PENDAHULUAN
dan bebas.
sekelompok orang untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau
1
2
setiap lima tahun sekali. Sebenarnya masih ada satu lagi jenis pemilihan,
diwujudkan, karena hakekat demokrasi adalah dari, oleh dan untuk rakyat.
langsung merupakan buah dari reformasi politik yang telah bergulir di negara
penguasa dengan cara mobilisasi dan rakyat tidak diberi hak politik untuk
1945, yaitu amandmen pertama hingga keempat pada tahun 1999 sampai
dengan 2002, rakyat mendapatkan hak untuk memilih Presiden dan Wakil
proses pembangunan dan selanjutnya hal ini akan menjadi stimulus yang
signifikan bagi kemajuan bangsa dan negara.Namun demikian yang perlu kita
garis bawahi adalah bahwa partisipasi politik yang bermakna positif seperti itu
adalah partisipasi politik yang memenuhi syarat dari segi kualitatif maupun
konstruktif dan mampu mendorong proses politik secara dewasa dan menjadi
secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak
kata lain, mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan akan mempunyai
memenuhi syarat diberikan hak pilih, namun tidak semua warga negara
dan diskriminasi, maka negara itu dinilai sebagai negara yang anti demokrasi
orde baru dimana pada masa ini demokrasi yang di usung sebenarnya
dilapangan adalah mobilisasi suara untuk golongan pemerintah dalam hal ini
percaturan politik yang dimana dua partai (PDI dan PPP) yang ada seakan
hanya sebagai pelengkap agar secara kasat mata demokrasi masih ada,
kedua partai ini tetap hidup dan berjalan namun tidak dapat berkembang
tentunya sistem demokrasi. Di lain sisi, juga terdapat instrument lain yang tak
sebuah Negara. Pada Pemilu, masyarakat dapat memilih para wakilnya dan
maka Pemilu hanya akan menjadi instrumen formal dan indikator penilaian
terhadap sistem dan perwakilannya merupakan salah satu hal penting untuk
menjadi empat bentuk, yaitu sosialiasi, pendidikan bagi pemilih, survei atau
dalam gelaran Pemilu semua warga negara yang memenuhi syarat diberikan
hak pilih, namun tidak semua warga negara menggunakan hak pilihnya.
Menurut Aspar dalam Gatut Saksono (2013 : 45), golput digunakan untuk
pemungutan suara tetapi tidak menggunakan hak pilihnya secara benar, dan
terhadap politik dari rakyat, dan (3). Rasionalitas rakyat terhadap politik
semakin tinggi sehingga mereka kini akan berhitung tentang keuntungan riil
Orde Baru tahun 1971. Pemakarsa sikap untuk tidak memilih itu, antara lain
Arief Budiman, Julius Usman dan almarhum Imam Malujo Sumali. Langkah
mengatakan “ kalau tidak ada yang bisa di percaya, ngapain repot repot ke
kotak suara? Dari pada nanti kecewa (Abdurrahamn Wahid, dkk, 2009;1).
golongan, yakni :
9
3. Golput politis, yakni mereka yang merasa tak punya pilihan dari
politik-ideologi lain.
fundamentalisme agama dalam partisipasi politik adalah hal yang tidak bijak
ini dapat diketahui dengan semakin meningkatnya angka pemilih yang tidak
Pada tahun 1955, angka golput mencapai hampir 13 persen, pada Pemilu
tahun 1971, jumlah pemilih yang tidak hadir mencapai 6,67 persen. Pada
Pemilu 1977 jumlah golput naik menjadi 8,40 persen dan kemudian angka
golput sedikit turun pada Pemilu 1987 yaitu 8,39 persen. Namun angka
golput ini kembali mengalamai kenaikan pada Pemilu 1992 yaitu 9,05 persen
dan semakin naik pada Pemilu 1997 dengan angka 12,07 persen.
Angka golput terus meningkat pada pemlu 1999 yang mencapai 10,4
persen dan pada Pemilu 2004 sebesar 23,34 persen, serta Pemilu Anggota
Legislatif pada tahun 2009 mencapai angka 29,01 persen. Tingginya angka
mencapai hampir 30%. Tingkat golput dalam gelaran Pilpres 2014 mencapai
29,8% atau 56.732.857 suara. Angka golput Pilpres 2014 lebih parah
dibanding Pilpres 2009 yang mencapai 27,7%. Bahkan lebih buruk dibanding
pilihnya dan masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pilpres 2014
133.574.277 suara.
adalah 77,5 persen dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang berjumlah
2012 lalu. Dimana angka golput bahkan melampaui jumlah perolehan suara
dengan nama sandi politiknya "Salam" meraih total perolehan suara sebesar
87.452 atau (57.76persen) dari jumlah pemilih sesuai Daftar Pemilih Tetap
kedua dengan perolehan 66.627 atau (43,24 persen) dari total suara sah,
sementara itu sebanyak 74.574 atau sekitar 32.08 persen dari total 233.045
pemilih di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak menggunakan
hak politiknya (Golput) dalam Pilkada Kota Kupang pada 25 juni 2012 atau
total sekitar hanya 67.02 persen tingkat partisipasi dalam pilkada kali ini.
alasan klasik yakni kertas suara yang rusak atau tidak sah, alasan
administratif lainnya seperti tidak adanya nama dalam daftar pemilih tetap
(DPT). Namun menurut pandangan penulis ada satu alasan yang paling
yang dipandang tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya secara baik.
Dimata masyarakat awam para elit politik yang rata-rata merupakan penghuni
12
penabur janji palsu pada saat masa kampanye ditambah dengan pemberian
uang receh dimana yang dia bawa pulang setelah menjabat adalah
berkarung-karung.
2015 tentang pemilu, yang mengatur tentang tugas dan wewenang KPU
masyarakat”.
Dari tiap pasal dan poin yang telah penulis jabarkan diatas secara
implisit dapat dikatakan bahwa KPU mempunyai peran yang strategis dalam
terkususnya pemilukada kota kupang tahun 2017. KPU tentu saja tidak dapat
yang soft.
penelitian :
TAHUN 2017)
Adapun fokus magang pada kegiatan magang kali ini adalah penulis
politik masyarakat (studi kasus pemilihan kepala daerah kota kupang tahun
masyarakat ?
dan menganalisis dan mencari informasi dan data-data sejauh mana upaya
tujuan akan memberikan arah, pegangan, serta tolak ukur dalam melakukan
suatu penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam magang ini adalah :
15
1.4 Kegunaan
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Kegunaan teoretis dari kegiatan magang ini adalah :
2. Bagi praja, hasil penelitian ini merupakan bahan kajian bagi praja