Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x


DOI 10.37048/kesehatan.v8i1.53

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN


PEROKOK AKTIF TENTANG BAHAYA ROKOK DENGAN
MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA SISWA SMA
MUHAMMADIYAH CIPONDOH

Rina Puspita Sari, Sulaeman, Fitri Angraini


1
Dosen Program S1Keperawatan STIKesYatsi Tangerang
2
Dosen Program S1Keperawatan STIKesYatsi Tangerang
3
Mahasiswa program S1 Keperawatan STIKes Yatsi Tangerang
Email : rinapuspitasari@stikesyatsi.ac.id

ABSTRAK
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sangat lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2017, kebiasaan merokok meningkat pada
generasi muda bahwa prevalensi remaja usia 15 – 19 tahun yang merokok meningkat 2 kali lipat
dari tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya ialah kurangnya pengetahuan para remaja tersebut
tentang bahaya merokok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perokok aktif tentang
bahaya rokok dengan motivasi untuk berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah.
Metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional.
Sampel yang digunakan sebanyak 76 orang, dilaksanakan pada bulan April 2018. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner.
Hasil dari penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan perokok
aktif tentang bahaya merokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA
Muhammadiyah Cipondoh dengan nilai P value 0,283 > α (0,05).
Kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan perokok aktif tentang bahaya merokok dengan motivasi berhenti merokok.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi perokok aktif untuk berhenti merokok.
Kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Perokok Aktif, Bahaya Rokok, Motivasi.
ABSTRACT
Smoking is one of the most common habits encountered in every life. Based on the Indonesian
health ministry in 2017, smoking habits increase in the younger generation that the prevalence of
adolescents aged 15-19 smokers doubled from the previous year. One of the causes is the lack of
knowledge of the teens about the danger of smoking.
This study aims to determine the relationship between the level of knowledge of active smokers
about the dangers of cigarette with the motivation to stop smoking at SMA Muhammadiyah
Cipondoh .
The method in this study using quantitative method with cross sectional design. The sample used
as many as 76 people, implemented in April 2018. The instrument used is a cautionary.
The result of this study there is no significant relationship between the level of knowledge of active
smokers about the danger of cigarette with the motivation to stop smoking at SMA Muhammadiyah
Cipondoh with P value 0,283 > α (0,05).
Conclusions and suggestions of this study is that there is no significant relationship between the
level of knowledge of active smokers about the dangers of cigarette with the motivation to stop
smoking. therefore, it is necessary to conduct futher research on the factors that influence the
motivation of active smoker to quit smoking.
Keywords: Knowledge Level, Active Smoker, Dangers of Cigarette, Motivation.
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

PENDAHULUAN
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sangat lazim ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Dimana-mana mudah menemukan orang merokok, lelaki-wanita,
anak kecil-tua renta, kaya-miskin, tidak ada terkecuali. Betapa merokok merupakan
bagian hidup masyarakat. Dari segi kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau
melihat manfaat yang dikandung oleh rokok. Namun tidak mudah mengendalikan,
menurunkan terlebih menghilangkan keinginan merokok. Karena itu, gaya hidup
merokok ini menjadi suatu masalah kesehatan, minimal sebagai faktor resiko yang
mendukung terjadinya berbagai macam penyakit dan membawa kematian berjuta
penduduk dunia (Bustan, 2015).
Penggunaan rokok membunuh lebih dari 7 juta orang setiap tahun, biaya
perorangan dan pemerintah lebih $ 1400 miliar(US $) dalam perawatan kesehatan dan
kehilangan produktivitas. Sekitar 860 juta perokok dewasa tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa dirumah
tangga termiskin, pengeluaran untuk produk rokok sering menyumbang lebih dari 10%
dari total pengeluaran yang membatasi anggaran yang di alokasikan untuk makanan,
pendidikan dan perawatan kesehatan. Dalam penanaman tembakau 60% dan 70%
pekerja yang terlibat adalah perempuan, sehingga menempatkan mereka dalam kontak
dekat dengan bahan kimia yang sering berbahaya (WHO, 2017).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2016 menunjukkan peningkatan
prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995 meningkat menjadi 36,3% pada tahun
2013. Prevalensi perokok perempuan turut meningkat dari 4,2 % pada tahun 1995
menjadi 6,7% pada tahun 2013. Selain itu berdasarkan Kementerian Kesehatan tahun
2017 kebiasaan merokok juga meningkat pada generasi muda bahwa prevalensi remaja
usia 15 – 19 tahun yang merokok meningkat 2 kali lipat dari 12,7% ditahun 2001
menjadi 23,1% pada tahun 2016, prevalensi perokok anak usia 18 tahun meningkat dari
7,2% menjadi 8,8% pada tahun 2016. Bahkan hasil Sirkesnas 2016 memperlihatkan
bahwa angka remaja perokok laki-laki telah mencapai 54,8%. Perokok pemula 10-14
tahun meningkat lebih dari 100 % dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu 8,9%
di tahun 1995 menjadi 18% di tahun 2013 (Kemenkes, 2016). Tidak heran jika Indonesia
menjadi negara nomor tiga terbanyak jumlah perokoknya di dunia setelah Cina dan
India. Hasil survei dari Global Youth Tobacco tahun 2009-2014 dan Badan Lingbangkes
bahwa iklan memberikan pengaruh untuk mulai merokok sebesar 46,3% dan pengaruh
dari sponsor rokok sebesar 41,5 % (Kemenkes, 2017).
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

Dalam Riskesdas Provinsi Banten 2013 prevalensi perokok di Provinsi Banten


sebesar 31,3%,prevalensi perokok terbanyak terdapat di Kabupaten Pandeglang dengan
perokok setiap hari 31,5% dan kadang-kadang merokok 3,3%. Prevalensi perokok aktif
setiap hari tertinggi ada pada kelompok usia 50-54 tahun (35,9%) dan terendah10-14
tahun (0,4%), prevalensi perokok laki-laki (49,9%) lebih banyak dibandingkan perokok
perempuan (1,2 %) dan di wilayah Kota tangerang prevalensi perokok usia ≥10 tahun
sebanyak 23% (Irianti,dkk, 2013).
Suatu bangsa dapat maju jika generasi muda memiliki perilaku yang sehat sebab
kesehatan seseorang akan mempengaruhi produktivitasnya, salah satunya adalah tidak
mengkonsumsi rokok sebab rokok dapat berdampak negatif terhadap kesehatan. Aspek
yang akan diteliti kali ini terkait dengan hubungan antara pengetahuan tentang bahaya
rokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah. Dari hasil
penelitian ini akan ditemukan apakah para pelajar yang merokok memiliki motivasi
untuk berhenti merokok atau tidak setelah mereka mengetahui bahaya merokok.

METODE
Desain penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Metode penelitian ini disebut
metode kuantitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah Cipondoh Kota
Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang merokok di SMA
Muhammadiyah Cipondoh Kota Tangerang pada tahun 2018 yang berjumlah 76 siswa. Cara
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah NonProbability Sampling dengan teknik
Purposive Sampling.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Usia Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh Tahun 2018 (n = 76)

Usia Responden Frekuensi Persentase


14 tahun 1 1.3
15 tahun 31 40.8
16 tahun 40 52.6
17 tahun 4 5.3
Total 76 100.0
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

Tabel 2. Jenis Kelamin Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh Tahun 2018

Jenis Kelamin Responden Frekuensi Persentase

Laki-laki 68 89.5
Perempuan 8 10.5
Total 76 100.0
Berdasarkan tabel 2. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 68 orang atau sekitar 89,5%.

Tabel 3. Usia Mulai Merokok pada Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh Tahun 2018
(n=76)

Usia Mulai Mekokok Frekuensi Persentase

10 tahun 3 3.9
11 tahun 1 1.3
12 tahun 2 2.6
13 tahun 4 5.3
14 tahun 16 21.1
15 tahun 37 48.7
16 tahun 13 17.1
Total 76 100.0
Berdasarkan tabel 3. Responden merokok pada usia 15 tahun sebanyak 37 orang (48,7%).

Tabel 4. Asal Mengenal Rokok pada Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh tahun 2018
(n=76)
Asal Mengenal Rokok Frekuensi Persentase

Teman 32 42.1
Orangtua/keluarga 38 50.0
Media cetak/elektronik 6 7.9

Total 76 100.0
Berdasarkan tabel 4. 38 orang atau sekitar 50% responden mengenal rokok melalui orang
tua
.
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok pada Siswa SMA Muhammadiyah
Cipondoh (n=76)

Pengetahuan Frekuensi Persentase


Sangat Rendah 10 13.2
Rendah 16 21.1
Cukup Tinggi 50 65.8
Tinggi 0 0
Total 76 100.0

Berdasarkan tabel 5. Sebanyak 10 orang responden (13,2%) memiliki tingkat pengetahuan


sangat rendah, 50 orang responden (65,8%) memiliki tingkat pengetahuan cukup tinggi.
Maka tidak ada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi mengenai bahaya
rokok.

Tabel 6. Motivasi Berhenti Merokok pada Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh Tahun
2018 (n=76)

Motivasi Frekuensi Persentase


Rendah 8 10.5
Tinggi 68 89.5
Total 76 100.0
Berdasarkan tabel 6. 68 orang atau sekitar 89,5% responden memiliki motivasi yang tinggi
untuk berhenti merokok.

Tabel 7. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perokok Aktif Tentang Bahaya Rokok
Dengan Motivasi Berhenti Merokok Pada Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh Tahun
2018 (n=76)

Dari hasil analisis data mengenai hubungan tingkat pengetahuan perokok aktif
tentang bahaya merokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA
Muhammadiyah Cipondoh, nilali P value yang didapat adalah 0,283. Hal ini menunjukkan
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

bahwa nilai P value > 0,05, maka dapat dipastikan bahwa tidak terdapat hubungan
bermakna antara tingkat pengetahuan perokok aktif tentang bahaya merokok dengan
motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh. Selain itu nilai R
Square 0,04 (4%) yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel pengetahuan terhadap
motivasi adalah 0,04 (4%) sehingga 0.96 (96%) motivasi dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara tingkat
pengetahuan perokok aktif tentang bahaya rokok dengan motivasi berhenti merokok pada
siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh, menunjukkan sebagian besar responden berusia 16
tahun, yaitu sebanyak 40 orang atau sekitar 52,6%. Menurut Mubarok (2011), usia
merupakan salah faktor yang yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. dengan
bertambahnya usia, seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik maupun psikologis.
Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental,
taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
Berdasarkan hasil penelitian, 68 responden atau sekitar 89,5%, siswa yang merokok
berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alex (2015)
mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang Pictorial Health Warning
(PHW) pada kemasan rokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Santun
Pontianak menunjukkan bahwa 45 siswa yang menjadi responden dalam penelitian berjenis
kelamin pria.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, 37 orang responden atau sekitar 48,7%
mulai merokok pada usia 15 tahun dan mulai mengenal rokok melalui orang tua sebanyak
38 orang atau sekitar 50%. hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2015) mengenai
hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku merokok pada remaja usia 12–15
tahun di Desa Ngumpul 89 orang dari 163 responden (54,6%) berusia 14-15 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subliansyah (2013) mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan motivasi untuk berhenti merokok
pada siswa kelas VII dan VIII SMP PGRI Kasihan Bantul, mayoritas responden berusia 14
tahun, yaitu sebanyak 11 orang responden (55%), sedangkan 1 orang responden berusia 12
dan 16 tahun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia(2015) mengenai hubungan
pengetahuan dan motivasi dengan perilaku merokok pada remaja usia 12-15 tahun di Desa
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

Ngumpul, 54,6% responden atau sebanyak 89 orang responden berusia 14-15 tahun. 85%
responden atau sebanyak 140 orang berada di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 38 orang siswa mengenal rokok
melalui orang tua dan 6 orang mengenal rokok melalui media cetak/elektronik. Sedangakan
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Alex (2015), 35 orang siswa atau sebanyak 77,78%
responden mengenal rokok melalui teman.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2015) mengenai hubungan
pengetahuan dan motivasi dengan perilaku merokok pada remaja usia 12-15 tahun di Desa
Ngumpul, Sebanyak 112 orang atau sekitar 68,7% responden memiliki anggota keluarga
(ibu/bapak) perokok aktif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alex (2015) mengenai hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap tentang Pictorial Health Warning (PHW) pada kemasan rokok
dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Santun Pontianak, 35 orang siswa atau
sebanyak 77,78% responden mengenal rokok melalui teman.
Menurut Mubarok (2011), pengalaman dan budaya sekitar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengalaman pada akhirnya akan
membentuk sikap positif pada sesorang. Sedangkan lingkungan sekitar sangat berpengaruh
dalam pembentukkan sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat tinggal mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukkan sikap.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa tentang bahaya merokok adalah usia,
pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi. Hasil akhir dari proses
pengetahuan adalah sikap, sikap positif yang ditunjukkan melalui faktor tersebut dapat
mempengaruhi sikap siswa. Sehingga tingkat pengetahuan siswa terhadap bahaya rokok
sekiranya dapat membentuk sikap positif siswa untuk berhenti merokok.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 50 orang responden atau
sekitar 65,8% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tinggi mengenai bahaya merokok,
sedangkan 10 orang (13,2%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang sangat rendah
mengenai bahaya merokok.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Alex (2015) mengeani hubungan
tingkat pengetahuan dan sikap tentang Pictorial Health Warning (PHW) pada kemasan
rokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Santun Pontianak, 36 orang
siswa memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan 9 orang memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

(2015) tentang hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku merokok pada remaja
usia 12-15 tahun di Desa Ngumpul, 114 orang (69,9%) responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang mengenai rokok, hanya 3 orang (1,8%) memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi.
Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang
segala sesuatu, juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan
berbagai persoalan hidup yang belum dilakukan secara sistematis dan metodis (Jalaludin,
2011). Menurut Mubarok (2011) beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuaun adalah
pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan
informasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh, 68
orang siswa atau sekitar 89,5% responden memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti
merokok, sedangakan 8 orang (10,5%) memiliki motivasi yang rendah untuk berhenti
merokok. Dari hasil penelitan yang dilakukan oleh Alex (2015), 32 orang siswa (71,11%)
memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok, sedangkan 4 orang siswa (8,89%)
memiliki motivasi yang rendah untuk berhenti merokok.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subliansyah (2013) mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan motivasi untuk berhenti merokok pada
siswa kelas VII dan VIII SMP PGRI Kasihan Bantul, sebanyak 24 orang responden
memiliki tingkat pengetahuan sedang, sedangkan 28 orang responden memiliki motivasi
yang tinggi untuk berhenti merokok.
Menurut Donsu (2017), motivasi adalah sebuah proses untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Elder dalam Izzati (2015), untuk dapat berperilaku sehat diperlukan tiga hal, yaitu
pengetahuan yang tepat, motivasi dan keterampilan. Berdasarkan teori motivasi yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow, motivasi dipengaruhi oleh berbagai jenis kebutuhan
pokok, antara lain berupa kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, rasa cinta, harga diri
dan aktulisasi diri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi untuk berhenti merokok pada
siswa sangat bervariasi. Motivasi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari
pengetahuan yang tepat mengenai bahaya rokok, kebutuhan fisiologis, rasa aman dan
nyaman, rasa cinta, harga diri dan aktualisasi diri. Karena remaja merupakan masa
peralihan dari kanak-kanak menjadi dtewasa, dimana pada masa tersebut terjadi
pertumbuhan yang pesat sehingga mempengaruhi pola pikir maupun perilaku siswa.
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perokok Aktif Tentang Bahaya Rokok


dengan Motivasi Berhenti Merokok pada Siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh
Untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan perokok aktif tentang bahaya merokok
dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh dilakukan
uji Pearson Chie-Square untuk melihat hubungan (korelasi) masing-masing variabel dalam
penelitian Menurut Yudha (2017), Dari hasil analisis data, nilai P value yang didapat adalah
0,283. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi > 0,05, maka dapat dipastikan bahwa
tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan perokok aktif tentang bahaya
merokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subliansyah (2013) tentang
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan motivasi untuk berhenti merokok
pada siswa kelas VII dan VIII SMP PGRI Kasihan Bantul, pada hasil uji independent t – test
diperoleh nilai yang tidak signifikan 0,169. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat motivasi yang bermakna antara post test pada kelompok kontrol dan post test
pada kelompok interevensi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Alex (2015) mengenai hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap tentang Pictorial Health Warning (PHW) pada kemasan rokok
dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Santun Pontianak, nilai P value
menunjukkan angka 0,759 (nilai P value > nilai α), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan motivasi untuk
berhenti merokok.
Tetapi hasil yang didapat dipenelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Asma (2015) mengenai analisis motivasi berhenti merokok laki-laki dewasa
awal dipesisir puskesmas Pundata Baji yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan motivasi berhenti merokok (p=0,000), hal itu
dijelaskan bahwa orang yang paham akan merokok dan bahayanya, akan menjadi faktor
pencetus dari dalam dirinya untuk tidak melakukan perilaku merokok.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmah dkk (2015) mengenai faktor
pendukung dan penghambat intensi remaja berhenti merokok menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor pendukung yang memiliki nilai signifikasi antara 0,000 – 0,001 (< 0,05),
antara lain berupa faktor efikasi diri, pengaruh orang tua dan ekonomi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa faktor efikasi diri, pengaruh orang tua dan ekonomi merupakan
faktor pendukung dan penghambat intesni remaja berhenti merokok.
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumboyono (2011) mengenai Analisis
faktor penghambat motivasi berhenti merokok berdasarkan Health belief model pada
mahasiswa fakultas teknik Universitas Brawijaya Malang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara persepsi terhadap ancaman penyakit dengan motivasi berhenti
merokok (p=0,01). Persepsi terhadap ancaman penyakit, khususnya akibat merokok dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis kelamin, usia, kelas sosial, pengetahuan,
teman, pergaulan, riwayat menderita penyakit.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardita (2015) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi berhenti merokok pada mahasiswa teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kontrol diri dengan motivasi berhenti merokok (p =0,020). Dalam penelitiannya dijelaskan
bahwa seseorang yang memiliki kontrol diri yang baik cenderung memiliki perilaku yang
baik dan dapat menahan diri dari perbuatan yang memberikan efek negatif dikemudian hari.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ardini (2012) bahwa seseorang dapat
berhenti merokok dengan adanya motivasi dan tekad yang kuat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara tingkat
pengetahuan perokok aktif tentang bahaya rokok dengan motivasi berhenti merokok pada
siswa SMA Muhammadiyah Cipondoh. Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara
lain:
1. Responden yang berusia 16 tahun, yaitu sebanyak 40 orang atau sekitar 52,6%
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 68 orang (89,5%). 37 orang responden atau
sekitar 48,7% mulai merokok pada usia 15 tahun dan mulai mengenal rokok melalui
orang tua sebanyak 38 orang atau sekitar 50%.
2. Terdapat 50 orang responden atau sekitar 65,8% memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup tinggi mengenai bahaya merokok.
3. Terdapat 68 orang atau sekitar 89,5% responden memiliki motivasi yang tinggi untuk
berhenti merokok.
4. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perokok aktif tentang bahaya
merokok dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA Muhammadiyah
Cipondoh. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P value 0,283 (>0,05).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa SMA
Muhammadiyah Cipondoh, maka saran peneliti adalah
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

1. Institusi Sekolah
Sekolah hendaknya menerapkan peraturan yang ketat tentang larangan merokok,
melakukan razia serta memberikan penyuluhan atau pengarahan tentang bahaya
merokok bagi kesehatan
2. Peneliti Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencari faktor-faktor yang lebih
spesifik sehingga dapat mencari faktor yang mempengaruhi motivasi berhenti
merokok meliputi faktor efikasi diri, pengaruh orang tua , ekonomi, persepsi terhadap
ancaman penyakit dan kontrol diri. Sehingga dapat mengurangi angka perokok aktif
di Indonesia.
3. Profesi Keperawatan
Bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas senantiasa
memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok dan
program berhenti merokok untuk remaja agar angka merokok pada remaja dapat
berkurang.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait dalam pengolahan dan
proses analisis data, khususnya untuk siswa yang bersedia menjadi responden.

DAFTAR PUSTAKA
Alex. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Pictorial Health Warning
(PHW) Pada Kemasan Rokok Dengan Motivasi Berhenti Merokok Pada Siswa SMA
Santun. Jurnal Universitas Tanjungpura,1-20.

Amalia, D. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Usia 12-15 Tahun Di Desa Ngumpul. Jurnal Universitas Sebelas Maret, 78-
98.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta. PT


Rineka Cipta.

Bakri, M. 2017. Manajemen Keperawatan Konsep Dan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Professional.Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Budijanto, D. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Bustan, Najib. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta. PT Rineka
Cipta.
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.118

Departemen Kesehatan. 2014. Infodatin: Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia.


http://www.depkes.go.id diakses 30 Januari 2018

Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Donsu, J. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Hastono, S. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia.

Hutapea, R. 2013. Why rokok?. Jakarta. Bee Media Indonesia.

Jiwantoro, Y. 2017. Riset Keperawatan Analisis Data Statistic Menggunakan SPSS. Jakarta.
Mitra Wacana Media.

Kumboyono. 2011. Analisis Faktor Penghambat Motivasi Berhenti Merokok Berdasarkan


Health Belief Model . Jurnal Keperawatan Soedirman, 1-8.
Notoatmojdo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Pramesti, G. 2016. Kupas Tuntas Data Penelitian dengan SPSS 22. Jakarta. PT Elex Media
Komputido.

Rahmah, L.2015. Faktor Pendukung Dan Penghambat Intensi Remaja Berhenti Merokok.
Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Riau, 1195-1202.

Subliansyah. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Motivasi


Untuk Berhenti Merokok.

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Yusuf, Syamsu. 2015. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai