Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
4. Lokasi yang tidak memerlukan ventilasi harus ditutup, atau dirintangi dan
dipasang tanda larangan rnemasuki lokasi tersebut.
5. Pada setiap lokasi yang sudah ditutup, dinding penyekatnya harus dipasang
pipa yang dilengkapi katup pengambilan percontoh udara untuk melakukan
pengukuran tekanan dibalik dinding penyekat.
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-
kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan
7. Jalan udara harus mempunyai ukuran yang memadai sesuai dengan jumlah
udara yang dialirkan.
8. Kepala Teknik Tambang harus menunjuk petugas yang bertanggung jawab
untuk mengawasi ventilasi tambang dan nama yang bersangkutan harus
dicatat dalam Buku Tambang.
9. Jumlah dan mutu udara yang mengalir pada masing-masing lokasi atau
tempat kerja atau sistem ventilasi harus ditentukan dengan 1 tenggang waktu
yang tidak melebihi satu bulan;
10. Lokasi pengukuran aliran meliputi :
a. setiap jalan masuk udara utama sedapat mungkin dekat dengan jalan
masuk ke sumuran atau jalan keluar;
b. setiap tempat terbaginya udara sedapat mungkin dekat dengan
persimpangan;
c. di tempat kerja yang pertama 50 meter dari mulai masuknya udara dan di
tempat kerja yang terakhir 50 meter dari ujung keluarnya udara;
d. lokasi udara keluar sedapat mungkin dekat dengan persimpangan jalan
keluar utama dan
e. tempat lain yang ditetapkan oleh Pelaksana Inspeksi Tambang.
11. Pengambilan percontoh untuk mengukur kadar oksigen (O2), carbon
dioksida (CO2), carbon monoksida (CO), dan oksida nitrat (NO2) yang
terkandung di udara yang dilakukan dalam kondisi kerja normal harus
dilaksanakan setiap selang waktu sebulan pada tempat-tempat berikut ini :
a. 30 meter dari permuka kerja terowongan;
b. 15 meter dari lubang turun dan sumuran dan
2
c. pada dasar sumuran buangan udara dan pada lokasi bukaan produksi yang
mempunyai satu jalan masuk.
12. Pengambilan percontoh untuk menentukan kandungan karbon monoksida
(CO) dan oksida nitrat (NO2) pada setiap tempat, atau pada setiap ujung
jalan tempat mesin diesel dioperasikan maka harus dilakukan pada selang
waktu yang tidak meIebihi tujuh hari.
13. Laporan hasil pengukuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (11) dan ayat
(12) harus mencantumkan jam dan lokai pengambilan percontoh serta jam
peledakan terakhir;
14. Temperatur harus diukur secara berkala pada tempat-tempat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (10) huruf c dan d dan apabila temperature efektif
melebihi 24 derajat celcius maka tempat tersebut harus diperiksa setiap
minggu.
15. Pengukuran konsentrasi debu yang berukuran lebih kecil dari 10 micron
harus dilakukan sesering mungkin, sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
kecuali ditetapkan lain oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
16. Apabila dilakukan perubahan pada arah atau penyebaran aliran udara yang
berakibat mempengaruhi jumlah udara masuk atau keluar maka pengukuran
udara harus dilakukan secepat mungkin setelah perubahan dilakukan.
17. Hasil pengukuran udara sebagaimana dimaksud dalam ayat (16) harus dicatat
dalam buku ventilasi.
18. Pengukuran ventilasi harus dilakukan oleh orang yang berkemampuan.
19. Pengambilan percontoh sebagaimana dimaksud dalam ayat (11) dan ayat (12)
tidak diberlakukan apabila menurut pertimbangan Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang kondisi ventilasi di tambang cukup baik.
3
emisi gas, tingkat pemusatan permuka kerja dan jumlah aliran cabang, di mana
pada tambang bawah tanah yang jumlah emisi gasnya banyak, angka ini
umumnya di atas 4(m3/min). Dari contoh di lapangan batu bara Eropa dikatakan,
bahwa tambang bawah tanah yang tidak ada masalah dari segi emisi gas dan
kondisi atmosfir tambang bawah tanah, angka ini adalah 2(m 3/min), tambang
bawah tanah yang baru mulai konstruksi adalah 3(m3/min) dan tambang bawah
tanah yang mempunyai masalah dari segi kondisi atmosfirnya adalah sekitar
4(m3/min).
Catatan : Menurut hasil penelitian yang memplotkan jumlah emisi metan dan
kedalaman tambang rata-rata untuk tambang batu bara bawah tanah 8 negara
penghasil utama batu bara, yaitu Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman,
Polandia, RRC, Cekoslovakia dan bekas Uni Soviet, maka
Y = 4,1 + 0,023X
Y : jumlah emisi metan (m3/t)
X : kedalaman ekstraksi rata-rata (m)
(2) Hal yang ditentukan di dalam peraturan keselamatan tambang batu bara
Jepang
Peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang mengatur mengenai udara
tambang bawah tanah sebagai berikut :
Kandungan oksigen pada udara di dalam tambang bawah tanah harus lebih
besar dari 19% dan kandungan gas karbon dioksida harus lebih kecil dari 1%.
Kandungan gas mudah nyala di dalam udara buang aliran cabang utama serta
di lokasi kerja harus lebih kecil dari 1,5% dan di dalam aliran udara di tempat
lalu lintas di dalam tambang bawah tanah harus lebih kecil dari 2%.
Temperatur udara di lokasi kerja di dalam tambang bawah tanah harus lebih
rendah dari 37°C.
Jumlah udara ventilasi di portal udara masuk mengambil standar jumlah
udara maksimum untuk pekerja tambang yang bekerja dalam waktu
bersamaan di dalam tambang bawah tanah selama satu hari, dan untuk
tambang batu bara kelas A harus dibuat lebih besar dari 3m 3 per menit per
orang.
4
Kecepatan udara ventilasi harus lebih rendah dari 450 m/menit. Kecuali pada
sumuran tegak dan lorong khusus untuk ventilasi boleh ditingkatkan sampai
600 m/menit.
Jadi, di Jepang, selama tidak ada alasan yang khusus, harus ditentukan jumlah
udara ventilasi yang membuat kondisi di dalam tambang bawah tanah memenuhi
persyaratan-persyaratan di atas tersebut.
5
F. Kebutuhan udara dalam tambang
1. Jumlah udara 0,1 m3/detik per orang
2. Kecepatan udara minimum untuk mengendalikan kualitas udara 0,3 m / detik
3. Kecepatan minimum pada permuka kerja pada tambang yang berbahaya gas
adalah 0,76-1,52 m / detik
4. Kecepatan udara minimum untuk mengendalikan temperatur efektif dan
kelembaban sebesar 0,5 – 2,5 m / detik.
5. Kecepatan udara minimum pada front kerja pembuatan lubang bukaan 0,3 m/
detik.
6. Gas – Gas Pada Tambang Bawah Tanah :
Methan (CH4)
Karbondioksida (CO2)
Karbon Monoksida (CO)
Hidrogen Sulfida (H2S)
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Oksida (NOX)
Nama Simbo Berat Sifat Pengaruh Sumber Max. Fatal Point
l Jenis hfisik Allowable
(Udara = 1) Conc. (%)
Oksigen O2 1,106 tidak berbau, tidak udara normal 20,0 6
tidak beracun (minimum)
berwarna, tidak
ada
rasa
Nitrogen N2 0,967 tidak berbau, tidak menyesak udara normal, 80,0 -
berwarna, tidak kan napas lapisan
berasa
Karbon CO2 1,529 tidak berbau, menyesak pernapasan, 0,5 18
Dioksida tidak kan napas lapisan,
berwarna, pembakaran
terasa agak asam
Karbon CO 0,967 tidak berbau, racun, peledakan, 0,005 0,03
Monoksid tidak dapat motor (12,74
a berwarna, tidak meledak Bakar,pembaka explosive)
ada ran
rasa idak sempurna
Hidrogen H2S 1,191 bau telur busuk, racun, lapisan air 0,001 0, 1
sulfida tidak dapat tanah (4, 46
berwarna, terasa meledak explosive)
asam
Metana CH4 0,555 tidak berbau, dapat lapisan 1,0 (5 – 15)
tidak meledak, batubara explosive
berwarna, tidak menyesak
ada rasa kan napas
Nitrogen NO2 1,590 bau mangganggu, racun peledakan, 0,0005 0,005
Dioksida warna motor
merah coklat, Bakar,
terasa pembakaran
ahit tidak sempurna
Sulfur SO2 1,191 bau mangganggu, racun oksidasi 0,0005 0, 1
Dioksida tidak sulfida,
berwarna, rasa motor bakar
asam
Radon Rn 7,665 tidak berbau, radioaktif lapisan - -
6
tidak
berwarna, tidak
ada
rasa
Tabel 2.1 Gas – gas pada tambang bawah tanah