Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap keluarga selalu mendambakan sebuah keluarga yang utuh dan

harmonis, jauh dari pertengkaran atau perpecahan. Namun, setiap keluarga

memiliki masalah dan masalah itu tidak datang begitu saja, tetapi ada penyebab-

penyebabnya. Penyebab utama terjadinya broken home, yaitu: perceraian, terjadi

akibat disorientasi antara suami istri dalam membangun rumah tangga,

kebudayaan bisu, ketika tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota

keluarga, ketidak dewasaan sikap orangtua karena orangtua hanya memikirkan

diri mereka sendiri daripada anak, dan orangtua yang kurang rasa tanggung jawab

dengan alasan kesibukan kerja. Mereka hanya terfokus pada materi yang akan di

dapat dibandingkan dengan melaksanakan tanggung jawab di dalam keluarga

(“Kehidupan Anak Broken Home”, 2012)

Dalam sumber berita online yang dikutip dari (http://health.kompas.com

Pada Selasa, 30 Juni 2015 Pukul 15:15) : “Kasus perceraian dalam lima tahun

terakhir, 2010-2015, meningkat 52%. Sebanyak 70% perceraian diajukan oleh

istri. Hal itu terutama karena ketidaksiapan menikah yang ditandai dengan rumah

tangga tidak harmonis, tidak ada tanggung jawab, persoalan ekonomi, dan

kehadiran pihak ketiga. Pusat Penelitian dan Pembangunan (Puslitbang)

Kehidupan Keagamaan Kementrian Agama (Kemenag) menyebutkan, angka

perceraian di Indonesia 5 tahun terakhir terus meningkat,. Pada tahun 2010-2015,

dari sekitar 2 juta pasangan menikah, 15% di antaranya bercerai. Angka

perceraian yang diputus pengadilan tinggi agama seluruh Indonesia tahun 2014

1
mencapai 382.231, naik sekitar 100.000 kasus dibandingkan dengan pada tahun

2010 sebanyak 251.208 kasus. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan

Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(BKKBN) Sudibyo Alimoeso mengatakan, “ada tiga hal yang umumnya

melatarbelakangi perceraian, yakni faktor ekonomi, psikologi, dan ketiadaan

ruang pengaduan masalah keluarga.”

Istilah broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan suasana

keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun

dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam

keluarga tersebut.

Dampak psikologis dari setiap keluarga yang mengalami broken home

biasanya akan berdampak pada anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan

konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Dampak paling utama yang

melekat sampai anak tersebut dewasa adalah dampak psikologis.

Seorang anak dapat berkembang dengan baik jika kebutuhan

psikologisnya juga baik. Secara umum anak yang mengalami broken home

memiliki ketakutan yang berlebihan, tidak mau berinteraksi dengan sesama,

menutup diri dari lingkungan, emosional, sensitif, tempramen tinggi, dan labil.

Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima seorang anak berbeda-beda

tergantung usia atau tingkatan perkembangan anal (Nurmalasari, 2008)

Selain dampak psikologis adapula dampak bagi prestasi anak. Akibat dari

broken home juga mempengaruhi prestasi anak tersebut. Anak broken home

cenderung menjadi malas dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Dengan

timbulnya dampak psikologis tersebut maka diperlukannya komunikasi sebagai

2
aktivitas pesan antar komunikasi keluarga. Masa remaja merupakan masa transisi

atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Pada masa inilah

remaja akan memulai melakukan banyak hal-hal yang negatif pada umumnya.

Dampak bagi perilaku remaja yaitu remaja broken home yang kurang perhatian

mambuat self esteem dan self confident rendah sehingga anak cenderung mencari

perhatian dari lingkungan. Biasanya dengan memberontak, melakukan bullying,

dan bersikap derduktif terhadap lingkungan, seperti pendiam, egois, kurang

bersosialisasi, merokok, free sex, dan minum minuman keras (Nurmalasari, 2008).

Selain itu mereka memulai lebih mendengarkan teman-temannya dari pada

orangtua dan keluarga. Mereka akan lebih percaya perkataan oranglain darupada

perkataan orang tuanya. Jika tidak disikapi dengan benar, hal ini dapat membuat

anak lebih merasa tidak nyaman di keluarga dan yang akhirnya membuat mereka

bisa kabur dari rumah karena keluarga merupakan tempat pertama bagi seorang

anak untuk belajar berinteraksi sosial.

Jadi keluargalah yang bertanggung jawab dalam perkembangan sosial

anak. Pada hakekatnya, keluargalah wadah pembentukan masing-masing

anggotanya terutama anak remaja yang masih berada dalam bimbingan

orangtuanya, selain itu keluarga juga bertanggung jawab untuk memenuhi

kebutuhan anak baik kebutuhan fisik maupun psikis.

Pastinya kasus-kasus broken home itu sama halnya dengan kasus-kasus

sosial lainnya. Inti dari permasalahan ini adalah komunikasi yang baik antar

anggota keluarga dan yang terutama adalah suami-istri, karena memburuknya

komunikasi diantara suami-istri seringkali menjadi pemicu utama dalam keluarga

broken home. Oleh sebab itu, sangatlah penting rasa saling percaya, saling terbuka

3
diantara keduanya agar terjadi komunikasi yang efektif. Dalam keadaan ini,

kematangan kepribadianlah yang menentukan penerimaan peran dari pasangan

komunikasinya.

Banyak anak menjadi korban oleh putusan perceraian. Keberadaan anak

yang orang tuanya bercerai itu sering kehilangan hak kasih sayang dari kedua

orang tua yang telah berpisah. Ini sering terjadi karena hakim memutuskan hak

asuh anak diberikan ke salah satu orang tua. Pemberian status hukum yang hanya

memenuhi hak salah satu orang tua yang bercerai sering menimbulkan efek anak

tak bisa mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua, Padahal kasih sayang

kedua orang tua itu melekat pada anak. Hak asuh anak seharusnya tetap diberikan

ke kedua orang tua yang telah bercerai. Karena hubungan anak terhadap orang tua

melekat tidak seperti hubungan perkawinan yang bisa diputuskan berpisah secara

hukum. Kerawanan penelantaran anak akibat perceraian itu juga sering terjadi

karena status anak jadi rebutan secara hukum dan kasusnya tak selesai. Hasil

putusan hukum yang terus dilawan itu seperti itu akan mengorbankan anak.

Keluarga pada dasarnya merupakan hal yang terpenting dalam membentuk

suatu tindakan ataupun respon antara orang tua dan anak dalam keluarga.

Keluarga pada dasarnya salah satu unsur penting dalam kehidupan kita karena

keluarga merupakan pokok dari kehidupan kita dimana seorang keluarga mampu

membuat diri kita menjadi lebih baik dalam perkembangan kita maupun dalam

diri kita sendiri selain itu keluarga bisa dijadikan sebagai suatu kelompok sosial

yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri

sebagai manusia sosial didalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

4
Fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman

maka dalam masa kritisnya seorang anak membutuhkan realisasi fungsi tersebut.

Namun apabila suatu keluarga sudah dikatakan tidak layak itu dikarenakan suatu

konflik yang sudah mulai ada dalam keluarga tersebut. Konflik pada dasarnya

merupakan suatu pertentangan, perdebatan serta perbedaan pendapat antara dua belah

pihak atau lebih, dimana konflik dapat terjadi antar individu, antar kelompok, bahkan

antar kelompok. Konflik perbedaan pendapat serta adanya suatu ketidakpuasan baik

kepuasan jasmani maupun rohani yang sering bermunculan dalam suatu keluarga

karena diantaranya memiliki perbedaan dalam suatu kepentingan yang membuat suatu

konflik ini makin membesar dan pada akhirnya bisa dikatakan keluarga tersebut hancur

dan cenderung menjadi keluarga yang broken home.

Dalam keluarga broken home komunikasi antar pribadi itu sangat penting

dilakukan baik antara orang tua dengan anaknya dan anak denga orang tuanya.

Selain itu komunikasi antar pribadi merupakan pokok utama bagi perkembangan

anak dimana dengan komunikasi perkembangan anak akan mudah kita lihat secara

baiknya. Serta dengan berkomunikasi kita akan memberikan perhatian secara

langsung untuk anak.

Sulit dibayangkan jikalau dalam keluarga komunikasi sudah terputus

sehingga anggota keluarga enggan untuk membangun komunikasi yang baik,

maka dari itu komunikasi dalam keluarga perlu dipelihara dengan baik. Di situlah

anggota keluarga dapat mengekspresikan jati dirinya dengan memberi arti

terhadap setiap peristiwa yang dialaminya. Melalui komunikasi yang terpelihara

baik tidak ada anggota keluarga yang memendam suatu masalah dalam dirinya. Ia

tidak pernah takut mengutarakan pada anggota keluarga yang lain, sebab ia yakin

5
mereka akan menanggapi dengan positif. Dan hasil positif yang didapatnya ialah

keberanian mengutarakan pendapat, sebab ia telah terlatih untuk itu. Pada

gilirannya ketika komunikasi secara positif telah menjadi kebiasaan dan terbentuk

dengan sendirinya. Jadi keluarga yang memiliki suasana komunikasi yang hangat

akan memberi kontribusi besar bagi pribadi anggota keluarga dan juga memberi

sumbangsih bagi terpeliharanya komunikasi dalam masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui bagaimana

intensitas komunikasi dalam keluarga broken home tereutama komunikasi melalui

komunikasi interpersonal yang difokuskan pada anak ke orang tua, orang tua ke

anak, dan orang tua ke orang tua. Serta untuk mengetahui efektivitas komunikasi

interpersonal yang terjalin antara anak dengan orang tua terhadap keterbukaan diri

di setiap permasalahan yang terjadi di dalam keluarga broken home.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Komunikasi AntarPribadi Antara Anak dan Orang Tua Di

Dalam Keluarga Broken Home”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut: Bagaimana Komunikasi Antar Pribadi Anak dan

Orang Tua Di Dalam Keluarga Broken Home?”

6
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

tujuan dari penelitian yang ingin dicapain oleh peneliti adalah untuk mengetahui

komunikasi antar pribadi anak dan orang tua dari keluarga broken home.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi mahasiswa

Ilmu Komunikasi dalam komunikasi antar pribadi, untuk mengetahui bagaimana

komunikasi antar pribadi dari keluarga broken home.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian tentang komunikasi antar pribadi dari keluarga broken home

diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan dapat

menambah pengetahuan dan pemahaman untuk mengenali efek dari

komunikasi tersebut.

2. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran dan informasi yang

akurat mengenai komunikasi antar pribadi dari keluarga broken home.

Serta sebagai jembatan informasi bagi khalayak yang ingin mengetahui

efek seberapa pentingnya komunikasi antar pribadi tersebut bagi

perkembangan anak.

Anda mungkin juga menyukai