Anda di halaman 1dari 5

TUGAS CHARACTER BUILDING :

KEWARGANEGARAAN

Nama : Richard Jeremy

Kelas : LA86

NIM : 2201789246
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Pengertian Pajak Menurut Para Ahli.


Menurut Rifhi Siddiq
Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara dalam periode tertentu kepada
wajib pajak yang bersifat wajib dan harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara dan bentuk
balas jasanya tidak langsung.

Menurut Leroy Beaulieu


Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan
publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.

Menurut P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH


Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Menurut Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

“Dasar Konstitusi” dalam kewajiban membayar pajak

Wajib Pajak itu sendiri sebagaimana telah diatur pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal
1 ayat 1 adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-perundangan perpajakan.
Subjek Wajib Pajak ada 4, yaitu:

1. Orang Pribadi;
2. Warisan yang belum terbagi; 
3. Badan; dan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Uraikanlah pula “Dasar Ideologis” dari kewajiban membayar pajak berdasarkan nilai-
nilai dari setiap sila Pancasila dan berikan contoh-contohnya

Hubungan sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa dengan pajak


pajak yang dipungut oleh negara tidaklah bertentangan dengan Ketuhanan yang Maha Esa,
karena dalam Kitab suci agama yang diakui di indonesia. Tuhan juga memerintahkan manusia
untuk membayar zakat atau sepersepuluh untuk digunakan bagi kepentinganorang miskin atau
kepentingan masyarakat umum tanpa imbalan secara langsung.

Hubungan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab dengan pajak.
Hubungan ini tersirat dalam segi hukum dari pajak. Pajak selain harus memenuhi keadilan harus
juga sesuai dengan peradaban manusia khususnya peradaban yang terdapat di indonesia.
Keadilan yang merupakan salah satu syarat hukum dari pajak tercermin
dalam prinsip non diskriminasi, prinsip daya pikul, artinya bahwa orangdalam keadaan yang
sama harus dikenakan pajak yang sama dan
tidak dibenarkan mengadakan perlakuan yang berlainan terhadapnya tidak memandang bangsa
ideologi dan aliran lainnya.
Kemanusiaan artinya bahwa perlakuan terhadap wajib pajak harus secara manusiawi. Perlakuan
manusiawi tidak boleh melanggar hak asasi manusia dan harus layak bagi
manusia dan tindakan sewenang-wenangan terhadap
wajib pajak harus dihindarkan. Pungutan yang melampaui batas
sehingga tidak memungkinkan manusia hidup secara layak adalah melanggar kemanusiaan yang
beradab atau dapat dikatakan pajak yang memenuhi syarat-syarat kemanusiaan yang adil dan
beradab tidak saja tercakup dalam undang-
undang saja tetapi juga tersimpul dalam pelaksanaannya khususnya mengenai sikap pejabat yang
mempunyai tugas melaksanakan peraturan perpajakan
Hubungan sila ketiga persatuan indonesia dengan pajak.
sila ketiga dijabarkan dalam pajak karena pajak merupakan sumber keuangan utama untuk
mempertahankan persatuan yang telah diproklamasikan pada 8 agustus 1945 yang menjadikan
komitmen bangsa untuk membangun indonesia karena hidup suatu bangsa tergantung pada
adanya pendapatan negara yang merupakan jika untuk kelangsungan dan kesinambungan hidup
bangsa. Tanpa pendapatan yang sebagian besar berasal dari Pajak bangsa indonesia sebagai
persatuan yang nyata tidak mungkin tetap mandiri dan langsung hidup. Dengan cara berfikir
yang demikian maka pajak merupakan alat pemersatu bangsa yang mutlak

Hubungan sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dengan pajak.
Hal ini tercermin dalam pasal 23 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa semua pajak untuk
negara berdasarkan undang-undang. Kerakyatan mengandung arti bahwa rakyat dalam ikut
menentukan pajak tidak bertindak secara langsung melainkan melalui wakilnya dalam DPR yang
merupakan representati/ rakyat yang dipilih secara langsung dan demokrasi oleh rakyat itu
sendiri

Hubungan sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dengan pajak.
Pajak merupakan suatu alat untuk pembiayaan masyarakat yaitu untuk membiayai pengeluaran
untuk kepentingan masyarakat umum. Tidak semua orang bertempat tinggal di indonesia
membayar pajak tetapi hanya sebagian saja yang membayar. akan tetapi hasil yang diperoleh
dari pajak itu digunakan untuk kepentingan bersama juga untuk kepentingan rakyat yang tidak
membayar pajak. Di sinilah letak pemerataan dari pajak. Pembangunan yang sebagian besar
dibiayai dari hasil pajak dinikmati oleh seluruh rakyat indonesia tidak pandang apakah rakyat itu
ikut memikul beban pajak atau tidak

Anda mungkin juga menyukai