Anda di halaman 1dari 14

Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97– 110


ISSN 2528-4967 (print) dan ISSN 2548-219X (online)

Studi Pengolahan Sagu (metroxylon sp.)


Oleh Masyarakat Kampung Malawor Distrik Makbon
Kabupaten Sorong

Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3


1
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sorong
2,3
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Sorong
Email: irnawatif@gmail.com1, muhammadsyahrulkahar@gmail.com2,
indah.eka43@gmail.com3

ABSTRAK

Pohon Sagu (Metroxilon sp.) merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Metode yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan studi kasus dan
wawancara bebas (free interview ) dilapangan dalam pengolahan sagu dan jenis pohon sagu yang di
olah. Masyarakat kampung Malawor Distrik Makbon Kabupaten Sorong sudah lama
mengonsumsi sagu dari hutan alam dan sebagian sagu sudah di tanam oleh nenek moyang
secara turun-temurun. Ketika beras dan ubi-ubian habis masyarakat mengkonsumsi sagu
sebagai pengganti. Sebagian besar masyarakat masih mengelola sagu mengunakan metode
tradisional untuk itu yang menjadi titik masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana jenis sagu,
proses pengolahan secara tradisional dan semi tradisional (mesin parut) beserta nilai ekonomis sagu
hasil olahan yang di dapat oleh masyarakat Kampung Malawor Distrik Makbon Kabupaten Sorong.

Kata Kunci: Nilai Ekonomis, Pengolahan Sagu, Sagu

ABSTRACT

Sago tree (Metroxilon sp.) Is native to Southeast Asia. The method used in this research is
to use descriptive method with case study and free interview (free interview) field in processing sago
and sago tree species which in though. Village community Malawor District Makbon Sorong
regency has long consumed sago from natural forests and some sago already planted by ancestors
hereditary. When rice and yams run out, people consume sago as a substitute. Most people still
manage sago using traditional method for that which become problem point of this research is how
kind of sago, process of traditional and semi traditional (scar machine) along with economical value
of processed sago which can by community of Kampung Malawor District of Makbon Regency
Sorong.

Kata Kunci: Economic Value, Sago Processing, Sago

PENDAHULUAN Jawa dan Nusa Tenggara bagian


Pohon Sagu (Metroxilon sp.) selatan. Tanaman sagu tumbuh secara
merupakan tanaman asli Asia alami terutama di daerah dataran atau
Tenggara. Penyebarannya meliputi rawa dengan sumber air yang
Melanesia Barat sampai India Timur melimpah.
dan dari Mindanao Utara sampai Pulau
Copyright © 2018, Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 97
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Axiologiya/index
DOI: http://dx.doi.org/10.30651/aks.v2i2.1202
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

Hal ini diperkuat oleh 18,5% pati sagu dan 81,5% berupa
Mangindaan dan Tampake (2005) ampas sagu (Kiat, 2006 )
yang menyatakan bahwa Papua Sagu termasuk suatu tumbuhan
merupakan sentral keragaman genetic yang tumbuh secara liar di dalam
saguterbesar di dunia sehingga hutan Papua biasanya di manfaakan
tanaman sagu di daerah ini perlu sebagai sumber pangan rumah tangga,
diamankan dari erosi genetic serta sumber bahan baku Industri seperti
pelarian genetic keluar negeri. industry pangan, industry perekat,
Widjono et al. (2000) telah kosmetika, pakan ternak, tekstil,
mengidentifikasi 60 jenis sagu Papua farmasi, pestisida, industry kimia,
yang tumbuh di daerah Jayapura, bahan energy bahkan hasil
Manokwari, Merauke, dan Sorong. sampingnya dapat diolah menjadi
Selanjutnya, hasil penelitian bahan bakar, media jamur, pembuatan
Universitas Papua (2001) menemukan hord bloard atau bahan banggunan
22 jenis sagu di Biak dan, Supriori. (Kindangen dan Malia, 2003) dan juga
Sagu dikenal sebagai biodegradable Filim (Polnaya et al.,
tumbuhan penghasil karbohidrat. 2006).
Sebagai sumber karbohidrat, tanaman Produksi sagu tahun 2003 di
sagu memiliki keunggulan Papua Barat adalah 60.000 ton
dibandingkan dengan tanaman (Perhutani, 2014). Penggolahan sagu
penghasil karbohidrat yang lain di Propinsi Papua Barat masih sebatas
karena relative sudah tersedia lahan rumah tangga. Pengolahan produk
yang telah di Tanami sehinga dapat sagu dibagi menjadi dua bentuk yaitu
langsung dimanfaatkan, berkembag pertama, pengolahan sagu tradisional
biak dengan anakan sehingga panen yang di konsumsi langsung maupun
dapat berkelanjutan tanpa melakukan yang dijual, kedua pengolahan sagu
peremajaan atau pun penanaman secara moderen di kelola menjadi
ulang, dapat dipanen dan diolah tanpa tepung sagu yang selanjutnya di
musim, resiko terkena hama penyakit kelola menjadi aneka pangan/cemilan
tanaman kecil, dan tingkat sagu.
pemanfaatanya masih sedikit Sagu pada umumnya di
(Bustaman, 2008). manfaatkan masyarakat sebagai bahan
Empulur diperoleh dari hasil makanan pokok dan sagu juga sebagai
pemarutan atau pemerasan isi batang subtitusi beras. Sagu ini sudah lama
sagu. Ampas sagu dapat digunakan di kelola oleh masyarakat lokal secara
untuk berbagai keperluan diantaranya tradisional untuk memenuhi
sebagai pakan ternak. Ampas sagu kebutuhan ekonominya. Pohon sagu
merupakan limbah padat hasil tidak terlalu sulit untuk dikenali
pengolahan pati sagu yang tersedia karena ukuranya yang besar dan
cukup banyak sepanjang tahun, murah membentuk satu rumpun. Apabila
dan mudah didapat. Dalam rumpun ini telah diketahui maka akan
pengolahan empulur sagu diperoleh di lakukan pemilihan pohon-pohon

98
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

yang sekiranya telah cukup masak diangkat ketempat peremasan sagu.


terlihat dari pelepahnya yang telah Peremasan sagu menggunakan
berwarna keputih-putihan. Untuk pelepah sagu.
mengetahui apabila sagu itu benar- Satu pohon sagu bisa
benar masak maka batang sagu di membutuhkan tenaga 2 – 3 orang
lukai dan di ambil bagian dalamnya bahkan bisa lebih masing mempunyai
sedikit untuk melihat kandungan tugas yang berbeda ada yang
putihnya. Apabila batang telah terlihat menokok, ada yang mengangkat pati
penuh dengan gumpalan putih seperti sagu yang sudah ditokok, dan ada
spons yang telah masak, maka segera yang mempunyai tugas meramas sagu
dilakukan pemanenan. Jika belum waktu yang di butuhkan untuk
masak di lakukan penutupan luka menyelasaikan satu pohon sagu sekitar
dengan lumpur. 4 – 5 hari tergantung kondisi cuaca.
Pada umumnya masyarakat Kalau kondisi cuaca hujan maka
kampung Malawor Distrik Makbon membutuhkan waktu sekitar satu
Kabupaten Sorong sudah lama minggu untuk menyelesaikan satu
mengonsumsi sagu dari Hutan alam pohon sagu, sedangkan perbandingan
dan sebagian sagu sudah di tanam pengolahan sagu secara moderen
oleh nenek moyang secara turun- menggunakan mesin pemarut sagu
temurun kehidupan sehari- hari tidak terlalu membutuhkan waktu
masyarakat Malawor sebagai nelayan, yang lama dan tidak terlalu
berburu dan petani, biasanya hasil membutuhkan tenaga yang banyak,
yang di peroleh dari tani yaitu berupa cukup 1 – 2 orang sudah bisa
sayur mayor dan ubi-ubian. Hasil menyelesaikan satu pohon sagu.
tersebut di bawa kepasar Sagu memiliki potensi besar
menggunakan transportasi darat sebagai sumber pangan namun belum
kemudian di jual untuk mendapatkan dimanfaatkan secara maksimal.
uang lalu beli beras untuk memenuhi Kurangnya minat masyarakat untuk
kebutuhan sehari-hari. Ketika beras mengelolah sagu karena rendahnya
dan ubi-ubian habis masyarakat kemampuan untuk menghasilkan sagu
mengkonsumsi sagu sebagai yang lebih untuk kebutuhan
pengganti. Sebagian besarmasyarakat masyarakat lokal. Hal ini mendorong
masih mengelola sagu mengunakan peneliti untuk meneliti tentang
metode tradisional dengan cara transformasi dalam hal merubah
menebang sagu mengunakan mencadu bentuk, Sifat, Fungsi, Pengelolaan
kemudian kulit sagu di kupas lalu di sagu secara tradisional dan semi
tokok mengunakan penokok sagu Tradisional (Mesin parut) oleh
yang di buat dari kayu lalu ujung kayu masyarakat suku Moi di kampung
di pasang sebuah gelang besi berwarna Malawor Distrik Makbon Kabupaten
putih lalu di ayunkan kepermukaan Sorong agar memudahkan proses
pati sagu lalu pati sagu menjadi pengolahan dan masyarakat tidak
butiran-butiran kecil kemudian terlalu membutuhkan waktu yang

99
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

lama untuk memperoleh hasil yang pemasaran. Data primer tersebut


maksimal. diperoleh dengan wawancara bebas
secara langsung disertai dengan
METODE PENELITIAN pengamatan dilapangan. Data
Metode yang di gunakan sekunder yang dikumpulkan antara
dalam penelitian ini adalah lain adalah: kondisi umum lokasi
menggunakan metode deskriptif penelitian atau data umum yang ada
dengan studi kasus dan wawancara pada instansi pemerintahan desa.
bebas (free interview) dilapangan Pengambilan data dilakukan
dalam pengolahan sagu dan jenis secara langsung dilapangan sebagai
pohon sagu yang di olah oleh berikut.
masyarakat Kampung Malawor. a. Identifikasi jenis sagu yang ada
Untuk wawancara telah disiapkan di kampung malawor distrik
topic-topik pertanyaan (checklist). Makbon Kabupaten Sorong
Penentuan responden contoh b. Melakukan observasi dan analisis
dilakukan secara purposive sampling penggolahan data dilapangan
dengan jumlah sampel 15% terhadap untuk mengetahui system
jumlah populasi 238 Jiwa di sesuaikan pemanfaatan dan pengolahan
dengan jumlah masyarakat yang sagu.
selalu mengolah sagu sebagai mata c. Wawancara bebas (free interview)
pencaharian sumber ekonomi dan terhadap para responden
social masyarakat. masyarakat terkait dengan
Data yang dikumpulkan dalam pengolahan hasil sagu.
penelitian ini meliputi data primer dan d. Keseluruhan data, baik primer
data sekunder. Data primer diperoleh maupun sekunder selanjutnya
dari wawancara langsung oleh ditabulasikan sesuai dengan
masyarakat kampung pengolah sagu kebutuhan sebelum dilakukan
dan data sekunder diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data.
penelitian sejenis dan instansi dan Data primer yang berkualitatif
lembaga masyarakat terkait dengan selanjutnya di analisis secara
penelitian ini. deskritif sesuai dengan tujuan
penelitian, sedangkan data yang
1. Prosedur Pengambilan Data bersifat kuantitatif diolah secara
Dalam penelitian ini, tabulasi. Teknik untuk mem-
digunakan data primer dan data peroleh informasi dan data dari
sekunder. Data primer yang responden dilakukan dengan
dikumpulkan antara lain adalah jenis wawancara bebas.
dan jumlah sagu yang dikelola, data
sosial ekonomi, frekuensi 2. Analisis Data
penggambilan, lama dan waktu Data yang di peroleh dari
pengambilan, biaya peng-ambilan dan hasil pengamatan di lapangan baik
bentuk pengolahan atau hasil melalui wawancara maupun kuesioner

100
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

kemudian dianalisis secara kuantitatif. Kampung Malawor memiliki luas


Nilai hasil pengolahan sagu untuk kurang lebih 200 ha (Sumber :
setiap pohon pertahun yang diperoleh Wawancara Kepala Kampung
masyarakat dikampung malawor dapat Malawor). Batas wilayah Kampung
dihitung dengan cara (Pearce, 2001 ): Malawor terhadap daerah sekitarnya
a. Harga hasil pengolahan sagu adalah sebagai berikut :
yang diperoleh dianalisis dengan a. Sebelah Utara Berbatasan Dengan
pendekatan harga pasar. Untuk Kelurahan Giwu Distrik Sorong
barang dan jasa yang sudah Timur
dikenai pasarnya, penilaian b. Sebelah Selatan Berbatasan
dilakukan dengan nilai pasar Dengan Distrik Klayili
(nilai yang berlaku dipasar) c. Sebelah Barat Berbatasan Dengan
b. Menghitung nilai ekonomi hasil Kampung Batu Lubang Pantai
sagu perpohon pertahun d. Sebelah Timur Berbatasan Dengan
NH= TP X JP ........................(1) Kampung Dorei
Keterangan: Masyarakat kampung
NH : Nilai hasil sagu perpohon malawor merupakan masyarakat yang
TP : Total pengambilan mempunyai hukum adat sejak turun
(pohon/bulan) temurun begitu pula dengan
JP : Jumlah pengambilan penguasan dan pemanfaatan hutan
HH : Harga hasil sagu (Rp) yang diwariskan secara turun
c. Menghitung persentasi nilai hasil temurun dari nenek moyang dahulu
ekonomi dengan cara: dan tidak bisa di berikan ke tangan
%NE=NEi x 100 % .........(2) orang lain atau ke marga lain begitu
∑NEi pula dengan pemanfaatn pohon
Dimana: % NE = Persentase Nilai sagu, masyarakat mengelola sagu
Ekonomi. secara turun temurun untuk di
Nei = Nilai Ekonomi Hasil gunakan sebagai bahan pangan dan
Hutan/Jenis Sagu Hasil di jual masyarakat memanfaatkan
Pengolahan Sagu. sebagian usaha ladang, berburu,
∑NE = Jumlah Total Nilai menokok sagu, dan memungut hasil
Ekonomi dari Seluruh Hasil Sagu. hutan kayu untuk memenuhi
d. Menghitung pendapatan total, kebutuhan social ekonomi masyarakat
pendapatan dari dalam hutan. setempat.
Pendapatan Total = jumlah rata-rata 1. Jenis Sagu dan Pola Pengolahan
pendapatan/bulan. Sagu (Metroxylon Sp).
a. Jenis Pohon sagu di kampung
HASIL DAN PEMBAHASAN Malawor Distrik Makbon
Berdasarkan letak administrasi Jenis-jenis sagu tersebut
Kampung Malawor masuk dalam berbeda dalam hal warna pucuk, yaitu
wilayah Distrik Makbon Kabupaten hijau, kuning sampai merah, ukuran
Sorong Provinsi Papua Barat. duri, kerapatan duri, kekerasan duri,

101
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

dan letak duri.Warna pelepah daun muda, dan putih kekuningan,


pun berbeda-beda yaitu hijau muda, Miyazaki (2004).
hijau tua, hijau keputihan, hijau Setelah melakukan pengamat-
kekuningan, dan hijau bertitik-titik. an survey ke lokasi penelitian
Diameter batang juga bervariasi, yaitu Kampung Malawor Distrik Makbon
diameter batang bagian bawah lebih jenis-jenis sagu di Kabupaten Sorong
kecil dari bagian atas, diameter batang denganhasil dapat dilihat pada Tabel 1
sama mulai dari bawah sampai ke atas, Masyarakat kampung Malawor
dan ada juga yang diameter batang menamai Sagu dengan Sebutan “Iwa”
bagian tengah lebih besar dari bagian
ujung dan pangkal. Warna tepungnya
ada yang putih, kemerahan, merah

Tabel 1 Jenis Sagu (Metroxilonsp.) di Kampung Malawor Distrik Makbon

Jenis Sagu (bahasa) Ukuran Kerapatan


No Warna Pati
Indonesia Botani Lokal Duri Duri
Putih
Metroxylon
1 Sagu Rotan Iwayuluk Panjang Jarang kekuning-
Rumphii Mart
kuningan
Sagu Metroxylon Sagus Sangat
2 Iwasinam Panjang Putih
Makanaru Rott jarang
Metroxylon Sangat Abu-abu
3 Sagu Tuni Iwabilum -
Sylvester Mart pendek kecoklatan
Metroxylon
4 Sagu Ihur Longispinum Iwaduow Pendek Jarang putih
Mart
Sagu Molat Sagu Tidak
5 Iwasulagi - -
Berduri keramat/pamali berduri
Metroxylon
6 Sagu Molat Iwagili Pendek Merapat Putih
Micracatum Mart
Sumber : Hasil penelitian

Beberapa jenis sagu yang lentur. Tulang daun sagu


sering dieksploitasi oleh Masyarakat Wayuluk lebih keras dan
kampung Malawor adalah Iwayuluk, umumnya dalam garis yang tidak
beraturan. Pada tanaman muda,
Iwasinam, Iwabilum, Iwaduow,
tulang daun terlihat jelas seperti
Iwasulagi, Iwagili pada Wasinam. Sebagai bahan
1) Jenis Metroxylon rumphii Mart., atap atau anyaman, daun sagu
di daerah Maluku Tengah dikenal Wayuluk paling baik dibanding
dengan sebutan “Iwayuluk“, jenis sagu lainnya. Ukuran
artinya murni atau asli. Wayuluk: daunnya luas, keras, dan tahan
Hasil tepungnya paling tinggi di lebih dari 15 tahun. Diameter
Kampung Malawor. Serat batang umumnya besar 190 cm,
berwarna merah agak keputih- dengan tinggi 15 − 25 m. Di
putihan namun tidak putih bersih tempat yang terlindung, diameter
dan Sagu Wayuluk dikenali dari batang lebih besar dari jenis sagu
beberapa ciri seperti daun lebar yang lain danpohonya tinggi.
terbuka dan beberapa daun agak (Oijen, 1909; Deinum 1948;
102
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

PERSAKI, 1965) dalam


Rumalatu (1981). Dapat dilihat
pada gambar 1 dibawah ini

Gambar 2. Metroxylon Sagus Rott


(Wasinam)
3) Jenis Metroxylon sylvester Mart.
Gambar 1. Metroxylon Rumphii Mart adalah sagu yang mempunyai ciri
(Wayuluk) khas empelurnya berwarna
2) Jenis Metroxylon Sagus Rott. merah. Di Kampung Malawor
Adalah jenis sagu dengan terkenal dengan nama
daunnya yang berduri dan “Iwabilum“. Daunnya berwarna
kerapatan durinya sangat jarang, hijau tua dengan ujungnya
oleh karena itu penduduk di membengkok ke bawah. Tangkai
Kampung Malawor menama- daunnya kuat dan mempunyai
kannya “Iwasinam“ atau sagu banyak duri. Tinggi batang dapat
yang memilik duri dan jarang- mencapai 18-20 meter, dan
jarang. Tinggi dan diameter diameter batangnya relatif lebih
batangnya berukuran sedang, besar, Wabilum Merupakan jenis
umumnya lebih rendah dari sagu berduri. Produksi tepungnya
Metroxylon rumphii. Daunnya tinggi dengan tepung berwarna
panjang dan ujungnya meruncing. putih kemerah-merahan sehingga
Jenis sagu ini mempunyai jenis ini banyak dieksploitasi
empelur yang lunak dan berwarna untuk diambil tepungnya.
putih, oleh karena itu tepungnya Diameter dan tinggi batang
berwarna putih. Wasinam: bergantung pada lingkungan
Merupakan jenis sagu berduri tumbuhnya. Pada daerah yang
dengan kerapatan jarang. Batang tidak ternaungi, diameter batang
berukuran medium dengan bisa mencapai 70 cm, sedangkan
diameter batang 90 cm tinggi pada daerah dengan populasi
pohon 11 – 20 m. Sagu jenis ini padat dan ternaungi diameternya
menghasilkan tepung paling lebih kecil. Sagu ini lebih cepat
banyak setelah Wayuluk, dipanen disbanding jenis lainnya
umumnya ditanam dan di sekitar Kampung Malawor
dikonsumsi oleh masyarakat Distrik Makbon yang dipanen
lokal. Menurut bahasa lokal, pada umur 6 tahun atau lebih.
Wasinam artinya sagu yang
memiliki duri jarak-jarak. Kanopi
sagu Wasinam berbentuk V
dengan batang lurus. Daun
berukuran medium dan lurus serat
berwarna pink dan hampir serat
putih. (Oijen, 1909; Deinum
1948; PERSAKI, 1965) dalam Gambar 3. Metroxylon Sylvester
Rumalatu (1981). Dapat dilihat Mart (Wabilum)
pada gambar 2 dibawah ini

103
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

4) Jenis Metroxylon longispinum rotan atau “Iwabilum” oleh


Mart. adalah jenis sagu yang di penduduk Kampung Malawor.
Kampung Malawor disebut Iwabilum: Merupakan jenis sagu
“Iwaduow”. Pohonnya agak berduri. Produksi tepungnya
pendek jika dibandingkan dengan tinggi dengan tepung berwarna
jenis sagu yang lain. Daunnya putih kemerahan sehingga jenis
lurus tegak, pada tangkainya ini banyak dieksploitasi untuk
banyak tedapat duri yang diambil tepungnya sama seperti
panjang. Tangkai daunnya jenis sagu lainnya. Yang
kuat.Waduow: Hasil tepungnya/ membedakan dengan sagu lainnya
pati tidak terlalu tinggi di yaitu sagu wayuluk lebih putih
Kampung Malawor. Serat kemerahan dan bersih namun
berwarna merah agak keputih- produksi pati/tepung sagu
putihan namun tidak putih bersih wayuluk terbatas tidak terlalu
dan Sagu Waduow dikenali dari banyak. Dapat dilihat pada
beberapa ciri seperti daun tidak gambar 5 dibawah ini.
terlalu lebar dengan pelepah kecil
dan beberapa daun agak lentur.
Tulang daun sagu Waduow lebih
keras dan umumnya dalam garis
yang tidak beraturan. Sebagai
bahan atap atau anyaman, ukuran
daunnya kecil, keras, dan tahan
lebih dari 6 tahun. Diameter
batang umumnya besar 10-20
Gambar 5.Metroxylon micracantum
cm,dengan tinggi batang 15− 40
m. Mart(Wagili)

b. Pola Pengolahan Sagu Oleh


Masyarakat Kampung
Malawor
Ada 2 jenis teknologi yang
digunakan oleh masyarakat Kampung
Gambar 4. Metroxylon longispinum Malawor yakni:
Mart (Waduow) 1) teknologi tradisional (lemek);
5) Jenis Metroxylon sp.atau jenis 2) teknologi alat parut sagu
sagu liar atau sagu keramat mekanis; dan
sebutan oleh masyarakat
Dari kedua jenis teknologi
kampung malawor “Iwasulagi”:
Merupakan jenis sagu keramat yang ada, teknologi mesin parut yang
tidak berduri dengan ukuran daun umumnya digunakan masyarakat
kecil dengan ukuran pelepah kecil kampung saat ini walaupun demikian
tinggi pohon 10 – 20. jenis ini teknologi lemek masih digunakan
tidak dieksploitasi untuk diambil pada skala terbatas. Berikut ini
tepungnya/patinya karena masya- digambarkan kedua jenis teknologi
rakat setempat menganggap sagu
dan peralatan penunjang proses
tersebut adalah sagu keramat yang
cuma bisa tumbuh liar. pengolahan sagu tersebut.
6) Jenis Metroxylon micracantum
Mart. disebut juga sagu duri

104
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

1) Teknologi alat tokok/pukul sagu bagian pangkal, c) tali dari


sagu tradisional (lemek) dibagi bahan rotan, dapat dilihat pada
dalam dua jenis yaitu. gambar 7 dibwah ini.
a) Lemek bambu bahannya
terbuat dari bambu dan tali
dari bahan rotan; dan
b) Lemek kayu bahannya terdiri
dari kayu, besi sebagai pisau
dan tali dari bahan rotan.
Kedua alat ini sama bentuk dan
fungsinya namun tegakannya Gambar 7. Proses penyaring
berbeda. Pada Lemek kayu posisi secara tradisional (Lemek)
pisau pemotongnya lebih tegak c) Alat penimba air (ember) wadah
dibandingkan Lemek bambu serta ini bahannya terbuat dari a)
ujung pisaunya dilapisi besi yang pelepah sagu berbentuk runcing,
diasah tajam. Sedangkan lemek b) tali rotan digunakan untuk
bambu posisi pisau pemotong agak jahit bagian tepi pelepah sagu,
melengkung/bungkuk dan tidak c) tali timba dari kulit dahan
dilapisi besi tajam. Dapat dilihat pada sagu yang dipintal, d) tangkai
gambar 6 dibawah ini penimba air dari dahan sagu
(gaba mentah).
d) Wadah penampung patih sagu
(goti): merupakan wadah penam-
pung patih dari hasil perasan.
Wadah ini biasanya terbuat dari
beberapa jenis bahan antara lain
a) pelepah sagu (goti), b) batang
Gambar 6. Tokok/pukul sagu pohon sagu (waa), c) kulit kayu
tradisional marong atau kulit kayu kananga.
Alat dan perlengkapan penunjang Dengan ukuran panjang dan
lainnya. lebarnya bervariasi. Khusus untuk
a) Alat tebang/pembelah pohon wadah pelepah sagu (goti halua),
sagu: merupakan alat tebang dan ukurannya kecil cocok digunakan
belah batang sagu berupa: oleh pengolah yang bekerja
parang, kapak, dan palu. Dengan sendiri tanpa tenaga bantuan.
alat pemotong yang sederhana Sedangkan kedua jenis wadah
ini maka pohon sagu ditebang lainnya digunakan oleh pengelola
dan dibelah sesuai ukuran lebih dari satu orang karena
kemudian isi sagu itu ditokok ukurannya lebih panjang dan
untuk diproses selanjutnya. besar. Cara pembuatan wadah
b) Alat peramas/penyaring: bahan- penampung adalah sebagai
nya terdiri dari: a) selaput tipis dari berikut: 1) kayu penyanggah
pohon kelapa seperti kain kelambu posisi wadah agar tetap tegak,
berbentuk segi tiga, b) pelepah dipasang mengapit badan wadah
pada kedua sisi dengan jarak

105
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

sekitar 1 m, kemudian diikat 2) Teknologi alat parut sagu


tegang pada dua buah kayu mekanis (mesin)
penyanggah pada sisi kiri dan Alat ini merupakan
kanan wadah dengan tali dari modifikasi dan pengembangan dari
kulit dahan sagu, 2) bantalan alat semi mekanis yang menggunakan
penyanggah dari dahan sagu yang tenaga mesin. Dari sisi efisiensi dan
dipotong pendek dan diletakan efektivitasnya mesin terbukti lebih
dibawah wadah penampung, 3) unggul dibanding alat tradisional
dua buah pelepah sagu yang agak (Lemek). Produktivitas yang dicapai
lebar dipaku pada ujung wadah dalam seminggu bisa mencapai 2-3
berfungsi untuk menutup kedua pohon sagu yang diolah. Keseluruhan
ujung wadah penampung, 4) proses pengerjaan dari penebangan,
ampas sagu (ela) atau batang hingga pengemasan patih sagu ke
pisang yang telah busuk, wadah, membutuhkan waktu 10 – 12
berfungsi untuk menutup cela hari dengan 3 orang tenaga kerja.
yang terbuka, agar patih sagu hasil Penggunaan alat pendukung pengo-
perasan tidak keluar dari kedua lahan memiliki sedikit perbedaan
ujung wadah. yakni pada alat tebang pohon sagu,
e) Wadah kemasan pati sagu/sagu disamping menggunakan kapak,
mentah (tumang sagu): meru- mesin pemarut patih, wadah
pakan wadah tempat kemas patih penampung tepung sagu (goti) terbuat
sagu yang telah diperas. Terbuat dari terpal dan penapisnya dari kain
dari daun sagu segar dan sifon/kain kelambu sedangkan wadah
matang. Sebuah wadah kemasan penimba air dari bahan
dibentuk dari 12 – 16 lembar aluminium/plastik. Selebihnya dari
daun sagu, dianyam bulat panjang peralatan yang digunakan adalah
berbentuk tabung setinggi 30 – 40 sama.
cm, dengan diameter 18 – 20 cm. a. Nilai Ekonomi Hasil
Bagian bawah wadah dilapisi Pengolahan Sagu
dengan sedikit ampas sagu yang Sumberdaya sagu merupakan
telah diperas (ela). Berfungsi aset terbesar bagi masyarakat
untuk menutup celah/lubang kampong malawor mengelah sagu
wadah kemasan sekligus menjaga disekitar hutan sagu, begitu pula
kelembaban patih sagu. Masyaraakat di Kampung Malawor
f) Produktivitas yang dicapai dalam Distrik Makbon telah lama
seminggu bisa mencapai 1 – 2 menggolah sagu. Mulanya mereka
pohon sagu yang diolah. mengambil daun sagu untuk
Keseluruhan proses pengerjaan menutup atap rumah, gaba untuk
dari penebangan, hingga penge- dinding rumah, sagu untuk di
masan patih sagu ke wadah, konsumsi, dan dijual. Ela sagu yang
membutuhkan waktu 14 – 21 hari sudah di buang di tumbuhi jamur
dengan 4 orang tenaga kerja. lalu di manfaatkan oleh masyarakat
sebagai bahan konsumsi, selain hasil
hutan non kayu masyarakat di

106
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

Kampung Malawor juga melimpah kekeluargaan, dimana diberikan


hasil hutan kayu. secara sukarela, tergantung kesediaan
Pengolahan sagu memiliki pengolah menentukannya. Para
aturan main, terutama dalam pengolah berjumlah 3 – 4 orang
pembagian hasil usaha. Sistem bagi dalam 1 kelompok pengolah sagu,
hasil dalam bentuk patih sagu dengan orientasi usaha untuk
(tumang) antara kelompok sebagai kebutuhan konsumsi semata dan juga
pihak pengolah. Besarnya bagian dijual dipasar. Namun demikian
bagi hasil antar kelompok pihak mereka juga menyesuaikan dengan
pengolah sagu, ditentukan oleh sistem bagi hasil mesin yakni dua
beberapa hal yakni: 1) hasil tumang perpohon. Sisa hasilnya akan
kesepakatan dengan pemilik; 2) dibagi secara merata antara
jumlah pohon yang ditebang; 3) pengolah. Pemilik dusung bersifat
ukuran besar batang dan tinggi pohon; lebih toleran kepada pengolah dengan
4) jumlah pekerja/pengolah; dan 5) sistem Lemek, karena mereka
jenis peralatan yang digunakan. Poin merupakan kelompok masyarakat
terakhir tentang jenis peralatan yang ekonomi lemah. Bagi hasil juga bisa
digunakan sangat mempengaruhi pola dalam bentuk uang tunai, apabila
bagi hasil. para pengolah bersepakat untuk
Sistem bagi hasil berdasarkan menjual hasil sagu tersebut
alat mekanis (mesin parut) sebagai kemudian hasil penjualan dibagi
berikut: dari total jumlah hasil diantara mereka, ini berlaku untuk
pengolahan, pemilik memperoleh kedua sistem pengolahan diatas.
sesuai jumlah bagian yang telah Menurut informasi masyarakat
disepakati biasanya 2 – 6 tumang bahwa sistem pengolahan sagu dapat
(artinya pemilik mendapat dua di kerjakan secara perorangan
tumang dari setiap pohon yang maupun berkelompok, pekerjaan
diolah) dan sisa tumang sagu yang tersebut dapat di lakukan untuk
lainnya dibagi secara merata kepada mendapatkan jumlah sagu yang
pengolah dan pemilik mesin. banyak.
Contohnya total seluruh hasil Berdasakan hasil penelitian ini
pengolahan berupa patih sagu adalah menunjukkan bahwa Jumlah pohon
86 tumang (hasil olahan dari tiga sagu yang ditebang dan pendapatan
pohon sagu) sedangkan pengolah masyarakat dari hasil penggolahan
berjumlah tiga orang, maka bagian sagu pada masyarakat kampung
pemiliknya tetap di bagi rata dengan 1 Malawor distrik Makbon bervariasi
kelompok yang sama karena biasa frekuensi pengambilan dalam satu
didalam 1 kelompok yang bekerja bulan mulai dari 1 pohon sagu
adalah pihak keluarga 1 marga, tiga hingga 9 pohon sagu total
orang pengolah masing-masing 20 pengambilan pohon sagu yang
tumang dan ditambah bagian untuk ditebang dalam satu bulan berjumlah
mesin adalah 20 tumang. 62 pohon sagu selama 1 bulan di
Sistem bagi hasil berdasarkan Kampung Malawor Distrik Makbon
alat tradisional (nani) lebih bersifat dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini.

107
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

Tabel 2. Persentase nilai ekonomi pendapatan hasil pengolahan sagu secara


tradisional maupun semi tradisional (Alat parut sagu mekanis/mesin)
Hasil
Jumlah Total Jumlah
No. Respon Pengolahan/ Harga
Pengolahan Pohon Pendapatan pendapatan/ %
kel den Tumang sagu (NH)
Sagu/Bln (Rp) orang/bulan
(TP)
1 3 Tradisional 5 70 120.000 8.400.000 2.800.000 5.46

2 4 Tradisional 8 106 120.000 12.720.000 3.180.000 6.20

3 3 Tradisional 5 78 120.000 9.360.000 3.120.000 6.09

4 4 Tradisional 6 67 120.000 8.040.000 2.010.000 3.92

5 4 Tradisional 9 40 120.000 4.800.000 1.200.000 2.34

6 3 Tradisional 5 78 120.000 9.360.000 3.120.000 6.09

7 3 Tradisional 4 69 120.000 8.280.000 2.760.000 5.38

8 3 Tradisional 4 59 120.000 7.080.000 2.360.000 4.60

1 1 Mekanis 5 80 120.000 9.600.000 9.600.000 18.72

2 1 Mekanis 6 96 120.000 11.520.000 11.520.000 22.47

3 1 Mekanis 5 80 120.000 9.600.000 9.600.000 18.72


Total 30 62 823 120.000 98.760.000 51.270.000 100
Sumber : Hasil Penelitian

Dari Tabel diatas dapat suku setempat) namun apabila


disimpulkan bahwa persentasi nilai kelompok kerja/pengolah telah
pendapatan ekonomi secara tradisional memiliki cukup modal, maka mereka
lebih dominan pada masyarakat memilih untuk membeli pohon. Harga
kampung Malawor dengan rata-rata perpohon berkisar antara Rp.
persentase pendapatan perbulannya 2 500.000 – Rp. 1.000.000, harga pohon
– 6% dari total pendapatan yang sangat tergantung pada ; jenis
mereka hasilkan yaitu Rp. 51.270.000, pohon, tinggi pohon, besar batang
Baik secara berkelompok dengan dan kemudahan mengakses ke lokasi
pengolahan tradisional (Lemek) areal pohon sagu tersebut. Berdasakan
maupun secara semi mekanis (Alat wawancara dengan Kepala Kampung
parut Sagu Mekanis) perlu diketahui Masyarakat Malawor dapat dilihat
pendapatan nilai ekonomi dengan pada gambar dibawah ini
pengolahan semi tradisional (Alat
parut sagu mekanis/mesin) dengan
rata-rata persentase pendapatan ≥18%
- 22% namun dalam pengolahan
secara semi tradisional ini mayarakat
kampung tidak mengolah secara
berkelompok tapi secara mandiri
untuk itu biasa pengeolahan semi Gambar 8. Wawancara dengan kepala
tradisional ini berlaku kepada Kampung Malawor
masyarakat tertentu saja seperti kepala
kampung yang memiliki hak ulayat SIMPULAN
lebih besar dibanding dengan Dari hasil dan pembahasan
masyarakat lain, tokoh masyarakat penelitian ini dapat disimpulkan
yang biasa disebut tuan tanah (kepala bahwa.
108
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

1. Terdapat beberapa jenis sagu yang dari total pendapatan yang mereka
sering dieksploitasi oleh hasilkan yaitu Rp. 51.270.000
Masyarakat kampung Malawor selama sebulan, Baik secara
dalam bahasa lokal, Sagu artinya berkelompok dengan pengolahan
“Iwa”dari hasil survey peneliti tradisional (Lemek) maupun
terdapat 6 jenis sagu yang secara semi mekanis (Alat parut
teridentifikasi, namun jenis sagu Sagu Mekanis), perlu diketahui
yang biasa masyarakat olah hanya pendapatan nilai ekonomi dengan
5 jenis sagu yaitu Iwayuluk pengolahan semi tradisional (Alat
(Metroxylon rumphii Mart), parut sagu mekanis/mesin)
Iwasinam (Metroxylon dengan rata-rata persentase
SagusRott), Iwabilum pendapatan ≥18% - 22% namun
(Metroxylon sylvester Mart), dalam pengolahan secara semi
Iwaduow (Metroxylon longis pinu tradisional ini mayarakat
Mart) dan Iwagili (Metroxylon kampung tidak mengolah secara
micra cantum Mart) sedangkan berkelompok tapi secara pribadi
Iwasulagi adalah jenissagu yang dan pendapatan lebih tinggi
dikeramatkan oleh masyarakat dibanding tradisional.
kampung Malawor sehingga
dibiarkan tumbuh liar di daerah DAFTAR PUSTAKA
kampung masyarakat. Badan Pusat Statistik Provinsi Papua.
2. Pola Pengolahan Sagu Oleh 2014. Papua dalam
AngkaTahun 2013/2014. Badan
Masyarakat Kampung Malawor
Pusat Statistik Provinsi Papua,
Ada 2 jenis teknologi yang Jayapura. 510 hlm.
digunakan oleh masyarakat
Kampung Malawor yakni: Chambers, R. 1996. PRA
(Participatory Rural Appraisal)
teknologi tradisional (lemek); Memahami Desa Secara
teknologi alat parut sagu mekanis; Partisipasi. Yayasan Obor
dari kedua jenis teknologi yang Jakarta.
ada, teknologi mesin parut yang
Flach, M. 1997. Sago Palm.
umumnya digunakan masyarakat International Plant Genetic
kampung saat ini karena hasilnya Resources Institute (IPGRI)
lebih cepat dan lebih banyak Promoting the Conservation and
dibandingkan teknologi lemek Use of Underutilized and
(Tradisional) namun masih Neglected Crops, 13.IPGRI Italy
teknologi tradisional (lemek) and IPK Germany.
tetap digunakan oleh masyarakat Haryadi. 2002. The Current Status and
kampung Malawor dalam bentuk Future Prospects of Sago Palm
perkelompok in Java. New Frontiers of Sago
3. Persentasi nilai pendapatan Palm Studies. Universal
Academic Press, Inc., Tokyo
ekonomi pengolahan sagu secara
Japan. p. 37− 41.
tradisional lebih dominan pada
masyarakat kampung Malawor Mangindaan, H.F. dan H. Tampake.
dengan rata-rata persentase 2005. Status Plasma Nutfah
Tanaman Sagu (Metroxylon
pendapatan perbulannya 2% – 6%
sp.). Buku Pedoman

109
Irnawati1, Muhammad Syahrul Kahar2, Marlinda Indah Eka Budiarti3/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.2, No.2, Agustus 2018 Hal 97 – 110

Pengelolaan Plasma Nutfah Tenda, E.T. 2004. Pemanfaatan


Perkebunan. Pusat keragaman genetik untuk
Penelitiandan Pengembangan pengembangan sagu. hlm.
Perkebunan, Bogor. hlm. 313−320. Prosiding Simposium
319−329. IV Hasil Penelitian Tanaman
Perkebunan, Bogor, 28− 30
Purwani, E.Y., Widaningrum, H. September, Buku II. Pusat
Setiyanto, E. Savitri, dan R. Penelitian dan Pengembangan
Thahir. 2006. Teknologi Perkebunan, Bogor.
Pengolahan Mi Sagu. Balai
Besar Penelitian dan Widjono, A., Y. Mokay, Amisnaipa,
Pengembangan Pascapanen H. Lakuy, A. Rouw, dan P.
Pertanian, Bogor. 44 hlm. Wihyawari. 2000. Jenis jenis
Sagu Beberapa Daerah Papua.
Rindengan, B. dan S. Karaouw. 2003. Pusat Penelitian dan
Potensi, pati sagu sebagai bahan Pengembangan Sosial Ekonomi
baku plastik. hlm. 105−110. Pertanian.
Sagu untuk Ketahanan Pangan.
Prosiding Seminar
NasionalSagu, Manado, 6
Oktober 2003. Balai Penelitian
Tanaman Kelapa dan Palma
Lain, Manado.

110

Anda mungkin juga menyukai