Anda di halaman 1dari 8

Teknik-Teknik BK Yang Dapat Diterapkan Dalam Keagamaan

1. Penjiwaan agama kpd klien sebagai upaya


pemecahan berbagai macam masalah yg
dihadapi (membantu klien kearah
penemuan kembali sumber pola hidup
agama dlm pribadinya

Ruang lingkup tujuan


yg bs dilaksanakan
konselor agama

2. Mengintensifkan penjiwaan agama tsb pada


klien sampai pada pengamalan ajaran agama.
klien secara persuasif dan stimulatif dibimbing
agar timbul kesadaran pribadinya untuk
mengamalkan ajaran agama
Metode yang diperlukan dalam menjalankan bimbingan dan konseling

1. Metode interview (wawancara)

2. Group guidance (bimbingan kelompok

3. Client Centered Method (metode yg dipusatkan


pada keadaan klien)
Metode
bimbingan
agama
4. Directive Counseling

5. Eductive Method (metode pencerahan)

6. Psychoanalisis Method
Penjelasan :
Dalam melaksanakan tugas bimbingan dan konseling, pembimbing atau
konselor memerlukan beberapa metode :
1. Metode interview (wawancara)
Interview merupakan alat untuk memperoleh data/ fakta/ informasi
siswa sebagai klien. Antara pembimbing/ guru konseling bertemu
empat mata dengan siswa tersebut, untuk mendapatkan data yang
diperlukan. Fakta fakta psikologis yg terkait dengan pribadi klien
(siswa) sangat diperlukan untuk pelayanan bimbingan. Meskipun
metode penggunaan metode wawancara ini banyak dikritik, tetapi
metode ini masih akurat digunakan untuk proses bimbingan dan
konseling agama.
2. Group guidance (bimbingan kelompok)
Metode kelompok ini digunakan untuk mengembangkan sikap sosial,
sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya
menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu (role reception)
karena ia ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari
orang lain, serta hubungannya dengan orang lain. Kegiatan diskusi
kelompok, rapat-rapat, keagamaan, karya wisata, sosiodrama dan
psikodrama sangat penting bagi tujuan tersebut.
3. Client centered method (metode yang dipusatkan pada klien)
Metode ini juga disebut nondirective/ tidak mengarahkan. Metode ini
mendasarkan pada pandangan bahwa manusia itu sebagai makhluk
yang bulat, yang mampu berkembang sendiri dan mencari
kemantapan diri sendiri (self consistency). Hulme dan Climer
menyatakan bahwa metode ini cocok digunakan oleh penyuluh
agama. konselor akan lebih memahami kenyataan penderitaan klien
yg biasanya bersumber pada perasaan dosa, yang banyak
menimbulkan rasa cemas, konflik kejiwaan dan gangguan lainnya.
Oleh karenanya jika konselor menggunakan metode ini ia harus
bersikap sabar, mendengarkan dg penuh perhatian sgl ungkapan
batin klien yg diutarakan kpdnya.
4. Directive counseling
Adalah bentuk psikoterapi yg paling sederhana. Dengan metode ini
konselor secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap
problem yang oleh kliennya disadari menjadi sumber kecemasan
5. Eductive method (metode pencerahan)
Inti dari metode ini adalah memberikan insight dan klarifikasi
terhadap unsur unsur kejiwaan yg menjadi sumber konflik seseorang.
Metode ini mirip dg client centered karena sikap konselor yg
memberikan kesempatan seluas luasnya kpd klien untuk
mengekspresikan sgl gangguan kejiawaan yg disadari menjadi
permasalahan baginya.
6. Psychoanalisis method
Freud mengembangkan teori ttg strutur kepribadian manusia. Bahwa
segala permasalahan hidup klien yang mempengaruhi tingkah
lakunya bersumber pada libido (nafsu birahi). Kepribadian manusia
menurut teori ini dipengaruhi oleh faktor pengalaman masa kanak
kanak yg kemudian berlanjut sampai dewasa. Jika masa kanak kanak
terjadi konflik yang menyakitkan dan saat itu tidak terselesaikan dg
baik, maka akibatnya konflik semacam itu akan berlanjut terus
selama hidup meskipun tidak lagi disadari. Keadaan tersebut akan
mempengaruhi pikiran dan perasaan serta tingkah lakunya disertai dg
ketegangan ketegangan emosional yg mengakibatkan ketidak
mampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Inilah yg
menjadi problem besar yg disebut dg penyakit mental. Jika konselor
menghadapi kenyataan ini, maka harus mengirimkan klien ke
psikiater atau psikoterapis, karena diluar tugasnya.
Alat alat yg berguna bagi pelaksanaan metode tersebut perlu juga
diperoleh para koselor atau pembimbing dari berbagai macam tes :
tes hasil belajar, tes kecerdasan, tes kepribadian, juga life history
data (data data tentang riwayat hidupseseorang). Semuanya itu
dapat membantu pembimbing atau konselor dalam melaksanakan
tugasnya. Sebagai pembimbing agama atau guru agama sebagai
orang yang harus melakukan bimbingan dan konseling agama, perlu
juga menjiwai langkah langkahnya dg sumber sumber petunjuk
agama sebagai dasar membimbing.
METODE KONSELING AGAMA

1. NONDIRECTIVE METHOD

3 METODE 2. DIRECTIVE METHOD


KONSELING

3. METODE EKLEKTIF

KETERANGAN :

1. NONDIRECTIVE COUNSELING
Disamping metode ini bisa digunakan dalam tugas bimbingan (guru
agama), metode ini juga bisa digunakan dalam tugas konseling
agama. cara memberikan bantuan ini tidak mengarahkan (tidak
mengisi pikiran konseli dengan pertimbangan pertimbangan baru),
tetapi hanya mempermudah reflesi diri dalam suasana komunikasi
yang penuh ke.hangatan dan saling pengertian
2. DIRECTIVE METHOD
Adalah metode diman konselor membantu konseli dlm mengatasi
masalahnya dengan menggali daya berpikir mereka, tingkah laku
yang terlalu berdasarkan perasaan dan dorongan impulsif harus
diganti dengan tingkah laku yang lebih rasional. Konselor tetap
bersifat menghormati konseli sebagai orang yg berhak mengatur
kehidupannya sendiri dan berusaha untuk memahami perasaan dan
pikiran konseli. konselor mengambil peranan yang lebih jelas
daripada nondirective. Dalam mengarahkan alur pikiran konseli,
konselor menggunakan pertanyaan yg bertujuan memperjelas inti
masalah, membatu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
memperjelas akibat dari suatu keputusan, atau dengan memberikan
sugesti atau dorongan
3. METODE EKLEKTIF
Metode ini merupakan penggabungan antara unsur unsur dari
directive method dan nondirective method. Guru BK di sekolah pada
umumnya menggabungkan dua metode ini dengan cara : pada
permulaan proses konseling cenderung ke nondirective method,
dengan memberikan keleluasaan konseli (siswa ) untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya, kemudian mengambil
peranan lebih aktif dalam menyalurkan arus pemikiran konseli.

Pada konseling agama, menurut sifatnya dikelompokkan menjadi dua


:

a. Konseling yang bersifat verbal


Yaitu tanggapan yang diberikan konselor kepada konseli (klien)
secara verbal, yang merupakan perwujudan kongkrit dari maksud,
pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor untuk
membantu konseli pada saat-saat tertentu.
Tanggapan tanggapan verbal konselor dapat diwujudkan dalam
bentuk pernyataan atau pertanyaan, atau kombinasi pernyataan
dan pertanyaan. Misalnya : bagaimana perasaan anda waktu itu?
selanjutnya bagaimana dan kapan peristiwa itu terjadi? Dengan
siapa anda melakukan itu?
b. Konseling yang bersifat nonverbal
Yaitu teknik konseling yang lebih menonjolkan sikap konselor,
seperti : senyuman, cara duduk, anggukan kepala, gerak-gerik
tangan, berdiam diri, ekspresi wajah, pandangan mata, dan
sentuhan.
Dalam pelaksanaan teknik-teknik konseling sebagaimana telah
diuraikan tersebut, konselor tidak boleh menyimpang atau
melanggar norma-norma akhlak Islam. hendaknya harus ada hal-
hal yang wajib diperhatikan khususnya apabila konselor berlainan
jenis dengan klien. Apabila keimanan konselor kurang kokoh tidak
mustahil ia akan terpengaruh atau tergoda hatinya. Oleh sebab itu
secara ideal seorang klien wanita, hendaknya mencari konselor
wanita. Demikian pula klien pria hendaknya dengan konselor pria.
Kecuali memang dlm kondisi terpaksa.

Konseling merupakan aktivitas yang hidup dan mengharapkan akan


lahirnya segala perubahan dan perbaikan yang sangat didambakan oleh
konselor dan klien. Untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut sangat
diperlukan beberapa teknik yang memadahi. Jika tidak didukung teknik
teknik yang memadahi maka tujuan utama konseling tidak akan tercapai
dg baik dan memuaskan bagi konselor maupun konseli.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abu Said al-
Khudri, Rasulullah bersabda : “Barang siapa di antara kalian mengetahui
kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak kuasa,
ubahlah dengan lisannya, jika tidak kuasa maka ubahlah dengan hatinya,
yang demikian itu adalah selemah lemahnya iman”
Hadits tersebut mengandung pesan pesan yang luas dan memberikan
pelajaran dalam melakukan konseling secara luas.
Dalam melakukan konseling agama bisa diterapkan beberapa metode :
1. Metode yang bersifat lahir
Metode yang bersifat lahir ini menggunakan alat yg dapat dilihat,
didengar atau dirasakan oleh klien, yaitu dengan menggunakan
tangan dan lesan. Contoh penggunaannya, terhadap klien yg
mengalami stres atau ketegangan dapat diberikan sedikit pijatan atau
tekanan pada urat dan otot-otot, khususnya pada bagian kepala,
leher dan pundak. Tehnik ini bisa meringankan secara pisisk dan
memberikan sugesti dan keyakinan awal bahwa permasalahan yang
dihadapi akan dapat terselesaikan.
Selanjutnya teknik konseling secara lahir bisa menggunkan secara
lisan. Melalui lesan konselor dapat menyampaikan pertanyaan dana
nasehat untuk mengetahui kondisi klien. Dalam konseling, konselor
bisa mengajukan pertanyaan pertanyaan yg harus dijawab oleh klien
dengan baik, jujur, dan benar. Dengan lisan juga bisa melakukan hal-
hal untuk memantapkan klien misalnya dengan do’a. do’a dapat
didengar oleh klien, bahkan klien turut berdo’a dan mengaminkan
agar Allah berkenan mengabulkannya.
2. Teknik yang bersifat batin
Yaitu teknik yang hanya dilakukan dalam hati, dengan do’a dan
harapan, namun usaha ini tidak keliahatan seperti dengan
menggnakan potensi tangan dan lisan. Konseling dengan
menggunakan teknik yg bersifat batin ini justru akan memberikan
dampak yg sangat kuat bagi klien untuk keluar dari permasalahan yg
muncul dari dalam dirinya, dikarenakan kekuatan do’a secara batin
akan memberikan kekuatan dalam diri dan jiwa klien.

Anda mungkin juga menyukai