KEWARGANEGARAAN
Kelas : LA86
NIM : 2201789246
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Menurut P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Wajib Pajak itu sendiri sebagaimana telah diatur pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal
1 ayat 1 adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-perundangan perpajakan.
Subjek Wajib Pajak ada 4, yaitu:
1. Orang Pribadi;
2. Warisan yang belum terbagi;
3. Badan; dan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Uraikanlah pula “Dasar Ideologis” dari kewajiban membayar pajak berdasarkan nilai-
nilai dari setiap sila Pancasila dan berikan contoh-contohnya
Hubungan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab dengan pajak.
Hubungan ini tersirat dalam segi hukum dari pajak. Pajak selain harus memenuhi keadilan harus
juga sesuai dengan peradaban manusia khususnya peradaban yang terdapat di indonesia.
Keadilan yang merupakan salah satu syarat hukum dari pajak tercermin
dalam prinsip non diskriminasi, prinsip daya pikul, artinya bahwa orangdalam keadaan yang
sama harus dikenakan pajak yang sama dan
tidak dibenarkan mengadakan perlakuan yang berlainan terhadapnya tidak memandang bangsa
ideologi dan aliran lainnya.
Kemanusiaan artinya bahwa perlakuan terhadap wajib pajak harus secara manusiawi. Perlakuan
manusiawi tidak boleh melanggar hak asasi manusia dan harus layak bagi
manusia dan tindakan sewenang-wenangan terhadap
wajib pajak harus dihindarkan. Pungutan yang melampaui batas
sehingga tidak memungkinkan manusia hidup secara layak adalah melanggar kemanusiaan yang
beradab atau dapat dikatakan pajak yang memenuhi syarat-syarat kemanusiaan yang adil dan
beradab tidak saja tercakup dalam undang-
undang saja tetapi juga tersimpul dalam pelaksanaannya khususnya mengenai sikap pejabat yang
mempunyai tugas melaksanakan peraturan perpajakan
Hubungan sila ketiga persatuan indonesia dengan pajak.
sila ketiga dijabarkan dalam pajak karena pajak merupakan sumber keuangan utama untuk
mempertahankan persatuan yang telah diproklamasikan pada 8 agustus 1945 yang menjadikan
komitmen bangsa untuk membangun indonesia karena hidup suatu bangsa tergantung pada
adanya pendapatan negara yang merupakan jika untuk kelangsungan dan kesinambungan hidup
bangsa. Tanpa pendapatan yang sebagian besar berasal dari Pajak bangsa indonesia sebagai
persatuan yang nyata tidak mungkin tetap mandiri dan langsung hidup. Dengan cara berfikir
yang demikian maka pajak merupakan alat pemersatu bangsa yang mutlak
Hubungan sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dengan pajak.
Hal ini tercermin dalam pasal 23 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa semua pajak untuk
negara berdasarkan undang-undang. Kerakyatan mengandung arti bahwa rakyat dalam ikut
menentukan pajak tidak bertindak secara langsung melainkan melalui wakilnya dalam DPR yang
merupakan representati/ rakyat yang dipilih secara langsung dan demokrasi oleh rakyat itu
sendiri
Hubungan sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dengan pajak.
Pajak merupakan suatu alat untuk pembiayaan masyarakat yaitu untuk membiayai pengeluaran
untuk kepentingan masyarakat umum. Tidak semua orang bertempat tinggal di indonesia
membayar pajak tetapi hanya sebagian saja yang membayar. akan tetapi hasil yang diperoleh
dari pajak itu digunakan untuk kepentingan bersama juga untuk kepentingan rakyat yang tidak
membayar pajak. Di sinilah letak pemerataan dari pajak. Pembangunan yang sebagian besar
dibiayai dari hasil pajak dinikmati oleh seluruh rakyat indonesia tidak pandang apakah rakyat itu
ikut memikul beban pajak atau tidak