Anda di halaman 1dari 7

Tradisi-tradisi Teori Komunikasi

Tujuh tradisi pemikiran dalam dunia komunikasi yang dikenal sebagai model Robert T. Craig :

1. Tradisi Semiotik

Semiotik atau penyelidikan penyelidikan simbol-simbol dimana tradisi semiotik terdiri atas kumpulan
teori tentang bagaimana tanda-tanda mempresentasikan benda, ide, keadaan situasi, perasaan dan
kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
Sejumlah ahli komunikasi memberikan perbedaan kuat antara tanda dan simbol. Perbedaannya yakni,
tanda memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak berlaku demikian.
Tradisi semiotik terkonstruksi dari 3 wilayah kajian yaitu:
1) Semantik, berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang
ditunjukkannya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda.
2) Sintaktik, kajian hubungan di antara tanda-tanda. Tanda-tanda sebetulnya, tidak pernah
berdiri sendiri.
3) Pragmatik, mengkaji bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia
atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial.

2. Tradisi Fenomenologis

Teori ini mengasumsikan bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-


pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Tradisi ini
memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang. Proses mengetahui dengan pengalaman langsung
merupakan wilayah kajian fenomenologis. Jika semiotik cenderung memperhatikan tanda dan
fungsinya, maka fenomenologis lebih melihat pada sosok penafsir sebagai komponen utama dalam
proses komunikasi.

Fenomenologis merupakan cara yang digunakan umat manusia untuk memahami dunia melalui
pengalaman langsung. Pakar tradisi fenomenologis Maurice Merleau-Ponty, menyatakan semua
pengetahuan akan dunia, bahkan pengetahuan ilmiahnya, diperoleh dari beberapa pengalaman akan
dunia. Menurut Stanley Deetz, menyimpulkan ada 3 prinsip dasar fenomenologis.

Pertama, pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar. Kedua, makna benda
terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang, ketiga, bahasa merupakan kendaraan makna.

Interpretasi merupakan proses menemukan makna dengan pengalaman dan merupakan proses aktif
pikiran dan tindakan kreatif dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi. Interpretasi melibatkan maju
mundur antara mengalami suatu kejadian atau situasi dan menentukan maknanya, bergerak dari yang
khusus ke umum dan kembali lagi ke yang khusus. Hal ini dikenal sebagai hermeneutic circle.

Ada tiga kajian pemikiran umum yang membuat beberapa tradisi fenomenologis, yaitu: fenomenologi
klasik, fenomenologi persepsi dan fenomenologi hermeneutik. Fenomenologi klasik, kebenaran dapat
diyakinkan melalui kesadaran yang terfokus. Menurut Edmund Husserl yang terkenal sebagai pendiri
fenomenologi modern, menyatakan kebenaran dapat diyakinkan melalaui pengalaman langsung
dengan catatan kita harus disiplin dalam mengalami segala sesuatu.

Pendekatan Husserl dalam fenomenologis sangat objektif, dunia dapat dialami tanpa harus membawa
kategori pribadi seseorang agar terpusat pada proses.

Fenomenologi persepsi, merupakan sebuah reaksi yang menentang objektivitas sempit milik Husserl
di atas. Di mana pencetus teori ini adalah Maurice Merleau Ponty, menyatakan bahwa pengalaman itu
subjektif, bukan objektif dan percaya bahwa subjektivitas merupakan bentuk penting sebuah
pengetahuan. Jadi, terdapat dialog antara manusia seebagai penafsir dan benda yang mereka tafsirkan.

Fenomenomenologi hermeneutik, memiliki kemiripan prinsip dengan fenomenologi persepsi,


namun tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap pada komunikasi. Tokohnya
adalah Martin Heidegger, filosofinya yang terkenal adalahHermeneutic of Dasein, artinya interpretasi
keberadaan.

3. Tradisi Sibernetika

Merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang di dalamnya banyak orang saling berinteraksi,
memengaruhi satu sama lainnya. Perspektif sibernetika dibutuhkan dalam memahami kedalaman dan
kompleksitas dinamika dalam berkomunikasi.

Ide-ide pokok teori sistem, sungguh sangat berkaitan dan konsisten. Semuanya memiliki pengaruh
utama pada banyak hal, termasuk komunikasi. Luasnya penerapan sistem dalam lingkungan nyata,
fisik, dan sosial sehingga tradisi sibernetika tidaklah monolitik. Inilah yang kemudian membuat
perbedaan di antara 4 variasi teori sistem, yaitu: teori sistem dasar (basic system theory), sibernetika
(cybernetics), teori sistem umum (general system theory) dan sibernetika tingkat kedua (second order
cybernetics).

Tradisi sibernetika memandang sebagai mata rantai untuk menghubungkan bagian-bagian terpisah
dalam suatu sistem.

4. Tradisi Sosiopsikologis
Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis
(sociopsychological). Teori tradisi sosiopsikologis memiliki fokus kajian pada perilaku sosial
individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisis. Pendekatan
individualis menjadi cirikhas tradisi sosiopsikologis, merupakan hal umum dalam pembahasan
komunikasi serta lebih luas dalam ilmu pengetahuan sosial dan perilaku.

Hal ini dapat dipahami dalam lingkungan budaya kita. Dewasa ini mayoritas teori komunikasi
sosiopsikologis lebih berorientasi pada sisi kognitif, yakni memberikan pemahaman bagaimana
manusia memproses informasi.

Dalam tradisi sosiopsikologis dapat dikelompokkan menjadi 3 cabang besar, yakni: perilaku, kognitif
dan biologis. Dalam perspektif perilaku, teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia
berperilaku dalam situasi-situasi komunikasi.

Pendekatan kedua, teori kognitif yang cukup banyak digandrungi saat ini. Berpusat pada bentuk
pemikiran, cabang ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan
memproses informasi dalam cara yang mengarahkanoutput perilaku. Sedangkan variasi umum ketiga
adalah dari sudut pandang biologis. Karena kajian genetik diasumsikan menjadi semakin penting, para
ahli psikologi dan ahli teori perilaku pun tertarik dalam efek-efek fungsi dan struktur
otak, neurochemestry dan faktor genetik dalam menjelaskan perilaku manusia.

5. Tradisi Sosiokultural

Pendekatan sosikultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap
makna, norma, peran dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Gagasan
utama dari tradisi sosikultural memfokuskan diri pada bentuk-bentuk interaksi antarmanusia daripada
karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran,
peraturan serta nilai budaya yang dijalankan. Dalam pendekatan sosiokultural, pengetahuan benar-
benar dapat diinterpretasi dan dibentuk.

Tradisi sosiokultural memiliki sejumlah sudut pandang yang berpengaruh antara lain: paham interaksi
simbolis (symbolic interactionism), konstruksionisme (constructionism), sosiolinguistik, filosofi
bahasa, etnografi, dan etnometodologi.

Sedangkan dalam paham konstruktivisme sosial atau yang dikenal juga sebagai the social
construction reality, di mana sudut pandang ini telah melakukan penyelidikan tentang bagaimana
pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial. Paham selanjutnya yakni sosiolinguistik
(kajian bahasa dan budaya), di mana hal terpokok dalam tradisi ini bahwa manusia menggunakan
bahasa secara berbeda-beda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda. Sudut
pandang lain dalam pendekatan sosiokultural adalah etnografi (observasi tentang bagaimana
kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistik dan non linguistik). Etnografi melihat
bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok sosial tertentu, kata-kata yang
digunakan, dan apa maknanya bagi mereka..

6. Tradisi Kritik

Tradisi kritik menyangkut bagaimana kekuatan dan tekanan serta keistimewaan sebagai hasil dari
bentuk-bentuk komunikasi tertentu dalam masyarakat. Tradisi kkritik berlawanan dengan banyak
asumsi dasar tradisi lainnya. Sebab sangat dipengaruhi oleh karya-karya di Eropa, feminisme Amerika
dan kajian-kajian postmodernisme dan postkolonialisme.

Tradisi kritik memiliki 3 keunggulan atau keistimewaan pokok, yaitu:

Pertama, tradisi kritik mencoba memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan dan
keyakinan atau ideologi, yang mendominasi masyarakat dengan pandangan tertentu di mana minat-
minat disajikan oleh struktur-struktur kekuatan tersebut.

Kedua, para ahli teori kritik umumnya tertarik membuka kondisi-kondisi sosial yang menindas dan
rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebih bebas dan lebih
berkecukupan.

Ketiga, teori kritik menciptakan kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori
tersebut bersifat normatif dan bertindak untuk mendapatkan atau mencapai perubahan dalam kondisi-
kondisi yang memengaruhi masyarakat.

Adapun cabang dari tradisi kritik adalah marxisme, Frankfurt School of Critical Theeory, post
modernisme, kajian budaya, post strukturalisme, post kolonialisme dan kajian feminisme.

Marxisme, tokohnya Marx mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan
sifat dari masyarakat, sehingga menyebabkan ekonomi menjadi dasar dari semua struktur sosial. Saat
ini teori kritik ini dinamakan neo marxis atau marxis. Berbeda dengan teori materialis marxisme
sederhana, kebanyakan teori-teori kritik kontemporer melihat proses-proses sosial
sebagai overdetermined atau diakibatkan oleh sumber-sumber yang banyak.

Post modernisme, ditandai oleh perpecahan antara modernitas dan proyek pencerahan. Tahun 70-an,
postmodernisme menolak elitisme, puritanisme dan sterilitas rasional karena pluralisme, relativitas,
kebaruan (novelty), kompleksitas dan kontradiksi.
Kajian budaya (cultural studies), dihubungkan dengan ragam post modernisme dalam tradisi kritik.

Post strukturalisme, merupakan bagian dari proyek postmodern karena post strukturalisme mengolah
usaha modern dalam menemukan kebenaran-kebenaran universal, naratif, metode dan makna yang
digunakan untuk mengenal dunia

Teori post kolonialisme, mengaju pada kajian semua kebudayaan dipengaruhi oleh proses kekaisaran
dari era kolonialisme sampai hari ini.

Post kolonial juga merupakan proyek post modern dalam mempertanyakan bahwa hubungan histori,
nasional dan geografis serta penghapusan dibuat eksplisit dalam wacana.

Kajian feminis, didefinisikan secara beragam mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan hak-hak
wanita sampai semua bentuk usaha penekanan. Feminis berusaha menawarkan teori-teori yang
memusatkan pada pengalaman wanita dan untuk membicarakan hubungan antara kategori-kategori
gender dan sosial lainnya, termasuk ras, etnik, kelas dan seksualitas.

7. Tradisi Retorika

Awalnya retorika berhubungan dengan persuasi, sehingga dimakanai sebagai seni penyusunan
argumen dan pembuatan naskah pidato. Lantas berkembang meliputi proses “adjusting ideas to
people and people to ideas” dalam segala jenis pesan.

Pusat dari tradisi retorika adalah 5 karya agung retorika yakni: penemuan, penyusunan, gaya,
penyampaian dan daya ingat. Semuanya adalah elemen-elemen dalam mempersiapkan sebuah pidato.
Komentar :

Robert T. Craig menemukan adanya permasalahan tentang bagaimana menggolongkan teori


komunikasi menjadi sebuah bidang, sedangkan komunikasi yang diajarkan berjalan sendiri-sendiri
padahal teori komunikasi sangat kaya dengan ide-ide tetapi gagal dalam jumlah cakupannya. Teori
komunikasi tumbuh terus tetapi belum memberikan pemahaman apa sesungguhnya teori komunikasi
itu. Sehingga dalam ilmu komunikasi khususnya saat mempelajari teori komunikasi, diharuskan
memahami dan mengerti tentang 7 tradisi atau 7 pradigma yang nantinya akan dipergunakan sebagai
acuan untuk menganalisis fenomena-fenomena yang muncul dalam dunia komunikasi.

Oleh karena itu kita harus mencari sebuah pemahaman tentang perbedaan dan persamaan diantara
teori-teori yang ada sehingga tujuh tradisi dalam ilmu komunikasi merupakan gambaran secara
teoritis sebuah komunikasi dalam bentuk lanskap yang didasari oleh kehidupan yang nyata dengan
masalah sehari-hari, sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Robert Craig.

Tradisi semiotika, melihat komunikasi sebagai proses dimana mediumnya adalah tanda yang bisa
berupa apapun baik secara verbal maupun nonverbal yang bisa memunculkan makna. Singkatnya,
tardisi semiotika ini mengkaji tentang tanda dan sistem tanda.

Tujuh tradisi ini adalah sebagai berikut :

Tradisi Fenomenologis, melihat komunikasi dari pengalaman orang lain, dimana kita
menginterprestasikan interprestasi orang lain. Sifatnya sangat subyektif karena proses komunikasi
dilihat dari subjeknya/orangnya.

Tradisi Sibernetika, dalam tradisi ini komunikasi sebagai sebuah pengolah informasi/transfer
informasi yang berurutan, sebuah komunikasi diukur apakah komunikasi itu mengurangi informasi
yang diterima atau tidak dan melihat informasi dalam proses komunikasi mengurangi ketidakpastian.

Tradisi Sosio Psikologi, melihat komunikasi sebagai sebuah bentuk ekspresi yang kolektif sehingga
komunikasi terjadi dalam jalinan interaksi, yang menekankan pada rasa/emosi.

Tradisi Sosio Kultural, melihat proses komunikasi dalam jalinan interaksi, hanya cakupannya yang
lebih luas yakni budaya yang didefinisikan sebagai sesuatu yang diciptakan, dibagi dan dipelajari
bersama

Tradisi Kritik, mengkaji bahwa proses komunikasi tidak selalu seimbang, melainkan juga terjadi
pengkelasan dimana ada pihak yang berkuasa dan ada pihak yang dikuasai.

Tradisi retorika, tradisi ini melihat komunikasi hanya sekedar sebagai proses keindahan atau seni
ketika berbicara.

Anda mungkin juga menyukai