Oleh:
Nama : NIM
3) Sidang pengadilan :
a. Dakwaan
Surat dari Penuntut Umum yang menunjuk atau membawa suatu perkara pidana ke
pengadilan apabila cukup alasan untuk mengadakan penuntutan terhadap tersangka yang
memuat peristiwa-peristiwa dan keterangan-keterangan mengenai Locus serta Tempus
dimana perbuatan tersebut dilakukan, dan keadaan-keadaan terdakwa melakukan perbuatan
tersebut, terutama keadaan yang meringankan dan memberatkan kesalahan terdakwa.
b. Ekspesi / tangkisan / keberatan
Alat pembelaan dengan tujuan utama untuk menghindarkan diadakannya putusan
tentang pokok perkara, karena apabila eksepsi ini diterima oleh PN, maka pokok perkara
tidak perlu diperiksa dan diputus.
c. Keterangan saksi dan keterangan ahli
1. Keterangan saksi adalah keterangan yang diberikan di muka persidangan
mengenai apa yang saksi lihat dan dengar sendiri
2. Keterangan (saksi) ahli/Espertise adalah keterangan pihak ketiga yang objektif
untuk memperjelas dan member kejernihan dari perkara yang disidangkan serta untuk
menambah pengetahuan hakim dalam penyeesaian perkara. Keterangan ahli diberikan sesuai
dengan keahlian dari ahli tersebut
·
Seluruh keterangan saksi dan keterangan {saksi ahli di muka persidangan berada di
bawah sumpah (alat bukti yang sah)}
Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan dalam persidangan tentang
perbuatan yang ia lakukan atau yang ia alami dan ia ketahui sendiri
d. Requisitoir /tuntutan jaksa
Tuntutan JPU sebagai kesimpulan pemeriksaan dimuka persidangan yang diajukan
setelah smua saksi dan ahli-ahli didengar serta surat-surat yang berguna sebagai alat bukti
dibacakan dan dijelaskan kepada terdakwa.
e. pledoi /pembelaan jaksa
Setelah JPU membacakan requisitoirnya maka terdakwa / penasehat hukumnya
mengajukan pledoinya.
f. replik jaksa dan duplik terdakwa / penasehat hukum
- Replik JPU
1. Setelah pembelaan/pledoi penasehat hukum dibacakan, maka JPU diberikan
kesempatan oleh hakim untuk mengajukan replik secara tertulis.
2. Replik tersebut diserahkan kepada Hakim Ketua sidang dan turunannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
- Duplik Terdakwa / Penasehat Hukum
1. Duplik ini diajukan secara tertulis dan dibacakan oleh pansehat hukum
dipersidangan terhadap replik JPU.
2. Duplik tersebut diserahkan kepada Hakim Ketua sidang dan turunannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
g. putusan majelis hakim
Menurut KUHAP ada 3 (tiga) macam putusan pengadilan, yaitu :
1. Putusan yang mengandung pembebasan terdakwa (vrijspraak).
2. Putusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum
(onstlag van rechtvervolging).
3. Putusan yang mengandung penghukuman terdakwa.
Ø Hukuman Tambahan
Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri melainkan harus
disertakan pada hukuman pokok, hukuman tambahan tersebut antara lain :
1) Pencabutan hak-hak tertentu.
Hal ini diatur dalam pasal 35 KUHP yang berbunyi:
Hak si bersalah, yang boleh dicabut dalam putusan hakim dalam hal yang ditentukan dalam
kitab undang-undang ini atau dalam undang-undang umum lainnya, ialah
1. Menjabat segala jabatan atau jabatan tertentu;
2. Masuk balai tentara;
3. Memilih dan boleh dipilih pada pemilihan yang dilakukan karena undang-undang
umum;
4. Menjadi penasehat atau wali, atau wali pengawas atau pengampu atau
pengampu pengawas atas orang lain yang bukan ankanya sendiri;
5. Kekuasaan bapak, perwalian ,dan pengampuan atas anaknya sendiri;
6. Melakukan pekerjaan tertentu;
Hakim berkuasa memecat seorang pegawai negeri dari jabatannya apabila dalam
undang-undang umum ada ditunjuk pembesar lain yang semata-mata berkuasa melakukan
pemecatan itu.
1) Hukum taklifi
Hukum taklifi adalah sesuatu yang menunjukkan tuntutan untuk berbuat, atau
tuntutan untuk meninggalkan, atau boleh pilih antara berbuat dan meninggalkan. Contoh:
a) Hukum yang menunjukkan tuntutan untuk berbuat: “Ambilah sedekah dari sebagian harta
mereka!” [QS. At-Taubah (9): 103], “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya.” [QS. Al-Imran
(3): 97].
b) Hukum yang menunjukkan tuntutan untuk meninggalkan: “Janganlah di antara kamu
mengolok-olok kaum yang lain.” [QS. Al-Hujurat (49): 11], “Diharamkan bagimu memakan
bangkai, darah, dan daging babi.” [QS. Al-Maidah (5): 3].
c) Hukum yang menunjukkan boleh pilih (mudah): “Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi.” [QS. Al-Jumu'ah (62): 10], “Dan apabila kamu bepergian
di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat.” [QS. An-Nisa' (4): 101].
Hukum taklifi terbagi menjadi dua, yaitu ;
1. Azimah adalah suatu hukum asal yang tidak pernah berubah karena suatu sebab dan uzur.
Seperti shalatnya orang yang ada di rumah, bukan musafir.
2. Rukhshah adalah suatu hukum asal yang menjadi berubah karena suatu halangan (uzur).
Seperti shalatnya orang musafir.
Sumber-sumber Hukum islam :
a) Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga
akhir zaman (Saba' QS 34:28). Sebagai sumber Ajaran Islam juga disebut sumber pertama
atau Asas Pertama Syara'. Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari
serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi
Al Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al-Qur'an namun
tidak ada yang saling bertentangan.
b) Al Hadist
Al hadist adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad. Hadits sebagai
sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum
di bawah Al-Qur'an.
c) Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur'an
dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga tidak bisa
langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak bisa
diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara lain :
· Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al
Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat
seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan
/perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya.
Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara
ijtihadiyah.