Anda di halaman 1dari 12

A.

  Penerapan Ideologi
Penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut “Politik”. Karena itu sering
terjadi bahwa ideologi dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya: merebut kekuasaan.
Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat diterapkan dengan cara konsensus mayoritas
warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan negara. Dalam
hal ini sering juga disebut Philosofische Grondslag atau Weltan. Schauung yang merupakan
pikiran-pikiran terdalam, hasrat terdalam warga negaranya untuk di atasnya didirikan suatu
negara.
B.  Makna Ideologi bagi negara
Ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.          Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b.         Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup yang harus dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi penerus bangsa, diperjuangkan, dan
dipertahankan dengan kesediaan pengorbanan.
Dalam menjabarkan nilai-nilai dasar Pancasila menjadi semakin operasional dan dengan
demikian semakin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai
maslah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa dimensi yang menunjukkan ciri
khas dalam orientasi Pancasila. Ada tiga dimensi yaitu:
a.       Dimensi Teologis
Menunjukkan bahwa pembangunan mempunyai tujuan yaitu mewujudkan cita-cita Proklamasi
1945. Hidup bukanlah ditentutakan oleh nasib, tetapi tergantung pada rakhmat Tuhan Yang
Maha Esa dan usaha manusia.
b.      Dimensi Etis
Menunjukkan bahwa dalam Pancasila, manusia dan martabat manusia mempunyai kedudukan
yang sentral.
c.       Dimensi Integral-integratif
Mempatkan manusia tidak secara individualisme melainkan dalam konteks strukturalnya.
C.  Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi menceminkan seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan
politiknya bangsa Indonesia, yaitu sebagai tata nilai yang dipergunakan sebagai acuan di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua gagasan-gagasan yang timbul dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini di tata secara sistematis menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Sebagai ideologi, Pancasila berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan
aktivitas di segala bidang, dan karena itu sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel, dan tidak
bersifat tertutup maupun kaku, yang akan menyebabkan ketinggalan zaman.
Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, hal ini dibuktikan dan adanya
sifat-sifat yang melekat pada Pancasila sendiri maupun kekuatan yang terkandung di dalamnya,
yaitu memenuhi persyaratan kualitas 3 (tiga) dimensi di atas.
Mengenai pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka, bukanlah berarti bahwa nilai
dasarnya dapat diubah atau diganti dengan nilai dasar yang lain, karena bila dipahamkan secara
demikian (sebagai pemahaman yang keliru), hal itu sama artinya dengan meniadakan Pancasila
atau meniadakan identitas/ jati diri bangsa Indonesia. Hal mana berlawanan dengan nalar dan
tidak masuk akal. Maka di dalam pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka itu mengandung
makna bahwa nilai-nilai dasar daripada Pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan
dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
Pengembangan atas nilai-nilai dasar Pancasila dilaksanakan secara kreatif dan dinamis
dengan memperhatikan tingkat kebutuhan serta perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
Dengan demikian nilai-nilai dasar Pancasila perlu dioperasionalkan, yaitu dijalankan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai dasar Pancasila  tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 dijabarkan menjadi nilai instrumental, dan penjabaran atas nilai instrumental ini tetap
mengacu pada nilai dasarnya, dan nilai instrumental menjadi nilai praksis.
Adapun dokumen konstitusional yang disediakan untuk menjabarkan secara kreatif atas
nilai-nilai dasar tersebut antara lain dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
menjadi wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan berupa peraturan perundang-
undangan, serta kebijakan-kebijakan Pemerintah lainnya.
Budaya asing yang bernilai negatif, misalnya tentang samen leven yang tidak dilarang di
dalam kehidupan budaya Barat, akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang mendasarkan dari pada
sikap budaya dan pandangan moral religius, demikian pula dengan pandangan keagamaan yang
dikenal dengan sebutan Children of God, ditolak karena tidak sesuai dengan pandangan
keagamaan yang telah dihayati oleh bangsa Indonesia sejak lama.
D.  Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas
terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila. Setiap kedudukan dan fungsi
Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi lain- lain yang konsekuensinya
aktualisasinyapun juga memiliki aspek yang berbeda dengan fungsi Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, demikian pula berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila
lainnya.
Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai titik sentral pembahasan
adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia hal itu dengan klausa
finalis Pancasila yang d rumuskan oleh pembentukan Negara Indonesia. Oleh karena itu
kedudukan dan fungsi Pancasila dapat di ketahui sebagai berikut:
1.    Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa
               Pandangan hidup manusia sebagai makhluk Tuahan YME adalah kesatuan nilai- nilai
luhur tesebut adalah suatu yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri.Pandangan hidup
yang digunakan sebagai kerangka yang digunakan baik sebagai  nilai acuan dalam menata
kehidupan pribadi maupun sosial.
               Dalam pengertian manusia sebagai makhluk Individumaka proses perumusan pandangan
hidup masyarakat dituangkan dalam kelembagaan menjadi pandangan hidup bangsa di tuangkan
dan di lembagakan menjadi ideologi bangsa.
2.    Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia
               Pancasila dalam kedudukan ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah
Negara (Philosofische Grondlog) dari Negara, ideologi Negara atau (Staatsidee). Dalam
pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma atau mengatur pemerintahan
Negara atau penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya semua peraturan perundangan bersumber
pada aturan perundangan termasuk proses reformasi pada semua bidang.
3.    Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia
               Pancasila sebagai klausa matrialis di angkat dan di rumuskan oleh para pendiri bangsa ,
sebagai Pancasila berkedudukan sebagai dasarideologi bangsa dan Negara Indonesia. oleh karena
itu Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
E.   Alasan menggunakan Ideologi Pancasila
a.          Nilai-nilai falsafah yang mendasar dan rasional
b.         Teruji kokoh dan kuat sebagai dasar negara
c.          Nilai-nilai Pancasila sesuai dengan budaya Indonesia
d.         Mampu mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat yang majemuk dan beragam
F. Kelebihan dan Kekurangan ideologi Pancasila
A. Kelebihan :
a.       Dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih adil dan makmur
b.      Merupakan jalan tengah antara Liberal dan Komunis
c.       Memberi inspirasi akan tata masyarakat bebas
d.      Menjadi sumber etik sosial
e.       Sebagai instrumen politik untuk melihat kinerja pemerintah dan untuk melawan ketidakadilan
sosial dan segala manifestasinya
B. Kekurangan :
a.       Memberi kesempatan kebebasan yang cenderung menjadi anarki
b.      Adanya kemungkinan masuknya kepentingan neoliberal
c.       Terlalu normatif
d.      Dianggap tidak jelas karena hanya mengambil jalan tengah diantara komunis dan liberal
e.       Pancasila justru membuat bangsa mengambil keburukan Liberal dan Komunis bersama-sama

G.  Study Kasus
KASUS 1:
DPR Isyaratkan Voting RUU Pemilu
Rianita Arrini - detikNews
Senin, 09/04/2012 18:54 WIB
Jakarta Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu masih berupaya mencari titik temu untuk
menuntaskan tiga poin yang masih barlarut-larut yaitu sistem pemilu, ambang batas parlemen
dan metode penghitungan suara. Jika tidak mencapai titik temu, Pansus mengisyaratkan akan
melakukan voting.
"Belum bisa dipastikan. Tadi di rapat konsultasi masih mengupayakan musyawarah mufakat, tapi
semua bersiap diri untuk bisa menerima voting," ujar Ketua Pansus RUU Pemilu, Arief Wibowo,
di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/4/2012).
Namun menurut Arief, jika terjadi voting pada rapat Paripurna, Rabu (11/4) lusa, maka Pansus
harus membahas rumusan RUU Pemilu hingga siap.
"Supaya tidak keruh seperti di (sidang) BBM kemarin itu. Jangan serahkan apa yang mau
divoting ke pimpinan, tapi rumusannya diputuskan dalam Pansus sendiri. Biar nanti Paripuna
mengikuti apa yang sudah dirumuskan oleh Pansus," jelasnya.
Dalam rapat konsultasi hari ini, lanjut Arief, Fraksi PAN mencoba menggolkan ambang batas
parlemen sebesar 3,5 persen.
"Tapi lainnya belum setuju karena dari 9 fraksi, kalau tidak bisa musyawarah mufakat maka
dilakukan voting," kata Arief.
Sembilan fraksi masih bertahan dengan keinginannya dalam revisi UU Pemilu ini. Sembilan
fraksi hanya menyepakati alokasi kursi per dapil yaitu 3-10 kursi.
Berikut peta fraksi atas RUU Pemilu:
1. Partai Demokrat
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional
- Model penghitungan dilakukan quota
Demokrat menghendaki voting dilakukan secara parsial.
2. Partai Golkar
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi dapil 3-10
- Ambang batas parlemen sebesar 4 persen nasional
- Model penghitungan webster
Golkar menghendaki voting dilakukan secara parsial.
3. PDIP
- Sistem tertutup
- jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3 persen nasional
- Metode penghitungan webster
PDIP menginginkan voting dilakukan per paket.
4. PKS
- Sistem tertutup
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang parlemen 4 persen nasional
- Metode penghitungan webster
PKS menginginkan voting dilakukan per paket.
5. PAN
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3,5 persen nasional.
- Metode penghitungan quota
PAN menginginkan voting dilakukan per paket.
6. PPP
- Sistem terbuka
- Jumlah alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3 persen.
- Metode penghitungan quota
PPP menghendaki voting dilakukan per paket.
7. PKB
- Sistem tertutup
- Alokasi kursi per dapil 3-10
- Ambang batas parlemen 3 persen
- Metode penghitungan quota
PKB menginginkan voting dilakukan per paket.
8. Gerindra
-Belum memutuskan sistem Pemilu tertutup atau terbuka
-Alokasi kursi per dapil 3-10
-Ambang batas parlemen 3,5 persen.
ANALISIS:
Dari permasalahan tersebut dapat diambil intinya yaitu bahwa anggota DPR akan
melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat  untuk menentukan sistem pemilu yang
membahas tiga poin yang masih barlarut-larut yaitu sistem pemilu, ambang batas parlemen dan
metode penghitungan suara, jika tidak dapat dicapai maka akan dilakukan voting. Hal tersebut
sudah sesuai dengan filsafat pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara, yaitu pada sila ke-4
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Pancasila sebagai pandangan hidup yang diyakini, bangsa Indonesia akan mampu
memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapi secara tepat sehingga tidak
terombang ambing dalam menghadapi persoalan tersebut. Pada Pancasila, musyawarah sendiri
memiliki tujuan agar suatu masalah dapat dipecahkan jalan keluarnya dan sebisa mungkin tidak
merugikan orang lain serta mengambil jalan yang adil. Keputusan dari musyawarah dapat
mencapai mufakat yang artinya mempunyai persetujuan dan nilai yang kuat serta dapat terhindar
dari perpecahan, mengarah pada persatuan dan keadilan.
Pada dasarnya walaupun suatu permasalahan diselesaikan dengan cara voting, tetapi
sebelum itu pasti sudah dilaksanakan musyawarah untuk mencapai mufakat terlebih
dahulu. Penentuan mana yang akan digunakan, ada yang berpendapat bahwa melalui voting
merupakan cara yang terbaik. Melalui voting tidaklah sesuai dengan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Tetapi, voting dapat dilakukan jika telah melalui musyawarah yang
belum menemukan titik terang mengenai persoalan yang dimusyawarahkan. Dimana
musyawarah merupakan nilai yang ada pada mayarakat Indonesia. Pada dasarnya musyawarah
adalah prinsip dari demokrasi. Pada demokrasi Pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara
mufakat dan jika terjadi kebuntuan yang berkepanjangan barulah dilakukan dengan cara voting.
Cara voting cenderung dipilih karena lebih praktis, menghemat waktu dan lebih simple dari pada
musyawarah yang berbelit-belit dan tak kunjung usai.
Sebagai warga negara dan warga masyarakat , setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain, hal inilah yang ditanamkan melalui nilai-nilai Pancasila. Setiap permasalahan yang ada
harus dibicarakan dengan dengan baik dengan tujuan untuk mencapai kebaikan bersama di atas
kepentingan pribadi atau golongan, tidak ada yang memaksakan kehendak dan tidak ada yang
dirugikan. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai – nilai kebenaran
dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
  

KASUS 2:
Suara Merdeka, 24 April 2012

NKRI Harga Mati


KRISIS kebangsaan yang melanda sebagian generasi muda Indonesia menjadi keprihatinan
semua pihak. Karena itu, semangat untuk tetap menjunjung tinggi dan terus mengamalkan ajaran
Pancasila sebagai ideologi bangsa harus dihargai.
Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila inilah yang kini juga terus dipegang
teguh oleh Yudo Fistiono Sudiro SH (44), ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda
Pancasila Kabupaten Banyumas, yang baru dilantik kemarin.
Pria kelahiran 23 Mei 1967 itu memahami betul saat ini tantangan terberat yang dihadapi
pemuda Indonesia di antaranya adanya krisis kecintaan terhadap Pancasila dan NKRI.
Masih Minim
Itu terjadi karena derasnya pengaruh budaya barat, gaya hidup yang individualis, pragmatis dan
pemahaman terhadap wawasan kebangsaan yang masih minim.
''Bagi saya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa itu harus tetap abadi sampai
kapan pun dan kecintaan terhadap Tanah Air juga harga mati,'' kata suami Tri Setiati (31)
tersebut.
Sehingga dalam mengemban misi kepengurusannya empat tahun ke depan (2012-2016),
keanekaragaman warna organisasi tersebut ibarat miniatur kebangsaan yang terkandung dalam
nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Anggota sangat beragam dari berbagai latar belakang, namun tetap bisa satu karena sudah
tertanam sebagai seorang pancasialis dan nasionalis.
Kecintaan terhadap Tanah Air menurut putra pertama dari lima bersaudara pasangan Sudiro
Bekti (67) dan Sri Subekti (65) juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Di antaranya, terlihat dari dua nama putranya semua diselipkan kata-kata nusantara. Putra
pertama dinamai Setia Nusantara Nayakapraja (11) dan putra kedua Kineta Energik Anura
Nusantara (6).
''ibaratnya darah yang mengalir dalam diri saya adalah darah Pancasila, sehingga apapun akan
saya lakukan demi menjaga kebesaran ideologi bangsa yang dicetuskan Bung Karno,'' kata warga
RT 1/RW 6  Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan itu.
Tempaan di berbagai organisasi mulai semasa masih menjadi mahasiswa, hingga menjadi ketua
MPC PP Banyumas cukup mengembleng mental dan dedikasi untuk terus mencintai bangsa ini
dengan kiprah nyata. (Agus Wahyudi-17)
ANALISIS:
Memang benar bahwa saat ini generasi muda mengalami krisis kecintaan terhadap
Pancasila, dikarenakan semakin derasnya pengaruh budaya barat, gaya hidup yang individualis,
pragmatis, dan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan yang masih minim. Misalnya semakin
maraknya perkembangan geng motor di kalangan pemuda saat ini. Untuk menanamkan kembali
nilai-nilai Pancasila yang mulai luntur dapat dilakukan misalnya melalui pendidikan Pancasila,
yang saat ini telah diajarkan kembali.
Jika suatu organisasi anggotanya memiliki jiwa yang pancasilais dan nasionalis maka
pasti organisasi itu akan bersatu, begitu pula dengan negara Indonesia apabila warga negara
sudah tertanam jiwa pancasilais dan nasionalis maka negara tersebut juga akan bersatu,
walaupun berasal dari berbagai latar belakang yang beragam.
Pancasila yang berkedudukan sebagai ideologi terbuka, dalam hal ini memang memberi
keleluasaan untuk mengikuti perkembangan jaman menuju berkembangnya cipta, rasa, dan karsa
yang maju dan mandiri untuk menyongsong dinamika kehidupan.  Keterbukaan bukan berarti
perubahan-perubahan itu mengubah nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi bangsa, tetapi
mengekplisitkan wawasanya secara lebih kongkrit sehingga memiliki kemampuan yang lebih
tajam untuk memecahkan masalah-masalah yang baru.
Dalam menjabarkan nilai-nilai Pancasila menjadi semakin operasional dan dengan
demikian semakin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai
masalah dan tantangan dewasa ini perlu diperhatikan beberapa dimensi yang menunjukkan ciri
khas dalam orientasi Pancasila yaitu dimensi teologis bahwa nasib ditentukan oleh ridho ilahi
dan usaha manusia, dimensi etis yang menunjukan bahwa dalam Pancasila, manusia dan
martabat mempunyai kedudukan yang sentral, selanjutnya dimensi integral-integratif yang
menempatkan manusia tidak secara individualisme melainkan dalam konteks struktural. Itulah
mengapa mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa itu harus tetap abadi sampai kapan
pun dan kecintaan terhadap Tanah Air juga harga mati.
Apa yang dilakukan oleh pasangan Sudiro Bekti (67) dan Sri Subekti (65) dalam berita
tersebut patutlah kita contoh karena begitu cintanya terhadap Pancasila yang dibuktikannya
dalam hidup sehari-hari. Untuk terus menjaga kebesaran ideologi negara dan untuk terus
mencintai bangsa ini dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya yang berkaitan dengan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kita dapat
merealisasikannya dengan menjalankan aturan agama yang dianut masing-masing individu tanpa
mengganggu agama lain. Berkaitan dengan sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
yaitu dengan menghargai hak-hak asasi setiap warga negara tanpa merugikan hak orang lain.
Selanjutnya kiprah nyata dari nilai sila ketiga “ Persatuan Indonesia” dapat dilakukan dengan
menghargai perbedaan yang ada dan menjadikannya sebagai keanekaragaman yang memberi
warna tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila keempat “ Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan perwakilan” yang dalam hal ini setiap
permasalahan yang timbul haruslah dimusyawarahkan dengan jalan damai tanpa mementingkan
kepentingan individu dan golongan tetapi harus mengupayakan demi kebaikan bersama. Sila
kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”  bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan bidang-bidang
lainnya. Cara yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam setiap bidang tersebut juga harus
adil.

Kabul Budiyono. 2009. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Tukiran Taniredja, dkk. 2011. Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.
_Diunduh dari http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/04/24/184256/NKRI-
Harga-Mati pada tanggal 25 April 2012.

Ubah Teks Pancasila Lalu "Upload" di Medsos, Warga Bitung Diamankan Polisi Kompas.com -
23/07/2020, 10:47 WIB BAGIKAN: Komentar Lihat Foto Ilustrasi media sosial Facebook.
(SHUTTERSTOCK) Penulis Kontributor Manado, Skivo Marcelino Mandey | Editor Khairina
MANADO, KOMPAS.com - Mengubah teks Pancasila lalu mengunggahnya di media sosial, terduga
pelaku berinisial SAM, warga Kota Bitung, Sulawesi Utara diamankan polisi. Kasat Reskrim Polres
Bitung AKP Taufiq Arifin mengatakan, kasus ini masih dalam penyelidikan. Pekan depan, Polres
Bitung berencana menghadirkan saksi-saksi ahli, seperti ahli pidana, bahasa dan ahli di bidang
teknologi informasi (IT). "Memang membutuhkan waktu memanggil para ahli-ahli ini. Itu harus
dilakukan. Apalagi kasus ini diunggah di media sosial," kata Taufiq saat dikonfirmasi Kompas.com
via telepon, Kamis (23/7/2020) siang. Baca juga: Rapat Paripurna DPR Diwarnai Interupsi soal RUU
Haluan Ideologi Pancasila Taufik menyebutkan, motif bersangkutan bukan mengganti atau
mengubah Pancasila. "Postingannya itu untuk mengkritik kepada anggota grup Facebook "Orang
Bitung Bicara Jujur"(OBBJ) karena sering memaki dan lain sebagainya," ujarnya. SAM diamankan
oleh Tim Resmob Polres Bitung di bawah pimpinan Aipda Denhar Papente, sekitar pukul 11.00 Wita
di Kelurahan Girian Permai, Kecamatan Girian, Kota Bitung atau tepatnya di Perum Rizky Aer
Ujang, Blok F No. 6, Minggu (19/7/2020). SAM mengubah teks Pancasila lalu mengunggahnya di
medsos pada Sabtu (18/7/2020). Berikut unggahan SAM: PANCASILA: 1. KETUHANAN YG MAHA
ESA 2. KEMANUSIAAN YG ADIL DAN BERADAB 3. PADA KENYATAANNYA DIBITUNG BANYAK
MANUSIA YG TIDAK BERADAB 4. BANYAK BAHUJAT DAN MEMAKE DLL 5. ..(…….

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ubah Teks Pancasila Lalu "Upload" di Medsos,
Warga Bitung Diamankan Polisi", Klik untuk
baca: https://manado.kompas.com/read/2020/07/23/10471441/ubah-teks-pancasila-lalu-upload-di-
medsos-warga-bitung-diamankan-polisi?page=all.
Penulis : Kontributor Manado, Skivo Marcelino Mandey
Editor : Khairina

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

BPIP: Rasisme Bertentangan Dengan Nilai


Pancasila

Fathur Rozy

Juni 21, 20201.505 views

 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru)

Poster aksi massa Papua saat menentang rasisme (Sumber foto : Istimewa)

IDTODAY.CO – Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP), Benny Susetyo, ikut menyoroti maraknya kasus rasisme yang terjadi beberapa waktu
belakangan.

Ia pun menyuarakan bahwa segala bentuk rasisme sangat bertentangan dengan Ideologi
Pancasila. Dan sangat tidak patut apabila dilakukan oleh warga negara Indonesia yang mengaku
setia pada pancasila atau Pancasilais.

BACAAN LAINNYA

 Soal Ucapan ‘Semoga Sumbar Dukung Negara Pancasila, ‘Fadli Zon: Hanya Yang Tak Mengerti
Sejarah Ragukan Sumbar Dukung Pancasila
 Soal Ucapan ‘Semoga Sumbar Dukung Negara Pancasila’ Pakar Komunikasi: Puan Tidak Elok
Menggunakan Kata-kata Seperti Itu
 Mendagri: Sistem Demokrasi Buka Peluang Masuknya Ideologi yang Bertentangan dengan
Pancasila

“Rasisme bertentangan dengan nilai Pancasila, karena rasisme melanggar nilai kemanusiaan dan
keadaban”, kata Benny dalam keterangan tertulis kepada wartawan, sebagaimana dikutip dari
Teropongsenayan.com (21/6/2020)
Rohaniwan yang juga penggiat HAM itu juga menyesalkan tindakan rasisme yang pernah terjadi
beberapa waktu lalu di Indonesia. Dengan tegas dirinya berujar,

Secara tegas Benny mengutuk keras kasus rasisme yang pernah terjadi di Indonesia beberapa
waktu lalu. Dia pun berharap kasus serupa tidak kembali terjadi.  “(ke depan) rasisme tidak boleh
tumbuh dan berkembang di Indonesia, karena bertentangan dengan Pancasila”. Ucapnya.

Benny menilai, selama ini nilai-nilai Pancasila seperti hanya jadi penghias semata. Menurutnya,
tidak terjadi proses internalisasi Pancasila yang benar-benar tepat sasaran.

Padahal, Pancasila sebagai dasar negara harus dikonkretkan dalam relasi antara negara dengan
warganya, serta antara warga satu dengan warga lainnya.

Lebih lanjut, Benny berharap gelombang demonstrasi yang terjadi di Amerika serikat atas
pelanggaran HAM yang terjadi pada warga kulit hitam tidak memberikan pengaruh buruk pada
masyarakat Indonesia.

“kita yakin bahwa bangsa ini akan dewasa dan (aksi demonstrasi) tidak akan berdampak, karena
nilai Pancasila diinternalisasi dalam prilaku berbangsa. Semua bentuk rasialisme harus kita
lawan, karena tidak sesuai dengan konstitusi,” pungkasnya.[Brz]

https://idtoday.co/nasional/bpip-rasisme-bertentangan-dengan-nilai-pancasila/

Mendagri: Sistem Demokrasi Buka Peluang


Masuknya Ideologi yang Bertentangan
dengan Pancasila

Nasrullah

September 1, 2020510 views

 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru)

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mempresentasikan inovasi i-POP di hadapan tim panel independen
Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang diselenggarakan oleh Kementerian PAN-RB melalui
konferensi video, di Jakarta, Selasa (30/06/2020). (ANTARA/kominfo/pri.)

IDTODAY.CO – Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengatakan sistem


demokrasi yang dianut Indonesia juga membuka peluang masuknya paham atau ideologi yang
tidak sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Webinar Nasional “Visi Negara Kesatuan Republik
Indonesia Melalui Pemilu dan Pilkada”, di Jakarta, Senin (31/8/2020).

BACAAN LAINNYA

 Tiru Korea Selatan, Mendagri Tetap Laksanakan Pilkada Serentak


 Gelora Dukung Anak-Manantu Jokowi, Fahri: Dalam Negara Demokrasi, Tidak Akan Terjadi
Dinasti Politik
 Mendagri: Paslon Ingin Show of Force saat Pendaftaran Pilkada, Langgar Aturan

“Kebebasan memberi ruang kepada kelompok-kelompok atau bahkan ideologi-ideologi yang


bertentangan dengan ideologi bangsa. Belum lagi munculnya internet, ruang siber, membuat
pemahaman atau ideologi yang tidak sesuai pancasila, atas nama kebebasan berkembang,”
terangnya sebagaimana dikutip dari Beritasatu.com.
Kemudian, dia menegaskan perlunya mengantisipasi potensi efek negatif dalam setiap perhelatan
Pemilihan Umum (Pemilu) ataupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Menurutnya, konflik
dan kekerasan merupakan salah satu dampak yang patut diwaspadai.

“Dalam perjalanannya, kita melihat adanya negatif impact daripada election (Pemilu atau
Pilkada). Misalnya dalam konteks pemilu maupun pilkada terjadinya keterbelahan,” kata Tito
Karnavian.

Perbedaan sikap atau pandangan politik masyarakat dalam menyingkapi tokoh-tokoh yang
muncul dalam setiap perhelatan Pemilu ataupun Pilkada bisa menjadi pemicu utama
keterbelahan antara para pendukung.

“Dalam konteks ilmu security, perbedaan berpotensi menimbulkan konflik. Konflik ini yang
harus kita manage. Jika tidak, Keterbelahan ini bisa menjadi konflik-konflik kekerasan,”
ucapnya.

Lebih lanjut, Mendagri mencontohkan, bagaimana masyarakat Jakarta sempat terbelah saat
pelaksanaan Pilkada. Residu yang muncul bahkan masih terasa hingga sekarang.

Kemudian, Pemilu atau Pilkada juga merupakan pergelaran politik yang tergolong berbiaya
sangat tinggi. Masing-masing calon yang muncul perlu memikirkan bagaimana memenuhi
berbagai kebutuhan logistik agar terpilih.

“Pemilu maupun Pilkada juga berbiaya tinggi, sehingga salah satu faktor korupsi. Mulai dari tim
sukses, kampanye, biaya saksi, yang menyebabkan biaya tinggi,” ucap Tito.

Terkait hal tersebut, Tito menegaskan hal tersebut menjadi penyebab calon tidak siap kalah
karena biaya politik yang sangat tinggi.

Menurutnya, semua dampak negatif yang dibeberkan, merupakan residu demokrasi yang menjadi
tantangan termasuk meningkatnya primordialisme yang mengatasnamakan keagamaan, suku, ras,
dan lain sebagainya.

“Kita tentunya perlu waspada agar demokrasi di Indonesia tetap berlandaskan pada Pancasila.
Apalagi sebentar lagi kita akan menggelar Pilkada serentak di tengah pandemi,” pungkas Tito.
[beritasatu/brz/nu]

https://idtoday.co/nasional/mendagri-sistem-demokrasi-buka-peluang-masuknya-ideologi-yang-
bertentangan-dengan-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai