Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Universitas Warmadewa
Proses awal dan akhir Restitusi:
Awal :Wajib Pajak menyampaikan berkas permohonan atas pengembalian kelebihan
pembayaranPajak Pertambahan Nilai untuk selain Wajib Pajak Patuh (SPT PPN LB);
Akhir : Pelaksana Seksi Pelayanan menyerahkan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak kepada Wajib Pajak.
Keluaran/Hasil Akhir (output): Surat Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak.
Pengenaan PPN 0% yang Dipercepat Atas Ekspor Oleh PET(Perusahaan Eksportir Tertentu)
Dalam hal BKP yang diekspor oleh PET terdapat JKP dan atau BKP (bahan baku/bahan
pembantu) yang dibeli dari PKP lain di dalam negeri, maka tarif PPN 0% diterapkan atas
penyerahan JKP dan atau BKP (bahan baku/bahan pembantu) dari PKP lain di dalam negeri
kepada PET.
Fasilitas PPN 0% tersebut hanya diberikan kepada PET Produsen. Apabila PET produsen
melakukan pembelian BKP berupa barang jadi tetap terutang PPN dengan tarif 10%.
Dengan diberikannya fasilitas PPN 0% kepada PET diatas, PKP pemasok tetap harus
menerbitkan Faktur Pajak Setandar dengan dibubuhi cap "PPN Tarif 0% Eks Keputusan
Menteri Keuangan RI Nomor 548/KMK.04/1997 " dan pada kolom "PPN 10% X Dasar
Pengenaan Pajak" tetap dicantumkan jumlah nilai PPN yang seharusnya terutang.
Sejak tanggal 1 Februari 2001, fasilitas PPN 0% (nol persen) yang dipercepat atas ekspor
yang dilakukan oleh PET tidak berlaku (Lihat KMK Nomor 50/KMK.04/2001 Jo SE -
12/PJ.5/2001)
Sejak tanggal 1 Pebruari 2001, atas penyerahan BKP dan/atau JKP kepada PKP PET
tetap terutang PPN.
Untuk penyerahan BKP (bahan baku/bahan pembantu) dan/atau JKP kepada PKP PET
yang dilakukan dalam bulan Januari 2001 masih memperoleh fasilitas PPN 0% dipercepat,
sepanjang digunakan untuk menghasilkan BKP yang akan diekspor.
Perencanaan pajak tersebut secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap :
Perencanaan pajak sebelum mengajukan restitusi PPN
a. Menyelenggarakan pembukuan dengan baik Langkah yang dilakukan PT YI
adalah melakukan pembukuan dengan itikad baik dan memenuhi standar akuntansi yang
lazim di Indonesia (PSAK). Selain itu pembukuan harus diselenggarakan dengan prinsip
taat asas. Untuk kepentingan perpajakan pembukuan pada PT YI diarahkan untuk
memenuhi pasal 28 Undang-Undang KUP tahun 2007 dimana pembukuan merupakan
suatu proses pencatatan secara teratur dalam rangka mengumpulkan dan mengolah data
dan informasi mencakup keadaan harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan
biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan rugi laba.
b. Memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar dan tepat waktu Sebelum
melakukan pembayaran atas pajak terutang, PT YI melakukan pengecekan kembali
mengenai kebenaran pengisian SPT untuk memastikan pemenuhan kewajibanperpajakan
telah berjalan dengan benar sesuai dengan laporan keuangan dan bukti - bukti yang ada.
c. Melakukan ekualisasi SPT PPN dan SPT PPh Badan secara reguler Ekualisasi
omzet antara SPT PPN dan SPT badan dilakukan setiap periode laporan keuangan atau
minimal satu tahun sekali. Hal ini dilakukan agar perbedaan yang terdapat dalam SPT
Masa PPN dengan SPT PPh Badan dapat diketahui dengan segera dimana terjadi
kesalahan atau kekurangan perhitungan dan sebagai awal dari persiapan data atau
dokumen untuk menghadapi pemeriksaan.
Perencanaan perpajakan pada saat proses restitusi PPN
Menyiapkan dan memisahkan Faktur Pajak asli (PM dan PK), serta meneliti
Faktur Pajak yang diterima dan yang diterbitkan tidak cacat menurut ketentuan
perundang - undangan.
Menyiapkan dokumen - dokumen pendukung yang dapat memperkuat argumen
PT YI, misalnya dokumen impor (PIB, Invoice ,Packing List, B/L, DO, LPS), dokumen
ekspor (PEB, Invoice, Packing List, B/L, DO, LPS), dokumen pembayaran ekspor
(Netting) acuan rekening koran, dokumen pembayaran impor dan lokal (uji arus kas dan
barang) acuan rekening koran, copy Invoice, copy Surat Jalan (DO), copy Purchase
Order(PO), bukti pembayaran pajak (SSP), laporan keuangan, kontrak kerja, dan
menyiapkan seluruh laporan SPT PPN.
Membuat daftar pembayaran atas Faktur Pajak dan bukti pembayarannya untuk
kelengkapan data PM. Hal ini dilakukan apabila konfirmasi PM menyatakan data “tidak
ada” maka dapat dibuktikan dengan pembuktian arus kas dan barang.
Melayani pemeriksaan dengan pemeriksa pajak setelah diterima surat
pemeriksaan dari KPP.
Menciptakan hubungan yang baik dengan pemeriksa pajak.
Perencanaan perpajakan setelah proses restitusi PPN
Review kebenaran Faktur Pajak.
Sistem pembayaran tidak melebihi 2 (dua) bulan.
Pembayaran ekspor melalui sistem Netting atau sistem pembayar langsung
berdasarkan Invoice