The Main Dimention and Propulsive Force of Outrigger Boat (Pumpboat) Tuna Hand Line in
Sangihe Islands Regency
1
Politeknik Negeri Nusa Utara, Tahuna
Email: fitria7ungari@gmail.com
Abstrak
Ukuran utama kapal ikan terdiri dari panjang, lebar dan tinggi, dimana kesanggupan kapal sangat
ditentukan oleh ukuran utamanya. Dalam keperluan praktis, dengan hanya mengetahui ukuran panjang
dapat diduga nilai ukuran utama lainnya atau ukuran sistem katir, akan tetapi informasi seperti ini
belum tersedia. Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki karakteristik kapal penangkap ikan tuna hand
line yang memiliki sistem katir dengan ukuran yang belum memiliki standar. Kajian ukuran utama
dilakukan untuk mengetahui hubungan antar ukuran utama perahu katir pumpboat, hubungan antar
ukuran utama dengan sistem katir, serta ukuran utama dengan PK mesin di Kabupaten Kepulauan
Sangihe seperti Kecamatan Tabukan Selatan Tengah, Kecamatan Tabukan Utara dan Pesisir Teluk
Tahuna. Pada penelitian ini, analisis menggunakan rumusan matematis y=f(x), berdasarkan regresi
linier sederhana. Hubungan ukuran utama diperoleh yaitu B=0.063+0.098(L) dengan r=0.585,
D=0.036+0.068(L) dengan r=0.797. Hubungan ukuran utama (Loa) dengan sistem katir yaitu
Lob=-0.339+0.431(L) dengan r=0.772, Lof=0.055+0.704(L) dengan r=0.916, length outrigger arm
=0.305+0.128(L) dengan r=0.759 dan Hpo=0.132+0.292(L) dengan r=0.751. Hubungan panjang (Loa)
dengan PK mesin= -13.618+3.630(L) dengan r=0.566.
Kata kunci: hubungan ukuran utama, sisitem katir, perahu katir, pumpboat
Abstract
The main dimension of the fishing vessel consists of the length, width and deep, where the vessel's
capability is determined by its main dimension. In practical purposes, by simply knowing the length of
the foreseeable value of other major size or the size of the outrigger system for ships that have
outrigger, but such information is not yet available. Regency of Sangihe archipelago has the
characteristics of a tuna fishing vessel that has a hand line with the outrigger system that does not have
a standard size. Study of main dimension undertaken to determine the relationship between the main
diemnsion outrigger boat (pumpboat), the relationship between the size of the primary outrigger system,
as well as the main measure the capacity of the driving in some areas in the districts of the Sangihe
Islands like subdistrict Tabukan Central South, district North Tabukan and the Gulf Coast of Tahuna.
23
Hubungan Ukuran Utama dan Daya Penggerak Perahu Katir (Pumpboat)
Tuna Hand Line di Kabupaten Kepulauan Sangihe
(Fitria Fresty Lungari, Eunike Irene Kumaseh)
In this study, the analysis uses a mathematical formulation y=f(x), based on simple linear regression.
The main sizing relationship was obtained B=0.063+0.098(L) with r=0.585, D=0.036+0.068(L) with
r=0.797. Relations major size (Loa) with outrigger system that is Lob=-0339+0431(L) with r=0772,
Lof=0055+0704(L) with r=0916, length outrigger arm=0305+0128(L) with r=0.759 and
Hpo=0.132+0.292(L) with r=0.751. Long relationship (Loa) with HP machine=-13.618+3.630(L) with
r=0.566.
Keywords: relationship main dimentions, outrigger system, outrigger boat, pumpboat
24
Jurnal Wave Volume 12 Nomor 1, Juli 2018: Hal: 23-30
Rasio Ukuran Utama Kapal Ikan Widodo dan Sasmita (2013), terdapat beberapa tipe
Pemilihan ukuran utama kapal disamping kapal ikan, antara lain kapal pukat tarik (trawler),
mempengaruhi besar tubuh kapal, juga sangat kapal pukat cincin (purse seiner), kapal rawai (long
menentukan nilai bangun atau harga suatu kapal liner), dan kapal jaring insang (gill netter). Perbedaan
(Zarochman dan Suhariyanto, 1999). Konstruksi, tipe menunjukkan karakteristik yang berbeda. Perahu
kesesuaian rasio ukuran utama sangat menentukan katir yang digunakan di Kanupaten Kepulauan Sangihe,
kemampuan suatu kapal ikan. Kekuatan suatu mesin pada umumnya digunakan dalam teknologi
haruslah seimbang dengan ukuran, bentuk dan jenis penangkapan ikan dengan alat tangkap hand line dan
kapal. Menurut Fyson (1985) dalam Alham (2010), pada umumnya digunakan sebagai kapal penangkap
perbandingan dimensi-dimensi utama (L, B dan D) ikan tuna. Kapal ini pada mulanya dibuat dan
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. digunakan di Philipina, baik sebagai alat transportasi
Perbandingan tersebut meliputi: dan juga sebagai kapal penangkap ikan. Dalam
1. Perbandingan antara panjang dan lebar, merupakan perkembangannya, kapal ini telah tersebar ke berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap tahanan gerak daerah di Indonesia khususnya di daerah Kabupaten
dan kecepatan kapal. Kepulauan Sangihe dan Talaud yang berbatasan
2. Perbandingan antara lebar dan tinggi, merupakan dengan Philipina, kemudian jumlahnya bertambah
faktor yang berpengaruh pada stabilitas. begitu cepat sampai ke sentral perikanan terbesar di
3. Perbandingan antara panjang dan tinggi, Sulawesi Utara yaitu Kota Bitung dan sekitarnya.
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap Sebagai salah satu jenis kapal perikanan, informasi
kekuatan memanjang kapal. perahu katir ini masih sangat kurang, baik dari segi
ukuran, pembuatan, maupun penggunaannya. Perahu
Perahu Katir (Pumpboat) di Kabupaten Kepulauan katir juga memiliki beberapa keunikan dibanding
Sangihe dengan kapal pada umumnya. Pertama, perahu katir
Istilah kapal ikan tradisional merupakan sebutan memiliki tiang yang berdiri di tengah-tengah geladak
untuk kapal perikanan (fishing vessel) yang bersifat perahu yang berfungsi untuk menahan keseimbangan
tradisional. Umumnya konstruksi kapal ikan dari sistem katir (outrigger system). Kedua, perahu
tradisional menggunakan balok lunas dari kayu dengan katir mempunyai haluan dan buritan yang berbeda
beberapa lembar papan sebagai kulit/dinding kapal dan dengan kapal-kapal. Keunikan dari perahu katir ini
gading-gading serta balok linggi (depan dan belakang) merupakan hal menarik untuk dikaji, terlebih dalam
sebagai penguatnya, serta mempunyai balok dek, meningkatkan kemampuan (ability) perahu untuk
papan dek, palka ikan, dan bangunan diatas dek. menunjang kegiatan penangkapan ikan (Siadadi, dkk.
Sehingga kapal ikan tradisional dapat didefinisikan (2012). Adapun bentuk dan konstruksi perahu katir
sebagai sarana apung untuk melakukan kegiatan “pumpboat” yaitu ditunjukkan pada Gambar 1.
penangkapan, penampungan, pengolahan dan
penyimpanan ikan yang dibuat dari bahan kayu oleh
galangan atau pengrajin kapal tradisional, berdasarkan
pada pengalaman dan keahlian yang diberikan secara
turun-temurun, sesuai sistem tradisi masyarakat
setempat, tanpa menggunakan gambar rancang
(Sutrisno dan Pribadi, 2012). Dari pengertian Gambar 1. Perahu katir “pumpboat” di Kabupaten Kepulauan
tersebut, perahu katir termasuk dalam kategori kapal Sangihe
ikan tradisonal, karena pembuatannya yaitu
berdasarkan pengalaman dan keahlian turun-temurun Ukuran Utama Perahu Katir (Pumpboat)
dari suku Sangihe, pada bagian lunas dan gading Perahu katir merupakan perahu dengan konstruksi
terbuat dari bahan kayu, pada bagian lambung dan teknis yang terdiri dari bentuk haluan dan buritan yang
superstructure terbuat dari playwood yang khusus, dan mengarah ke atas permukaan sebagai salah satu
bambu pada bagian sistem katir. karakteristik, bangunan atas kapal (super structure)
Bidang teknologi penangkapan ikan, berdasarkan yang berfungsi sebagai pelindung masuknya air ke
jenis alat penangkap ikan yang digunakan menurut kamar mesin, dek tertutup berfungsi sebagai pelindung
25
Hubungan Ukuran Utama dan Daya Penggerak Perahu Katir (Pumpboat)
Tuna Hand Line di Kabupaten Kepulauan Sangihe
(Fitria Fresty Lungari, Eunike Irene Kumaseh)
masuknya air ke Tinggi perahu, dan sistem katir yang katir (pumpboat) berjumlah 91 perahu yang ada di
terdiri dari outrigger boom, outrigger fLoat, outrigger kecamatan Tabukan Selatan Tengah, kecamatan
arm, dan tiang yang berfungsi menambah kestabilan Tabukan Utara dan pesisir teluk Tahuna, yaitu, Pulau
dari perahu katir (Siadadi, dkk., 2012). Adapun ukuran Beeng Darat, Pulau Beeng Laut, Enemawira, Peta,
panjang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tidore, Apeng Sembeka, Pananekeng dan Lesa.
panjang dalam ukuran length overall seperti yang Pengukuran meliputi ukuran utama, ukuran sistem
ditunjukkan pada Gambar 2. katir dan kapasitas daya penggerak. Adapun
pengukuran yang dilakukan yaitu:
1. Ukuran Utama
Ukuran utama yang diukur meliputi:
a) Loa (length overall), panjang seluruh perahu
katir yang diukur dari bagian paling ujung
buritan hingga bagian paling ujung pada
Gambar 2. Panjang (Loa) perahu katir
haluan.
Ukuran lebar yang akan digunakan dalam b) B (breath), lebar perahu katir yang diukur
pengukuran perahu katir yaitu seperti pada Gambar 3. mulai dari sisi luar yang satu ke sisi lainnya.
Sedangkan untuk ukuran tinggi, yaitu ditunjukkan c) D (depth), tinggi perahu katir yang diukur
pada Gambar 4. mulai dari dek terendah hingga ke bagian
badan perahu katir terbawah.
2. Ukuran Sistem Katir
Ukuran sistem katir (Gambar 5) yang di gunakan
dalam perhitungan yaitu mengikuti pengukuran
sebagai berikut:
Gambar 3. Lebar (B) perahu katir a) Lob (length outrigger boom), panjang
“bahateng” yang diukur dari sisi kanan ke kiri
atau sebaliknya.
b) Lof (length outrigger fLoat), panjang
pengapung yang diukur paling ujung
pengapung dari posisi haluan ke buritan atau
sebaliknya.
Gambar 4. Tinggi (D) perahu katir c) Loa (length outrigger arm), lengan katir yang
diukur dari ujung ”bahateng” tempat dimana
Kapal perikanan yang berukuran paling besar
pertemuan antara ujung lengan katir
5 (lima) gross ton (GT), berdasarkan Undang Undang
dan ”bahateng” ke pengapung atau sebaliknya.
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009
d) Hpo (high pole) tinggi tiang geladak yang
menjelaskan bahwa ukuran tersebut dikategorikan
diukur dari paling bawah yang masuk dari
sebagai ukuran nelayan kecil. Perahu katir tuna hand
geladak kapal sampai paling atas.
line kebanyakan memiliki ukuran yang kecil, dimana
merupakan kapal perikanan yang banyak digunakan
oleh nelayan kecil di Kabupaten Kepulauan Sangihe. pool
Outrigger boom
MODEL PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
menggambarkan, menguraikan dan mengumpulkan arm
peristiwa secara sistematis dan akurat sesuai dengan floating
objek penelitian (Suryabrata, 1987). Dasar metode
Gambar 5. Sistem katir perahu ”pumpboat” di Sangihe
penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang
digunakan dengan cara mempelajari kasus-kasus 3. Pendataan daya mesin penggerak perahu katir.
tertentu pada objek penelitian yang terbatas (Ariyanto, Data yang dimaksudkan yaitu berupa PK mesin
1986). Objek kajian dalam penelitian ini adalah perahu pada perahu katir yang diukur.
26
Jurnal Wave Volume 12 Nomor 1, Juli 2018: Hal: 23-30
Rumusan matematis hubungan yang digunakan menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara kedua
yaitu antara panjang dan lebar, panjang dan tinggi, variabel Loa dan B, dengan bertambahnya ukuran Loa
panjang dan daya penggerak yang digunakan adalah: maka akan diikuti pertambahan ukuran B.
y=f(x), dimana x adalah variabel bebas yakni panjang S = 0.15535865
r = 0.58529478
dan y adalah variabel tak bebas yakni lebar, tinggi, 1.8
0
B (m )
dan daya penggerak. Keperluan analisis hubungan 1.0
0
data yang dimasukkan, nilai korelasinya (r) dan juga Gambar 6. Grafik hubungan Loa dan B perahu katir
gambaran plot dua dimensi. pumpboat
perahu katir ini yaitu bagian lunas, tiang penguat dan Loa (m)
gading biasanya terbuat dari kayu jenis ketapang dan Gambar 7. Grafik hubungan Loa dan D perahu katir
kayu nyamplung, lambung berbahan marine playwood, pumpboat
sistem katir terbuat dari bambu beruas pendek
jenis ”bayut” atau ”tabadi”, pengapung dari bambu Hubungan Ukuran Utama dan Sistem Katir
dengan diameter 5-6 cm. Pumpboat
Hubungan Loa dan sistem katir berdasarkan hasil
Hubungan Ukuran Utama Perahu Katir Pumpboat analisis masing-masing yaitu mengikuti persamaan
Panjang (Loa) dan lebar (B) matematis sebagai berikut: ukuran Loa dan panjang
Hubungan ukuran Loa dengan B perahu katir di outrigger boom (Lob), yaitu Lob=-0.339+0.431(L)
ketiga lokasi berdasarkan hasil analisis menggunakan dengan nilai korelasi r=0.772 (Gambar 8).
piranti lunak software Curve Expert, diperoleh Panjang (Loa) dengan Lof (length outrigger float)
rumusan matematis B=0.063+0.098(L) dengan yaitu Lof=0.055+0.704(L) dengan nilai korelasi
korelasi r=0.585 seperti pada Gambar 6, dimana hal ini r=0.916 (Gambar 9), panjang (Loa) dengan panjang
27
Hubungan Ukuran Utama dan Daya Penggerak Perahu Katir (Pumpboat)
Tuna Hand Line di Kabupaten Kepulauan Sangihe
(Fitria Fresty Lungari, Eunike Irene Kumaseh)
lengan bahateng (length outrigger arm) yaitu Berdasarkan hal tersebut, dengan pertambahan
Loa=0.305+0.128(L) dengan nilai korelasi r=0.759 ukuran panjang (Loa) akan diikuti oleh pertambahan
(Gambar 10) dan panjang (Loa) dengan Hpo (high sistem katir. Sehingga dapat dikatakan dalam
pole) yaitu Hpo=0.132+0.292(L) dengan nilai korelasi pembangunan perahu katir pumpboat nelayan
r=0.751 (Gambar 11). memiliki pola yang sama, yaitu ada keterkaitan antara
S = 0.49009338
variabel ukuran utama (panjang) dengan variabel
r = 0.77220779
6.8
7 sistem katir.
3
5.7
4.5
0
pumpboat 37.4
P K m esin
0
S = 0.42546361 30.2
r = 0.91627428
0
9.4
6 23.0
0
7 .88 15.8
0
.31 8.6
Lof (m)
6
0
3 1.4
4.7 5.0 6.2 7.4 8.7 9.9 11.1 12.3
Loa (m)
3 .15
1.5
8 Gambar 12. Grafik hubungan panjang (Loa) dan PK mesin
0 .00
0.0 2.2 4.3 6.5 8.6 10.8 12.9
perahu katir pumpboat
Loa (m)
Pada Gambar 12, pola sebaran tidak beraturan, hal
Gambar 9. Grafik hubungan Loa dan Lof perahu katir ini dikarenakan penggunaan atau pemilihan tenaga
pumpboat pengerak pada perahu katir pumpboat ini secara umum
S = 0.15115723
r = 0.75994986 disesuiakan dengan ketersediaan modal bukan
8
1.9
berdasaran pertimbangan pengukuran hambatan kapal
L en g th o f arm ( m )
5
1.6
yang berkaitan dengan analisa luas penampang basah
2
1.3
dan ukuran utamanya. Dengan nilai korelasi yang
9
0.9
sedang, hal ini menunjukkan ada beberapa pola yang
6
0.6
mirip yaitu penggunaan PK pada jenis ukuran panjang
3
0.3
(Loa) yang hampir sama. Namun, korelasi PK mesin
0
0.0
0.0 2.2 4.3 6.5 8.6 10.8 12.9
sebagai fungsi luas permukaan basah kapal perlu
Loa (m)
dilakukan, dimana hubungan kesesuaian kebutuhan PK
Gambar 10. Grafik hubungan panjang (Loa) dan ukuran mesin dengan luasan permukaan basah lebih
lengan (arm) perahu katir pumpboat mendekati korelasi positif. Jika hanya dilihat
S = 0.35392864
r = 0.75192645 korelasinya terhadap panjang kapal saja, maka nilai
8
4.1
korelasi (r) pada persamaan PK menjadi rendah
8
3.4
(hubungan sedang). Hal ini sesuai dengan hasil
9
Hp o (m )
2.7
wawancara dengan nelayan pemilik perahu katir
9
2.0
dimana beberapa perahu, pemilihan PK umumnya
9
1.3
ditentukan berdasarkan pengamatan ukuran panjang
0
0.7
(Loa) dan ketersediaan modal.
0
0.0
0.0 2.2 4.3 6.5 8.6 10.8 12.9 Berdasarkan kajian yang dilakukan serta
Loa (m)
wawancara dengan pihak nelayan yang membangun
Gambar 11. Grafik hubungan panjang (Loa) dan High pole perahu katir pumpboat di Sangihe, ukuran utama
(Hpo) perahu katir pumpboat perahu katir di Kabupaten Kepulauan Sangihe lebih
28
Jurnal Wave Volume 12 Nomor 1, Juli 2018: Hal: 23-30
29
Hubungan Ukuran Utama dan Daya Penggerak Perahu Katir (Pumpboat)
Tuna Hand Line di Kabupaten Kepulauan Sangihe
(Fitria Fresty Lungari, Eunike Irene Kumaseh)
Penangkapan Ikan. Tangkap. Semarang: Direktorat Jenderal Perikanan,
Zarochman dan Suharyianto. (1999). Hubungan Balai Pengembangan Penangkapan Ikan.
Ukuran Kapal Ikan, Daya Penggerak dan Alat
30