HUKUMAN MATI
1. 18-12-1208 Surat Paus Inosensius III Eius exemplo kepada Uskup
Agung dari Tarragonta, tentang pengakuan iman yang diwajibkan
bagi Waldenses (Pengikut Peter Waldo), pada tahun 1210
ditambahkan.
(Ep. “Eius exemplo” Innocentii III ad archiep Terraconensem (additum
anno 1210). Professio fidei Waldensibus praescripta, DS 795)
HUKUMAN MATI
1. Departemen Dokpen KWI bertanggung jawab atas penentuan penerbitan dokumen dengan
berpedoman pada kriteria seleksi yang menyangkut:
a. Urgensi; b. Aktualitas; c. Relevansi; d. Kelengkapan; e. Harapan atau permintaan
kalangan tertentu; f. Pertimbangan pendanaan
2. Meskipun ada tata bahasa baku dalam bahasa Indonesia, namun setiap orang mempunyai
gaya bahasa sendiri, maka Departemen Dokpen KWI berusaha menghindari intervensi
dalam penerjemahan. Oleh karena itu, setiap isi terjemahan Seri Dokumen Gerejawi
menjadi tanggung-jawab penerjemah yang bersangkutan.
3. Bila timbul keraguan dalam penafsiran teks suatu dokumen, hendaknya dibandingkan
dengan teks asli / resmi.
DAFTAR ISI
28. LAMPIRAN:
HUKUMAN MATI
14. Demikian pula hukum perkawinan yang adil bagi semua, dan
sekaligus berlaku bagi semua, diadakan dengan penghapusan
perbedaan lama antara pria dan perempuan yang budak dan yang
Kami juga mencatat bahwa Gereja dalam teori dan praktek telah
berpegang pada dua jenis hukuman (medisinal dan vindikatif) dan
bahwa itu adalah lebih sesuai sejauh sumber wahyu dan ajaran
tradisional mengajar mengenai kuasa pengendalian otoritas
manusia yang legitim. Tak ada jawaban yang mencukupi, bila
sumber-sumber itu hanya menyangkut keadaan historis atau
budaya zaman, dan karenanya tak dapat mempunyai nilai umum
dan selalu berlaku. Maka kata-kata dari sumber dan magisterium
yang hidup tidak mengacu pada isi konkret ketentuan hukum atau
peraturan tindakan tertentu saja, melainkan dasar hakiki sendiri
dari kuasa pidana dan tujuannya yang imanen. (AAS 47 (1955) 81)
itu, karena hal itu lebih sesuai dengan kondisi konkret kepentingan
umum dan lebih selaras dengan martabat manusia” (48: 2267 ).
....4. Di manapun tiada pertentangan yang lebih jelas antara visi Injil
dan budaya kontemporer daripada dalam konflik dramatis antara
budaya kehidupan dan budaya kematian. Saya tak mau mengakhiri
rangkaian pertemuan ini tanpa sekali lagi menyampaikan ucapan
terima kasih kepada para Uskup atas kepemimpinan dan
pembelaan mereka untuk mendukung kehidupan manusia,
terutama kehidupan orang-orang yang paling rentan. Gereja dalam
negara anda berjuang dengan banyak cara dalam melindungi dan
mendukung kehidupan serta martabat manusia. Melalui organisasi
dan perwakilan yang tak terbilang banyaknya ia dengan murah
hati menyelenggarakan pelayanan bagi kaum miskin; aktif
mendukung undang-undang yang lebih menguntungkan kaum
imigran, hadir dalam perdebatan publik tentang hukuman mati,
sadar bahwa dalam negara modern kasus-kasus di mana eksekusi
pelanggar mutlak perlu, jarang ada, bila tidak sama sekali tidak ada
(bdk. Katekismus Gereja Katolik no.2267). Sekaligus tepatlah anda
menggarisbawahi prioritas yang harus diberikan kepada hak asasi
atas hidup manusia yang belum lahir, dan perlawanan terhadap
eutanasia serta bunuh diri yang dibantu dokter. Kesaksian
sedemikian banyak orang katolik di Amerika Serikat – termasuk
kaum muda yang tak terbilang banyaknya – dalam pelayanan
“Kabar baik kehidupan” merupakan tanda pasti pengharapan untuk
masa depan, dan alasan bagi kita untuk berterimakasih kepada Roh
Kudus yang mengilhami begitu banyak hal baik di antara kaum
beriman.
Saudara Ketua,
Maka dari itu posisi Takhta Suci ialah agar otoritas harus
membatasi diri, bahkan untuk kejahatan yang paling serius, dengan
menggunakan sarana hukuman yang tidak mematikan, karena
sarana-sarana ini “lebih sesuai untuk memelihara kepentingan
umum dan lebih selaras dengan martabat manusia” (bdk.
Katekismus Gereja Katolik, no.2267). Dewasa ini negara-negara
dapat memakai kemungkinan-kemungkinan baru untuk “secara
efektif mencegah kejahatan, dengan membuat orang yang telah
melakukan pelanggaran tak mampu merugikan – tanpa secara
definitif merenggut darinya kemungkinan menebus dirinya”
(Bdk.Yohanes Paulus II, Evangelium vitae, no.56).
Saudara Ketua,
Saudara Ketua,
Saudara Ketua,
Yang Mulia
Tn. Fidel Castro Ruz
Kepala Negara dan Pemerintah Republik Kuba
Yang Mulia
...........
LAMPIRAN:
Sincerely,
Erik Ross
Managing Editor
First Things
er@firstthings.com
212-627-1985
Pius XII dalam penjelasan lebih lanjut atas argumen yang lazim
dikemukakan, berpendapat bahwa bila negara yang bertindak atas
kuasa pengabdiannya, menggunakan hukuman mati, ia tidak
melaksanakan kuasa atas hidup manusia, melainkan hanya
mengakui bahwa penjahat, oleh semacam bunuh diri moril, telah
merampas hak atas hidupnya sendiri. Dalam kata-kata Paus:
“Bahkan bila ada soal eksekusi orang yang terpidana, negara tidak
menguasai hak atas hidup seseorang. Dalam hal ini dikhususkan
bagi otoritas publik untuk mengambil dari orang terpidana hak
atas hidup sebagai pepulih kejahatannya, bila dengan kejahatannya
ia sudah melepaskan hak atas hidupnya. Mengenai segala hal ini
rupanya aman menyimpulkan bahwa hukuman mati bukan dari
dirinya sendiri merupakan pelanggaran hak atas hidup. Masalah
sesungguhnya bagi orang katolik ialah menentukan persyaratan
yang membenarkan penerapannya. Saya mengatakan, adalah
sepantasnya, bila perlu untuk mencapai tujuan hukuman dan bila
efek buruknya tidak berlebihan. Saya mengatakan “perlu” karena
saya berpendapat bahwa pematian harus dihindari bila tujuan
hukuman dapat dicapai dengan cara tak berdarah.
REHABILITASI
PENCEGAHAN
PEMBALASAN
Bagi saya nampaknya jelas sekali bahwa pejabat seperti itu dapat
melaksanakan tugasnya tanpa kebencian terhadap penjahat,
melainkan lebih dengan kasih, hormat, dan belas kasih. Dalam
menegakkan hukum mereka dapat dihibur dalam kepercayaan
bahwa hukuman mati bukan keburukan terakhir; mereka dapat
berdoa dan berharap bahwa terpidana akan memeroleh hidup
kekal bersama Allah.
Endnote
1. Pernyataan diterima dengan suara 145 terhadap 13, dengan 41
Uskup yang abstain, angka abstain tertinggi yang pernah dicatat.
Selain itu, sejumlah Uskup tak hadir dalam pertemuan itu atau
tidak secara resmi abstain. Dengan demikian pernyataan itu tidak
mendapat suara mayoritas dua pertiga dari semua anggota yang
dituntut untuk pengesahan pernyataan resmi. Tetapi tak ada Uskup
bangkit untuk menyelesaikannya.
Damai Kristus,
PERUTUSAN GEREJA
15. CENTESIMUS ANNUS. ULANG TAHUN KE SERATUS. ENSIKLIK SRI
PAUS YOHANES PAULUS II – TENTANG KARYA SOSIAL GEREJA
DALAM RANGKA 100 TAHUN RERUM NOVARUM
16. PEDOMAN TENTANG PEMBINAAN DALAM LEMBAGA
RELIGIUS
17. CHRISTUS DOMINUS. KRISTUS TUHAN. DEKRET KONSILI
VATIKAN II – TENTANG TUGAS KEGEMBALAAN PARA USKUP
18. DOMINUM ET VIVIFICANTEM. TUHAN PEMBERI HIDUP.
ENSIKLIK SRI PAUS YOHANES PAULUS II – TENTANG ROH KUDUS
19. GAUDIUM ET SPES. KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN. KONSTITUSI
PASTORAL KONSILI VATIKAN II – TENTANG GEREJA DI DUNIA
DEWASA INI
20. PRESBYTERORUM ORDINIS. TINGKAT PARA IMAM. DEKRET
KONSILI VATIKAN II – TENTANG PELAYANAN DAN KEHIDUPAN
PARA IMAM
21. UNITATIS REDINTEGRATIO. PEMULIHAN KESATUAN. DEKRET
KONSILI VATIKAN II – TENTANG EKUMENISME
22. OPTATAM TOTIUS. DEKRET TENTANG PEMBINAAN IMAM.
ORIENTALIUM ECCLESIARUM. DEKRET KONSILI VATIKAN II –
TENTANG PEMBINAAN IMAM DAN GEREJA-GEREJA TIMUR
23. INTER MIRIFICA. DEKRET KONSILI VATIKAN II – TENTANG
UPAYA-UPAYA KOMUNIKASI SOSIAL. GRAVISSIMUM
EDUCATIONS. PERNYATAAN TENTANG PENDIDIKAN KRISTEN
24. INDEX ANALITIS. DOKUMEN-DOKUMEN KONSILI VATIKAN II
25. PASTORES DABO VOBIS. GEMBALA-GEMBALA AKAN
KUANGKAT BAGIMU. ANJURAN APOSTOLIK PAUS YOHANES
PAULUS II – TENTANG PEMBINAAN IMAM ZAMAN SEKARANG
26. AETATIS NOVAE. TERBITNYA SUATU ERA BARU. INSTRUKSI
PASTORAL – TENTANG RENCANA PASTORAL DI BIDANG
KOMSOS
27. KONSTITUSI APOSTOLIK SRI PAUS YOHANES PAULUS II –
TENTANG UNIVERSITAS KATOLIK
28. CATECHESI TREDENDAE. PENYELENGGARAAN KATEKESE.
HIDUP KERASULAN
106. GAUDETE ET EXULTATE. BERSUKACITALAH DAN
BERGEMBIRALAH. SERUN APOSTOLIK PAUS FRANSISKUS –
TENTANG PANGGILAN KEKUDUSAN DI DUNIA DEWASA INI
107. ORANG MUDA, IMAN, DAN PENEGASAN ROHANI. DOKUMEN
AKHIR SIDANG UMUM BIASA KE XV SINODE PARA USKUP
108. MAXIMUM ILLUD. SURAT APOSTOLIK PAUS BENEDIKTUS XV
TENTANG PENYEBARAN IMAN KATOLIK DI SELURUH DUNIA
109. CHRISTUS VIVIT. KRISTUS HIDUP. SERUAN APOSTOLIK
PASCASINODE DARI PAUS FRANSISKUS
110. VOS ESTIS LUX MUNDI. MOTU PROPRIO PAUS FRANSISKUS
TENTANG PELAPORAN PENYALAHGUNAAN SEKSUAL OLEH
KLERIKUS
FORMULIR PEMESANAN
Dengan ini, kami ... (beri tanda pada tabel di bawah ini)
Memesan Dokumen
Nama : __________________________________________________________
Alamat (lengkap/jelas) : _________________________________________________
_________________________ Kota: ____________________ Kode Pos: ____________
Pembayaran:
1. Rekening di KWI *) _________________________
2. Via Bank
(Mohon kirimkan tanda bukti pembayaran Anda, sebagai sarana cek administrasi)
________________________________