1. Usia tua
2. Malnutrisi
6. Adanya abses kompleks dan tidak ada perbaikan dalam 24-72 jam setelah terapi adekuat
Semakin banyak faktor prediktor yang ditemukan, kemungkinan pasien jatuh dalam peritonitis
berat akan semakin tinggi.
Pada peritonitis berat, mortalitas dapat mencapai 30-50%. Adanya sepsis, SIRS, dan MOF
(multiple organ failure) meningkatkan mortalitas sampai diatas 70%, dan pada pasien dalam
kelompok ini angka kematian dapat mencapai 80%.
Algoritma Penatalaksanaan Pasien
Peritonitis
Pada pasien dengan suspek peritonitis, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat
untuk menegakkan kemungkinan peritonitis dan menyingkirkan diagnosis banding yang lain.
2. Nyeri bersifat tumpul dan terlokalisir (peritoneum viseral) dan berlanjut ke arah nyeri
terlokalisir (peritoneum parietal)
2. Hipotensi
3. Takikardia
Distensi
Abdominal tenderness
Muscle guarding
8. Pemeriksaan rektal
2. Udara bebas sering ditemukan pada perforasi gaster dan duodenum tetapi lebih jarang
ditemukan pada perforasi usus halus, kolon dan apendiks
3. Perlu diingat adanya udara bebas tidak selalu didapatkan pada perforasi
Ultrasound:
1. USG abdomen berguna untuk evaluasi darah kuadran kanan atas (abses perihepatik,
kolesistis, biloma, pankreatitis, psudokista pankreatik), kuadaran kanan bawah, dan patologi
pelvik (apenditis, abses tubo-ovarian, abses cavum Douglas),
2. Keterbatasan USG: bila pasien gelisah, distensi abdomen, dan bila banyak gas/udara
dalam saluran cerna
3. Dapat mendeteksi adanya asites dan aspirasi cairan dengan panduan USG
CT scan
1. Merupakan pemeriksaan pencitraan yang terpilih
2. Dapat dilakukan aspirasi abses peritoneal dan koleksi cairan lainnya dengan panduan CT
scan
6. Pemeriksaan kontras
Gastrografin
Barium follow-through
Fistulogram
4. Jika nutrisi enteral dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi pasien, dapat
diberikan nutrisi paranteral
Terapi Farmakologik
Prinsip umum penatalaksanaan perotinitis adalah
Pada peritonitis sekunder dan tertier terapi antibiotik empiris yang dianjurkan adalah
Sefalosporin generasi ke-2 atau ke-3 atau quinolone dikombinasikan dengan metronidazol. Bila
tidak tersedia atau kontraindikasi, antibiotik alternatif yang dapat diberikan adalah
Ampisilin/sulbaktam. Untuk peritonitis derajat ringan sedang, cukup terapi 1 macam antibiotika
dan terapi kombinasi hanya direkomendasikan untuk derajat berat.
Antibiotik pilihan untuk infeksi peritonitis yang didapat di rumah sakit (nosokomial) adalah
Impenem, meropenem, doripenem, piperacillin/tazobactam, dan kombinasi aminoglikosida dan
metronidazol. Durasi terapi optimal bergantung kepada patologi yang mendasari beratnya
infeksi, efektivitas pengendalian sumber infeksi dan respons pasien terhadap terapi. Pada
peritonitis tanpa komplikasi dengan source control dini dan adekuat, antibiotika cukup diberikan
5-7 hari. Pada kasus ringan (appendicitis awal, cholecystitis) antibiotika diberikan sampai 24-72
jam postoperatif.
Penjelasan lebih lengkap tentang tatalaksana bedah kasus Peritonitis dapat sejawat baca lebih
lanjut di Buku Ajar Ilmu Bedah Ilustrasi Berwarna