Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI APOTEK CARE 24

Tanggal : 02 November 2020 – 30 November 2020

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD DENI SAPUTRA

NISN (2019091)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA 16 FARMASI

BHAKTI NUSA KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI APOTEK CARE 24

Tanggal : 02 November 2020 –30 November 2020

Disusun Oleh :

MUHAMMAD DENI SAPUTRA (2019091)

DiSetujui Oleh :

Pembimbing Lapangan Pembimbing PKL

Liza Octiani, S.Farm.,Apt Fani Septiadeka,A.Md.Far

DiSahkan Oleh:

Kepala SMKS 16 Farmasi Bengkulu

Apt.Rhandy Ragan Kusuma,.S.Farm


KATAPENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita nikmat iman, nikmat sehat dan rahmatnya kepada kami semua.
Karena berkat kemudahan yang telah di berikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Prakerin di Apotek Care 24 yang di mulai pada tanggal
02 November– 30 November 2020 dan dapat di laksanakan dengan baik dan
benar.

Laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan) ini merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk Tenaga Kefarmasian tingkat Sekolah Menengah
Kesehatan Farmasi pada SMKS 16 Farmasi Bhaktinusa Kota Bengkulu dengan
harapan agar setiap calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) mendapat
pengalaman dan pengetahuan yang sebenarnya tentang peran dan tanggungjawab
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di Apotek Care 24

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rhagan(Apt.Rhandy Ragan Kusuma,.S.Farm) selaku Kepala SMKS


16 Farmasi Bengkulu
2. Ibu Fani Septiadeka,A.Md.Far Selaku pembimbing PKL
3. Mbak Ica (Liza Octiani, S.Farm , Apt) Selaku Pemilik sarana Apotek Dan
Apoteker Pembimbing Di apotek
4. Mbak Triza , Mbak Meta, Mbak Sari, Mbak Mey, Dan Mbak Refi Yang
telah bersedia memberikan bimbingan kepada kami.
5. Kepada Orang Tua kami Yang telah Mendukung kami Dalam
Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
6. Dan Semua rekan-rekan Kami Yang Telah Membantu dan Bekerja sama
dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Ini

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari betul bahwa laporan ini
masih banyak kekurangannya, dan juga tidak lupa pula penulis mohon maaf
apabila ada kesalahan kata ataupun kalimat di setiap penulis tulis. Sampaikan juga
kritik dan saran pada Laporan Kegiatan agar penulis dapat lebih menyempurnakan
Laporan PKL lainnya dimasa yang akan datang, semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.

Bengkulu , November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………........................ i

Lembar Pengesahan …………………………………….............………………......... ii

Kata Pengantar…………………………………………….............……..................... iii

Daftar Isi……………………………………………………...............…………...........iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………................................................ 1


1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)………………...............................................2
1.3 Manfaat Praktek kerja Lapangan (PKL...................................................................... 2

BAB II TINJAUAN UMUM INSTITUSI PASANGAN

2.1 Ketentuan Umum Tentang Apotik……………………............................................. 3

2.2 Tugas Dan Fungsi Apotik……………………………............................................... 4

2.3 Pendirian Apotik………………………………………............................................. 4

2.4 Pencabutan Izin Apotik……………………………….............................................. 5

2.5 Pengelolaan Sumber Daya Apotik…………………….............................................. 6

2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia…………..............………................ 6

2.5.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Perbekalan Kesehatan


Lainnya…………………………………….................................................. 6

a.Perencanaan……………………………………................................... 6

b. Pengadaan……………………………….............……….................... 7

c. Penyimpanan……………………………………................................. 8

d. Administrasi.......................................................................................... 9

e. Keuangan………………………………………….............................. 9
2.6 Pelayanan Di Institut pasangan………………………………...............………...... 10

2.6.1 Pelayanan Resep/Pesanan…………………………….............................. 10

2.6.2 Promosi dan Edukasi………………………………................…..............10

2.6.3 Pelayanan Residensial (Home Care)………………..................................10

2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep……………………................…................ 11

2.6.5 Pelayanan Narkotika ...........................…………….................................. 11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Waktu, Tempat dan Teknis Pelaksanaan…………………...................................... 14

3.2 Sejarah Institusi Pasangan ………………………................................................... 14

3.3 Tujuan Pendirian Institusi Pasangan …………….................................................... 14

3.4 Pengelolaan ………………………………………………...................................... 15

3.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM) …………………...............…….............. 15

3.4.2 Sarana dan Prasarana …………………………...............………............. 16

3.4.3 Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya


…………………………............................................................................. 16

a. Perencanaan…………………………………...............……................... 16

b. Pengadaan …………………………………...............……….................. 17

c. Penyimpanan……………………………………...............….................. 17

d. Administrasi…………………………………………................ 18

e. Keuangan……………………………………………................ 19

 Pemasukan……………………………………….................... 19
 Pengeluaran……………………………………....................... 19
3.5 Pelayanan ……………………………………………………................... 19
3.6 Perpajakan …………….……………………………………..................... 22
3.7 Evaluasi Mutu Pelayanan ……………………………………................... 23
3.8 Strategi Pengembangan............................................................................ 23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 24

4.2 Saran ....................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apotek merupakan salah satu lahan praktek yang berkaitan erat dengan
kegiatan dan pelayanan kefarmasian. Di apotek masyarakat bisa mendapatkan
pelayanan yang berhubungan dengan obat-obatan, selain itu juga diharapkan
dapat melakukan pengobatan sendiri yaitu melalui obat-obat bebas atau tanpa
resep dokter. Keberadaannya sangat menunjang bagi kelangsungan kesehatan
pasien. Pelayanan yang dilakukan di apotek antara lain adalah pengelolaan
obat yaitu perencanaan pembelian obat, pengadaan, pembelian, pelayanan dan
penyerahan obat kepada pasien serta pelaporan dan administrasi.

Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi


mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama
mengenyam pendidikan di Sekolah Farmasi. Kegiatan praktek ini sebagai
penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian sehingga
mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek
sehingga setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut
berguna bagi Siswa –Siswi Farmasi dan memberikan pengalaman dalam
mengetahui dan memahami tugas sebagai TTK ( Teknis Tenaga
Kefarmasian ) di Apotek.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)


a. TujunUmum
1. Memberikanpemahamanmengenaitugasdantanggungjawabseorang
Asisten Apoteker
2. Meningkatkan sistem proses pendidikandanpenelitiantemagakerja yang
berkualitasdanprofessional
3. Memberikankesempatanpadamahasiswauntukmenyesuaikandanmembia
sakandiripadasuasanakerja yang sebenarnya
b. TujuanKhusus
1. Memperluas, meningkatkan dan memantapkan keterampilan yang
membantu peserta didik untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mengenai kegiatan-kegiatan penyelengaraan program kesehatan
masyarakat secara menyeluruh ,baik ditinjau dari aspek administrasi
teknis maupun social.
3. Meningkatkan,memperluaskan dan menetapkan proses penyerapan
teknologi baru di lapangan pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
4. Menumbuh kembangkan dan memantapkan, professionalisme dan
nasionalisme yang diperlukan peserta didik untuk memasuki lapangan
pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendaptkan
pengalaman kerja yang nyata agar dapat menghasilkan tenaga farmasi
berwawasan luas yang mampu melakukan pelayanan kesehatan secara
profesional ,komulatif ,dan dapat bekerjasama lingkungan.
6. Untuk membandingkan teori yang didapat dengan praktek yang
dilaksanakan di lapangan.
7. Untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam dunia pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan kefarmasiaan di apotek Care 24..

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapagan ( PKL)

1. Mahasiswa dapat secara langsung menerapkan bekal ilmu dan


pengetahuan di dunia kerja yaitu pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan kefarmasian di Apotek.
2. Melatih calon ahli madya farmasi agar mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja.
3. Dapatmeningkatkan kualitas ilmu pengetahuan, keterampilan
pemahaman, kreativitas, serta kinerja praktek mahasiswa dalam
pelayanan kefarmasian di apotek.
BAB II

TUJUAN UMUM INSTITUSI TENTANG

INSTITUSI PASANGAN

2.1 Ketentuan umum tentang institusi pasangan

Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pekerjaan


Kefarmasian pasal 1 ayat 13 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Apotik adalah Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Dalam peraturan yang sama pasal 1 ayat 1
dijelaskan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi,pengamanan,pengadaan,penyimpan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan Obat , pelayanan Obat
atas resep Dokter, pelayanan informasi Obat, serta pengembangan Obat,
bahan obat dan obat tradisional. Pada pasal yang sama ayat 3 dijelaskan
bahwa Tenaga kefatmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dan
pada ayat 6 disebutkan pula bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian adalah
tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalaninpekerjaan kefarmasian,
ysng terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan
Tenaga Menengah Farmasi.

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu


mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi
pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah,
perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang
telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas
Kesehatan setempat.
Menurut PerMenkes RI No. 09 tahun 2017 yang dimaksud dengan Apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker dan Fasilitas kefarmasian

2.2 Tugas dan fungsi institusi pasangan


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian dijelaskan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah:
1. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan.
2. Apotek berfungsi sebagai sarana pelayanan yang dapat dilakukan
pekerjaan kefarmasian berupa peracikan, pengubahan benuk,
pencampuran dan penyerahan obat.
3. Apotek berfungsi sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus
menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata
4. Apotek berfungsi sebagai tempat pelayanan informasi meliputi:
5. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat.
6. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat
serta perbekalan farmasi lainnya.

2.3 Pendirian Institusi pasangan


Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin
Apotek (SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasamadengan
pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu
tempat tertentu.
Menurut KepMenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa
persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang n
bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan
harus siap dengan tempat.
2. Perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain
yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain
3. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
4. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar
sediaan farmasi.
Syaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu Persyaratan
Apotek antara lain :
1. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA).
2. Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat di peroleh
jika seorang apoteker memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki Ijazah Apoteker
b. Memiliki sertifikat kompentensi apoteker
c. Surat Pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker
d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter
yangmempunyai surat izin praktek
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan
pekerjaankefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja.
f. Setiap Tenaga Kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian
bekerja. Surat izin yang dimaksud adalah  berupa :SIPA bagi
Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian;
g. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan
kefarmasian
h. SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian
difasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran; atau
i. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

2.4 Pencabutan Izin Institusi Pasangan


Pencabutan izin Apotek dapat dilakukan apabila sesuai dengan hal-hal
dibawah ini , Yaitu :
1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketetuan yang telah di tetapkan
seperti ijazah yang terdaftar pada departemen kesehatan. Melanggar
sumpah atau janji sebagai Apoteker , tidak lagi memenuhi pesyaatan fisik
dan mental dalam menjalankan tugasnya, bekerja sebagai penangung
jawab pada Apotek atau industri farmasi lainnya.
2. Apoteker tidak menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan
farmasi yang bermutu dan terjamin.
3. Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik seperti dalam hal
melayani resep, memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat secara tepat, aman atau rasional .Bila Apoteker berhalangan
melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun berturut-turut
4. Bila Apoteke melanggar perundang-undangan Narkotika, Obat keras , atau
ketentuan lainnya
5. SIK ( Surat izin kerja ) di cabut atau,
6. PSA ( Pemilik Sarana Apotek ) terbukti terlibat dalam pelanggaran
prundang-undangan dibidang obat atau,
7. Apotek tidak memenuhi persyaratan yang tidak ditetapkan

2.5 Pengelolaan sumber institusi pasangan


2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku Apotek harus dikelola
oleh seorang Apoteker yang profesional dalam pengelolaan Apotek ,
Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan
memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat,
kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatakan diri sebagai
pemimpin dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber
daya secara efektif, selalu belajar sepanjang karier , dan membantu
memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.
2.5.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Perbekalan Farmasi
a. Perencanaan
Perencanaan pengadaan obat bertujuan untuk menetapkan jenis dan
jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah
ditetapkan.
Perencanaan pengadaan obat meliputi : Kegiatan penentuan jenis
perhitungan dan penetapan jumlah untuk setiap jenis obat yang akan
disediaakan dengan metode perhitungsn ysng telsh ditetapkan.
b. Pengadaan
Kebijakan pengelolaan Apotek terutama dalam pengadaan Barang,
Sangat menentukan keberhasilan Usaha , Tingkat laba dan kelancaran
jalannya Apotek. Tujuan Pengadaan Barang Adalah Untuk memenuhi
Kebutuhan pelangan dan dilakukandengan 3 Cara , Yaitu COD ( Cash
On Delvery ), Kredit, dan konsinyasi.
Pengadaan Barang meliputi perencanaan, pengadaan,
pelaksaan,perubahan pemantauan status pesanan pemeriksaan,
penerimaan dan pemeliharaan muru obat.Pesanan dengan cara
menyiapakan surat pesanan berdasarkan jenis obat yang akan dipesan
dan ditanda tangani oleh Apoteker ,kemudian dikirim kepada penyalur
.
Pemesanan Obat Non Nakotika dan Psikotropika ( Obat Bebas,
Obat Bebas Terbatas, Obat Keras, Dan Obat Generik ).
 Surat Pesanan Dibuat 2 Rangkap, Yaitu :
1. Warna putih ( asli ) dikirim ke PBF
2. Warna merah ( copy) sebagai arsip Apotek
Pemesanan untuk Obat Narkotika pemesananya langsung oleh
Apoteker ke PBF Kimia Farma dengan membawa SP dan dibayar tunai
setelah itu Obat Narkotika diterima di PBF kimia Farma.
 Pemesanan Narkotika yang dilakukan dibuat 4 Rangkap , Yaitu :
1. Warna putih ( Asli ) dikirim ke PBF
2. Warna merah ( Copy ) dikirik ke PBF
3. Warna kuning ( copy ) dikirim ke PBF
4. Warna biru ( copy ) dikirim ke PBF
 Pemesanan Obat Psikotropika yang dibuat rangkap 3 rangkap ,
Yaitu :
1. Warna putih ( asli ) dikirim ke pbf
2. Warna merah ( Copy ) sebagai arsip Apotek
3. Warna biru ( copy) sebagai arsip Apotek
Sebelum melakukan pemesanan Obst, Apoteker dibantu Asisten
Apoteker ( AA) mencatat kebutuhan barang dengan formula daftar
kebutuhan barang atau pengadaan pembelian farmasi, kemudian obat
dipesan ke pbf , bisa melalui via telephone atau sms ke sales PBF
tersebut, penerimaan dan penyimpanan barang di Apotek Care 24
yaitu :
1. Barang datang dari PBF,
2. Cek kesesuaian antaranatara surat pesanan dengan faktur dan
barangnya ( kecocokan nama barang, jumlah, no batch dan Ed ).
3. Cek kondisi barang ( rusak, pecah, tersegel/tidak).
4. Faktur ditanda tangani oleh Apoteker/ Asisten Apoteker ( AA)
dilengkapi dengan No SIK/SIA/NIP Serta diberi cap Apotek.
5. Faktur diambil satu lembar sebagai arsip di Apotek.
6. Cocokan harga yang sudah ada daftar dengan harga yang tertera
pada faktur baru, apakah ada kenaikan atau tidak.
c. Penyimpanan
Beberapa ketentuan dalam penyimpanan Obat,antara lain:
1. Serum, vaksin, suppos,dan obat-obatan yang mudah rusake atau
meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin.
2. Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam
lemari khusu untuk menghindari dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti penyalahgunaan obat-obat narkotika dan
psikotropika.
3. Penyimpanan Obat generik, disimpan dalam rak Obat yang
disusun secara alphabet dan sesuai khasiat untuk mempermudah
pengambilan saat diperlikan.
Adapun beberapa cara penyimpanan obat di Apotek antara lain :
1. Obat Bebas
Obat bebas yang dapat diserahkan secara bebas dan tanpa
resep dokter, tidak membahayakan bagi si pemakai.
Diberikan tanda lingkaran hijau garis tepi berwarna hitam.
Contohnya Paracetamol.
Penyimpanan oba bebas didalam etalase, pada ruangan
obat bebas dan disusun berdasarkan abjad atau disimpan
dalam lemari yang tidak terkena cahaya langsung dan bersih.

Gambar 1. Logo Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas
berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna
hitam.
Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita
sendiri.Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada
setiap takaran yang digunakan diberi batas
Selain itu terdapat pula tanda peringatan tersebut berupa
empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam
yang terdiri dari 6 macam yaitu P No. 1, P No. 2, P No. 3, P
No.4, P No. 5, P No. 6 sebagai berikut

P No. 1 P No. 2
Awas ! Obat keras Awas ! Obat keras
Bacalah aturan Hanya untuk kumur, jangan
pemakaiannya ditelan
P No. 3 P No. 4
Awas ! Obat keras Awas ! Obat keras
Hanya untuk bagian luar Hanya untuk dibakar
dari badan

P No. 5 P No. 6
Awas ! Obat keras Awas ! Obat keras
Tidak boleh ditelan Obat wasir, jangan ditelan

Gambar 2. Penandaan P1-P6

Penyimpanan oba bebas terbatas didalam etalase, pada ruangan


obat bebas dan disusun berdasarkan abjad atau disimpan dalam
lemari yang tidak terkena cahaya langsung dan bersih.

Gambar 3. Logo Obat


Bebas Terbatas
3. Obat Keras
Obat keras dengan daftar ”G” (Gevaarlijk) artinya adalah
berbahaya yang digunakan untuk pelayanan resep dokter,Obat
yang hanya boleh diberikan atas resep dokter.
Semua Obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat
disebutkan bahwa obat itu hanya obat boleh diserahkan dengan
resep dokter dengan ketentuan sebagai berikut :

a.semua obat yang dibungkus sedemikian rupa dipergunakan


secara parentral, baik dengan suntikan maupun dengan cara
merobek rangkaian asli jaringan.
b. semua obat baru, terkecuali apabila oleh departemen
kesehatan telah dinyatakan secaratertulis bahwa obat itu
tidak membahayakan.
c.semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras

Gambar 4. Logo Obat Keras


4. Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan
oleh Apoteker di apotek tanpa resep dokter dari dokter untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya. Peraturan mengenai Daftar Obat
Wajib Apotek tercantum dalam:

1. Keputusan Menteri Kesehatan nomor


347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi
Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.
2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor
924/MenKes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 2
3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1176/MenKes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 3
Penyerahan Obat Wajib Apotek (OWA) oleh Apoteker terdapat
kewajiban sebagai berikut :
1. Memenuhi batas dan ketentuan setiap jenis obat perpasien
yang disebut dalam Obat Wajib Apotek yang bersangkutan
2. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan
3. Memberikan informasi tentang obat meliputi dosis dan aturan
pakai, kontraindikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien.
Daftar Obat Wajib Apotek (OWA)

No 1 No 2 No 3
Aminophylin Supp Albendazol Alupurinol
Asam Mefenamat Clindamicin Aminophylin
Betametason Dexametason supositoria
Bisakodil supp Dexphantenol Asam Azeleat
Bromhexsin Ibuprofen Asam Fusidat
Dexchlorpheniramine Isoconazol Bromheksin
maleat Ketokonazole Diazepam
Dimenthinden maleat Methylprednisolon Diklofenak
Gentamisin SO4 Omeprazole natrium
Metampiron Piroxicam Gentamisin
Ranitidin

5. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama sesuai dengan nama
yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat
yang dikandungnya. Peraturan yang berlaku untuk obat generik,
antara lain adalah :
a. Rumah sakit wajib menyediakan obat essensial dengan nama
generik untuk kebutuhan pasien berobat jalan dengan rawat
inap.
b. Rumah sakit kelas A, B II, B I diharuskan formularium,
meliputi DOEN dan obat lain yang sangat diperlukan rumah
sakit.
c. Rumah sakit diwajibkan memiliki pedoman terapi dan komite
farmasi dan terapi.
d. Dokter yang bertugas dirumah sakit, puskesmas, dan unit
pelaksanaan teknis lainnya diharuskan menulis resep obat
essensial denagn nama generik bagi semua pasien.
e. Apotek wajib menyediakan obat dengan nama generik.
f. OGB mudah dikenali dari logo lingkaran hijau bergaris-garis
putih dengan tulisan ”Generik” di bagian tengah lingkaran.
Logo tersebut menunjukkan bahwa OGB telah lulus uji
kualitas, khasiat dan keamanan sedangkan garis-garis putih
menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai lapisan
masyarakat.

Gambar 6. Logo Obat Generik

5.Obat Narkotika
Narkotika merupakan salah satu obat yang diperlukan dalam
bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan untuk tujuan
pendidikan, pengembangan ilmu dan penerapannya.Narkotika
dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan
apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan ketat.
Gambar 5. Logo Obat Narkotika

Menurut UU RI No.35 tahun 2009 pasal 2 ayat 2 narkotika


dibagi menjadi tiga golongan yakni:

1) Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam ilmu terapi serta mempunyai potensi yang sangat
tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: MDMA,
Heroina, Kokain, Opium, dll.
2) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang
digunakan dalam pilihan terakhir dan digunakan dalam
terapi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta
memiliki potensi tinggi menimbulkan ketergantungan.
Contoh: Morfin, petidin, tebakon, dll.
3) Narkotika Golongan III
Narkotika yang digunakan dalam terapi/pengobatan dan
untuk pengembangan pengetahuan serta menimbulkan
potensi ringan serta mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Etil morfin, propiram, nikokodina, dll.

Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika dilakukan secara


khusus. Untuk penyimpanan narkotika diletakkan pada lemari
khusus yang tidak tembus cahaya, dengan ukuran 40x80x100cm
dan memiliki dua bagian dengan dua pintu serta lemari tersebut
diletakkan pada dinding.

Satu bagian untuk tempat penyimpanan stok dan dilengkapi


dengan kartu stok,bagian yang lain untuk menyimpan obat yang
digunakan sehari-hari dan dilengkapidengan kartu stok. Lemari
tersebut dikunci dan tidak diberi penandaan apapununtuk
menghindari pencurian

6. Obat Psikotropika

Psikotropika diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun


2009 dan. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
688/MENKES/VII/1997.Obat keras tertentu adalah zat
psikotropika alamiah maupun sentesis yang dalam penggunaannya
menimbulkan ketergantungan baik secara fisik maupun psikis dan
ada kemungkinan disalahgunakan.

Penggolongan Obat Psikotropika :

1. Dalam UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika,


Psikotropika Gol. I dan Gol. II di masukkan kedalam daftar
narkotika Gol.1
2. Psikotropika golongan III
Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan.Contoh: Pentobarbital, Amobarbital,
Flunitrazepam, dll.
3. Psikotropika golongan IV
Berkhasiat untuk pengobatan yang sangat luas, digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan.Contoh:Diazepam,Klobozam, Fenobarbital,
Klordiazepoksida, Nitrazepam dan lain-lain.
Gambar 6. Logo Obat Psikotropika

Obat psikotropika disimpan dalam rak tersendiri atau lemari


khusus yang berukuran 40x80x100 cm dan disusun menurut
alfabetis.Untuk kartu stok obat psikotropika disimpan di rak
khusus dan pengeluaran psikotropika diawasi melalui
pembukuan pengeluaran psikotropika.
d. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Apotek, perlu dilaksanakan
kegiatan Administrasi yang meliputi :
1. Administrasi umum meliputi :Pencatatan, pengarsipan, pelaporan
narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketetntuan yang
berlaku.
2. Administrasi pelayanan meliputi :Pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan
obat.
e. Keuangan
Dalam keuangan di Apotek ada beberapa hal yang mempengaruhi
keuangan, yakni seperti:
a) Penerimaan: berupa pekerjaan yang dilakukan diapotek sehingga
menghasilkan pendapatan di Apotek, kegiatan tersebur berupa: pelayan
resep dan pelayanan non resep. Sumber pendapatan secara umum
diperoleh dari hasil penjualan, dan modal dari apotek.
b) Pengeluaran: dalam apotek terdapat beberapa pengeluaran seperti biaya
rutin dari apotek. Biaya rutin yakni seperti: gaji karyawan, listrik,
telepon dan air.

b.6 Pelayanan di institusipasangan


2.6.1 Pelayananresep

SeorangAsisten Apoteker (AA) harus ramah, cepat,terampil dan pandai


dalam menghadapi pasien serta pandai berkomunikasi dengan pasien sehingga
pasien tidak segan untuk bertanya langsung tentang informasi yang diperlukan.
Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu Apotek, baik
terhadap penjualan obat, perbekalan farmasi maupun tentang informasi khasiat
dan mutu obat yang dibutuhkan pasien maupun komponen

2.6.2 Promosi dan edukasi


Berdasrkan PerMenKes RI No 15 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Apotek menyebutkan bahwa dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan
edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan
penyebaran leaflet/brosur,poster penyuluhan dan lain-lainnya.

2.6.3 Pelayananresidensial (Home Care )


Dalam PerMenKes RI No 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Apotek menyebutkan bahwa Apoteker sebagai care giver
diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat
kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan ( medication record) .
Salah satu bentuk pengawalan proses pengobatan pada pasien dari awal
sampai sembuh dengan cara:
1. Melakukan kontak kepada pasien tentang:
a. Bagaimana keadaan penyakit yang diderita selama pengobatan.
b.  Melakukan pemantauan terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat.
c. Memberikan motivasi-motivasi untuk menumbuhkan kesadaran hidup
sehat (Healthy Habit).
2. Kunjungan rumah, meliputi:
a. Bagaimana keadaan penyakit yang diderita selama pengobatan.
b. Melakukan pemantauan terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat.
c. Dalam memberikan motivasi-motivasi untuk menumbuhkan
kesadaran hidup sehat (Healthy Habit).

2.6.4 Pelayananobattanparesep
Pelayanan ini seperti pelayanan obat bebas, obat bebas terbatas pelayannya
lebih sederhana di bandingkan dengan pelayanan terhadap resep dokter.
Petugas dapat langsung mengambilkan obat yang diminta oleh konsumen
setelah harga disetujui. Kemudian langsung dibayar pada kasir dan dicatat pada
buku penjualan bebas oleh kasir. Pada saat pergantian shif, kasir akan
menghitung jumlah uang yang masuk dan diserah terimakan dengan petugas
berikutnya.

2.6.5 PelayananNarkotika
Sesuai dengan Undang-undang kesehatan No. 36 tahun 2009 pada pasal 102
(1) yang menyebutkan bahwa penggunaan sediaan farmasi yang berupa
Narkotika dan psikotropoka hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter
atau dokter gigi dan dilarang untuk di salahgunakan. Maka dari itu, pada
peraturan perundang-undangan No. 35 tahun 2009 tentang narkotika,
pengelolaan obat narkotika memerlukan penangan khusus, dimana Narkotika
hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan karena obat narkotika ini dapat menimbulkan
ketergantungan apabila digunakan tanpa pembatas dan prngawasan yang
seksama. Dalam menghindari penyalahgunaan obat-obatan ini, maka
pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap obat goongan Narotika
mulai dari pemesanan sampai dengan pemakaianya dan Apoteker pengelola
Apotek diharuskan membuat laporan pemakaian dan pemusnahan Narkotika
ini. Pengawasan ini meliputi :
1. Pemesanan Narkotika

Gambar 1. Logo Obat Narkotika

Pemesanan obat golongan Narkotika dilakukan dengan surat pesanan khusu


dan harus ditanda tangani oleh Apoteker pengelola Apotek dengan
mencantumkan nama Jelas, Nomor SIK, serta stempel Apotek. Surat pesanan
ini dibuat rangkap 4 (3 lembar untuk penyalur dan 1 lembar untuk arsip
Apotek). Narkotika hanya dapar disalurkan oleh industri farmasi dan
pedagang besar farmasi yang telah memiliki izin khusus penyaluran
Narkotika dan Menteri.
a. Penerimaan Narkotika
Dalam penerimaanya, Obat Narkotika harus dilakukan oleh APA.
b. Bila berhalangan dapat dilakukan oleh Asisten Apoteker melalui surat
kuasa untuk penerimaan obat Narkotika
c. Bukti penerimaan Narkotika dan OKT harus di tanda tangani oleh
APA dengan mencantumkan Nomor SIK dan stempel Apotek.
2. Penyimpanan Narkotika 
Menurut PerMenKes No. 28/Menkes/Per/1/1978 Diatur bahwa Apotek
harus mempunyai lemari khusus untuk penyimpanan obat- obat golongan
Narkotika dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Tempat tersebut seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lainnya serta
mempunyai kunci yang kuat
b. Tempat penyimpanan tersebut dibagi dua dan diberi kunci yang
berlainan pula. Bagian pertama untuk menyimpan morphine,
pethidine, dan garam-garamnya, serta sediaan lainnya. Sementara itu
bagian keduanya digunakan untuk menyimpan persediaan Narkotika
sehari-hari.
c. Lemari tersebut tidak boleh digunakan untuk menyimpan bahan-bahan
lain dan harus diletakan di tempat aman serta tidak terlihat oleh
umum. Kunci dari tempat tersebut harus dipegang oleh satu orang.
Apabila tempat tersebut berupa lemari yang berukuran kurang dari 40
x 100 cm, maka harus dibuat pada tembok atau lantai.
3. Penjualan Narkotika
Obat Narkotika hanya boleh diserahkan dengan resep dokter dan tidak
boleh diulang hanya berdasarkan salinan resp saja. Apabila resep itu
ditebus sebagian, maka sebagian lagi juga harus ditebus pada Apotek
yang sama dalam resep peracikannya. Obat Narkotika digaris bawahi
dengan tinta merah dicatat dalam pemakaian Narkotika dengan
mencantumkan tanggal penyerahan, nomor resep, nama, dan alamat
pasien, nama dan alamat dokter, serta jumlah obat Narkotika yang
diminta.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Waktu, Tempat, danteknispelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan pada


tanggal 02 November 2020 – 30 November 2020 di Apotek Care 24, yang
berlokasikan Dijalan Mayjend sutoyo. 30 A RT/RW 03 Kel. Tanah patah
.Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Care 24 dilaksanakan pada pukul
08:30 – 14:00 WIB & 14:00 – 20:30 WIB Setiap hari senin – sabtu.

3.2 SejarahInstitusiPasangan

Apotek Care 24 iniberdiri pada tahun 2017 yang berlokasi di Jalan Mayjend
Sutoyo No.30 A Tanah patah Bengkulu dengan Surat Izin Apotek (SIA) :
500/51/SIPA/DPMPTSP/X/2018. Apotek Care 24 berstatus Usaha perorangan,
Dimana Pemilik Sarana Apotek (PSA) dan Penanggung Jawab Apotek (PJA)
Adalah Ibu Liza Octiani, S.Farm.,Apt.

3.3 TujuanPendirianInstitusi pasangan


1. Sebagai tempat pengabdian seorang Apoteker yang telah mengucapkan
Sumpah Jabatan Apoteker
2. Sebagaisarana penyaluran perbekalan farmasi dan harus mengedarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
3. Sebagai sarana penyaluran kesehatan yang menyalurkan kesehatan yang
menyalurkan obat perbekalan farmasi lainnya secara merata dengan harga
yang terjangkaubagimasyarakat.
4. Sebagai sarana masyarakat sebagai tempat pelayanan informasi mengenai
sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
5. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi
masyarakat.

3.4 Pengelolaan

3.4.1 Sumber daya manusia (SDM)


Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar
profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,
kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan
membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.

Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Apotek setdak-tidaknya adalah


Pemilik Sarana Apotek (PSA), Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten
Apoteker.

STRUKTUR ORGANISASI DIAPOTEK CARE 24:

PSA

Liza Octiani ,
S.Farm.,Apt

APJ

Liza Octiani,
S.Farm.,Apt

AA Admin

3.4.2 Sarana dan Prasarana


Sarana dan Prasarana di Apotek Care 24 sudah cukup lengkap dan dalam
keadaan baik yang meliputi :

a. Sarana
1) Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud paling memiliki sarana ruang
yang berfungsi.
2) Tempat parkir, yang terletak dibagian depan pada Apotek Care 24 .
3) Ruang tunggu, berada pada sisi depan tempat swalayan.tempat duduk
yang disediakan dari Apotek untuk Pengunjung/konsumen agar dapat
menunggu obat yang dibeli/resep yang akan ditebus.
4) Penerimaan resep
5) Pelayanan resep
6) Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
7) Konseling
8) Penyimpanan sediaan farmasi dam alat kesehatan
9) Arsip

b. Prasarana
1) Instalasi Air bersih
2) Instalasi Listrik
3) Sistem tata Udara
4) Sistem proteksi kebakaran

3.4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya


a. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di Apotek care 24
dilakukan berdasarkan pola kombinasi. Proses perencanaan dimulai dari
tenaga teknis kefarmasian melakukan pengecekan secara langsung
tergadap jumlah barang yang mendekati buffer stock (terutama barang
yang fast moving) dan selanjutnya dicatat dikertas pemesanan (Defecta)
yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan pembelian. Pembelian
dilakukan berdasarkan jenis surat pesanan dan melalui PBF ysng resmi.
Kemudian, pesanan yang tercantum pada buku defecta akan dikaji
kembali oleh Apoteker. Setelah disetujui Apoteker membuat satu
dokumen pemesanan barang yang ditujukan untuk masing-masing PBF.
b. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di Apotek Care 24
dilakukan oleh APA yang meliputi pengadaan obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras, prekursor, obat-obat tertentu dan alkes. Kegiatan
pengadaan obat dan pembekalan kesehatan di Apotek Care 24 sudah
sesuai dengan SOP karena di Apotek Care 24 kegiatan pengadaannya
sudah melalui jalur resmi undang-undang dikelompokan menjadi
1. Pembelian rutin
Pembelian rutin dilakukan setiap hari berdasarkan daftar barang
yang kosong atau mencapai stok minimal. Perencanaan dilakukan
dengan menggunakan surat pesanan.
2. Konsinyasi
Konsyiyansi adalah pengadaan barang yang tidak langsung
dilakukan pembayaran secara tunai. Suppliner akan menitipkan
produk di Apotek Care 24 untuk dijual. Setiap periode tertentu,
supplier akan memeriksa dan melakukan penagihan untuk barang-
barang yang sudah terjual. Contoh barang konsinyasi di Apotek Care
24 adalah Listerine dan milagross.
c. Penyimpanan
Perbekalan farmasi yang telah diterima dari PBF diberi harga terlbih
dahulu lalu diletakan berdasarkan FIFO (first in first out) dan FEFO (first
expired first out). Kegiatan penyimapan perbekalan farmasi dilakukakan
berdasarkan sistem penyimpanan obat sesuai standar yang ditetapkan
oleh Apotek Adapun di Apotek Care 24 disusun, yaitu diletakan
berdasarkan jenis sediaan, berdasarkan golongan obatnya dan
berdasarkan abjad dan farmakologinya. Obat generik, Obat paten, Obat
tetes, obat hormonal, Syrup dan obat suppositoria berada di ruangan
belakang dan untuk obat suppositorial berada di dalam lemari pendingin.
Untuk obat Narkotika dan Psikotropika Apotek Care 24 tidak
menyediakan obat-obatan tersebut. Untuk obat-obatan yang disimpan
dalam suhu terkendali di dalam lemari pendingin yang juga terdapat
didalam gudang obat, Alat kesehatan, bahan obat dan gudang obat
generik juga diletakan didalam gudang obat . Penataan obat bebas dan
obat bebas terbatas diletakan dibagian etalase dalam dan sebagian di
etalase OTC/ swalayan. Untuk salep, injeksi, dan larutan elektrolit
diletakan di etalase bagian dalam dan tertutup.
d. Administrasi
Pengelolaan Administrasi di Apotek Care 24 sudah cukup baik,
Pembayaran nya juga menggunakan software, yaitu melalui
komputerisasi dimana barang datang di input melalui komputer dan harga
sudah otomatis tersimpan.Dan juga Administrasi di Apotek Care 24
dipegang oleh Admin di Apotek. Apabila ada orang dari PBF datang
untuk menagih pembayaran maka mereka harus konfirmasi dulu ke
Adminnya terus Admin konfirmasi ke Apoteker nya. Tujuan dari
Pelaksanaan Administrasi Adalah Dengan adanya administrasi
pembukuan dapat melihat dan mengontrol seluruh kegiatan yang ada di
apotek.
Administrasi Pembukuan di Apotek meliputi :
1) Buku kas Adalahsebuah buku yang digunakan untuk mecatat
pemasukan dan pengeluaran keuangan secara normal.
2) Buku Pencatatan barang adalah buku yang digunakan untuk mencatat
barang-barang yag dikirim berdasarkan faktur barang yang
bersangkutan, yang mengisi buku ini adalah Asisten Apoteker (AA)
yang telah diberi wewenang kemudian barang yang diterima harus
dicek terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan.
3) Buku pencatatan resep adalah buku yang digunakan untuk mencatat
resep yang masuk ke Apotek yang harus ditulis oleh Asisten Apoteker
( AA)
4) Buku defecta yaitu buku pencatatan apabila ada seorang pasien
membeli obat dan obatnya lagi kosong , obat tersebut di catat dalam
buku defecta.
5) Dan juga ada buku pemindahan karena Apotek Care 24 memiliki 2
cabang yaitu Apotek Care 24 di tanah patah dan yang di UNIB jadi
setiap Apoteker mengambil Barang Obat Yang ada di Apotek Care 24
yang ditanah patah menuju ke UNIB barang obat tersebut di catat di
dalam buku pemindahan.
e. Keuangan
Dalam Keuangan di Apotek Care 24 di pegang oleh PSA nya sendiri,
beberapa tugas yang dilakukan seperti menghitung/ kalkulasi biaya obat
dan resep dikerjakan oleh Asisten Apoteker . Ada dua komponen dalam
keuangan yakni :
1) Pemasukan, Biaya keuangan dari beberapa obat dan resep yang
diterima dari pasien/konsumen dapat dikatakan pemasukan dalam
keuangan di Apotek, pemasukan setiap hari bertambah dan menjadi
kas bagi Apotek.Pendapatan di Apotek Care 24 tidak menentu
karena itu tergantung dari banyaknya pelanggan yang datang ke
Apotek dan juga di Apotek Care 24 ini buka 24 jam jadi disana
memiliki 3 shif yaitu : shif pagi , shif sore dan shif malam. Jadi saat
pertukaran shif Asisten Apoteker menghitung berapa banyak uang
yang mereka dapat dan Laporan ke Apoteker .
2) Pengeluaran, Pengeluaran di Apotek Care 24 dapat terjadi beberapa
transaksi di Apotek seperti Gaji karyawan, Listrik, Telepon, Air,
Pajak, dan pembayaran terhadap distributor.

3.5 Pelayanan
1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis kepada Apoteker pengelola Apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita atau Pasien dari Dokter,
Dokter Gigi, atau Dokter hewan yang diberikan izin berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku. Resep harus ditulis dengan jelas dan
lengkap dan Apotek harus menyerahkan obat ke pasien sesuai dengan yang
ditulis dalam resep, Resep harus memuat :
a. Skrining Resep
Scrining Resep Meliputi :
 Nama, SIP, dan Alamat Dokter
 Tanggal penulisan resep
 Nomor Telepon
 Tanda Resep penulisan di awal R/
 Nama Obat, kekuatan Obat, jumlah Obat
 Nama, Alamat, Umur, Jenis kelamin, iter, dan berat badan pasien
 Tanda tangan/ paraf dokter
b. Kesesuaian Farmasetis
Kesesuaian Farmasetis Meliputi:
 Bentuk Sediaan
 Stabilitas Obat
 Inkompatibilitas
 Cara pemberian
 Jumlah dan aturan pakai
c. Pertimbangan Klinis
Pertimbangan klinis meliputi
 Indikasi
 Kontra Indikasi
 Adanya Efek samping
 Dosis
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
Dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
2. Pelayanan Obat Bebas dan Obat bebas terbatas
Pelayanan obat di Apotek Care 24 juga meliputi pelayanan obat bebas dan
obatbebas terbatas dimana obat tersebut dapat diberikan tanpa resep dokter.
Prosedur pelayanan obat bebas dan bebas terbatas yaitu:
a) Pasien datang ke Apotek untuk membeli Obat
b) Data tersebut di input ke komputer dan diperiksa harganya oleh
Asisten Apoteker / Apoteker
c) Lalu persetujuan harga oleh pasien
d) Obat disediakan dan diserahkan Oleh Apoteker/ (AA) dengan
memberikan Informasi penggunaan Obat.
3. Pelayanan Obat Psikotropika dan Narkotika
Pelayanan obat Psikotropika dan Narkotika harus menggunakan resep asli.
Salianan resep Psikotropika hanya dilayani apabila resep asli disimpan oleh
Apotek.Tetapi di Apotek Care 24 tidak menjual Obat psikotropika dan
Narkotika.
4. Pelayanan UPSD (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)
Prosedur pelayanan obat Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) tidak
berbeda dengan pelayanan obat bebas dan obat bebas terbatas, yang meliputi
pasien datang ke Apotek, terkadang pasien berkonsultasi dahulu dengan
Apoteker atau Asisten Apoteker tentang keluhan atau obat apa yang cocok
kemudian dilihat ada atau tidaknya persediaan obat, data di input ke
komputer dan diperiksa harganya oleh Apoteker / Asisten Apoteker, lalu
ditanyakan kepada pasien apakah setuju atau sebaliknya, jika pasien setuju
maka dilakukan pembayaran kemudian obat disiapkan dan diserahkan oleh
Apoteker/ Asisten Apoteker dengan memberikan KIE kepada pasien
5. Pelayanan Alat Kesehatan
Apotek Care 24 melayani penjualan dan pengadaan alat kesehatan serta
keperluan ibu dan bayi.
Alkes yang ada di Apotek Care 24 :
1. Tongkat
2. Kassa steril
3. Termometer digital
4. Masker
5. Handscoon
6. Handsainitaizer
7. Spuit
3.6 Perpajakan
Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan apotek mengacu
kepada Undang – undang RI No. 6 tahun 1983 sebagai mana telah di rubah
terakhir dengan UU RI No.16 Tahun 2000. Ketentuan yang dimaksud adalah
1. Tahun Pajak
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun
kalender.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)Adalah suatu sarana
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenalan
identitas diri atau identitas wajib pajak.
2. Surat Pemberian (SPT)
Adalah surat yang oleh wajib pajak dipergunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan secara garis besar SPT di
bedakan menjadi 2 yaitu :
a) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang dalam suatu
masa pajak atau pada suatu saat (tiap bulan). Surat setoran Pajak atau
(SSP) atau APT masa macam pajak lainnya, PPh Pasal 21 PPh Pasal 22,
PPh Pasal 23, PPh pasal 25, PPh pasal 26.
b) SPT tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang dalam suatu
tahun pajak. Ada beberapa jenis SPT tahunan, yaitu : badan, orang
pribadi ( perseorangan). Sanksi terhadap keterlambatan atau tidak
menyampaikan SPT adalah denda sebesar Rp. 50.000,00 untuk SPT
masa dan denda sebesar Rp. 100.000,00 untuk SPT tahunan.
3. Surat Setoran Pajak
Surat setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas
Negara melalui kantor pos dan atau Bank Badan Usaha milik Pemerintah
atau tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan.
4. Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
PPh 21 mengatur pajak pribadi atau perorangan besarnya PPh pasal 21
adalah berdasarkan penghasilan neto dikurangi penghasilan tidak kena
pajak (PTKP) Pajak itu dikenakan pada karyawan tetap yang mempunyai
gaji melebihi PTKP. Yang termasuk PPh 21 adalah penghasilan berupa
gaji upah dan honorarium. Keterlambatan pembayaran dikenai denda
sebesar Rp. 50.000,00 ditambah 2% dari nilai pajak yang harus
dibayarkan. berdasarkan PerMenKes RI No. 564/KMK/2003 tanggal 29
November besarnya PTKP dan pelaksanaannya berdasarkan surat Direktur
Pajak No. 5-03/PJ43/2006 tentang Perlakuan PPh Pasal 21.
3.7 Evaluasi Dan Mutu Pelayanan
Evaluasi terhadap pelayanan kefarmasian di apotek diadakan setiap satu
bulan sekali biasanya setiap akhir bulan dan termasuk dalam agenda rapat
bulanan. Hasil evaluasi dapat berupa diterbitkannya aturan baru dan lain-lain.
Evaluasi dapat pula dilakukan secara mendadak apabila ada complain dari
pasien. Jadi, permasalahan yang mengakibatkan complain tersebut dapat
langsung diselesaikan. Hal ini dilakukan untuk kepuasan pasien dan menjaga
citra dari apotek .
3.8 Strategi Pengembangan
Dalam mengembangkan strategi pengembangan apotek Care 24 pelayanan
dari petugas yang cepat dan ramah adalah strategi yang paling utama dalam
pengembangan apotek Care 24 Selain itu dilengkapi dengan dokter praktek,
meliputi Dokter Umum.
Di ruang tunggu di sediakan televisi sebagai hiburan, diberikan AC (Air
conditioner), kipas angin agar udara lebih sejuk dan untuk menjaga suhu
ruangan agar tetap stabil untuk menyimpan obat, menjual minuman dingin,
serta selalu menjaga kebersihan apotek.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapangan SMKS 16 Farmasi bhaktinusa Kota
Bengkulu kami dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini sangat bermanfaat bagi
kami  karena dapat menambah keterampilan, pengetahuan dan wawasan u
ntuk calon Tenaga Teknis Kefarmasian dalam bidang kesehatan khususny
a obat-obatan.
2. Sistem administrasi dan pelayanan di Apotek Care 24 ini sangat baik.
3.  Keberadaan Apotek Care 24 Ini sangat membantu masyarakat dalam
melakukan pelayanan kesehatan karena terdapat pada tempat yang
strategis

4.2 Saran

Diharapkan kepada Apotek Care 24 dapat mempertahankan dan


meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat yang telah dicapai selama
ini dan lebih meningkatkan hubungan kerja sama antar sesama.

1. Saran untuk SMK-S 16 Farmasi Bhakti Nusa Bengkulu


a. Sekolah hendaknya lebih menyiapkan lagi kemampuan siswa
sebelum praktek di dunia kerja.
b. Adanya kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia kerja
sehingga terjadi sinkronisasi materi yang diajarkan di sekolah dan
proses pembimbingan di tempat praktek
c. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini akan lebih terarah apabila
disusun suatu jadwal yang harus dikerjakan siswa / siswi selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
d. Pihak sekolah agar dapat memantau kegiatan siswa yang sedang
melaksanakan PKL secara intensif sehingga segala kesulitan yang
timbul dapat dipecahkan bersama.
e. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) hendaknya dilaksanakan
lebih lama lagi agar siswa dan siswi yang magang bisa mendapatkan
pengalaman lebih banyak lagi
2. Saran untuk Apotek Care 24
a. Meningkatkan pelayanan terhadap pemberian informasi obat dan
konseling kepada pasien.
b. Mempertahankan sistem kefarmasian yang telah dilaksanakan dengan
baik agar pasien tetap mendapat kepuasan dalam menebus resep atau
obat.
c. Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi.
DAFTAR PUSTAKA

ISO Indonesia Volume 45, tahun 2010-2011.

Manajemen Farmasi, Sekolah Menengah Farmasi kelas XI, edisi 2004.

PerMenKes RI No. 09 Tahun 2019 Tentang Apotek

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 pasal 1 ayat 13 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian

Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

PerMenKes RI No. 15 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Apotek.

PerMenKes RI No. 35 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Apotek.

KepMenKes RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang persyaratan pendirian


Apotek.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Peraturan Perundang-undangan No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika

Peraturan Perundang-Undangan Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 

PerMenKes No. 28/MenKes/Per/1/1978 Lemari penyimpan obat Narkotika

Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 Dasar Hukum ketentuan umum dan tata
cara perpajakan Apotek.

Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2000 Dasar hukum ketentuan umum dan tata
cara perpajakan Apotek.
L

N
Lampiran 1. Pergerakan stok/ kartu stok
Lampiran 2. Copy resep
Lampiran 3. ETIKET

 Etiket putih : Untuk pemakaian dalam

 Etiket Biru : Untuk pemakaian Obat luar


Lampiran 4. FAKTUR
Lampiran 5. SURAT PESANAN
Lampiran 6. SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR
Lampiran 7. KWITANSI
Lampiran 8. Laporan Penggunaan obat Narkotika dan psikotropika

Anda mungkin juga menyukai