Ti NJ Auan Pust Aka
Ti NJ Auan Pust Aka
n j
auanpust
aka
Har
b anuH M ar
iyono, Ket
u tSuryana
Bagian/SM F I
lmuPenyakitDal
am FK Unud/RSUP Sanglah, Denpasar
e-mail: harbanu_h_m@yahoo.com
SUM M ARY
Ther
ear
elots ofnewdrugs t
h atmadef
o rt
h er
apy, preventandevenas adiagnost
ict
o ols.Besi
d et
h edesi
redef
fectther
e
wer
eal
so undesi
redef
fectt
h atcanoccurwhen managingpat
ientwi
thdrugs whicht
h en wecal
ladver
sedrugs r
eact
ion.An
adver
ser
eact
iont
oadrughas beendef
inedas anynoxious orunintendedr
eact
iont
oadrugt
h ati
s admi
n i
ster
edi
nst
andar
ddoses
byt
h eproperr
o utef
o rt
h epurposeofprophylaxis, diagnosi
s, ort
reat
ment.Adver
sedrugr
eact
ioncanbedevidedi
ntwogroups,
whichi
s r
eact
ions t
h ancanoccuronever
y oneandt
h eones t
h atcanonlyoccuron suscepti
b l
eones.Oneoft
h eadver
sedrug
r
eact
ioni
s drugal
ler
g y.Hi
storyt
akingi
s t
h emosti
mport
antt
h i
n gondiagnosi
n gdrugal
ler
g y, onet
h atcanhel
pwas Nar
anjo’
s
score.W ecanr
u nf
ew moret
estt
odef
inedt
h et
y peofAdver
seDr
u gReact
ion.Formanagingpat
ientwi
thadver
sedrugr
eact
ion,
wehavet
oavoiddrugs t
h atinducet
h er
eact
ion, premedicat
ionandal
sodesensi
tisat
ion.
Keywords:adver
sedrugr
eact
ion, drugal
ler
g y, diagnosi
s, t
reat
ment
PENDAHULUAN
danmengant
uk.Jeni
s ADR sangat
lahbanyak,dar
i yang
dapatdiper
k i
rakanakant
imbulsampaiyangt
idakkit
a
Perkembanganpenget
ahuandandit
emukannya
per
k i
rakanyangpot
ensi
almembahayakankesel
amat
an
obat
-obatbar
uunt
ukpengobat
an,pencegahan, maupun 3
j
iwapasi
en.Kar
enahalinicukupser
ingdi
dapat
kandi
di
agnosi
s menunt
utki
taunt
ukl
ebi
h menget
ahuil
ebi
h
kl
ini
k, amatl
a h pent
ing art
inya bagiki
ta unt
uk
banyakmengenaifar
makodi
nami
kdanf
armakoki
net
ik
mengetahui bagaimana cara mendi
a gnos i
s,
dariobat.Selainefek yang di
harapkan pada saat
penat
alaksanaanser
tapencegahanapabi
lat
erdapatr
eaksi
pember
ianobatkepadapasi
en, dapatpul
ater
jadireaksi
aki
batADR.
yangt
idakdi
ingi
nkan, dengankat
alai
n advers
e drug
reacion (
t ADR)
.Advers
edrugreacion d
t apatt
imbuldar
i
DEFI
NISI
yangpal
ingr
inganhi
nggadapatmenj
adisangatber
at
Beberapa defi
nisit
e l
a h di
kemukakan unt
uk
1,2
yangdapatmeni
mbul
kankemat
ian.
adverse drugreact
ion.W HO 1972, ADR adal
ahset
iap
memperburukpenyakitdasaryangakankit
aobat
i,
pemberi
anobatdengandosi
s yangdigunakanuntuk
menambahpermasal
ahanbarudanbahkankemat
ian.
profi
laksi
s, diagnosi
s dant
erapi.FDA, 1995, ADR
Ker
acunandansyokanaf
ilakt
ikmer
u pakancont
ohADR
di
def
ini
sikan sebagaief
ekyangt
idakdi
ingi
nkanyang
sedangkansebagaicont
ohyangr
inganadal
ahr
asagat
al
sebagaibagandariaksif
a r
makologis dariobatyang
Laurence, 1998ADR adalah efek yang membahayakan pemberian obat. Risiko terjadinya dapat menigkat hingga
atau tidak mengenakkan yang disebabkan oleh dosis obat dua kali lipat di rumah sakit. Reaksi obat yang dapat
yang digunakan sebagai terapi (atau profilaksis atau dia- menimbulkan kematian dapat timbul sebesar 0,1% pada
gnosis) yang mengharuskan untuk mengurangi dosis atau pasien medik rawat inap dan 0,01% pada penderita
1
menyetop pemberian dan meramalkan adanya bahaya bedah. Hanya 5 –10% dari ADR merupakan alergi obat.
pada pemberian selanjutnya. Edward dan Aronson, 2000, ADR dapat dibagi menjadi dua kategori besar,
ADR adalah reaksi yang berbahaya atau tidak yaitu yang dapat diperkirakan, umum terjadi dan
mengenakkan akibat penggunaan produk medis yang berhubungan dengan aksi farmakologis obat (reaksi tipe
memperkirakan adanya bahaya pada pemberian berikut- A) dan yang tidak dapat diperkirakan, jarang terjadi dan
nya sehingga mengharuskan pencegahan, terapi spesifik, biasanya tidak berhubungan dengan aksi farmakologis
Beberapa reaksi obat dapat timbul pada semua contohnya adalah toksisitas obat, efek samping, efek
orang, sedangkan lainnya hanya dapat timbul pada orang sekunder, dan interaksi obat. Reaksi termediasi sistem
yang s u s e p t i b e l . A l e rg i obat merupakan reaksi imun atau alergi termasuk tipe B, timbulnya jarang,
imunologis yang spesifik (timbul pada orang yang hanya 6 –10% dari keseluruhan ADR. Tipe B seringkali
suseptibel) dan berulang bila terpapar kembali oleh obat tidak terlihat sampai obat tersebut dipasarkan, dependen
Efek samping obat sering kita jumpai di praktek dijelaskan oleh reaksi farmakologis obat) dan alergi atau
sehari-hari. Pada sebuah penelitian di Perancis, dari 2067 reaksi hipersensitifitas (reaksi yang sesuai dengan
dewasa berusia 20 – 67 tahun yang datang ke pusat mekanisme imunologi). Alergi dapat diklasifikasikan
kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan dilaporkan berdasarkan sistem klasifikasi Gell dan Coombs, menjadi
bahwa 14,7% memiliki riwayat efek samping sistemik reaksi hipersensitivitas tipe cepat (diperantarai IgE),
terhadap satu atau lebih obat. Penelitian di Swiss dari reaksi sitotoksik dan imun kompleks (diperantarai IgG
5568pasien rawat inap, 17% diantaranya mendapatkan dan IgM) dan reaksi tipe lambat (diperantarai limfosit
efek samping obat. Reaksi obat yang fatal terjadi pada T). Meskipun kategorinya jelas, tetapi mengklasifikasi-
1-7
0,1% pasien medik dan 0,01% pasien bedah. Obat yang kannya amat sulit karena mekanisme yang belum jelas.
4,5
steroid.
panatalaksanaannya.
diklasifikasikan untuk memudahkan dalam mengetahui berbeda dari efek farmakologisnya. Hal ini timbul
terjadin ADR pada penggunaan obat dalam praktek pada pasien yang suseptibel dan kejadian bisa /
sehari-hari, salah satu klasifikasi yang dapat digunakan tidak bisa diperkirakan. Te r j a d i karena
1
adalah: metabolisme obat ataupun defisiensi enzim.
a. Overdosis obat: efek farmakologis toksik yang d. Reaksi pseudoalergik/anafilaktoid: reaksi yang secara
timbul pada pemberian obat yang timbul akibat klinis mirip dengan reaksi alergi tanpa peranan
ekskresi obat
diinginkan yang timbul pada dosis Alergi obat atau hipersensitivitas terhadap obat
c. Interaksi obat: aksi farmakologis obat pada didefinisikan sebagai reaksi yang diperantarai respon
efektivitas maupun toksisitas obat yang lain. imunologis yang timbul pada populasi subyek yang
2. Reaksi yang hanya timbul pada orang yang suseptibel dengan karakteristik spesifik, transferability
b. Idiosinkrasi obat: respon abnormal dari obat yang didefinisikan sebagai reaksi yang ditimbulkan oleh
antibodi dan / atau sel T sitotoksik akibat obat, intravena akan dapat menimbulkan reaksi yang lebih
metabolitnya, ataupun protein pembawa baik yang berat. Penggunaan obat-obatan penyekat β akan
soluble maupun yang berikatan dengan sel. Merupakan mengurangi respon penderita terhadap adrenalin yang
respon dari paparan obat yang sebelumnya atau diberikan untuk menangani anafilaksis. Asma akan
Berdasarkan Gel dan Coomb reaksi alergi anafilaksis, karena konstriksi bronkus yang terjadi dapat
diklasifikasikan menjadi empat tipe, tipe I – IV. disebabkan oleh asmanya sendiri maupun akibat reaksi
Immediate-type hypersensitivity reactions, diperantarai dengan obat yang diberikan. Kehamilan juga akan
Imunoglobulin E (IgE) antibodi spesifik obat dengan menyulitkan dalam penatalaksanaan, seperti pemilihan
gambaran urtikaria, angioudem, dan anafilaksis. Reaksi obat serta kita harus memikirkan nasib janin yang
toksisitas akibat obat, diperantarai oleh antibodi IgG atau dikandung selain menangani kegawatan yang terjadi
1,10
IgM termasuk anemia hemolitik akibat obat, pada si ibu.
Reaksi imun kompleks akibat obat diperantarai oleh 1. Berhubungan dengan pasien
molekul yang rendah (hapten) yang terikat dengan pro- • Jenis Kelamin
oleh opioid dan aktivasi komplemen oleh bahan kont- 2. Berhubungan dengan obat
kemampuan untuk berikatan dengan beberapa reseptor Tes diagnosis untuk reaksi hipersensitivitas yang
( c ro s s link) contohnya suksinil kolin; serta baik termasuk anamnesa yang detil dan pemeriksaan
kemampuannya berperan sebagai hapten. Sensitisasi fisik sangat penting untuk mengklasifikasikan reaksi,
dapat tergantung pada cara pemberian, lebih sering menentukan terapi, mengidentifikasi obat yang
timbul pada cara pemberian lokal atau topikal, lebih menimbulkan reaksi tersebut dan untuk mengetahui
jarang pada pemberian secara parenteral, dan paling insiden alergi terhadap obat tersebut.
Anamnesis yang mendetail dan pasti harus paparan. Gejala yang mungkin didapatkan antara
didapatkan dari pasien. Hal – hal yang harus didapatkan lain sidrom mukokutan (rash, dermatitis
1
pada saat anamnesis adalah : eksfoliatif) atau tipe hematologis (anemia,
1. Gejala klinis serta waktu timbulnya gejala serta jarak trombositopenia, netropenia)
bronkospasme
10
Tabel 1. Skoring Naranjo yang dapat digunakan untuk mengetahui ADR
Bila skor Naranjo 9 or 10 menunjukkan bahwa kejadian tersebut “definitely”ADR; skor 5-8 kemungkinannya
“probable”; skor 1-4 “possible”; dan bila skor kurang dari 1 “doubtful.”
Skin Prick Test (SPT) ena antibodi dapat positif tanpa kelainan imunopatologi.
intradermal merupakan tes untuk mengetahui adanya IgE Tes untuk reaksi hipersensitivitas tipe IV
spesifik terhadap obat tertentu yang berguna hanya untuk Patch test dapat menentukan etiologi reaksi yang
relaksan otot, barbiturat) karena reagen untuk yang lain terinduksi obat. Tes ini dapat diaplikasikan pada kelainan
belum tersedia. Karena reagen belum tersedia, klinisi kulit karena obat serta rekasi sistemik. Kegunaan metode
harus membuat sendiri reagennya. Meskipun kadang ini t e rg a n t u n g dari pembawa obat dan tempat
dapat dijumpai hasil positif pada pemberian obat yang aplikasinya. Patch test berguna untuk antikonvulsan
dapat melepaskan histamin tanpa melalui perantaraan seperti carbamazepin dan penisilin. Metode ini terbatas
IgE, sepereti misalnya pada pemberian propofol atau penggunaannya karena terbatasnya reagen yang sesuai
Merupakan solid phase radioimmunoassay yang Biopsi dapat membantu menegakkan diagnosis
Kegunaannya terbatas sebagai tes diagnosis alergi obat, saja yang bisa didapatkan (tipe infiltrat seluler, adanya
karena seperti tes kulit, immunochemistry dari edema). Pemeriksaan imunohistokimia dapat
dikembangkan untuk penisilin (penicilloyl moiety), in- merupakan mast cell spesif
ic protease dapat meningkat
sulin, chymopapain, relaksan otot, thiopental, protamine pada reaksi anafilaksis. Konsentrasi yang meningkat
Tes Provokasi oral dapat menjadi gold standar komplemen dan tes lymphocyte cytotoxicity. Tes-tes ini
dalam menentukan adanya alergi obat. Tes ini harus masih dalam penelitian, belum digunakan untuk evaluasi
PENATALAKSANAAN
Tes untuk reaksi hipersenstivitas tipe II dan III Sekarang ini hanya sedikit alat yang dapat
Tes hemaglutinasi (Coomb’s test direk atau membantu evaluasi dan penatalaksanaan pasien dengan
indirek) telah digunakan untuk menentukan adanya reaksi akibat obat. Alat tersebut belum ada karena
antibodi IgG dan IgM spesifik untuk membantu diagno- keterbatasan pengetahuan mengenai patofisiologi dan
sis anemia hemolitik yang diperantarai obat. Karena faktor predisposisi timbulnya kebanyakan reaksi
keterbatasannya (harus menjaga kesegaran eritrosit yang tersebut. Meski dengan segala keterbatasan pasien tetap
terkonyugasi dengan obat ) sekarang lebih banyak harus dapat ditangani. Pendekatan terhadap pasien alergi
dapat dibuktikan, tipe reaksi harus dapat ditentukan • Penggunaan antihistamin H1 sebagai pencegahan
sebisa mungkin. Untuk reaksi tipe A, modifikasi dosis tidak dianjurkan, karena tidak dapat mencegah
sebelum diberikan merupakan satu – satunya hal yang terjadinya syok anafilaktik dan dapat
perlu dikerjakan. Toksisitas, serta efek samping dan efek mengaburkan gejala awal alergi obat.
sekunder dapat membaik dengan menurunkan dosis • Antihistamin H1 yang dikombinasikan dengan
obat. Untuk reaksi tipe B, obat masih dapat diberikan steroid telah dibuktikan dapat menurunkan reaksi
kembali bila reaksi sebelumnya ringan (tinitus pada akibat media kontras radiografi.
kewaspadaan yang lebih perlu dipertimbangkan. Pada • Desensitisasi harus dipertimbangkan pada pasien
reaksi yang berat atau mengancam nyawa penderita, obat yang pernah mengalami reaksi yang diperantarai
tersebut tidak boleh diberikan kembali. Pada reaksi yang IgE terhadap penisilin dan memerlukan penisilin
tidak terlalu berat, tes provokasi dapat untuk terapi infeksi yang berat seperti endokarditis
2,3,11-15
dipertimbangkan. bakterial dan meningitis.
tergantung dari mekanisme yang mendasari timbulnya jalur oral maupun parenteral
reaksi. Bila tes konfirmasi tersedia dan telah divalidasi, • Harus dikerajakan dengan pengawasan khusus
tes tersebut harus digunakan untuk menentukan status dari seorang spesialis.
alergi pasien (tes untuk IgE spesifik penisilin dengan • Pemberian secara oral lebih disukai karena lebih
Pre-Pen dan determinan campuran minor). Bila tes kecil kemungkinannya untuk menimbulkan reaksi
tersebut tidak tersedia dan pada kebanyakan kasus yang mengancam nyawa.
memang tidak ada, beberapa pendekatan dapat • Desensitisasi juga dapat dikerjakan untuk pasien
dilakukan.Pendekatan yang paling mudah adalah dengan yang memerlukan sulfonamid dan cephalosporin.
harus dikerjakan.
ADR adalah setiap efek yang tidak diinginkan dari berulang bila terpapar kembali oleh obat yang
obat yang timbul pada pemberian obat dengan dosis yang mencetuskannya. Mekanisme pasti reaksi obat yang
digunakan untuk profilaksis, diagnosis dan terapi. menimbulkan ADR belum jelas diketahui. ADR dapat
Beberapa reaksi obat dapat timbul pada semua orang, dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu yang dapat
sedangkan lainnya hanya dapat timbul pada orang yang diperkirakan, umum terjadi dan berhubungan dengan
suseptibel. Alergi obat merupakan reaksi imunologis aksi farmakologis obat (reaksi tipe A) dan yang tidak
1. Vervloet C, Durham S. ABC of allergies Adverse to foods, drugs, and insects. J Allergy Clin Immunol
2. Gruchalla R. Drug allergy. J Allergy Clin Immunol 14. Sicherer SH, Leung DM. Advances in allergic skin
3. Gruchalla R. Understanding drug allergies. J to foods, drugs, and insects. J Allergy Clin Immunol
4. Torpet LA, Kragelund C, Reibel J, Nauntofte B. 15. Papastavros T, Dolovich LR, Holbrook A,
Oral adverse drug reactions to cardiovascular drugs. Whiehead L, Loeb M. Adverse events associated
Crit Rev Oral Biol Med 2004;15(1):28-46. with pyrazinamide and levofloxacin in the treat-
Immunol 2001;108:475-88.