Anda di halaman 1dari 2

1.

Basis Akuntansi
Sebagai prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, ada hal paling mendasar yang perlu
kalian taati agar pengakuan dengan dasar basis akrual Laporan Operasional dan basis akrual
neraca, dapat dipahami oleh bahkan pihak awam sekalipun.
Sesuai dengan PSAK nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, disarankan
supaya kalian memakai basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran
penerimaan dan pengeluaran dana.
Dalam perkembangannya, kalian wajib tahu jenis basis akuntansi apa saja yang selama ini
belum kalian ketahui seperti; akuntansi berbasis kas, modifikasi dari akuntansi berbasis kas,
akuntansi bebasis akrual, dan modifikasi akuntansi berbasis akrual.
 
2. Prinsip Nilai Perolehan
Aktiva atau kas yang masuk, bisa kalian artikan sebagai pendapatan atau penghasilan baik itu
bersumber dari pelayanan barang atau jasa. Tugas kalian dalam prinsip ini adalah mencatat
aktiva yang masuk itu sebagai pendapatan.
Tak cuma pencatatan penghasilan dan aset tetap seperti peralatan kantor, tanah, dan
bangunan, penurunan hutang pun sebetulnya adalah bagian dari dalah satu simpanan
pendapatan, sehingga tiap kali ada transaksi pembayaran utang wajib kalian sampaikan.
Dengan kata lain, aktiva, utang, penghasilan, modal, dan biaya hendaknya kalian catat
sebesar harga perolehan yang disepakati oleh kedua pihak yang bertransaksi. Penggunaan
prinsip nilai perolehan didasari harga itu ditentukan secara obyektif, sesuai bukti transaksi.
Semisal kalian menjual satu makanan tertentu untuk makan malam sepanjang bulan dan
punya penghasilan 10 juta, penambahan 10 juta bukan hanya diakui sebagai harta, melainkan
juga sudah harus disampaikan dalam basis nilai perolehan.
 
3. Prinsip Realisasi (Realization Principle)
Semua pendapatan yang kalian simpan dan catat dalam basis nilai perolehan prinsip
akuntansi dan pelaporan keuangan, pada akhirnya akan berada di fase pencocokan biaya-
pendapatan. Maksudnya untuk mempertemukan pendapatan dengan biaya yang akan
dikeluarkan.
Di samping itu, tujuan jika kalian menerapkan prinsip ini adalah untuk menentukan laba
bersih dalam satu periode tertentu. Misal kalian sudah mengeluarkan biaya produksi 10 juta,
sedangkan penghasilan kotor 15 juta. Jadi laba bersihnya adalah 5 juta.
 
4. Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas (Substance Over Form Principle)
Sebagai akuntan, kalian hendaknya menjunjung tinggi prinsip substansi mengungguli
formalitas dalam prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan. Prinsip ini dimaksudkan untuk
menyediakan informasi yang jujur terkait pelaporan keuangan.
Apa saja infromasi akuntansi yang dimaksud? Setiap transaksi dan peristiwa yang terjadi,
harus kalian catat sesuai substansi dan realitas ekonomi, bukan karena sebuah formalitas
belaka. Intinya setiap pencatatan wajib konsisten sesuai standar tanpa maksud dan tendensi
tertentu.
Atau bilamana substansi transaksi atau peristiwa tidak konsisten dengan aspek formalitasnya,
kalian wajib mencantumkan alasannya di Catatan atas Laporan Keuangan.
 
5. Prinsip Periodisitas (Periodicity Principle)
Dalam melakukan kegiatan akuntansi dan pencatatan laporan keuangan, perusahaan kalian
biasanya wajib membagi waktu secara periodik. Pelaporan keuangan yang periodik seperti
ini, membantu perusahaan dalam mengukur tingkat kinerjanya selama periode tertentu.
Pada perusahaan, kalian bisanya diminta membuat laporan keuangan utama selama periode
per tahun. Sementara untuk pelaporan realisasi anggaran, supaya lebih mudah, kalian akan
melaporkannya per bulan atau per semester.
 
6. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Pelaporan akuntansi yang kalian lakukan harus sama dari waktu ke waktu, dari periode ke
periode. Hal yang sama juga berlaku terhadap metode yang kalian pakai saat pelaporan
akuntansi. Tidak boleh ada perubahan satu metode akuntansi satu ke metode akuntansi yang
lain.
Kalian hanya bisa mengubah metode akuntansi yang dipakai jika telah memenuhi syarat.
Adapun syaratnya adalah metode baru yang hendak kalian terapkan harus punya hasil lebih
baik daripada metode yang kalian pakai sebelumnya.
Ketika kalian benar-benar mengubah metodenya, alasan yang mempengaruhi dan membuat
kalian mempertimbangkan untuk menerapkan metode baru harus kalian cantumkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
 
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)
Dalam prinsip pengungkapan lengkap, kalian wajib menyajikan informasi lengkap terkait
laporan keuangan yang diperlukan pengguna. Informasi yang diperlukan pengguna bisa
kalian cantumkan pada lembar muka laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
Catatan atas Laporan Keuangan yang wajib kalian ketahui merupakan salah satu unsur
laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan terinci atas nilai suatu pos
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Bagaimana cara menjelaskan laporan Catatan atas Laporan Keuangan? Kalian bisa menulis
narasi terinci dari angka yang tertera di Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan laporan akuntansi lainnya.
 
8. Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation Principle)
Ketika kalian membuat laporan keuangan, laporkan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam menyusun laporan memakai prinsip penyajian wajar, kalian perlu menimbang saat
menemukan laporan keuangan dalam ketidakstabilan atau ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu.
Ketidakpastian peristiwa yang kalian temukan itu setidaknya mengungkap hakikat dan
tingkat penyajian wajar dengan memakai pertimbangan sehat dalam menyusun laporan
keuangan. Pertimbangan sehat artinya selalu mengandung unsur kehati-hatian.
Hati-hati terhadap apa? Saat membuat pelaporan keuangan dalam ketidakpastian, kalian
harus menimbang sehat prakiraan sehingga aset atau pendapatan dinyatakan tidak terlalu
tinggi dan kewajiban tidak terlalu rendah.
Meskipun demikian, pertimbangan sehat tidak elok kalian pakai bilamana ada unsur
kesengajaan untuk menyembunyikan aset cadangan, dengan menetapkan aset terlalu rendah
dan mencatat kewajiban belanja terlampau tinggi.

Anda mungkin juga menyukai