TINJAUAN PUSTAKA
A. Depresi
1. Pengertian Depresi
Depresi merupakan keadaan terjadinya perubahan perilaku
mendadak dan ditandai dengan banyak keluhan fisik, lesu, letih, lelah
berlebihan sakit kepala, sedih yang kemudian berakibat susah tidur,
nafsu makan berkurang, sedih, menangis, kehilangan minat, aktifitas
dan pembicaraan lamban. Gangguan depresi merupakan gangguan
sakit yang menyangkut keluhan badaniyah, perasaan dan pikiran. Bila
tidak diobati depresi dapat menetap berbulan-bulan atau bertahun-
tahun dan depresi dapat meningkatkan rasio penyakit fisik dan resiko
bunuh diri (Irianto, 2004).
Depresi dapat dikatakan sebagai gangguan kesehatan jiwa
umum dimana seseorang mengalami perasaan kehilangan minat,
penurunan energi, perasaan bersalah atau rasa rendah diri, gangguan
tidur,penurunan nafsu makan, dan tidak bisa konsentrasi. Selain itu,
depresi sering disertai dengan gejala kecemasan. Masalah-masalah ini
dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan
secara serius dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung
jawab sehari-hari (Depkes RI, 1991).
Depresi yang dikelola dalam perawatan primer. Intervensi
dengan pengobatan generik obat antidepresan dan psikoterapi singkat.
Analisis ekonomi telah menunjukkan bahwa mengobati depresi dalam
perawatan primer adalah layak, terjangkau dan hemat biaya. Depresi
dikategorikan dalam depresi ringan, sedang,dan berat. Seseorang
dengan depresi ringan akan memiliki beberapa kesulitan dalam
pekerjaan sehari hari dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
Pada depresi sedang menghadapi kesulitan yang nyata dalam
meneruskan kegiatan sosial dan rumah tangga. Pada depresi yang
berat, individu tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari hari,
pekerjaan, atau kegiatan lain (Maslim, 2002).
2. Penyebab Depresi
b. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar dari tubuh setelah air. Protein didefinisikan sebagai
protein makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu
hingga beberapa juta yang terdiri dari rantai panjang asam amino
yang terkait satu sama lain dalam ikatan peptide. Menurut
WHO/FAO (1990), asupan protein yang dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh adalah 10-15% dari total kebutuhan
energi (Almatsier, 2009).
Protein berfungsi membentuk jaringan baru dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh,
memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak, menyediakan
asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan
dan metabolisme serta antibodi, mengatur keseimbangan air yang
terdapat dalam tiga kompartemen yaitu intraseluler, ekstraseluler,
dan intravaskuler serta mempertahankan kenetralan (asam basa)
tubuh (Yuniastuti, 2008).
Asupan protein yang tidak adekut jarang terjadi sendiri,
tetapi umumnya menjadi bagian dari kondisi gizi kurang. Sehingga
menyebabkan protein digunakan sebagai sumber energi akibatnya
protein tidak tersedia untuk pemeliharaan jaringan dan pertumbuhan
(Barasi, 2007)
Menurut Barasi (2007), pada sindrom malnutrisi di rumah
sakit kebutuhan gizi pasien dapat meningkat karena trauma,
perbaikan jaringan, pasien tidak mampu mengkonsumsi cukup gizi.
Terdapat sejumlah keterlibatan sindrom malnutrisi di rumah sakit
yang mempengaruhi kesembuhan pasien, termasuk
1). Status imun yang kurang baik dan resiko terkena infeksi.
2). Penurunan kekuatan otot, ketidakmampuan untuk menelan.
3). Apatis, depresi, menurunnya kualitas hidup.
b. Psikologis
Rasa sakit pada lambung dan usus halus bisa dicetuskan oleh
faktor psikologis seperti perasaan tegang atau stress. Selera dan
kepuasan makan kita dikendalikan oleh pusat syaraf pada otak yang
disebut hipotalamus. Melihat, mencium dan bahkan baru memikirkan
tentang makanan saja akan merangsang hipotalamus untuk mengirim
sinyal ke sistim pencernaan sehingga fungsi pencernaan menjadi aktif.
Jika kita memaksakan diri untuk makan pada saat sedang tidak ingin
makan, sistem pencernaan tidak meningkatkan aktivitasnya karena
tidak memperoleh sinyal untuk makan. Akibatnya makanan tidak akan
tercerna sempurna dan akan menimbulkan gangguan pencernaan.
Pencernaan juga bisa terganggu apabila kepuasan makan kita tidak
terpantau oleh saraf. Karena tubuh merasa belum kenyang kita akan
terus mengisinya dengan makanan sampai tidak terasa bahwa perut
telah penuh. Psikologis atau stress, tegang, emosi, atau kejenuhan
dapat menyebabkan hilangnya selera makan atau nafsu makan
sehingga menyebabkan asupan zat gizi berkurang (Gunawan, 1999).
c. Depresi
Depresi merupakan keadaan murung karena mengalami suatu
kekecewaan hebat (kematian, perceraian, kepailitan) atau kehilangan
pribadi (kematian kekasih) dengan sendirinya menjadi murung.
Jiwanya tertekan dengan gejala perasaan sangat sedih, putus asa,
kehilangan kegembiraan, lelah, letih, tidak nafsu makan sehingga
mengakibatkan berat badan menurun sulit tidur, mental terganggu,
sering termenung dengan pikiran khayal, konsentrasi berkurang,
bimbang dan sulit mengambil keputusan (Raharja, 2007).
d. Penyakit Infeksi
C. Kerangka Teori
Obat
Psikologis
D. Kerangka Konsep
Asupan Energi
Tingkat Depresi
Asupan Protein
E. Hipotesis
1. Ada hubungan tingkat depresi dengan asupan energi pasien depresi
rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Semarang.
2. Ada hubungan tingkat depresi dengan asupan protein pasien depresi
rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Semarang.