Anda di halaman 1dari 26

ANATOMI PERBANDINGAN

“SISTEM INTEGUMEN VERTEBRATA”

OLEH:
NI KADEK DITA SETIARINI (1813041003)
NI PUTU SETYA WIDYASARI (1813041007)
NI MADE RADITA PURNAMA PUTRI (1813041008)
NI PUTU OVILIA MUSTIKA SARI (1813041012)

KELAS V A PENDIDIKAN BIOLOGI

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ir. Ketut Srie Marhaeni Julyasih, M.Si

JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Beliau, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ SISTEM
INTEGUMEN VERTEBRATA”. Dalam melakukan penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat dukungan, motivasi, serta bimbingan dari banyak pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Ketut Srie Marhaeni Julyasih, M.Si. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dan petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Kedua orang tua penulis, yang tiada henti telah memberikan dukungan baik secara
moral dan materi.
3. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah berperan
serta dalam membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat
membangun, sangat penulis harapkan untuk menyempurnakannya. Akhirnya, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Singaraja, September

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
Daftar Gambar........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Evolusi Organik ............................................................................................3
2.2 Homolog dan Analog.....................................................................................5
2.3 Beberapa Petunjuk Secara Anatomis Terjadinya Evolusi..............................9
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................12
3.2 Saran..............................................................................................................12
Daftar Pustaka

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01. Contoh Struktur Homologi .............................................................6
Gambar 02.Contoh Analogi Organ......................................................................7
Gambar 03.Struktur Homolog dan Struktur Analog...........................................8
Gambar 04. Struktur Homolog............................................................................8
Gambar 05. Struktur Homolog pada Paus...........................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Lata Belakang
Sistem integumen berasal dari Bahasa latin yaitu “integument” yang
berarti “penutup”. Sistem integument merupakan suatu sistem penyusun tubuh
suatu mahluk hidup yang berada paling luar dan berhubungan langsung dengan
lingkungan diluar tubuh. Sistem integument memiliki fungsi utama sebagai
pelindung, penerima rangsangan dari lingkungan, eksresi, dan respirasi bagi
beberapa mahluk hidup.
Hewan termasuk mahluk hidup yang memiliki sistem integument. Sistem
integument pada hewan berfungsi untuk memisahkan, melindungi dan berperan
sebagai reseptor terhadap rangsangan yang berasal dari luar tubuh. Sistem
integument tidak hanya mencangkup kulit, namun terdapat derivate dari sistem
integument, yaitu rambut, bulu, sisik, dan kuku.
Kulit merupakan salah satu bagian dari sistem integument yang berada
pada lapisan terluar yang berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh. Kulit
adalah organ yang memiliki permukaan yang paling luas yang menutupi
seluruh tubuh bagian luar. Kulit terbagi atas beberapa lapisan yaitu lapisan
paling luar disebut epidermis ( kulit ari) dan dermis berada dibawah epidermis,
dan dibawah dermis terdapat jaringan lemak. (Tranggono,2007).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakan sistem integument hewan secara umum?
1.2.2 Bagimanakan perbandingan struktur integument(kulit) kelas
pada vertebrata?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami mengenai sistem integument hewan.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami mengenai perbandingan struktur
integument kelas pada vertebrata.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan pembaca mengenai sistem intugumen pada
hewan, serta perbandingan sistem integument pada kelima kelas
vertebrata.
1.4.2 Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan pembaca mengenai sistem intugumen pada
hewan, serta perbandingan sistem integument pada kelima kelas
vertebrata. Selain itu melalui pembuatan makalah ini penulis juga dapat
menambah kemampuan dalam menulis sebuah makalah.

2
BAB II
ISI
2.1 Sistem Integument Hewan Secara Umum
2.2 Sistem Integumen Vertebrata
2.2.1 Superkelas pisces
Integument merupakan salah satu struktur again terluar dari ikan
yang berepran sebagai sistem yang melindungi tubuh ikan, yang disebut
dengan sisik. Sisik merupakan salah satu derivate dari epidermis. Pada
pisces epidermis selalu dalam keadaan basah atau lembab, hal ini
dikarenakan terdapat lendir yang berasal dari sel yang berbentuk piala yang
berada pada permukaan tubuh pisces. Lendir tersebut berfungsi untuk
menekan atau mengurangi gesekan permukaan tubuh dengan air,serta
lendir ini berperan juga dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-
permeable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit (anonym)

Gambar 01. Lapisan integument pisces


(sumber: www.generasibiologi.com, )
Berdasarkan bentuk serta bahan penyusunnya, sisik pada pisces
dapat dibedakan menjadi 5 jenis yaitu:
1. Placoid
Jenis sisik placoid biasanya ditemukan pada golongan ikan yang
memiliki tulang rawan atau disebut dengan Chondrichthyes. Jenis sisik

3
placiud umumnya berbentuk seperti bunga mawar dengan dasar yang
berbentuk bulat atau bujur Sangkat. Pada placoid terdiri atas keeping
basal yang berada pada bagian terbenam di dermis kulit. Sisik placoid
merupakan struktur exoskeleton yang masih primitive yang memiliki
titik perkembangan menuju lembaran sisik yang biasa ada pada
osteichites.
Sisik placoid dibentuk oleh dentine sehingga dapat disebut dengan
dermal dentine yang memiliki rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik
placoid dimulai dari adanya pengelompokan sel- sel dermis yang akan
terbentuk menjadi lebih nyata, membentuk papilla dermis yang akan
mendesak epidermis yang ada di permukaan.

Gambar 02. Sisik placoid.


(Sumber: www.duniakuMu.com, )
2. Cosmoid
Jensi sisik cosmoid hanya ditemukan pada jenis ikan fosil dan ikan
primitive yang sudah mengalami kepunahan yaitu dari kelompok
Crossopterygii dan dipnoi. Sisik jenis cosmoid terdiri dari beberapa
lapisan dari luar yaitu vitrodentine yang merupakan lapisan yang mirip
dengan enamel, lalu cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan non

4
seluler. Serta yang terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari
substansi tulang.

Gambar 03. Sisik cosmoid


(sumber: www.wikepedia.com,)
3. Ganoid
Jenis sisik ini biasanya dimiliki oleh ikan jenis lepidosteus dan
scaphyrynchus. Sisik ini memiliki beberapa lapisan yaitu lapisan
terluar ganoine yang terbentuk dari garam – garam an organic, lalu
lapisan cosmine dan lapisan terdalamyaitu isopedine.

Gambar 04. Sisik jenis Ganoid


(sumber: www.generasibiologi.com, )
4. Cycloid dan Ctenoid
Sisik jenis ini biasanya ditemukan pada ikan Teleostei. Perbedaan sisik
cycloid dan ctenoid hanya letak duri- duri halus yang disebut dengan
ctenii yang ada pada beberapa baris pada bagian posteriornya.
Pertumbuhan sisik jenis cyloid dan ctenoid tidak mengandung dentine

5
dan enamel. Penempelan sisiknya tertanam kedalam sebuah kantung
yang ada pada bagian dermis. Sisik yang ada pada bagian posterior
lebih gelap dibandingkan dengan bagian anteriornya.

Gambar 05. Jensi sisik ctenoid


(sumber: www.generasibiologi.com,)

Gambar 06. Jenis sisik cycloid


(sumber: www.generasibiologi.com, )

2.2.2 Sistem Integumen Amfibi


Pada amfibi kulit digunakan sebagai alat pernafasan. pada epidermis
bagian bawah merupakan lapisan germ yang menghasilkan lapisan jangat
yang dapat berkelupas. Pada dermis terdapat jaringan ikat, dan dibagian

6
luar jaringan tersebut terdapat jaringan menyerupai karet busa yang
mengandung pigmen dan kelenjar. Pada bagian dalam dermis terdapat saraf
dan pembuluh darah. Kulit amfibi memiliki peran penting dalam respirasi
serta proteksi. Pada bagianya kulit amfibi (katak) terdapat kelenjar kulit
yang terbagi atas 2 macam, yaitu:
1. Glandulae mucosa (kelenjaar lendir) yang berfungsi untuk
menghasilkan lendir bening yang berfungsi memberikan kesan
licin pada kulit katak bila tertangkap.
2. Glandulae toxicon ( kelenjar racun) berfungsi untuk menghasilkan
zat racun pada tingkat tertentu yang berguna untuk melindungi
diri dari musuh atau mematikan hewan lain.

Gambar 07. Sistem integument amfibi


(sumber: Anonymous,2018)
Amfibi dapat dibagi menjadi 2 ordo yaitu ordo anura yang terdiri dari katak
dan kodok. Lalu ada ordo caudata yaitu salamander dan kadal air.

7
2.2.3 Sistem Integumen Reptil
Integumen atau lapisan terluar dari tubuh, biasanya disebut dengan
kulit. Bersama dengan derivatnya, kulit membentuk sistem integument.
Fungsi kulit terutama adalah untuk menutupi dan melindungi jaringan yang
berada di bawahnya, karena ini adalah bagian yang mengalami kontak
langsung dengan lingkungan (Weichert, 1959)
Secara umum, kulit reptile kasar, tebal, kering dan bersisik. Ia hampir
tidak mempunyai kelenjar-kelenjar. Kulit ini cocok untuk lingkungan darat
yang mencegah kehilangan air (Jordan, 1983).
Integumen dari reptile terdiri dari dua lapisan utama, yaitu epidermis
dan dermis.
Epidermis
Epidermis mengandung stratum korneum atau lapisan tanduk yang
berkembang baik dan melindungi reptile dari kekeringan (Jordan, 1983).
Bercirikan keratin yang menutup secara sempurna. Keratin adalah bahan
yang sama yang menyusun rambut mamalia dan kuku/cakar mamalia, aves
dan reptile dan juga menyusun sisik. Keratin tersebut bisa tebal pada
bagian perut dan ekor, atau tipis, pada lipatan kulit longgar yang tergantung
di leher (Kaplan, 2000)
Keratin tersusun dari sel-sel berlapis pipih yang sangat tipis. Semakin dekat
dengan permukaan reptile, semakin rapat dan padat susunan sel-sel tersebut
karena mereka tertekan oleh sel keratin yang baru dibentuk oleh lapisan di
bawahnya, yaitu stratum germinativum. Epidermis terbagi menjadi tiga
lapisan, yaitu:
1. Stratum Korneum : Lapisan luar yang mengalami keratinasi,
sel-selnya mati, dan tidak mengandung sel- sel saraf dan pembuluh
darah. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit
2. Zona Intermediet : Disebut juga zona transisi, yaitu wilayah
dimana sel-sel berubah bentuk menjadi pipih

8
3. Stratum Germinativum : Lapisan terdalam, mengandung sel-sel
kuboid. Pada lapisan ini sel mengalami mitosis yang membentuk sel-
sel baru.
Pada saat ecdysis (berganti kulit), metabolism kulit aktif dan pada
periode ini aktivitas penyembuhan terjadi. Pada kondisi biasa (tidak
sedang berganti kulit) kulit bersifat tidak aktif. Pada saat ecdysis, mitosis
pada stratum germinativum membentuk sel-sel baru (mitosis), sel-sel
yang baru dibentuk tersebut secara bertahap naik ke permukaan, menjadi
semakin pipih. Pada permukaan (stratum korneum/ lapisan bertanduk),
sel-sel tersebut mati dan kehilangan nukleusnya. Ecdysis ini diperlukan
untuk menggantikan lapisan kulit yang mati tersebut. Kulit reptile
mengalami penyembuhan lebih lambat daripada kulit mamalia, sering
memakan waktu 6 minggu bagi kulit yang mengalami kerusakan untuk
pulih secara total (Kaplan, 2000)
Pada beberapa jenis reptile, misalnya kadal dan bunglon, di
bawah stratum korneum terdapat lapisan kromatofor. Kromatofor adalah
sel-sel yang memberi warna sehingga beberapa kadal dan ular bisa
memiliki warna yang menarik. Mekanisme yang sebenarnya dari
pembentukan pola warna sebenarnya tidak diketahui. Beberapa kadal,
misalnya bunglon, merubah warna mereka sebagai respon atas
lingkungan dengan cara mengkonsentrasikan dan membubarkan granula
pigmen. Pewarnaan ini dapat bersifat protektif (kamuflase dan
peringatan), merefleksikan status social, pengenalan seksual, atau
mungkin penting untuk regulasi suhu (Linzey, 2001)

9
Gambar 08. Warna pada bunglon
(Sumber : https://nationalgeographic.grid.id,)

Gambar 09. Tiga tahap konsentrasi dan disperse dari pigmen


kromatopor pada kulit vertebrata tertentu. A. pigmen terkonsentrasi pada
tengah sel. B. Kondisi intermediate. C. pigmen terdispersi/bubar dari
sitoplasma kromatopor
(Sumber: www.scribd.com,)

Dermis
Dermis berada di bawah lapisan epidermis. Dermis merupakan
lapisan tebal yang berkembang dengan baik dan mengandung jaringan
ikat,serabut otot, pembuluh darah dan syaraf (Jordan, 1983). Pada beberapa
reptile, ada banyak tulang-tulang kecil yang disebut osteoderm. Osteoderm
ini membentuk sisik khas contohnya pada crocodilian (Kaplan, 2000) dan
kura-kura (Linzey, 2001)

10
Derivat kulit
1. Kelenjar
Reptil mempunyai kulit kasar dan bersisik yang teradaptasi untuk
hidup di darat. Pada reptile hampir tidak mempunyai kelenjar-kelenjar
integument. Integument pada Reptilia umumnya tidak mengandung
kelenjar keringat Kelenjar integument yang ada pada reptile, adalah
kelenjar bau yang mensekresikan subtansi yang berbau kuat yang mungkin
menjijikkan bagi predator dan berguna untuk pengenalan seksual (feromon)
selama berkembang biak (Linzey, 2001)
2. Sisik Epidermis
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka
bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-
sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang
menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita
amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik tersebut merupakan derivat
atau modifikasi dari lapisan epidermis sehingga sisik pada reptil berbeda
dengan sisik pada ikan yang merupakan struktur dari lapisan dermis dan
terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang
dikenal sebagai osteoderm.

Gambar 10. Bagian-Bagian Kulit Reptil Yang Memperlihatkan


Sisik Epidermis
(Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id )

Sisik pada reptile dapat dibagi menjadi dua tipe umum:


1. Pada Ular dan Kadal

11
Sisik pada ular dan kadal tubuh tertutup oleh sisik yang
berkembang dari stratum korneum (Linzey, 2001). Sisik tersebut
saling tumpang tindih (Weichert, 1959). Pada ular, tubuhnya dilapisi
oleh sisik berbentuk seperti wajik kecil pada bagian atas dan persegi
panjang pada bagian bawah.

Gambar 11. Sisik Epidermis Yang Saling Tumpang Tindih Pada


Ular
(Sumber :https://www.wikiwand.com/id/sisik_ular)
Beberapa ular memiliki sisik pipih yang lebar, yang dikenal sebagai
scute, pada bagian bawah perutnya untuk membantu dalam pergerakan
(Linzey, 2001). Scute membantu ular untuk bergerak dengan mengait pada
batu, cabang pohon atau benda lain di tanah.

Gambar 12. Sisik Ular Dan Scute Pada Ular

(Sumber: http://www.slideshare.net.)

12
Ular dan kadal secara periodik mengalami ecdysis. Sebelumnya
terbentuk sisik yang baru di bawah sisik yang lama. Lapisan korneal
mengelupas seluruhnya dan pada ular bagian dalam keluar untuk
menggantikannya. Frekuensi shedding (pergantian kulit) bergantung pada
faktor misalnya jumlah makanan yang dimakan dan aktivitas kelenjar tiroid
dan lobus anterior dari kelenjar pituitary (Weitcher, 1959)

Gambar 13. Ecdysis Pada Kadal


(Sumber: karawangreptileindependent.weebly.com)
Kebanyakan kadal melepaskan kulit mereka dalam beberapa
pecahan/potongan, namun ular yang sehat melepas kulit mereka dalam satu
pecahan. Modifikasi special dari sisik epidermis kadal dan ular termasuk
tanduk pada kadal bertanduk (horned lizard) dan rattle (kerincingan) pada
rattlesnake (ular derik), Rattle terbuat dari rangkaian sisik tua dan kering
yang menempel satu sama lain secara longgar dalam suatu rangkaian
(Weitcher, 1959)
Banyak kadal yang dapat memanjat pada permukaan vertikal
menggunakan kuku mereka yang tajam. Beberapa kadal pemanjat, seperti
cicak menggunakan sistem perlekatan “kering” pada jari kaki mereka untuk
membantu saat memanjat pada permukaan halus yang curam dan ketika
bergantung (Catmill, 1985). Pada bagian bawah jari kaki, terdapat kira-kira
20 sisik (lamella) lebar yang saling tumpang tindih dan mengandung

13
banyak bulu (setae) kecil yang terbuat dari keratin (Ruibal dan Ernst, 1965;
Ernst dan Ruibal, 1966). Lebih dari 150.000 setae terdapat dalam
permukaan masing-masing lamella. Setae ini sangat kecil sehingga
interaksinya dengan permukaan memungkinkan cicak untuk menempel
pada permukaan.

Gambar 14. Modifikasi stratum korneum pada kadal. (a) Jari


kaki pada kadal pemanjat misalnya cicak menggunakan system
perlekatan “kering” untuk membantu ketika memanjat pada
permukaan curam yang licin dan ketika bergantung. (b) Lamela pada
jari kaki yang mengandung banyak setae, yang bagian ujung
distalnya meenghasilkan bulu.
(Sumber: www.scribd.com/doc/287024349/238155902-reptil,)
1. Pada kura-kura dan crocodilian

14
Sisik epidermis kura-kura menutupi plastron dan karapaks. Pada
kura-kura, cangkang pada pelat dermal (gambar a, b) tertutup oleh lapisan
bertanduk dan mengalami keratinasi (yang disebut shields atau pelindung)
(gambar c,d)

Gambar 15 Atas: Tulang dermal membentuk karapaks (a) dan


plastron (b) pada kura-kura. Bawah: Sisik epidermis menutupi karapaks (a)
dan plastron (b) pada kura-kura
(Sumber: www.scribd.com/doc/287024349/238155902-repti, )

Bagian dermis kura-kura merupakan pelat/lempeng tulang dermal


(osteoderm). Lengkungan cangkang pada bagian dorsal disebut karapaks,
sedangkang bagian ventral bagian yang datar disebut plastron. Keduanya
disatukan oleh struktur tulang yang disebut jembatan lateral. (Linzey,
2001)

15
Pada kura-kura masing-masing sisik epidermis berkembang
secara terpisah, jadi sisik tersebut tidak membentuk lembaran/lapisan yang
solid. Jumlah dan aransemen sisik epidermis pada tubuh biasanya spesifik
pada tiap jenis dan digunakan untuk klasifikasi (Linzey, 2001)

Gambar 16. Aransemen sisik pada karapaks kura-kura kayu


(Sumber: www.scribd.com/doc/287024349/238155902-reptil)

Pada beberapa kura-kura, sisik tua mengalami pengelupasan, namun


pada jenis yang lain, sisik tersebut tetap ada dan memberi cangkang tekstur
yang kasar (Linzey, 2001).
Pada crocodilian, sisik epidermisnya menutupi seluruh tubuh pada sisi
lateral, ventral, dan ekor. Pada crocodilian, lapisan dermis tebal dan lembut
kecuali pada bagian dorsal dan tenggorokan dimana ada lempeng tulang
(osteoderm) di bawah sisik epidermis. Lempeng dermal kecil dan tidak
bergabung satu sama lain. Lempeng dermal kecil juga nampak pada
beberapa kadal dan ular. (Weichert, 1959)

16
Gambar 17. Aransemen sisik pada leher dan area bahu dari
alligator
(Sumber: www.scribd.com/doc/287024349/238155902-reptil)
2.2.3 Sistem Integumen Aves
Aves merupakan kelompok hewan yang dengan mudah dapat dikenal,
karena ciri khas yang ada pada kulitnya yaitu adanya bulu (feather). Kulitnya
secara umum tipis, dan hanya pada bagian-bagian tertentu saja yang relatif
tebal karena adanya beberapa modifikasi stratum corneum terutama pada
bagian yang tidak tertutup bulu, misalnya: sisik epidermis pada tungkai,
paruh, cakar dan penutup pada bagian lainnya yang mengandung zat tanduk.
Struktur-struktur selubung berzat tanduk ini homolog dengan sisik epidermis
reptilia. Sedangkan bagian tubuh lainnya tertutup oleh bulu. Chromatophora
umumnya hanya terdapat paruh, sisik dan bulunya, sedangkan pada kulit tidak
ada pigmen.
Bulu (feather) pada bangsa burung juga merupakan modifikasi dari sisik
epidermis. Secara definitif ada tiga macam bulu, yaitu :
1. Plumae (contour feather), merupakan bulu yang secara umum sebagai
penutup tubuh. Plumae yang besar adalah bulu sayap (remiges) dan bulu
ekor (rectrices).
2. Plumulae (downfeather), merupakan halus yang pendek, terletak dibawah
plumae.

17
3. Filoplumae (hairfeather), merupakan bulu yang menyerupai rambut,
terdapat di sekitar kelopak mata, di bawah dan atau diantara bulu
penutup.

Gambar 18. Alur Pertumbuhan Bulu


(Sumber: https://www.slideshare.net/mobile/nursidiq/sistem-integumen-
universitas-kuningan)
Bulu yang lengkap, misalnya plumae atau bulu penutup tubuh, terdiri dari
bagian-bagian sebagai berikut :
1. Calamus, pangkal bulu yang berongga dan tertanam di dalam kulit.
2. Umbilicus inferior, lubang kecil yang terdapat pada ujung proximal
calamus.
3. Umbilicus superior, lubang kecil yang terdapat pada bagian distal
calamus.
4. Rachis (tangkai bulu), merupakan lanjutan dari calamus tapi tidak
berongga dan memberikan kekuatan pada bulu.
5. Vexillum (vane = bendera bulu), yang terdapat di kiri-kanan rachis.

18
Gambar 19. Bagian-Bagian Bulu
(Sumber: https://www.slideshare.net/mobile/nursidiq/sistem-integumen-
universitas-kuningan)
Walaupun bulu plumae menutupi hampir seluruh permukaan tubuh burung
yang bersangkutan, namun folikel-folikel bulu hanya tertanam pada jalur-jalur
tertentu yang disebut pterylae, sedangkan jalur yang tidak di tumbuhi bulu
disebut apterylae.
Seperti halnya pada reptilia, burung juga hanya sedikit memiliki kelenjar
kulit. Kelenjar kulit yang terpenting adalah glandula uropygialis yang ada
sepasang terletak di bagian dorsal dekat pangkal bulunya. Kelenjar ini berupa
kelenjar minyak untuk meminyaki bulu.

19
Gambar 20. Anatomi Kulit Aves

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran

21
DAFTAR PUSTAKA
Reni, A. 2012.Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-Kitosa Berkumin Untuk
Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar. Dalam
http://repository.unair.ac.id/25569/12/12.%20Bab%202.pdf. Diakses
pada 5 september 2020
Tamam,B.2016. Tipe Sisik Ikan. Dalam
https://www.generasibiologi.com/2012/08/tipe-sisik-ikan.html. Diakses
pada 5 september 2020
Nubatonis,F. 2018. Sistem Integumen Vertebrata. Dalam
https://nanopdf.com/download/materi-sistem-integumen-vertebrata-
matakuliah-struktur-hewan-oleh_pdf. Diakses pada 5 september
2020sss.
Tranggono, Retno, dkk. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

22

Anda mungkin juga menyukai