timbul pada hewan pengerat dan dapat ditularkan pada manusia.
Penyakit tikus ini menular dan dapat mewabah. Gejalanya antara lain
adalah demam tinggi tanpa sebab, timbulnya bubo pada femoral, inguinal
dan ketiak juga sesak dan batuk.
2. Salmonellisis yang merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri
salmonella yang dapat menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang
terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan kematian pada manusia dan
salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses. Gejalanya
antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam
yang diikuti oleh dehidrasi.
3. Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira
yang menyerang mamalia. Ini dapat menyerang siapapun yang memiliki

8
kontak dengan berbagai benda maupun hewan lain yang mengalami
infeksi leptospirosis. Gejalanya antara lain adalah sakit kepala, bercak
merah di kulit, gejala demam dan juga nyeri otot.
4. Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleg Rickettsian typhi
atau R. mooseri yang dapat dotuarkan melalui gigitan pinjal tikus.
Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit kepala, demam, prostration
dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul di
hari kelima hingga keenam.
5. Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan
memiliki gejala khas yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena
inilah rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus menyebarkan penyakit
ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas, umumnya pasien
merasa gelisah dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi
antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka, panas dan juga nyeri yang
lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam dan
juga kejang.
6. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus disebabkan oleh gigitan tikus
dan biasanya dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini
memiliki mas inkubasi selama 1 hingga 22 hari. Gejala yang ditimbulkan
antara lain adalah sakit kepala, muntah, kedinginan dan demam. Bakteri di
dalam gigitan tikus merupakan penyebab dari penyakit tikus ini.

B. Fumigasi
1.  Pengertian fumigasi
Fumigasi (dari bahasa Inggris fumeyang berarti asap), adalah sebuah
metode pengendalian hama menggunakan pestisida. Dalam proses ini, sebuah area
akan secara menyeluruh dipenuhi oleh gas atauasap, membunuh semua hama
didalamnya.
Fumigasi adalah peracunan tikus beserta ekstoparasinya dengan
menggunakan gas beracun (fumigan). Fumigasi adalah salah satu pengendalian
tikus secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat
membunuh tikus atau dapat menggangu aktivitas untuk makan, minum, mencari
pasangan, maupun reproduksinya.
Fumigasi biasanya dilakukan dirumah, gudang, kapal laut, atau sarang
tikus didalam tanah. Fumigant ini tidak hanya berbahaya bagi tikus dan
ekstoparasitnya, tetapi juga berbahaya bagi manusia yang mengaplikasikannya
serta manusia dan hewan lainyang berada di sekitar tempat berlangsungnya proses

9
fumigasi tersebut.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
fumigasi adalah sebagai berikut:
1. Fumigant yang digunakan harus mempunyai berat molekul lebih dari
28, yaituberat molekul N yang mendominasi udara (sampai 78%). Jika
tidak demikian, gas yang dihasilkan akan melayang dan hilang.
2. Memperhatikan kelembaban relatif di dalam tanah dan ukuran partikel
tanahpada saringan tikus didalam tanah. Kelembaban relatif udara di
dalam tanah harus cukup tinggi sehingga fumigant yang diaplikasikan
dalam bentuk padat (phostoxin) dapat segera bereaksi dengan uap air
(H2O gas) sehinggaterbentuk gas beracun. Jika ukuran partikel tanah
cukup besar, maka gasberacun akan banyak yang terbuang melalui celah
pori-pori tanah.
Ruangan yang akan difumigasi harus tertutup rapat dan tidak ada ventilasi
yang terbuka yang menghubungkan antara udara didalam dengan udara
diluarserta tidak boleh ada seorang pun yang ada didalam ruangan
tersebut. Hal ini dimaksudkan karena bahan fumigant tesebut sangat
berbahaya baik bagi tikus maupun manusia.
2.  Fumigasi Kapal
Serangan hama tidak biasa dalam kapal, sangat penting untuk mengambil
alih situasi untuk menghilangkan hama terutama tikus, sebagai bagian dari
persyaratan hukum. Tikus, khususnya, sangat mengkhawatirkan karena
perkembangan drastis keberadaan mereka jika dibiarkan terus berkembang biak.
Pada pertengahan 1300-an, hampir setengah dari penduduk Eropa
meninggal dengan pecahnya wabah pada periode yang disebut Black Death.
Wabah pneumonia, penyebab oleh bakteri Yersinia pestis. Biasanya, pneumonia
disebabkan oleh penyebaran sekunder dari infeksi lanjutan pada populasi tikus.
Kutu bertindak sebagai vektor untuk bakteri ini dan akan menginfeksi populasi
tikus ketika memiliki makan darah.
Upaya yang dilakukan oleh KKP dalam program pemberantasan tikus,
meliputi upaya pemberantasan tikus di kapal yang dilakukan dengan fumigasi
serta upaya pemberantasan tikus dipelabuhan melalui metode mekanik (trapping),
kimia (rodenticide, fumigant)maupun peningkatan sanitasi lingkungan, Upaya
tersebut diharapkan Indonesia bias bebas dari penyakit.
Pada fumigasi kapal, perlu untuk mengosongkan semua wilayah fumigasi
dan area risiko, dan memastikan upaya yang telah dilakukan untuk menutup
semua celah dan retakan untuk mencegah fumigan keluar setelah fumigasi
dilakukan. Masuk kembali ke area fumigasi hanya diperbolehkan bila telah

10
dinyatakan aman dan bebas dari bahaya oleh staf fumigasi setelah dilakukan
proses areasi.
3. Pelaksanaan Pemberantasan tikus di kapal
Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal dilakukan dengan poisoning,
trapping ataupun fumigasi baik memakai fumigant HCN maupun CH3 Br. Untuk
HCN digunakan dosis 2 gr per m3 ruang yang digas, dengan waktu kontak 2 jam,
sedangkan untuk CH 3Br dosis adalah 4 gr per m3 ruang yang digas, dengan
waktu kontak 4 jam (HAU, 1974). Sedangkan dalam pelaksanaan di lapangan
dipakai dosis 10 gr per m3 ruangan dengan waktu kontak 10 jam. Prinsip
pelaksanaan fumigasi gr per m3 ruangan dengan waktu kontak 10 jam. Prinsip
pelaksanaan fumigasi ruang ka pal tersebut dengan waktu kontak sesuai jenis
fumigan yang digunakan. Selanjutnya kapal dibebaskan dari gas dengan aerasi
selama kurang lebih 1-2 jam, baru kapal dinyatakan aman dengan
menggunakan gas detector(Lamoureux, 1967). 
Gas HCN CH3Br Dosis 2 gram / m3 4 gram / m3 Waktu kontak 2 jam 8
jam Sifat Sangat berbahaya, non korosif, lebih ringan dari udara, berupa gas yang
distabilkan dengan porous materials (Cartoon disc) Sangat berbahaya, korosif,
lebih berat dari udara Wujud : liqid dan gas. Kemasan Kaleng 0,5; I; 1,5 dan 2 kg
Tabung 25 dan 50 kg Antidote Amyl Nitrit dan Sodium thiosulfat Tidak ada
(WHO, 1984).
a.) Fumigasi dengan HCN.
1.Kemasan
Aero HCN Discoids” berisi asam hydrocyanide murni, berkisar
rata-rata 96 % sampai 98%, terserap dalam bahan porous dan bersifat
menyerap seperti bubur kayu atau karton dalam bentuk lempengan tipis.
Lempengan ini mudah disebar di lantai ruangan dan di tempat-tempat
terpencil yang biasanya terdapat banyak serangga. Kemasan produk
disesuaikan untuk penggasan ruangan yang kecil. Lempengan ini tidak
pecah ataupun berantakan walaupun dilemparkan atau ditangani secara
kasar, sehingga lempengan tetap bersih, tidak meninggalkan kotoran atau
debu di tempat yang digas. Aero HCN Discoids berisi asam hydrocyanide
murni dipasarkan dalam kaleng khusus kemasan 0,5 kgs, 1 kg, 1,5 kgs., 2
kg (WHO, 1972).
Bahaya dari HCN adalah gas yang sangat beracun. Lempengan
harus disebar secara langsung dari kalengnya dan diusahakan agar tidak
memegang nya dengan tangan telanjang. HCN dapat di serap melalui kulit
ataupun melalui paru-paru.

11
Penyimpanan kaleng HCN harus di tempat yang dingin, kering dan
berventilasi baik. Tidak semua orang diperkenankan membuka kaleng
lempengan HCN kecuali bagi yang telah berpengalaman menggunakan
asam hydrocyanide, dan diwajibkan untuk menggunakan gas mas ker,
dilengkapi dengan saringan khusus. Berat jenis HCN lebih ringan dari
udara, sehingga dalam operasionalnya, penyebaran gas dimulai dari dek
paling atas selanjutnya turun ke dek dibawahnya dan diakhiri pada dek
dimana pintu keluar disiapkan. Untuk penyebaran lempengan HCN, tidak
dibenarkan memegang satu persatu, karena cara ini banyak makan waktu
dan membiarkan seseorang terkena gas yang berbahaya walaupun telah
dilengkapi dengan masker dancanister khusus HCN. Permukaaan kulit
yang terkena asamhydrocyanide, harus dicuci dengan air sesegera
mungkin guna mencegah keracunan.
2. Dosis
Dosis HCN yang digunakan untuk penggasan tikus adalah
2ounces/cubicfeet ruangan denganexposure 2 sampai 3 jam. Jika terdapat
tempat- tempat yang dapat menjadi sarang tikus, disebabkan karena
konstruksi atau muatan dari kapal, maka  dipakai konsentrasi lebih tinggi,
umpamanya 3 sampai 4ounces setiap 1000 cubicfeetruangan. (1 oz = 28,31
g; 1000 c.f. = 28,3 m3) (WHO, 1972; WHO, 1971 ; WHO, 1999).
b.) Fumigasi dengan CH3Br.
CH3Br merupakan gas cair, yang disimpan dalam tabung bertekanan.
Untuk mengeluarkan gas dari tabung tinggal membuka kran tabung tersebut. Di
pasaran dijual CH3Br dalam kemasan 25 kgs., 50 kgs., dan 100 kgs. Berat jenis
gas ini lebih besar dari udara, sehingga dalam pelaksanaannya ruang yang digas
adalah mulai dari dek terbawah berturut -turut kemudian kedek diatasnya dan
berakhir di dek paling atas. Mengingat gas ini tidak mempunyai antidote, maka
cara pelaksanaan harus sangat hati-hati.
Biasanya gas ini karena tidak berbau, sengaja ditambahkan
2% chloropicrinesebagai warning agent. Chloropycrine bersifat sangat korosif
terhadap metal (FAO, 1974). Dosis yang dianjurkan oleh DepKes cq DirJen
PPM& PLP, adalah sebesar 4 gr per-m3 ruangan, dengan waktu kontak 4 jam
(WHO, 1971; IMO, 1998).
c.) Pemberian racun tikus dan pemasangan perangkap di kapal
Racun diletakkan di dalam dan di luar kapal yang diperkirakan menjadi
jalan tikus, terutama di tempat yang dicurigai sebagai sarang tikus. Setiap racun
yang diletakkan, harus diberi tanda, sebagai alas meletakkan racun tersebut.
Pemasangan perangkap di kapal pada prinsipnya sama dengan pemasangan

12
rodentisida, yaitu ditempatkan di daerah “runways”, dan dipasang pada sore hari,
kemudian dilakukan pemeriksaan dipagi hari berikutnya.

4.Alat dan Bahan


Prosedur:
1.Fumigasi dengan gas SO2
Belerang : dosis (1kg/20m³, 2 X lipat), lama waktu 6-8 jam

•Alat
-Pot belerang susun
-Pot belerang tunggal/kecil
-Timbangan
-Palu
-Gelas kimia

•Bahan
-Belerang
-Spiritus 90%
-Sumbu
-Air (½ - ²/3) bagian

2.Fumigasi dengan HCN


•Alat
-Gas HCN
-Pembuka kaleng (can operer)
-Gas masker
-Alat perekat
-Sarung tangan (Gloves)

13
-Batere (Flash Gloves)
-Pengeras suara (mike)
-Kotak P3K (First Aid Kit)
-Alat pernapasan buatan (pnemolator)
-Oksigen apparat
-Peringatan adanya bahaya (Sign Poison)
-Alat untuk memisahkan Oksigen dsan racun (Canister)
-Temda
-Blower
-Alat pemadam kebakaran
-Gunting
-Tas plastik

•Bahan
-Gas HCN (lempengan)
-Dosis (2 gr/m³)
-Lama pengegasan (2-3 jam)

5. Cara Kerja
1.Kursus di kapal
-Persiapan
-Star fumigasi
-Penyelesaian
-Pengumpulan

a.Trapping
-Semua bilge pada palka dibuka
-Semua corong palka, dapur, harus ditutup rapat

14
-Semua jendela dikamar awak kapal, officer, dapur salon harus ditutup
rapat
-Pintu yang satu dengan pintu yang lain didalam dibuka
-Semua barang elektronik diusahakan jangan kontak langsung dengan SO2
-Semua peralatan yang dari kuningan hendaknya hendaknya dipolesii
dengan air kapur/vaselin/stempet
-Persediaan makanan khususnya makanan basah jangan kontak langsung
dengan SO2
-Semua crew dan penumpang harus turun dari kapal kecuali perwira kapal
-Pot-pot belerang diletakkan sesuai dengan petunjuk
-Belerang ditumbuk kecil-kecil dan dimasukkan dalam pot
-Waktu fumigasi, kapal diusahakan standar didermaga
-Persiapan memerlukan waktu 2-5 jam (tergantung besar/kecil dan
keadaan)
-Kapal yang difumigasi menaikkan bendera V. E

b.Start Fumigasi
-Setelah persiapan selesai, pot-pot belerang diberi spiritus dan diaduk
sampai rata
-Sumbu dipasang dan dinyalakan
-Pintu terakhir yang dilewati harus ditutup dan rapat udara
-Lama pembakaran 6-8 jam
-Cara diletakkan pot, pot harus diletakkan jauuh dari barang yang mudah
terbakar
-Untuk kamar-kamnar yang sempit, pot diletakkan di gang dan pintu
ruangan dibuka.

c.Penyelesaian
-Setelah waktu cukup, pintu-pintu dibuka
-Memperhatikan arah angin

15
-Dibuka pintu-pintu besar
-Luar dahulu (bagian dalam)
-Untuk mempercepat dibantu dengan menghidupkan blower

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa pemberantasan
Tikus di daerah pelabuhan sangat penting dikarenakan Tikus merupakan hewan
pengganggu yang bisa merusak bahan makanan serta barang-barang yang ada di
pelabuhan. Selain itu hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan
berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Oleh karena itu
pemberantasan Tikus di Pelabuhan perlu dilakukan dengan cara Fumigasi untuk
memberantas penyebaran Tikus sehingga tidak dapat menularkan penyakit pada
manusia yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan manusia.

                                      
B.     Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum fumigasi, praktikan harus
melindungi diri dengan alat pelindung diri agar tidak menyebabkan praktikan atau
orang sekitarnya merasakan efek yang terlalu fatal apabila bahan yang digunakan
terlalu bahaya seperti belerang. Selain itu, untuk melakukan praktikum kita harus
selektif untuk menggunakan bahan untuk fumigasi agar hasil yang diinginkan
sesuai dengan keinginan kita.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anggi, Saptiwi. 2012 Makalah Pengendalian Vektor Dan Binatang Pengganggu


Pendendalian Tikus dan Penyakit Yang Berhubungan Dengan Tikus.
https://www.academia.edu/9362880/MAKALAH_PENGENDALIAN_VEKT
OR_DAN_BINATANG_PENGGANGGU_B_Pendendalian_Tikus_dan_Pen
yakit_Yang_Berhubungan_Dengan_Tikus_ (Diakses 15 Mei 2020)

Anonimus, (1999). Laporan Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya


tahun 1998 / 1999. KKP Surabaya

Depkes, RI. (1989). Manual Kantor Kesehatan Pelabuhan . Jakarta : Dirjen


PPM&PLP.

Depkes RI. 2008. Pemasangan Perangkap Tikus. Medan : Kantor Kesehatan


Pelabuhan Medan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No . 630 tahun 1985 tentang Organisasi


dan  Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta : Depkes RI.

Sarmilah, 2015. Makalah Pengendalian Tikus Di Pelabuhan.


http://sarmilahkesling.blogspot.com/2015/05/makalah-pengendalian-tikus-di-
pelabuhan.html?m=1 (Diakses 15 Mei 2020)
Sulasmi, Sri Hastuti.2017.Observasi Tingkat Kepadatan Tikus Di Lingkungan
Buffer dan Perimeter Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.17(1), 1-6

18

Anda mungkin juga menyukai