Anda di halaman 1dari 8

BAB V

PEMBAHASAN

A. Materi Safety Induction

Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, Bab V Pembinaan, Pasal 9 (1) berbunyi :

Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga

kerja baru tentang :

1. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul

dalam tempat kerjanya,

2. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan

dalam tempat kerjanya,

3. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang

bersangkutan,

4. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Maka materi safety induction tidak sesuai dengan Undang-Undang nomor

1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Bab V Pembinaan, Pasal 9 (1)

dikarenakan materi yang disampaikan belum menunjukkan dan

menjelaskan kewajiban yang harus disampaikan pengurus kepada tenaga

kerja baru.

Selanjutnya berdasarkan jurnal teknologi yang berjudul Evaluation

Criteria of Safety and Health Induction for Contruction Worker (SICW) in

34
35

Malaysia oleh Alfred, et al menjelaskan bahwa terlepas dari

pelaksanaanya, hal penting lain dalam penyampaian materi dari kegiatan

adalah bahasa yang dipilih untuk menyampaikan dan isi informasi dalam

materi. Maksudnya tidak menilai seperti apa kegiatan tersebut, penyampai

materi mampu mengirim pesan yang terkandung dalam materi,

pengetahuan dan pemahaman dari kegiatan tersebut. Jadi untuk

mengevaluasi materi suatu kegiatan maka diperlukan referensi standar

materi (slide presentasi, buku pedoman dalam penyampaian dan dasar

peraturan perundangan untuk safety induction) atau menentukan 1 dasar

pedoman untuk materi yang diberikan. Namun berdasarkan observasi dan

wawancara perusahaan yang diwakili oleh Bidang K3 tidak memiliki dasar

pedoman materi safety induction.

B. Hasil Post test

Fungsi diadakan post test oleh perusahaan adalah untuk menilai

dampak kegiatan yang baru disampaikan. Sejalan dengan fungsi tersebut

Rockwell dan Kohn menuliskan Post-Then-Pre Evaluation, melalui

pendekatan “post-then-pre evaluation” memungkinkan untuk mengukur

perubahan pengetahuan sasaran dengan menilai perubahan pengetahuan

setelah mengikuti suatu kegiatan dan kemudian menilai bagaimana mereka

melihat perilaku yang sama sebelum mengikuti kegiatan (pre

test). Retrospektif pre test pada akhir dari kegiatan akan lebih akurat

karena dijawab dalam frame referensi yang sama sebagai post


36

test. Kesimpulannya dalam suatu kegiatan untuk mengukur perubahan

pengetahuan sasaran dengan menilai perubahan pengetahuan setelah

mengikuti suatu kegiatan, baiknya ada pre test dan post test untuk

memberikan bukti yang cukup substansial mengenai dampak dari sebuah

kegiatan.

Kemudian hasil analisis post test dengan peraturan perundangan,

literatur atau pendapat para ahli, serta kebijakan perusahaan yaitu sebagai

berikut :

1. Apa tujuan K3

Hasil jawaban dari seluruh responden (100%) terhadap poin

post test tersebut tidak sesuai menurut Suma’mur P. K. yaitu K3

bertujuan untuk :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam

melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan

meningkatan kinerja

b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan

efisien

Sehingga dapat disimpulkan seluruh responden belum memahami

tujuan K3, dikarenakan saat pemberian materi safety induction tidak

disampaikan.
37

2. Apa yang dimaksud Kecelakaan Kerja

Seluruh responden (100%) menjawab poin post test tidak

sesuai berdasarkan OHSAS 18001:2007 mengenai kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan

yang menimbulkan cedera, Penyakit Akibat Kerja (PAK) ataupun

kematian. Hal tersebut terjadi karena penyampaian materi yang tidak

berdasarkan pada peraturan perundangan atau standar yang berlaku.

3. Bagaimana mencegah Kecelakaan Kerja di pekerjaan

Jawaban dari sebagian besar responden (93%) terhadap poin

post test tersebut tidak sesuai dengan pendapat Suma’mur P. K.

mengenai penanggulangan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat

ditanggulangi dengan adanya identifikasi sumber-sumber bahaya dan

dilakukan pengendalian. Hal tersebut terjadi karena responden tidak

memahami sepenuhnya saat penyampaian materi safety induction.

4. Bagaimana Kerja Aman di pekerjaan

Seluruh responden (100%) menjawab poin post test tidak

sesuai berdasarkan PP nomor 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha

Penyedia Tenaga Listrik, Bab V Keteknikan, Paragraf 1 Keselamatan

Ketenagalistrikan, Pasal 42 : Setiap Kegiatan usaha ketenagalistrikan

wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan. Ketentuan

keselamatan ketenagalistrikan yaitu salah satunya dengan bekerja

aman memperhatikan :

a. Andal dan aman bagi instalasi


38

b. Aman bagi manusia dan makhluk hidup lainnya dari bahaya

c. Ramah Lingkungan

Hal tersebut disebabkan karena responden tidak memahami

sepenuhnya saat penyampaian materi safety induction.

5. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan

Sebagian besar responden (53%) menjawab poin post test tidak

sesuai dengan Permenakertrans RI No. 08/Men/VII/2010 tentang APD,

Pasal 3 (1) : Pelindung kepala, Mata, Muka, Telinga, Pernapasan ,

Tangan, Kaki. Hal tersebut dikarenakan tidak ada penyampaian materi

APD saat safety induction.

6. Apa yang anda lakukan bila Bekerja Menggunakan Las

Sebagian responden (50%) menjawab poin post test tidak

sesuai dengan Kebijakan PT. PJB UBJOM PLTU Pacitan mengenai

apa yang dilakukan bila melakukan pekerjaan lakukan langkah-

langkah berikut :

a. Uraikan tahapan pekerjaan,

b. Identifikasi potensi bahaya yang mungkin ada,

c. Tetapkan tindakan untuk mengendalikan bahaya atau

menghilangkannya sama sekali,

d. Ijin kerja pada PTW officer,

e. Isolasi jika diperlukan.


39

Hal tersebut dikarenakan responden belum memahami materi safety

induction yang disampaikan, sehingga responden hanya menjawab

sebagian dari langkah-langkah bila melakukan pekerjaan.

7. Apa yang anda ketahui Bahaya Merokok pada lokasi pekerjaan

Jawaban sebagian besar responden (90%) terhadap poin post

test sesuai dengan Keputusan GM PT. PJB UBJOM PLTU Pacitan

nomor 007.K/020/UBPCN/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kebijakan Larangan Merokok Di UBJOM PLTU Pacitan pasal 2, yang

menetapkan bahaya merokok yaitu :

a. Risiko bahaya terkait penggunaan bahan bakar batu bara dan

minyak

b. Risiko kualitas udara akibat dari asap rokok

c. Mempengaruhi produktivitas kerja

d. Kesehatan karyawan secara umum dari dampak buruk merokok

baik langsung maupun tidak langsung

e. Mempengaruhi munculnya perokok pemula

f. Tingginya angka kematian manusia di Indonesia

8. Sebutkan Potensi bahaya di lokasi pekerjaan

Seluruh responden (100%) menjawab poin post test tidak

sesuai dengan pendapat Soehatman, tentang potensi bahaya

digolongkan menjadi :

a. Bahaya fisika (kebisingan, penerangan yang kurang, temperatur

ekstrim, getaran berlebih)


40

b. Bahaya mekanis (terpukul, terbentur, terjepit, tersandung)

c. Bahaya kimia (racun, merusak, mudah terbakar, kanker, oksidator)

d. Bahaya biologi (infeksi, alergi)

e. Bahaya ergonomi

f. Bahaya psikologis

Hal tersebut dikarenakan materi safety induction tidak menyampaikan

tentang potensi bahaya di lokasi pekerjaan.

9. Apa yang anda lakukan tentang lingkungan kerja bersih/5S

Seluruh responden (100%) menjawab poin post test sesuai

dengan Pedoman Implementasi 5S nomor IK-G. 04.01 tentang

lingkungan bersih yaitu dengan kegiatan membersihkan tempat kerja,

mesin dan perlengkapan/peralatan kerja dari debu dan kotoran yang

melekat secara teratur agar kondisi tempat kerja, mesin dan

peralatan/perlengkapan kerja selalu dalam keadaan bersih dan

terhindar dari kerusakan, degradasi dan abnormality.

Meskipun didalam materi safety induction tidak disampaikan

mengenai lingkungan kerja bersih/5S namun seluruh responden dapat

menjawan poin post test. Hal tersebut terjadi dikarenakan seluruh

responden menjawab dengan jawaban secara umum yaitu dengan

membersihkan lingkungan yang kotor.

10. Apa yang anda lakukan bila anda sudah menyelesaikan pekerjaan

Seluruh responden (100%) jawabannya terhadap poin post test

tidak sesuai dengan Pedoman Implementasi 5S nomor IK-G. 04.01


41

tentang apa yang dilakukan setelah melakukan pekerjaan dilakukan

implementasi 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Hal tersebut

dikarenakan saat penyampaian safety induction tidak ada materi apa

yang harus dilakukan setelah melakukan pekerjaan.

11. Apakah diperbolehkan parkir kendaraan/mobil di dalam unit

Jawaban seluruh responden (100%) terhadap poin post test

sesuai dengan kebijakan PT. PJB UBJOM PLTU Pacitan mengenai

dilarang parkir di dalam unit.

Meskipun di dalam materi safety induction tidak disampaikan

mengenai kebijakan boleh atau tidaknya parkir kendaraan/mobil di

dalam unit namun seluruh responden dapat menjawab poin post test.

Hal tersebut terjadi dikarenakan seluruh responden menjawab dengan

kemungkinan menebak.

Anda mungkin juga menyukai