Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA
TENTANG
PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN
BENCANA

Oleh :

Nama : Dila Sintya Unwakoly


NPM : 12114201180157
Kelas/Sem : D/VI
Prodi : Keperawatan

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas kasih
dan karuniannya hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan makalah ini
tanpa menghadapi tantangan dan masalah yang berarti.

Makalah KEPERAWATAN BENCANA dengan judul “Peran Perawat dalam


Keperawatan Bencana” di buat dengan tujuan memenuhi salah satu kriteria ketuntasan akademik
di mata kuliah tersebut. Selain itu dengan pembuatan makalah ini diharpakan mahasiswa lebih
dapat memahami bagaimana peran perawat yang baik dalam menghadapi situasi darurat
kebencanaan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan
tugas ini sehingga penulis dapat lebih mendalami dan memahami tujuan dan peran perawat
dalam keperawatan bencana. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kepada Kim Seldin yang telah
meminjamkan laptop, Kepada member EXO (Suho, Kay, D.O, Beakhyun, Lay, Xiumin, Chen,
dan Chanyeol) dan Juga kepada member BTS (RapMons, Taehyun, Jungkook, Jin, Jimin, J-hope
dan Suga) yang telah menyemangati penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pihak agar kedepannya
makalah ini dapat lebih baik. Akhir kata penulis ucapkan terima Kasih dan Maaf bila terdapat
kesalahan dalam penulisan.

Penulis

Ambon, 8 Februari 2021

ii
DAFTAR PUSTAKA

Halaman

Cover .................................................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

Baba II Pembahasan ........................................................................................................... 3

A. Bencana, Krisis dan Keadaan Darurat .................................................................... 3


B. Jenis-Jenis Bencana ................................................................................................ 6
C. Peran Perawat Dalam Menajement Bencana .......................................................... 8

Bab III Penutup ................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu cita-
cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang yang menjadi perawat karena suatu
keterpaksaan atau kebetulan, bahkan menjadikan profesi perawat sebagai alternatif terakhir
dalam menentukan pilihan hidupnya. (Triani Dewi, 2017)
Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa
membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang
dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain. (Triani Dewi,
2017)
Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk
membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan kebanyakan
masyarakat telah didekatkan dengan citra perawat yang identik dengan sombong, tidak
ramah, genit, tidak pintar seperti dokter dan sebagainya. Seperti itulah kira-kira citra perawat
di mata masyarakat yang banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-sinetron tidak
mendidik. Untuk mengubah citra perawat seperti yang banyak digambarkan masyarakat
memang tidak mudah, tapi itu merupakan suatu keharusan bagi semua perawat, terutama
seorang perawat profesional. (Triani Dewi, 2017)
Seorang perawat profesional seharusnya dapat menjadi sosok perawat ideal yang
senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki pendidikan yang lebih tinggi
sehingga ia lebih m atang dari segi konsep, teori, dan aplikasi. Namun, hal itu belum menjadi
jaminan bagi perawat untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak aspek
yang harus dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat. Perawat yang ideal
adalah perawat yang baik. Begitulah kebanyakan orang menjawab ketika ditanya mengenai
bagaimana sosok perawat ideal di mata mereka. Mungkin kedengarannya sangat sederhana.
Namun, di balik semua itu, pernyataan tersebut memiliki makna yang besar. (Triani Dewi,
2017)
Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan
baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi keputusan klinis,
pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan,
komunikator, penyuluh, dan peran karier. (Triani Dewi, 2017)
Tenaga perawat yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas menempati proposi terbesar
dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Bagaimana peran perawat dalam
penanggulangan bencana? Dalam jurnal manajemen bencana banyak kita temukan artikel
terkait Disaster Nursing. Sekilas peran perawat dalam penanggulangan bencana tidak hanya
mengurangi morbiditas dan mortalitas korban bencana pada saat respon darurat. Perawat
berperan juga untuk mempersiapkan masyarakat siap menghadapi bencana dengan

1
meningkatkan resilience. Menurut International Council of Nurses (ICN) kompetensi perawat
bencana muncul pada fase mitigasi, preparedness, relief, pemulihan dan
rehabilitasi. Misalnya pada fase preparedness, perawat melakukan pengkajian kebutuhan
komunitas, pada fase akut memberikan perawatan fisik dan mental bagi korban, pada fase
pemulihan berperan untuk mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan. (Sangkalaa 2017)
Berikut ini penulis akan membahas lebih lanjut terkait peran perawat Bencana, apa itu
bencana dan tahapan apa saja yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam menghadapi
bencana.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Bencana, Krisis dan situasi darurat?
2. Bagaimanakah peran perawat dalam penanganan Bencana pada tahap pencegahan primer,
Fase Impact, Posko pengungsian dan Posko bencana, dan fase post impact?
3. Apa saja jenis-jenis kejadian yang digolongkan dalam kejadian bencana berdasarkan
penyebab dan cakupan wilayah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan Makalah ini selain sebagai salah satu syarat ketuntasan nilai akademik
juga bertujuan untuk,
1. Mengetahui apa itu bencana, krisis dan situasi darurat
2. Mengetahui peran perawat dalam setiap tahap penanganan bencana
3. Mengetahui jenis-jenis kejadian yang digolongkan dalam kejadian bencana

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bencana, Krisis dan Keadaan Darurat


1. Bencana
Bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan masyarakat baik yang disebabkan oleh faktor alam atau non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana dalam bahasa inggris disebut
dengan disaster, berasal dari kata Latin yaitu dis dan astro/aster. Dis berarti buruk atau
terasa tidak nyaman, dan aster berarti bintang. Dengan demikian secara harfiah disaster
berarti menjauh dari lintasan bintang atau dapat diartikan "kejadian yang disebabkan oleh
konfigurasi astrologi (perbintangan) yang tidak diinginkan". Rujukan lain
mengartikannya sebagai "bencana terjadi akibat posisi bintang dan planet yang tidak
diinginkan" (Ade Heryana, 2020)
Bencana adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia. Manusia
bergumul dan terus bergumul agar bebas dari bencana (free from disaster). Dalam
pergumulan itu, lahirlah praktik mitigasi, seperti mitigasi banjir, mitigasi kekeringan
(drought mitigation), dan lain-lain. Di Mesir, praktik mitigasi kekeringan sudah berusia
lebih dari 4000 tahun. Konsep tentang sistem peringatan dini untuk kelaparan (famine)
dan kesiap-siagaan (preparedness) dengan lumbung raksasa yang disiapkan selama tujuh
tahun pertama kelimpahan dan digunakan selama tujuh tahun kekeringan sudah lahir
pada tahun 2000 BC, sesuai keterangan QS Yusuf, kitab Kejadian, dan tulisan-
tulisan Yahudi Kuno. (Ade Heryana, 2020)
Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek
perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi
bencana. Manajemen bencana bertujuan untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi
penderitaan manusia, memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai
risiko, mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber
ekonomis. Manajemen bencana meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah–langkah pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan dan kewaspadaan
b. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah–langkah peringatan
dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban
c. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan
pemukiman kembali penduduk.
(Ade Heryana, 2020)

3
2. Krisis
Krisis (dari bahasa Yunani κρίσις - krisis; bentuk kata sifat: "kritis") adalah setiap
peristiwa yang sedang terjadi (atau diperkirakan) mengarah pada situasi tidak stabil dan
berbahaya yang memengaruhi individu, kelompok, komunitas, atau seluruh masyarakat.
Krisis dianggap membawa perubahan negatif dalam
urusan keamanan, ekonomi, politik, sosial, atau lingkungan, terutama ketika krisis terjadi
tiba-tiba, dengan sedikit atau tanpa peringatan. Lebih jauh, krisis adalah istilah yang
berarti "waktu pengujian" atau "peristiwa darurat". (Bundy J, 2017)
Krisis sering dikaitkan dengan konsep tekanan psikologis. Dalam budaya barat,
istilah ini sering digunakan untuk memberikan pengalaman yang menakutkan atau penuh
ketidakpastian. Sementara di budaya oriental seperti Cina, krisis dapat berarti bahaya dan
peluang (karakter Cina yang digunakan adalah Wei dan Chi). Secara umum, krisis adalah
situasi sistem yang kompleks (baik sistem keluarga, ekonomi, masyarakat) yang mana
ketika berfungsi dengan buruk, keputusan segera diambil, namun penyebab hal tersebut
tidak segera diidentifikasi. (Bundy J, 2017)
a. situasi sistem yang kompleks
sistem sederhana tidak dapat digolongkan krisis. Krisis dapat digolongkan ke
krisis nilai moral, krisis ekonomi, atau krisis politik, tetapi tidak ada krisis motorik.
fungsi buruk Sistem masih berfungsi, tetapi tidak rusak.
b. keputusan segera diperlukan untuk menghentikan disintegrasi sistem lebih lanjut.
c. penyebabnya sangat banyak, atau tidak diketahui, sehingga tidak mungkin untuk
mengambil keputusan yang rasional dan berdasarkan informasi untuk membalikkan
situasi.

Krisis memiliki beberapa karakteristik. Seeger, Sellnow, dan Ulmer mengatakan


bahwa krisis memiliki empat karakteristik yaitu "peristiwa spesifik, tak terduga, dan tidak
rutin atau serangkaian peristiwa yang [menciptakan] ketidakpastian dan ancaman yang
tinggi, atau ancaman-ancaman terhadap organisasi tujuan prioritas tinggi. " Dengan
demikian, tiga karakteristik pertama adalah bahwa acara tersebut adalah
a. tak terduga (contohnya kejutan)
b. menciptakan ketidakpastian
c. dipandang sebagai ancaman terhadap tujuan-tujuan penting

Venette berpendapat bahwa "krisis adalah proses transformasi di mana sistem lama
tidak dapat dipertahankan." Karena itu, kualitas yang menentukan krisis nomor empat di
atas; adalah kebutuhan akan perubahan. Jika perubahan tidak dicapai, lebih akurat
digambarkan sebagai kegagalan.
Terlepas dari krisis alam yang secara inheren dan tidak dapat diprediksi (letusan
gunung berapi, tsunami, dll), sebagian besar krisis yang saat ini dihadapi diciptakan oleh
manusia. Oleh karena itu persyaratan untuk menjadi sesuatu yang 'tidak terduga'
tergantung pada kegagalan manusia untuk mencatat permulaan kondisi krisis. Beberapa

4
ketidakmampuan kita untuk mengenali krisis sebelum menjadi sesuatu yang berbahaya
adalah karena penolakan dan respons psikologis lainnya yang memberikan bantuan dan
perlindungan perasaan kita. (Bundy J, 2017)
Sejumlah alasan yang berbeda untuk 'kegagalan memerhatikan timbulnya krisis'
adalah bahwa kita membiarkan diri kita 'diperdaya' untuk meyakini bahwa kita
melakukan sesuatu karena alasan yang salah. Dengan kata lain, kita melakukan hal-hal
yang salah dengan alasan yang benar. Sebagai contoh, kita mungkin percaya bahwa kita
sedang memecahkan ancaman perubahan iklim dengan terlibat dalam aktivitas
perdagangan ekonomi yang tidak memiliki dampak nyata pada iklim. Mitroff dan Silvers
mengemukakan dua alasan untuk kesalahan ini, yang diklasifikasikan sebagai kesalahan
Tipe 3 (tidak disengaja) dan Tipe 4 (memang disengaja).
Efek dari ketidakmampuan kita untuk memperhatikan kemungkinan hasil tindakan
kita ini dapat mengakibatkan krisis.
Dari perspektif ini kita dapat belajar bahwa gagal memahami penyebab sebenarnya
dari kesulitan kita cenderung mengarah pada 'blowback' hilir yang berulang-ulang.
Ketika negara - negara prihatin, Michael Brecher, berdasarkan studi kasus dari
proyek International Crisis Behavior (ICB), menyarankan cara berbeda dalam
mendefinisikan krisis - karena tergantung keadaan, ada persepsi yang dimiliki
oleh pengambil keputusan tingkat tertinggi dari 'aktor' yang bersangkutan:
a. ancaman terhadap nilai-nilai dasar
b. kemungkinan tinggi keterlibatan dalam permusuhan militer berkelanjutan, dan
c. kesadaran akan waktu yang terbatas untuk menanggapi ancaman nilai eksternal.
(Bundy J, 2017)

3. Keadaan Darurat
Keadaan darurat atau dahulu dikenal sebagai staat van oorlog en beleg (SOB)
yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai state of emergency adalah suatu pernyataan
dari pemerintah yang bisa mengubah fungsi-fungsi pemerintahan, memperingatkan
warganya untuk mengubah aktivitas, atau memerintahkan badan-badan negara untuk
menggunakan rencana-rencana penanggulangan keadaan darurat. Biasanya, keadaan ini
muncul pada masa bencana alam, kerusuhan sipil, atau setelah ada pernyataan perang.
Keadaan darurat merupakan suatu keadaan, kondisi atau kejadian yang tidak
normal dimana keadaan ini terjadi secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat pula menimbulkan
dampak negative pada lingkungan sekitarnya, menggangu kegiatan yang ada, organisasi
serta komunitas yang sedang beraktivitas saat itu, maka keadaan darurat ini harus segera
di lakukan penanggulangan. Keadaan darurat dapat berubah menjadi bencana yang dapat
menyebabkan banyak korban atau kerusakan.

5
B. Jenis-Jenis Bencana
Bencana menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat
pembangunan nasional. Dikutip dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), bencana dapat disebabkan oleh
a. Faktor alam
b. Faktor nonalam
c. Faktor manusia

Berikut ini penjelasan lengkap jenis- jenis bencana berdasarkan penyebabnya;

a. Faktor Alam
1) Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antarlempeng bui, patahan aktif, aktvitas gunung api
atau runtuhan batuan.
2) Erupsi gunung berapi
Letusan gunung api atau gunung meletus adalah bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan
panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan
banjir lahar.
3) Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul
karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
4) Tanah longsor
Tanah longsor adalah salah satu gerakan massa tanah atau batuan, atau gabungan
keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau
batuan penyusun lereng.
5) Banjir
Banjir adalah peristiwa atau keadaan di mana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yan
datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
6) Kekeringan
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan di
bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada
tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedangk dibudidayakan.
7) Angin puting beliung
Angin puting beliung adalah angin yang kencang yang datang secara tiba-tiba,
mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral. Kecepatan angin puting

6
beliung antara 40-50 km per jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan
hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
8) Abrasi
9) Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Abrasi disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami namun manusia
sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
b. Faktor nonalam
1) Kebakaran
Kebakaran adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti rumah atau
pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan
korban dan atau kerugian.
2) Kebakaran hutan dan lahan Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah keadaan
di mana hutan dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan
dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.
Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat
mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.
3) Kecelakaan transportasi
Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di
darat, laut dan udara.
4) Kecelakaan industri
Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan dua faktor yaitu perilaku
kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe
conditions). Jenis kecelakaan industri yang terjadi bergantung pada macam
industrinya, Misal bahan dan peralatan kerja yang digunakan, proses kerja,
kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
5) Kejadian Luar Biasa Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu
c. Faktor Manusia
1) Konflik sosial
Konflik sosial atau kerusuhan sosial (huru-hara) adalah suatu gerakan massal
yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada. Konflik sosial dipicu
oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai
pertentangan antara Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).
2) Aksi teror Aksi teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Aksi teror
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat masal. Aksi teror dilakukan dengan cara

7
merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta
benda. Juga mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek
vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.
3) Sabotase Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh
melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran. Dalam
perang, istilah sabotase digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau
grup yang tidak berhubungan dengan militer tetapi dengan spionase. Sabotase
dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur
ekonomi dan lain-lain.

C. Peran Perawat Dalam Menajement Bencana


1. Pra-Impact
Peran dalam Pencegahan PrimerAda beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam
masa pra bencana ini, antara lain:
a. mengenali instruksi ancaman bahaya;
b. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan,
pakaian dan selimut, serta tenda)
c. melatih penanganan pertama korban bencana.

Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah


nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakatPendidikan kesehatan
diarahkan kepada :

a. usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)


b. pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
c. memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS
dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai)
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana
2. Impact
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase), waktunya bisa terjadi
beberapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat
bencana menyerang sampai serang berhenti. Waktu serangan yang singkat misalnya:
serangan angin puting beliung, serangan gempa di Jogyakarta atau ledakan bom,
waktunya hanya beberapa detik saja tetapi kerusakannya bisa sangat dahsyat. Waktu
serangan yang lama misalnya : saat serangan tsunami di Aceh terjadi secara periodik dan
berulang-ulang, serangan semburan lumpur lapindo sampai setahun lebih bahkan sampai

8
sekarang belum berhenti yang mengakibatkan jumlah kerugian yang sangat besar. Peran
tenaga kesehatan pada fase Impact adalah
a. Bertindak cepat
b. Do not promise, tenaga kesehatan seharusnya tidak menjanjikan apapun secara pasti
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok yang
menanggulangi terjadinya bencana
3. Tahapan Emergency
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang pertama, bila
serangan bencana terjadi secara periodik seperti di Aceh dan semburan lumpur Lapindo
sampai terjadi-nya rekonstruksi. Tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Pada tahap emergensi ini, korban memerlukan bantu-an dari tenaga
medis spesialis, tenaga kesehatan gawat darurat, awam khusus yang terampil dan
tersertifikasi.
Di perlukan bantuan obat-obatan, balut bidai dan alat evakuasi, alat transportasi
yang efisien dan efektif, alat komunikasi, makanan, pakaian dan lebih khusus pakaian
anakanak, pakaian wanita terutama celana dalam, BH, pembalut wanita yang kadang
malah hampir tidak ada. Diperlukan mini hospital dilapangan, dapur umum dan mana-
jemen perkemahan yang baik agar kesegaran udara dan sanitasi lingkung-an terpelihara
dengan baik. Peran tenaga kesehatan ketika fase emergency adalah :
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan ketenaga kesehatan harian
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

9
4. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat ting-gal, sarana umum seperti sekolah,
sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap rekonstruksi ini
yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun
kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan
reorientasi nilai-nilai dan normanorma hidup yang lebih baik yang lebih beradab.
Dengan melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita
berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi bencana. Situasi ini
seharus-nya bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun kembali
Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun, lebih cerdas hidupnya, lebih me-
miliki daya saing di dunia internasional.
Hal ini yang nampaknya kita rindukan, karena yang seringkali kita baca dan kita
dengar adalah penyalahgunaan bantuan untuk korban bencana dan saling tunggu antara
pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Peran tenaga kesehatan pada fase
rekonstruksi adalah:
a. tenaga kesehatanan pada pasien post traumatic stress disorder(PTSD)
b. tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerjasama dengan
unsur lintas sector menangani masalah kesehatan masyarakat pasca gawat darurat
serta mempercepat fase pemulihan (Recovery) menuju keadaan sehat dan aman

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia. Manusia bergumul
dan terus bergumul agar bebas dari bencana (free from disaster). Dalam pergumulan itu,
lahirlah praktik mitigasi, seperti mitigasi banjir, mitigasi kekeringan (drought mitigation),
dan lain-lain. Di Mesir, praktik mitigasi kekeringan sudah berusia lebih dari 4000 tahun.
Konsep tentang sistem peringatan dini untuk kelaparan (famine) dan kesiap-siagaan
(preparedness) dengan lumbung raksasa yang disiapkan selama tujuh tahun pertama
kelimpahan dan digunakan selama tujuh tahun kekeringan sudah lahir pada tahun 2000 BC,
sesuai keterangan QS Yusuf, kitab Kejadian, dan tulisan-tulisan Yahudi Kuno. (Ade
Heryana, 2020)
Keadaan darurat atau dahulu dikenal sebagai staat van oorlog en beleg (SOB) yang
dalam bahasa Inggris disebut sebagai state of emergency adalah suatu pernyataan
dari pemerintah yang bisa mengubah fungsi-fungsi pemerintahan, memperingatkan warganya
untuk mengubah aktivitas, atau memerintahkan badan-badan negara untuk menggunakan
rencana-rencana penanggulangan keadaan darurat. Biasanya, keadaan ini muncul pada
masa bencana alam, kerusuhan sipil, atau setelah ada pernyataan perang.
Peran perawat dalam Manajemen bencana mencakup empat tahapan yaitu tahapan Pra-
Impact, Impact, Tahapan Emergensi dan Tahap Rekonstriksi. Dimana setiap tahap berfokus
pada kesiapan dan kesigapan perawat dalam menghadapi dan menangani setiap kasus yang
terjadi selama berada dalam situasi darurat atau bencana sehingga dapat mengurangi korban
jiwa dalam kejadian tersebut.

B. Saran
Seorang perawat professional adalah seseorang yang memahami apa tanggung jawabnya
sehingga dapat menjaga dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Seorang perawat
harus selalu siap-siaga dalam segala situasi dan harus memiliki wawasan yang luas agar
dapat bertindak secara tepat, cepat dan benar pada saat terjadi keadaan darurat atau bencana.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ade Heryana. (2020), Pengertian dan Jenis Bencana, Universtas Esa Unggul. Jakarta
Bundy, J.; Pfarrer, M. D.; Short, C. E.; Coombs, W. T. (2017). "Crises and crisis management:
Integration, interpretation, and research development". Journal of Management.
Mizam Ari Kurniayanti. (2012). [eran Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Manajemenn
Bencana. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husadai Vol 1 No 1 Agst.
Moh. Syafar Sangkalaa & Marie Frances Gerdtz. 2017. Disaster preparedness and learning
needs among community health nurse coordinators in South Sulawesi Indonesia. Elsevier
Ltd on behalf of College of Emergency Nursing Australasia.
Ns. Triana Dewi, M.Kep, Sp. Kep Mat. 2017. Peran Perawat Profesional Untuk Pasien.
Keperawatan STIKes Cut Nyak Dhien Langsa
Swan, J., & Hamilton, PM (2014). Manajemen krisis kesehatan mental. Wild Iris Medical
Education, Inc.

12

Anda mungkin juga menyukai