Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

‘PENGERTIAN TOKSIN:RACUN KIMIA DAN RACUN BIOLOGI’

Nama Kelompok :

1. Adhita Maharani (P27833320001) 8. Carmellia Utari Anum F. (P27833320009)


2. Alivia Ulfalita (P27833320003) 9. Cintia Triyuslina (P27833320010)
3. Ananda Amelia Putri (P27833320004) 10.Danica Nursanti (P27833320011)
4. Anisatul Jannah (P27833320005) 11.Dhiya Dania Oktafia (P27833320012)
5. Aulia Rahma (P27833320006) 12.Dinna Sistawardhana N. (P27833320013)
6. Ayu Puspita Devy (P27833320007) 13.Dwi Ayu Lestari (P27833320014)
7. Bintang Tegar Pangestu (P27833320008) 14.Erdina Febriyanti (P27833320015)

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWt yang hingga saat ini masih
memeberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kita diberi
kesehatan yang luar biasa ini, yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas
Makalah Pengertian toksin

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan kepada


junjungan nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua yang merupakan
sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, pada akhirnya kami dapat


menyelesaikan laporan ini. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati
bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu kami sangat menantikan kritik dan saran yang
membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi makalah berikutnya.
Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami
supaya lebih mengutamakan kualitas laporan di masa yang selanjutnya.

Surabaya, 10 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman........................................................................................................i

Kata Pengantar............................................................................................ii

Daftar Isi......................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Toksin...............................................................................3

2.2 Definisi Racun Kimia........................................................................5

2.3 Bahan-bahan Kimia Berbahaya.......................................................7

2.4 Penanganan Zat-zat Kimia Berbahaya................................................8

2.5 Racun Biologi......................................................................................9

2.6 Jenis-jenis Racun Alami Yang Ada Pada Makanan………………10

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan.......................................................................................13

3.2 Saran................................................................................................13

Daftar Pustaka.........................................................................................14

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang ada sejak zaman
purbakala, yang merupakan perpaduan antara ilmu biologi dan ilmu
kimia dan dapat digunakan untuk memahami konsep aksi dan
keberadaan zat toksik serta penerapan konsep tersebut dalam
permasalahan lingkungan. Secara tradisional toksikologi merupakan
pengetahuan dasar tentang aksi dan perilaku racun. Sedangkan
pengertian racun sendiri adalah bahan yang bila tertelan atau terabsorpsi
akan mampu membuat manusia sakit dan mematikan (Mukono, 2010).
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan
(adverse effects) dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan
antara berbagai efek potensial yang merugikan serta terdapatnya
beraneka ragam bahan kimia di lingkungan kita membuat toksikologi
sebagai ilmu yang sangat luas (Kusnoputranto, 1996). Selanjutnya juga
dinyatakan bahwa toksikologi lingkungan umumnya merupakan suatu
studi tentang efek dari polutan terhadap lingkungan hidup serta
bagaimana hal ini dapat mempengaruhi ekosistem. Dengan demikian
pembahasan mengenai toksikologi lingkungan merupakan bahasan yang
sangat kompleks. Semua zat beracun ataupun metabolitnya tentu akan
kembali memasuki lingkungan, sehingga kualitas lingkungan akhirnya
bertambah buruk dengan terdapatnya berbagai racun. Dapat dipahami
bahwa, baik racun maupun kontaminan lingkungan dengan zat
berbahaya bukanlah hal yang baru. Sejak beberapa puluh tahun yang
lalu, duniapun sudah sepakat bekerja sama untuk membuat lingkungan
menjadi tempat yang tidak berbahaya untuk dihuni. Perhatian dunia
terhadap toksikologi lingkungan didasarkan atas hasil inventarisasi
ataupun perkiraan jumlah produksi zat kimia yang semakin meningkat.

1
Butler mengemukakan, pada tahun 1978 saja diperkirakan terdapat
300.000 zat kimia yang digunakan di seluruh dunia dan jumlah ini
diperkirakan bertambah setiap tahun dengan 1.000 – 2.000 jenis
(Soemirat, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Toksin ?
2. Apa pengertian Racun Kimia ?
3. Apa saja bahan-bahan kimia yang berbahaya ?
4. Bagaimana cara penanganan zat-zat kimia yang berbahaya ?
5. Apa pengertian Racun Biologi ?
6. Apa saja jenis-jenis racun alami yang ada pada makanan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian toksin
2. Mengetahui pengertian racun kimia
3. Mengetahui bahan-bahan kimia yang berbahaya
4. Mengetahui cara-cara penanganan zat-zat kimia yang berbahaya
5. Mengetahui pengertian racun biologi
6. Mengetahui apa saja jenis racun alami yang ada pada makanan

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Toksin

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang ada sejak zaman


purbakala, yang merupakan perpaduan antara ilmu biologi dan ilmu
kimia dan dapat digunakan untuk memahami konsep aksi dan
keberadaan zat toksik serta penerapan konsep tersebut dalam
permasalahan lingkungan. Sedangkan pengertian racun sendiri adalah
bahan yang bila tertelan atau terabsorpsi akan mampu membuat manusia
sakit dan mematikan (Mukono, 2010).

Toksikologi secara umum menelaah tentang mekanisme mengenai


efek-efek yang tidak diinginkat „adverse effects“ dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Gabungan berbagai efek potensial yang
merugikan serta terdapatnya berbagai ragam bahan kimia di lingkungan
kita membuat toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas. Toksikologi
lingkungan didefinisikan sebagai „study of the fate and effects of
chemicals in the environment” (Hodgson dan Levi, 2000). Secara
sederhana dapat dimengerti dengan telaah dinamika bahan toksik di
lingkungan, yaitu mempelajari proses degradasi zat kimia “perubahan
kimia yang dialami oleh toksikan“ di lingkungan serta transport zat
kimia tersebut dari satu tempat ke tempat lain di alam ini, disamping itu
toksikologi lingkungan adalah pengetahuan yang mempelajari efek
toksik yang timbulkan dampak atau resiko keberadaan zat kimia tersebut
terhadap makhluk organisem hidup. Toksikologi lingkungan umumnya
dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok kajian, yaitu toksikologi
kesehatan lingkungan dan ekotoksikologi. Toksikologi kesehatan
lingkungan adalah melakukan telaah tentang efek samping zat kimia di
lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sedangkan ekotoksikologi

3
memfokuskan diri pada telaah tentang efek pencemaran lingkungan
pada ekosistem dan konstituennya (seperti ikan, dan satwa liar).
Masalah-masalah yang menantang toksikolog lingkungan adalah tugas
yang rumit dalam pencirian akibat dari pengaruh terhadap individu
”organisme” dalam lingkungan dan sebaliknya disebabkan pengaruh
perubahan ekologis yang dialami oleh individu Pendekatan terhadap
tugas ini didasarkan pada hubungan timbal-balik struktural dan
fungsional yang ada diantara masing-masing tingkatan organisasi
biologis. Hubungan ini termasuk juga penentuan hubungan antara
pengaruh yang ditunjukkan oleh organisme pada tingkatan
makromolekul atau selular sebagai tanggapan pokok dari organisme di
lingkungan tersebut. Dalam penelitian pengaruh toksikan pada ekologis
diperlukan pengetahuan dasar mengenai mekanisme fase kerja toksikan
pada organimse, termasuk fase eksposisi, toksokinetik dan toksodinamik
dari toksikan pada organimse target. Disamping itu diperlukan juga
kemampuan mengevaluasi hubungan faktor lingkungan yang dapat
mengubah tanggapan yang diamati dalam makhluk hidup.
Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari
akar kata tox, dalam bahasa Yunani tox berarti panah. Dimana panah
pada saat itu digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu
pada anak panahnya terdapat racun. Di dalam ”Papyrus Ebers
(1552B.C.)“. Hippocrates (460 - 370 B.C.), dikenal sebagai bapak
kedokteran, disamping itu dia juga dikenal sebagai toksikolog
dijamannya. Dia banyak menulis racun bisa ular dan di dalam bukunya
juga menggambarkan, bahwa orang Mesir kuno telah memiliki
pengetahuan penangkal racun yaitu dengan menghambat laju
penyerapan racun dari saluran pencernaan.

Secara umum, racun merupakan zat adat, cair, atau gas, yang dapat
mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme (Gary, 1996). Dalam
hubungan dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka,

4
sakit, dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau
aktivitas lainnya dalam skala molekul (Maramis M.R, 2016)

Hal ini membuktikan, bahwa efek berbahaya (toksik) yang


ditimbulkan oleh zat racun (tokson) telah dikenal oleh manusia sejak
awal perkembangan beradaban manusia. Untuk mencegah keracunan,
orang senantiasa berusaha menemukan dan mengembangkan upaya
pencegahan atau menawarkan racun. Usaha ini seiring dengan
perkembangan toksikologi itu sendiri.

Paracelcius adalah nama samaran dari Philippus Aureolus


Theophratus Bombast von Hohenheim (1493-1541), toksikolog besar,
yang pertama kali meletakkan konsep dasar-dasar dari toksikologi.
Dalam postulatnya menyatakan: “Semua zat adalah racun dan tidak ada
zat yang tidak beracun, hanya dosis yang membuatnya menjadi tidak
beracun”. Pernyataan ini menjadi dasar bagi konsep hubungan dosis
reseptor dan indeks terapi yang berkembang dikemudian hari.

2.2 Racun Kimia


Racun kimia adalah zat tertentu yang memiliki efek merugikan pada
jaringan manusia, organ, atau proses biologi

Klasifikasi atas dasar sifat fisika dan kimia :

a. Korosif
Korosif adalah sifat suatu subtantsi yang dapat menyebabkan benda
lain hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, kulit, sistem pernapasan, dan
banyak lagi. Contoh bahan kimia yang bersifat korosif antara lain
asam sulfat, asam astetat,asam klorida dan lain-lain.
b. Radioaktif
Bahan radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan
memancarkan sinar radioaktif dangan aktivitas jenis lebih besar dari

5
0,002 microcuri per gram. Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara
satu atau lebih klasifikasi diatas, karena memang mempunyai sifat
ganda. Contoh : Benzena adalah zat beracun, karsiogenik tetapi juga
mudah terbakar, klor adalah zat beracun yang juga bersifat korosif.
Radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
c. Evaporatif Bahan toksin evaporatif adalah bahan yang mudah
menguap dan biasanya jenis bahan kimia ini mudah terbakar. Di dalam
laboratorium dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai
berikut: 1) Padat, misalnya, belerang, hidrida logam, logam alkali,
fosfor merah dan kuning. 2) Cair, misalnya, alkohol, aseton, benzena,
eter, methanol, n-heksana, pentana. 3) Gas, misalnya, hidrogen dan
asetilen.
d. Eksplosif Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya
yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah
dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan
kerusakan disekelilingnya. Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan
pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja
untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene
(TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3). Contoh lainnya
adalah Asetilena dan amonium nitrat.

e. Reaktif

1) Bahan kimia beracun yang mudah bereaksi dengan air, asam, udara
sehingga dapat meledak, terbakar dan lainnya.

2) Bahan yang reaktif terhadap air adalah bahan yang apabila bereaksi
dengan air akan mengeluarkan panas dan gas sehingga mudah terbakar
contohnya: alkali dan alkali tanah, garam halida dan anhidrat, oksida
anhidrat dan sulfuril klorida.

6
3) Bahan yang reaktif terhadap asam adalah bahan yang apabila
bereaksi dengan asam akan mengeluarkan panas dan gas sehingga
mudah terbakar, beracun dan korosif contohnya: kalium klorat, kalium
perklorat, kalium permanganat dan asam kromat.

4) Semuanya memerlukan penanganan, transportasi, dan pembuangan


yang berbeda, karena bahaya yang mungkin timbul akan berbeda.

2.3 Bahan-Bahan Kimia Berbahaya

Berikut adalah bahan - bahan kimia yang paling berbahaya :

1. Botulinum Toxin A
Racun Botulinum, yang juga dikenal sebagai Clostridium Botulinum,
dikenal sebagai zat paling mematikan di dunia. Botulinum mengacaukan
komunikasi antara sel saraf dan sel otot, kemudian secara bertahap
melumpuhkan korban dan akhirnya terjadi kegagalan sistem pernafasan.
Namun, botulinum dalam dosis yang sangat kecil dapat digunakan untuk
mengobati kejang otot dan keringat berlebihan dan melumpuhkan otot
yang menyebabkan keriput.
2. Asbestos
Asbestos adalah nama yang diberikan pada beberapa mineral berbeda
yang
memiliki satu ciri umum: ikatan kristal yang berserat. Apabila terhirup
berkali-kali, serat asbestos dapat menumpuk di paru-paru dan
menyebabkan penyakit mematikan seperti asbestosis, radang paru-paru,
dan kanker.
3. Ricin
Ditemukan dalam minyak jarak, ricin adalah zat protein beracun yang
menimbulkan kerusakan pada ribosom, pembangun protein pada sel.
Hasilnya adalah kerusakan parah pada organ-organ penting tubuh.
Hanya satu miligram ricin cukup untuk membunuh orang dewasa jika

7
dihirup atau tertelan, menyebabkan banyak negara menyelidiki
penggunaannya sebagai senjata biologis.
4. Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
sangat beracun yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar organik
yang tidak sempurna, seperti batubara, diesel, kayu dan lain - lain. Ini
adalah salah satu gas beracun utama yang ditemukan di dalam asap
kendaraan.
Zat ini mempengaruhi kapasitas pembawa oksigen dalam darah dengan
mengikat protein hemoglobin. Jika seseorang terkena paparan dengan
konsentrasi karbon monoksida 1,28%, korban akan kehilangan
kesadaran setelah 2-3 kali nafas dan mati dalam waktu kurang dari 3
menit.
5. Sianida
Baik dihirup atau tertelan, sianida adalah salah satu zat beracun dengan
aksi tercepat yang diketahui, membuat korbannya mati dalam hitungan
menit. Gas hidrogen sianida dan natrium padat atau potasium sianida
sangat beracun, mencegah sel-sel tubuh menggunakan oksigen dan
membuat jantung dan otak berhenti bekerja.

2.4 Penanganan Zat-Zat Kimia Berbahaya

Penyimpanan bahan-bahan kimia ini disesuaikan dengan kebutuhan


dan kecepatan pemakaiannya, jumlahnya di usahakan sesedikit mungkin
cara-cara penyimpanan bahan kimia ini disesuaikan dengan sifat-sifat
bahayanya, seperti dibawah ini (Sumardi, 1983)
Bahan-bahan kimia yang mudah meledak (eksplosif) dapat disimpan di
tempat (bangunan) yang terisolir dari bangunan-bangunan lainnya
dilengkapi dengan pintu tahan api .
2. Bahan-bahan kimia yang mudah menguap dan terbakar di simpan di
tempat yang jauh dari sumber api.

8
3. Bahan-bahan yang mudah menguap dan bertekanan tinggi harus
dilindungi dari cahaya matahari . Ventilasi udara dalam ruangan harus
baik .
4. Bahan-bahan oksidator jangan ditempatkan bersama dengan bahan
yangmudah terbakar (bahan organik dan pereduksi) . Ventilasi udara
dalam ruangan harus baik .
5. Bahan-bahan korosif disimpan di tempat yang kering, suhunya
rendahn namun tidak dibawah titik bekunya.
6. Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air, disimpan pada tempat
yang jauh dari sumber air.
7. Bahan kimia yang bila disimpan ditempat yang sama dapat
menimbulkanreaksi yang merugikan (panas yang tinggi, zat baru yang
bersifat racun).
8. Bahan-bahan kimia yang mudah terurai membentuk racun apabila
berhubungan dengan panas, air atau asam tidak diperkenankan disimpan
berdekatan dengan bahan-bahan kimia yang mudah menyala/menguap.
Suhu ruangan harus rendah dan kering .

2.5 Racun Biologi

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang ada sejak zaman


purbakala, yang merupakan perpaduan antara ilmu biologi dan ilmu
kimia dan dapat digunakan untuk memahami konsep aksi dan
keberadaan zat toksik serta penerapan konsep tersebut dalam
permasalahan lingkunganSecara umum, racun merupakan zat padat, cair,
atau gas, yang dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme.
Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral (mulut)
maupun topikal (permukaan tubuh). Dalam hubungan dengan biologi,
racun adalah zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian
organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam
skala molekul.

9
Istilah racun bersinonim dengan kata toksin dan bisa, namun
memiliki definisi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kata
"toksin" didefinisi sebagai racun yang dihasilkan dari proses biologi,
atau sering disebut sebagai biotoksin. Sementara, bisa didefinisikan
sebagai cairan mengandung racun yang disekresikan atau dihasilkan
oleh hewan selama proses pertahanan diri atau menyerang hewan lain
dengan gigitan maupun sengatan. Istilah beracun, toksik, dan berbisa
juga merupakan kata yang sebanding apabila digunakan untuk
menyatakan sifat atau efek dari racun. Namun, tetap terdapat sedikit
perbedaan pada ketiga kata tersebut. Beracun digunakan untuk segala
sesuatu yang dapat berakibat fatal atau berbahaya apabila dimasukkan
dalam jumlah tertentu ke makhluk hidup. Sedangkan toksik menyatakan
sifat atau efek dari toksin, dan berbisa mengacu kepada hewan penghasil
bisa.

2.6 Jenis Racun Alami Yang Ada Pada Makanan

1. Racun Biru/HCN ( Asam Sianida )

Salah satu makanan yang mengandung racun tersebut adalah


singkong. Singkong juga mengandung racun linamarin dan lotaustralin,
yasolanin dan chaconine. Akit kepala, bahkan pada kasus berat dapat
menimbulkan kematian. Untuk mencegah keracunan singkong, sebelum
dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk menghilangkan tanah yang
menempel, dikupas lalu direndam dalam air bersih yang hangat selama
beberapa hari, dicuci lalu dimasak sempurna baik dibakar atau direbus.

2. Solanin dan Chaconine

10
Salah satu makanan yang mengandung racun tersebut adalah
kentang. Racun alami yang dikandung kentang termasuk dalam
golongan glikoalkaloid dengan dua macam racun utama yaitu solanin
dan chaconine. Kadar glikoalkoid yang tinggi dapat menimbulkan rasa
seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual dan muntah. Sebaiknya
kentang disimpan di tempat yang sejuk, gelap, dan kering serta
dihindarkan dari paparan sinar matahari atau sinar lampu. Untuk
mencegah terjadinya keracunan sebaiknya kentang dikupas kulitnya dan
dimasak sebelum dikonsumsi.

3. Asam Oksalat

Salah satu makanan yang mengandung racun tersebut adalah bayam.


Asam oksalat yang terlalu besar dapat mengakibatkan defisiensi
nutrient, terutama kalsium. Selain itu, asam oksalat juga merupakan
asam kuat sehingga dapat mengiritasi saluran pencernaan, terutama
lambung. Asam oksalat juga berperan dalam pembentukan batu ginjal.
Untuk menghindari pengaruh buruk akibat asam oksalat sebaiknya tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa itu terlalu banyak.

4. Glikoalkaloid

Salah satu makanan yang mengandung racun tersebut adalah tomat.


Racun itu menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk
mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya hindari konsumsi tomat hijau
dan jangan pernah mengkonsumsi daun dan batang tanaman tomat.

5. Senyawa Psoralen

Salah satu makanan yang mengandung racun tersebut adalah seledri.


Senyawa itu bisa menimbulkan reaksi sensitivitas pada kulit jika
terpapar matahari. Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya
hindari terlalu banyak mengkonsumsi seledri mentah. Lebih aman jika

11
seledri dimasak sebelum dikonsumsi karena psoralen dapat terurai
melalui proses pemasakan.

6. Glikosida Sianogenik

Salah satu makanan yang mengandung racun tersebut adalah rebung.


Untuk mencegah keracunan, sebaiknya pucuk bambu yang akan
dimasak terlebih dahulu dibuang daun terluarnya, diiris tipis lalu direbus
dalam air mendidih dengan penambahan sedikit garam selama 9-10
menit. Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong,
antara lain penyempitan saluran nafas, mual, muntah dan sakit kepala.

7. Tetrodotoksin ( TTX )

Salah satu makanan yang mengandung racun tersebut adalah ikan


buntal. Racun kuat yang akan melumpuhkan otot dan akhirnya korban
akan mati karena kehabisan nafas. Racun ini banyak terkandung di hati
dan indung telur ikan ini, sehingga hanya chef dengan izin khusus yang
berhak menyajikan ikan ini. Di Jepang, ikan ini disebut fugu, dan
keracunan fugu hanya bisa ditangani oleh dokter dengan berusaha
mempertahankan sistem pernapasan dan peredaran darah sampai efek
racun ini menghilang dengan sendirinya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Toksikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia


yang merugikan organisme hidup. Toksikologi merupakan cabang dari
farmakologi yang di definisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
interaksi antara senyawa kimia dengan organisme hidup. Toksikologi
mempelajari tentang racun yaitu zat tertentu yang memiliki efek
merugikan pada jaringan manusia, organ, atau proses biologi.

Racun dapat diklasifikasikan berdasarkan atas berbagai hal seperti:


sumber, sifat kimiawi dan fisikanya, bagaimana dan kapan terbentuknya,
efek terhadap kesehatan, kerusakan organ, dan hidup/tidaknya racun
tersebut.

3.2 Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak


kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
makalah tersebut penulis meminta kritik yang membangun dari para
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

H.J. Mukono. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga


University Press.

Imam Khasani, S . 1994 . " Penanganan Bahan Kimia Berbahaya . "


Warta Kimia Analitik . 11 : 30 - 31 .

Kematian yang Berkaitan Dengan Tindak Kekerasan. 22(7), 33-43.

Maramis, Marchel R. 2016. Analisis Yuridis Terhadap Racun Penyebab

Marchel Maramis R. 2016. Jurnal Hukum Unsrat. Analisis Yuridis


Terhadap Racun Penyebab Kematian Yang Berkaitan Dengan
Tindak Kekerasan, 22(7), 34.

Osweiler, Gary D. 1996. Toxycology. Wiley-Blackwell

Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Sumardi. 1983 . Sistem Pergudangan . Kursus Keselamatan Kerja


Dalam Menangani Bahan-Bahan Kimia Berbahaya 5 - 9 Desember
1983 . LKN .,Bandung .

Yulianto, Nurul Amaloyah. 2017. TOKSOLOGI LINGKUNGAN. Jakarta


:

14

Anda mungkin juga menyukai