Anda di halaman 1dari 10

ASPEK ENDAPAN (SCALING) PADA RENCANA PLTP SIKLUS BINARI DI

LAPANGAN PANAS BUMI DIENG, JAWA TENGAH

Didi Sukaryadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan
Konservasi Energi
Jln. Ciledug Raya Kav.109, Cipulir, Kebayoran Lama, Ciledug, Jakarta Selatan 12230
dd_p3tek@yahoo.co.id

Abstrak
Endapan (scaling) merupakan masalah yang sering ditemukan pada pembangkit listrik siklus
binari, dikarenakan temperatur limbah air panas bumi (brine) yang digunakan sebagai sumber
energi sudah pada titik kritis saturasinya, sehingga jika terjadi penurunan tekanan akan mudah
sekali terbentuk endapan. Oleh karena itu sebelum digunakan untuk membangkitkan listrik
perlu diketahui potensi dan kondisi-kondisi yang dapat mempercepat terjadinya endapan sebagai
dasar untuk pengoperasian PLTP Siklus binari. Perhitungan potensi terjadinya endapan (silika,
anhidrit dan kalsit) dari brine yang direncanakan akan digunakan sebagai sumber energi pada
PLTP siklus binari dilakukan pada kondisi tekanan reservoir kemudian di flash ke tekanan 9,86
bar, 7 bar, 4 bar, dan 1,2 bar. Pengambilan sampel brine dilakukan di PAD sumur HCE-28 dan
PAD sumur HCE-7. Hasil analisis dan perhitungan mengindikasikan bahwa potensi terjadinya
endapan silika (SiO2) sebesar 140 mg/kg air, anhidrit (CaSO 4) sebesar <50 mg/kg air dan tidak
berpotensi terjadi endapan kalsit (CaCO 3). Penambahan asam sulfat menyebabkan
meningkatnya potensi endapan anhidrit, sebaiknya sebelum diinjeksikan kembali ke dalam
reservoir pH brine dinormalkan dengan menambahkan NaOH.
kata kunci: endapan, brine, siklus binari

PENDAHULUAN
Lapangan panas bumi Dieng terletak di Dieng Plateau. Lapangan panas bumi ini dikelola oleh
PT. Geo Dipa Energy yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak bulan
Agustus 2001.
Survey sumberdaya panas bumi di Dieng Plateau dimulai pada Tahun 1970 an. Di Tahun 1994,
California Energy International (CEI) di Amerika Serikat United State menandatangani kontrak
untuk pembangunan konstruksi PLTP Dieng kapasitas 150 MW hingga Tahun 2001, dan Unit 1
(60MW) diselesaikan pada Tahun 1998.
Sumur-sumur lapangan panas bumi Dieng memproduksi fluida 2 fasa dengan temperatur kepala
sumur berkisar 180 – 200oC. Fluida panas bumi lapangan Dieng banyak mengandung
komponen kimia seperti Ca, K, Sio2, Mg dll yang pada kondisi tertentu dapat mengendap dan
mengganggu kinerja pembangkit. Fasa uap dan air fluida panas bumi ini dipisahkan di separator
pada tekanan dan temperatur tinggi untuk menghindari terjadi endapan. Fasa uap dialirkan ke
turbin untuk menggerakkan turbin kapasitas 60 MW sedangkan fasa air dialirkan ke kolam
penampungan dan dilakukan treatment sebelum diinjeksikan kembali ke dalam reservoir.

Latar Belakang
Fasa air (brine) di Dieng sampai saat ini belum dimanfaatkan, hanya ditampung di kolam agar
terjadi endapan silika akibat turunnya temperatur untuk kemudian diinjeksikan kembali melalui
sumur injeksi setelah dicampurkan dengan asam sulfat (H 2SO4).
Berdasarkan data teknis, brine ini masih memiliki temperatur sekitar 175 – 179,9 oC dan
tekanan keluar separator berkisar 10,2 – 10,8 bara dengan asumsi dryness : 30 - 40% maka
fluida yang keluar sekitar 11,25 ton/jam air dan tekanan Indeks Saturasi Silika, P ssi (silica
saturation index pressure) berbeda-beda untuk masing-masing sumur, yaitu 11 – 25 bara. Pssi
adalah tekanan operasi minimal agar endapan silika tidak terbentuk.
Ekstraksi panas dari air panas bumi bertemperatur tinggi biasanya terkendala dengan adanya
endapan silika ketika temperatur air menurun. Menurunkan atau bahkan menghilangkan
endapan silika dengan penanganan air yang tepat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya panas bumi temperatur tinggi.
Temperatur fluida reservoar di kepala sumur biasanya antara 160° and 250°C tergantung
pada tekanan kepala sumur. Pendinginan selanjutnya bisa terjadi karena konduksi
dipermukaan, terutama jika air dilewatkan melalui heat exchangers.
Mineral silika mempunyai prograde solubility dan selama pendinginan, biasanya antara
100° dan 200°C, kondisi jenuh dicapai berkenaan dengan silika amorphous. Laju
pengendapannya cepat dan berpotensi mengendap di fase ini jika air didinginkan di bawah titik
jenuhnya. Untuk menghindari terjadinya endapan silika amorphous, biasanya air panas bumi
dibuang pada temperatur di atas temperatur jenuh silika amorphous, misal di injeksi ke dalam
sumur injeksi. Cara pembuangan air seperti ini merupakan pemanfaatan energi yang tidak
efisien. Contoh pengalaman di Nesjavellir, Iceland, menunjukkan bahwa ekstraksi panas secara
efisien dari air separasi sangat mungkin dilakukan tanpa menimbulkan endapan silika4). Dengan
menggunakan heat exchangers yang terdiri dari pipa-pipa berdiameter kecil dan dinding yang
tipis, air separasi dapat didinginkan secara cepat,waktu tinggalnya sebentar, pengalaman
menunjukkan sehingga tidak cukup waktu untuk terjadinya endapan silika. Cara ekstraksi air
buangan ini tidak memecahkan masalah pembuangan dengan injeksi.
Dua macam proses yang melibatkan aqueous silica cenderung terjadi di silika amorphous
larutan lewat jenuh (over-saturated solution). Pertama, terdapat kecenderungan untuk air
mengendapkan silika amorphous langsung di permukaan. Kedua, silika cenderung mengalami
polimerisasi dan membentuk koloid yang dapat bertahan dalam larutan untuk waktu yang lama.
Silika polymeric mempunyai kecenderungan kecil untuk mengendap dari larutan dibandingkan
silika monomerik.

Tujuan
Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar potensi endapan (silika, kalsit dan
anhidrit) yang terjadi jika brine dari sumur- sumur panas bumi Dieng dimanfaatkan untuk PLTP
siklus binari.

METODOLOGI
Contoh brine (fluida air panas bumi) di ambil di silencer dan outlet separator pada Pad sumur
HCE-28 dan HCE-7.
Perhitungan potensi endapan silika, kalsit dan anhidrit dilakukan dengan metoda heat and mass
balance yang di flash pada tekanan 9,86 bar, 7 bar, 4 bar, 1,2 bar dan 1 bar.
Teori Dasar
Kinetika Polimerisasi Silika
Kinetika polimerisasi silika tergantung pada beberapa faktor seperti pH larutan, kekuatan ionik,
dan temperatur (Chan, 1989; Weres et al., 1981; Rothbaum and Rohde, 1979; Iler, 1979) 2,14,16,8)
dan merupakan faktor-faktor yang mengontrol laju pengendapan silika amorphous. Menaikkan
laju polimerisasi silika berdampak terhadap naiknya resiko terjadinya pengendapan. Konsentrasi
silika di dalam sistem aquifer air panas bumi bertemperatur 200-350°C adalah sekitar 300-700
mg/kg SiO2 dan dikontrol oleh solubilitas kuarsa/quartz solubility (Fournier and
Rowe, 1966; Mahon, 1966).
Dalam air panas bumi, faktor-faktor yang menentukan laju pengendapan silika dan
polimerisasi dapat dikontrol dengan menambahkan larutan asam atau diencerkan dengan
menambahkan air untuk mengatur nilai pH atau dengan menambahkan garam untuk
mengurangi kekuatan ionik dan selanjutnya meningkatkan laju polimerisasi. Perlakuan seperti
ini memerlukan biaya cukup tinggi. Jumlah air buangan dari PLTP Dieng adalah sekitar 8,7
ton/jam per MW listrik yang dihasilkan, dan oleh karena itu tidak ekonomis. Temperatur
dan kondisi terlalu jenuh merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada air panas
bumi.
Pengaruh Suhu Pada Proses Polimerisasi Silika
Laju polimerisasi silika dalam larutan yang mengandung sekitar 700 mg/kg silika unionized
monomeric (sebagai SiO2) lebih cepat pada temperatur 60°C dari pada 83°C (gambar-3). Laju
reaksi kimia umumnya meningkat dengan naiknya temperatur. Kondisi lewat jenuh (over-
saturation) pada silika amorf lebih tinggi pada larutan bertemperatur 60°C, atau 440 mg/kg
dibandingkan 403 mg/kg dalam larutan 83°C.

Gambar-3. Pengaruh Temperatur pada Kinetika Polimerisasi Silika. Garis Titik-Titik


menunjukkan Kelarutan Silika Amorf Pada 60oC dan 83oC [5]

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Kimia Brine PLTP Dieng


Berdasarkan pengamatan, pengukuran dan sampling brine baik di separator dan
weirbox di Pad HCE-28 dan Pad HCE-7 PLTP Dieng diketahui bahwa masih terdapat energi
panas yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Pada Pad HCE-28 dengan tekanan separator 9,86 bar, laju alir brine bertemperatur 150
– 170oC adalah 86 ton/jam dengan pH 6,2 (belum ditambahkan asam sulfat).
Sedangkan dari Pad HCE-7 separator 7B pada tekanan 8,91 bar dialirkan brine sebesar
9,9 ton/jam dengan temperatur 150 – 170 oC dan pH 3,3 (sudah ditambahkan asam sulfat) dan
brine dengan pH 5,5 dari separator 7C bertekanan 8,91 bar dialirkan sebesar 34,7 ton/jam
dengan temperatur 150 – 170oC.
Rencana lokasi peletakan dan pengujian peralatan PLTP binari kapasitas 50 kW ini
adalah di Pad sumur HCE-7 dengan memanfaatkan brine keluaran dari separator. Gambar–4
rencana titik inlet brine ke PLTP binari.

Gambar-4 Rencana Inlet Brine Untuk PLTP Siklus Binari

Untuk menghindari terjadinya scaling/ endapan di sepanjang pipa injeksi atau turbin
sebelum diinjeksikan kembali ke dalam reservoir, pihak pengembang menambahkan asam
sulfat ke dalam brine dan menampungnya terlebih dahulu ke dalam pond (kolam). Lihat Gambar
– 5.

Gambar –5 Kolam penampungan brine

Hasil analisis kimia brine dari sumur HCE-28, dan sumur HCE-7 PLTP Dieng dapat
Tabel-1. Hasil Analisis Brine di AFT-28 dan Keluaran Separator Sumur HCE- 7, Dieng.

Sampel 7B dan 7C diambil di separator, tetapi sampel dari sumur HCE-28 diambil di
weirbox. Untuk itu kondisi kimia fluida di reservoir dan setelah separator di sumur HCE-28
yang dihitung menggunakan heat dan mass balance.
Temperatur reservoir sumur HCE-28 yang dihitung menggunakan geotermometer silika
menunjukkan nilai 270oC. Kondisi reservoir ini dilihat pada Tabel -1. Semua unsur/senyawa
kecuali pH dalam satuan mg/L. Potensi terjadinya endapan dihitung pada kondisi setelah
separator yang diflash pada 7, 4 dan 1,2 bar, yaitu di sumur HCE- 28, HCE-7B dan HCE-7C.
yang digunakan untuk menghitung kimia fluida reservoir, seperti terlihat pada Tabel-2.;
Derajat keasaman (pH) dihitung berdasarkan kesetimbangan kalsit (CaCO 3) dan
karbonat (H2CO3), serta dikoreksi dengan pengukuran langsung di lapangan dan hasil analisis di
laboratorium (250C)
Tabel-2. Perhitungan hasil analisa kimia air dari kondisi weirbox ke reservoir (270oC,
55,7 bar) dan separator (9,86 bar) di sumur HCE-28 (tanpa penambahan H 2SO4)
Potensi Terjadinya Endapan Silika (SiO2)
Plotting kandungan SiO2 sebagai fungsi kelarutan terhadap pH dan temperatur dapat
dilihat Gambar-6 hingga Gambar-10. Kandungan SiO 2 dan pH pada kondisi separator dan
kondisi di flash pada 7,4 dan 1,2 bar di sumur HCE- 28, HCE-7B dan HCE-7C dapat dilihat
pada Tabel-3 s/d 5. Semua unsur/senyawa kecuali pH dalam satuan mg/L.
Pemanfaatan fluida untuk sistem binari adalah fluida yang keluar dari separator di
sumur HCE-28, HCE-7B dan HCE-7C yang di- treatment dengan asam sulfat dan dengan
mempertahankan temperatur yang tetap, maka pemanfaatan fluida sumur HCE-28
mengakibatkan endapan silika sebesar maksimum 135 mg/kg air atau 12 kg/jam lihat tabel-6
dengan laju massa sebesar 28 ton/jam.

Tabel-3. Hasil perhitungan kandungan SiO2 dan pH di sumur HCE-28 (tanpa penambahan
H2SO4)
Tabel-4. Hasil perhitungan kandungan SiO2 dan pH di sumur HCE-7B

Tabel-5. Hasil perhitungan kandungan SiO2 dan pH di sumur HCE-7C

Pada sumur HCE-7B, pemanfaatan fluida dari 8,91 bar hingga 1,2 bar akan berpotensi terbentuk
endapan silika sebesar 134,06 mg/kg air atau 1,3 kg/jam lihat Tabel-6, saat laju massa 9,9
ton/jam, dan merubah derajat keasaman fluida hingga pH 4,5 (lihat Tabel-4).
Sumur HCE-7C mempunyai laju alir massa sebesar 34,7 ton/jam. Pemanfaatan fluida dari
sumur ini dari tekanan 8,91 bar menuju 1,2 bar mengakibatkan endapan silika sebanyak 138,92
mg/kg air atau 4,9 kg/ton air jika fluida ditambahkan asam sulfat (lihat Tabel-6), dengan pH
fluida berkisar antara 4,28 dan 4,38 (lihat Tabel-5). Sedangkan perbedaan SiO 2 terhadap
solubilitasnya lihat pada Tabel-6.

Gambar-6. Plot kandungan SiO2 sumur HCE-28 tanpa penambahan H2SO4


Gambar-7. Plot kandungan SiO2 sumur 7B tanpa penambahan H2SO4.

Gambar-8. Plot kandungan SiO2 pada sumur HCE-7B dengan penambahan H2SO4

Gambar-9. Plot kandungan SiO2 pada sumur HCE-7C tanpa penambahan H2SO4.

Gambar-10. Plot kandungan SiO2 pada sumur HCE-7C dengan penambahan H2SO4Tabel-6.
Kandungan SiO2 di separator sumur HCE-28, HCE-7B dan HCE-7C, setelah
treatment di 7, 4 dan 1,2 bar, serta kelebihan SiO 2 dibanding solubilitas SiO2. (terutama sumur
HCE-7B dan HCE-7C).
Endapan silika yang terjadi di pipa injeksi pada PLTP Dieng ditunjukkan pada Gambar-11
berikut;

Gambar – 11. Endapan Silika (Silica Scaling) di Pipa Injeksi


Endapan Kalsium Karbonat (CaCO3)
Perhitungan jumlah kalsium karbonat (CaCO 3) pada brine dilakukan untuk mengetahui potensi
terhadap terjadinya endapan karbonat (CaCO 3). Hasil perhitungan ini akan dibandingkan dengan
kelarutan/solubilitas CaCO3.
Tabel-7 merupakan hasil perhitungan dan kesebandingan CaCO 3, menunjukkan bahwa
kandungan CaCO3 di brine dari sumur HCE-28, HCE-7B dan HCE-7C setelah separator jauh di
bawah temperatur saturasi CaCO 3. Hal ini mengindikasikan, bahwa endapan kalsit (CaCO 3)
tidak akan terbentuk selama pemanfaatan fluida panas bumi dari separator ke tekanan 1, 2 bar.
Tabel-7. Hasil Perhitungan Potensi Endapan Karbonat CaCO3.

Endapan Anhidrit (CaSO4)


Perhitungan potensi terjadinya endapan anhidrit (CaSO 4) dilihat dari hasil perbandingan
kandungan CaSO4 pada fluida panas bumi di separator sumur HCE-28, HCE-7B dan HCE-7C
dengan kelarutan CaSO4 pada temperatur dan tekanan tertentu.
Tabel-8 menunjukkan hasil perhitungan tersebut bahwa endapan anhidrit (CaSO 4) kemungkinan
terbentuk di sumur HCE-7B dan HCE-7C. Penambahan asam sulfat akan mengakibatkan
potensi terbentuknya endapan anhidrit semakin tinggi. Dengan mengembalikan ke pH netral
dapat mengurangi terjadinya endapan anhidrit (CaSO4), yaitu dengan menambahkan NaOH.

Tabel-8. Hasil Perhitungan Potensi Endapan Anhidrit (CaSO4)


KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan penurunan tekanan hingga 1, 2 bar, brine dari separator sumur HCE- 28, HCE-7B dan
HCE-7C berpotensi untuk: Membentuk endapan silika (SiO2) sebesar 140 mg/kg air dan
endapan anhidrit (CaSO4) sebesar <50 mg/kg air.
Tidak mengakibatkan endapan kalsit (CaCO3).
Penambahan asam sulfat akan mengakibatkan potensi terbentuknya endapan anhidrit (CaSO 4)
semakin tinggi. Dengan mengembalikan ke pH netral dapat mengurangi terjadinya endapan
CaSO4, yaitu dengan menambahkan NaOH.

Anda mungkin juga menyukai